Alan nyengir. "Itu cepat, mudah, dan merupakan pengalaman yang berbeda yang pernah kau rasakan. Aku tahu itu agak brutal, dan aku menyukai itu sebagai alat untuk mengikat," terang Alan. "Sangat efektif menjagamu untuk tak bergerak, Azzura," imbuhnya. Lalu ia tersenyum lembut pada Azzura.
Seketika saja wajah Azzura memerah setelah ia mendengar penuturan Alan itu. Ia lalu melirik ke arah Alan dengan gugup, yang kini tengah mengangkat bahu tanpa rasa bersalah saat pandangannya tetap di jalan."Semua itu adalah bagian dari duniaku, Azzura." Alan meremas tangan Azzura dan melepaskannya. Ia lalu menatap ke arah jalan di depannya lagi."Dan aku ingin menjadi bagian dari duniamu, Lan," balas Azzura sambil menatap ke luar jendela saat mobil yang dikendarai Alan melintasi salah satu jembatan yang dikelilingi cahaya pagi nan cerah.Pagi yang cerah hari itu menggambarkan suasana hati Azzura yang sedang bahagia. Namun kemudian, sang fashion desainer ini mel"Kapan kau bilang bahwa kau akan pergi?" tanya Alan mendesak. Nada suaranya begitu lembut. Ia seolah sedang menutupi kemarahannya."Alan, tenanglah, aku bukan meninggalkanmu. Aku akan menemui ibuku, dan aku hanya berpikir tentang hal itu," terang Azzura, meyakinkan Alan. "Bagaimana dengan semua rencana kita di ruang bermain?" tanya Alan lagi, sinis. "Kita belum membahasnya lagi, Alan," jawab sang fashion desainer membuat Alan membisu sejenak. Saat terdiam, Alan menyempitkan matanya. Ia lalu seperti diingatkan sendiri oleh dirinya. Karena itulah, Alan melepaskan tangan Azzura, dan ia memegang siku wanita seksi itu lalu membawanya keluar dari ruang tamu.“Pembicaraan ini belum berakhir, Azzura," tukas Alan, berbisik dengan nada mengancam saat ia dan sang fashion desainer favoritnya memasuki ruang makan."Oh ampun..." ujar Azzura, berbisik lirih dari dalam hatinya selagi matanya melotot pada Alan.Ketika di ruang makan,
Mia menceritakan tentang proyek gedung terbaru calon suaminya, yang ramah lingkungan di sebelah utara Shanghai. Saat Mia bercerita, Azzura melirik ke arah Senna. Istri Sage tersebut sedang memperhatikan setiap ucapan Mia, matanya bersinar dengan penuh cinta. Tetapi sekian detik kemudian, Azzura mengalihkan pandangannya ke arah Alan. Ia menatap Alan sambil menghela nafas. Di mata Azzura, Alan begitu tampan sehingga ia tak merasa bosan untuk menatap si pemandu wisata dan selam scuba itu selamanya. Alan memiliki sedikit jenggot di dagunya. Karena itulah, jari Azzura terasa gatal untuk menggaruk bahkan merasakannya di wajah, gunung kembar, hingga di antara pahanya. Hanya memikirkan hal itu sudah membuat Azzura merasa malu. Namun yang membuat Azzura makin malu adalah ketika Alan mengintip ke arahnya dan mengangkat tangannya untuk menarik dagunya. "Jangan menggigit bibirmu,” bisik Alan parau. "Aku ingin melakukan itu," kecam pria
Raut wajah Alan adalah kombinasi aneh, lembut, dan tajam. Namun kemudian, perlahan-lahan Alan menutup matanya, dan ia mencondongkan wajahnya pada sentuhan Azzura selagi nafasnya tertahan di tenggorokan.Berbeda dengan Alan, Azzura dengan tangannya yang lain mencoba menjangkau Alan. Wanita seksi satu itu mengusap jarinya ke rambut Alan karena ia menyukai rambut pria memesona tersebut. Saat Azzura mengusap rambutnya, Alan terdengar mengerang. Erangannya lembut hampir tidak terdengar. Dan ketika Alan membuka matanya, tatapanya adalah waspada, seperti ia tak mengerti apa yang Azzura lakukan.Azzura melangkah ke depan mendekati Alan. Lalu ia menarik rambut Alan, membawa mulut pria memesona itu ke mulutnya. Ya, Azzura mencium Alan, memaksa lidahnya melewati bibir Alan dan ke dalam mulut Alan. Aksi Azzura itu membuat Alan mengerang sambil tangannya memeluk Azzura, menariknya menempel ketat di tubuhnya.Selanjutnya tangan Alan menemukan jalan k
Azzura duduk, sedikit limbung dan linglung setelah bercinta dengan keras meski singkat dengan Alan. "Ini... kau bisa pakai ini, Sayang," Alan menarik keluar celana dalam Azzura dari saku celananya. Melihat itu, Azzura tak lantas tersenyum ketika ia mengambil celana dalamnya dari Alan. Namun hati kecil Azzura tahu, meski ia telah menerima hukuman tetapi ia memperoleh kemenangan kecil atas celana dalamnya. Karena itulah, samar-samar Azzura mengangguk setuju dan senyum puas tercetak jelas di waiahnya. Ya, akhirnya Azzura tak perlu meminta celana dalamnya. "Alan!" Mia berteriak dari lantai bawah. Mendengar itu, Alan lantas berbalik dan mengangkat alisnya kepada Azzura. "Tepat pada waktunya. Ya Tuhan, dia kadang bisa benar-benar menjengkelkan." Azzura cemberut ke arah Alan. Ia lalu buru-buru mengembalikan celana dalamnya ke tempat yang selayaknya.Usai memakai celana dalamnya, Azzura berdiri dengan kehormatan sebanyak yang ia bisa kerahkan
"Ooh! Alan ingin aku di sana, dan itu merupakan pengungkapan yang baru," kata Azzura, bergumam riang dalam hatinya usai mendengar penuturan Alan padanya. Ya, penuturan Alan membuat rasa hanya seketika menyebar perlahan melalui pembuluh darah Azzura. Tapi, yang membuat Azzura semakin salah tingkah adalah saat Alan menggeleng dan meraih tangannya. Saking salah tingkahnya Azzura, ia sampai terpaku sesaat menatap keluar jendela saat mobil yang dikendarai Alan sedang menuju kembali melintasi jembatan."Mengapa, Sayang?" Alan menekan Azzura untuk memberikan jawaban. Yang ditanya hanya mengangkat diam dan mengangkat bahu. Ia merasa terjebak. Jujur saja, sebenarnya Azzura tak ingin kehilangan Alan. Terlepas dari semua tuntutannya dan kebutuhannya untuk mengontrol sifat buruknya saat bercinta akhir-akhir ini. Mengapa tidak Azzura tak ingin kehilangan Alan? Karena ia tidak pernah merasa begitu hidup seperti yang ia rasakan sekarang. Ini seperti
Azzura kontan terkesiap karena pertanyaan Alan. "Oh tidak. Aku sudah cukup mendapatkan sesuatu yang eksotis untuk hari ini," kata Azzura, bergumam dalam hati. Gerutu Azzura itu lantas membuat dewi batinnya cemberut kepadanya, gagal total untuk menyembunyikan kekecewaannya."Apa kau yakin, Sayang?" tanya Alan lembut. "Aku melayani untuk semua selera di sini, setidaknya ada enam puluh satu rasa." Alan nyengir penuh gairah pada Azzura."Ya, aku tahu, Alan. Aku sudah memperhatikan itu," Azzura menjawab dengan datar. Yang diajak bicara hanya menggeleng. "Ayo, Azzura. Kau harus bekerja besok pagi. Butik memerlukanmu. Semakin cepat kau di tempat tidur, maka semakin cepat kau akan bercinta, dan semakin cepat kau bisa tidur, Sayang," jelas Alan tanpa ragu.Kontan wajar Azzura memerah karena ucapan si pemandu wisata dan selam scuba memesona itu. "Alan, kau seorang yang romantis sekali," balas Azzura, masih teguh pendirian menolak tawaran Alan.
"Jangan ragu untuk meminjam sikat gigiku." Nada suara Alan lembut mengejek."Ya, terima kasih, Tuan Alan." Azzura tersenyum manis pada Alan. Ia kemudian pergi, kembali ke tempat tidur.Lalu beberapa menit kemudian, Alan pun terlihat bergabung dengan Azzura. "Kau tahu malam ini berakhir bukan seperti yang aku bayangkan," gumam Alan kesal."Bayangkan kalau aku katakan padamu bahwa lau tak bisa bercinta denganku," balas Azzura sinis saat Alan naik ke tempat tidur dan duduk bersila. "Hhhhh ...." Alan mendengus kasar. "Sayang, aku sudah bilang, jika aku bercinta denganmu maka aku ingin bercinta dan bermain dengan sangat kasar. Sementara, kau sudah lelah dan mengantuk. Aku tak ingin beban itu ada di kepalamu. Mengapa kau mau?" beber pria tampan ini lembut."Ya, memang benar aku lelah dan mengantuk. Tapi, aku tahu kapan aku harus tidur, Alan. Aku benar-benar ingin bercinta dan bermian denganmu. Melakukan adegan lain bersamamu, yang belum pernah
Selang beberapa saat, Alan menempatkan tangannya pada punggung Azzura dan dengan sangat lembut ia membelainya dengan seluruh tangannya. Sementara itu, dengan mata terbuka Azzura dapat melihat kaki Alan melalui sela-sela kakinya, tidak lebih. Ia lalu memejamkan mata erat-erat tatkala Alan bergerak dengan lembut menyingkap celana dalamnya ke samping. Usai menyingkap celana dalam Azzura, perlahan-lahan Alan mengelus jarinya naik turun pada kemaluan sang fashion desainer seksi tersebut.Karena itu, tubuh Azzura lantas menegang dalam campuran memabukkan dari antisipasi liar dan gairah. Lalu detik berikutnya, Alan memasukkan satu jari di dalam diri Azzura. Alan kemudian membuat gerakan memutar dengan tangannya secara nikmat dan perlahan. "Rasanya sangat nikmat," gumam Azzura. Wanita ini lalu mengerang. Saat Azzura mengerang, nafas Alan berhenti. Dan Azzura mendengar Alan terkesiap saat pria memesona itu mengulangi gerakan. Namun k