"Itu salahku, Sayang," kata Alan, dan kemudian ia menggeser Azzura agar dapat menggosok bahu dan juga lengan sang fashion desainer tersebut.
Ya, dengan lembut Alan memijat, ia menghidupkan kembali anggota tubuh Azzura. Sementara, Azzura melirik Alan di belakangnya, mencoba memahami apa yang Alan maksud."Kau tak tertawa lebih sering," ucap Alan sembari memijat bahu Azzura.Seketika saja Azzura tersenyum tipis. "Tertawaku tidak begitu hebat, Alan," balas Azzura, bergumam pada Alan karena ia mengantuk."Oh, tapi ketika itu terjadi, Azzura, ini merupakan keajaiban dan sukacita untuk dilihat," terang si pemandu wisata dan selam scuba memesona ini dengan sungguh-sungguh."Sangat berbunga-bunga, Tuan Alan Sayang," ucap Azzura, bergumam sambil mencoba membuka mata.Kontan mata abu-abu gelap Alan melembut tatkala bertatapan dengan Azzura, dan ia pun tersenyum. "Aku akan mengatakan kau benar-benar telah ditiduri, dan kau membutuhkan"Hai," kata Azzura lembut, dan juga senyum seperti sphinx-nya untuk membalas senyuman Alan. "Hai," kata Alan, tidak kalah lembut. "Bagaimana perasaanmu pagi ini, Sayang?" Mata Alan menyala penuh rasa geli. "Bagus, terima kasih. Kau?" jawab Azzura bertanya kembali pada Alan. "Aku merasa luar biasa baik, Azzura," terang Alan. Ia seperti begitu menunggu Azzura mengatakan sesuatu."Frank. Aku tidak pernah mengira kau penggemar Sinatra," ungkap Azzura. Mendengar itu, Alan mengangkat alisnya pada Azzura, tatapannya begitu spekulatif."Selera elektrik, Sayang," bisik Alan, lalu ia melangkah ke arah Azzura bagaikan macan kumbang sampai ia berdiri di depan Azzura dengan tatapannya yang begitu kuat membuat nafas Azzura tersengal-sengal.Frank mulai bersenandung lagu lama, Witchcraft. Sekian detik berikutnya, perlahan jari Alan menyusuri pipi Azzura dan wanita seksi tersebut pun merasakan hal itu semuanya turun kebawah sana."Da
Alan nyengir. "Itu cepat, mudah, dan merupakan pengalaman yang berbeda yang pernah kau rasakan. Aku tahu itu agak brutal, dan aku menyukai itu sebagai alat untuk mengikat," terang Alan. "Sangat efektif menjagamu untuk tak bergerak, Azzura," imbuhnya. Lalu ia tersenyum lembut pada Azzura. Seketika saja wajah Azzura memerah setelah ia mendengar penuturan Alan itu. Ia lalu melirik ke arah Alan dengan gugup, yang kini tengah mengangkat bahu tanpa rasa bersalah saat pandangannya tetap di jalan. "Semua itu adalah bagian dari duniaku, Azzura." Alan meremas tangan Azzura dan melepaskannya. Ia lalu menatap ke arah jalan di depannya lagi."Dan aku ingin menjadi bagian dari duniamu, Lan," balas Azzura sambil menatap ke luar jendela saat mobil yang dikendarai Alan melintasi salah satu jembatan yang dikelilingi cahaya pagi nan cerah. Pagi yang cerah hari itu menggambarkan suasana hati Azzura yang sedang bahagia. Namun kemudian, sang fashion desainer ini mel
"Kapan kau bilang bahwa kau akan pergi?" tanya Alan mendesak. Nada suaranya begitu lembut. Ia seolah sedang menutupi kemarahannya."Alan, tenanglah, aku bukan meninggalkanmu. Aku akan menemui ibuku, dan aku hanya berpikir tentang hal itu," terang Azzura, meyakinkan Alan. "Bagaimana dengan semua rencana kita di ruang bermain?" tanya Alan lagi, sinis. "Kita belum membahasnya lagi, Alan," jawab sang fashion desainer membuat Alan membisu sejenak. Saat terdiam, Alan menyempitkan matanya. Ia lalu seperti diingatkan sendiri oleh dirinya. Karena itulah, Alan melepaskan tangan Azzura, dan ia memegang siku wanita seksi itu lalu membawanya keluar dari ruang tamu.“Pembicaraan ini belum berakhir, Azzura," tukas Alan, berbisik dengan nada mengancam saat ia dan sang fashion desainer favoritnya memasuki ruang makan."Oh ampun..." ujar Azzura, berbisik lirih dari dalam hatinya selagi matanya melotot pada Alan.Ketika di ruang makan,
Mia menceritakan tentang proyek gedung terbaru calon suaminya, yang ramah lingkungan di sebelah utara Shanghai. Saat Mia bercerita, Azzura melirik ke arah Senna. Istri Sage tersebut sedang memperhatikan setiap ucapan Mia, matanya bersinar dengan penuh cinta. Tetapi sekian detik kemudian, Azzura mengalihkan pandangannya ke arah Alan. Ia menatap Alan sambil menghela nafas. Di mata Azzura, Alan begitu tampan sehingga ia tak merasa bosan untuk menatap si pemandu wisata dan selam scuba itu selamanya. Alan memiliki sedikit jenggot di dagunya. Karena itulah, jari Azzura terasa gatal untuk menggaruk bahkan merasakannya di wajah, gunung kembar, hingga di antara pahanya. Hanya memikirkan hal itu sudah membuat Azzura merasa malu. Namun yang membuat Azzura makin malu adalah ketika Alan mengintip ke arahnya dan mengangkat tangannya untuk menarik dagunya. "Jangan menggigit bibirmu,” bisik Alan parau. "Aku ingin melakukan itu," kecam pria
Raut wajah Alan adalah kombinasi aneh, lembut, dan tajam. Namun kemudian, perlahan-lahan Alan menutup matanya, dan ia mencondongkan wajahnya pada sentuhan Azzura selagi nafasnya tertahan di tenggorokan.Berbeda dengan Alan, Azzura dengan tangannya yang lain mencoba menjangkau Alan. Wanita seksi satu itu mengusap jarinya ke rambut Alan karena ia menyukai rambut pria memesona tersebut. Saat Azzura mengusap rambutnya, Alan terdengar mengerang. Erangannya lembut hampir tidak terdengar. Dan ketika Alan membuka matanya, tatapanya adalah waspada, seperti ia tak mengerti apa yang Azzura lakukan.Azzura melangkah ke depan mendekati Alan. Lalu ia menarik rambut Alan, membawa mulut pria memesona itu ke mulutnya. Ya, Azzura mencium Alan, memaksa lidahnya melewati bibir Alan dan ke dalam mulut Alan. Aksi Azzura itu membuat Alan mengerang sambil tangannya memeluk Azzura, menariknya menempel ketat di tubuhnya.Selanjutnya tangan Alan menemukan jalan k
Azzura duduk, sedikit limbung dan linglung setelah bercinta dengan keras meski singkat dengan Alan. "Ini... kau bisa pakai ini, Sayang," Alan menarik keluar celana dalam Azzura dari saku celananya. Melihat itu, Azzura tak lantas tersenyum ketika ia mengambil celana dalamnya dari Alan. Namun hati kecil Azzura tahu, meski ia telah menerima hukuman tetapi ia memperoleh kemenangan kecil atas celana dalamnya. Karena itulah, samar-samar Azzura mengangguk setuju dan senyum puas tercetak jelas di waiahnya. Ya, akhirnya Azzura tak perlu meminta celana dalamnya. "Alan!" Mia berteriak dari lantai bawah. Mendengar itu, Alan lantas berbalik dan mengangkat alisnya kepada Azzura. "Tepat pada waktunya. Ya Tuhan, dia kadang bisa benar-benar menjengkelkan." Azzura cemberut ke arah Alan. Ia lalu buru-buru mengembalikan celana dalamnya ke tempat yang selayaknya.Usai memakai celana dalamnya, Azzura berdiri dengan kehormatan sebanyak yang ia bisa kerahkan
"Ooh! Alan ingin aku di sana, dan itu merupakan pengungkapan yang baru," kata Azzura, bergumam riang dalam hatinya usai mendengar penuturan Alan padanya. Ya, penuturan Alan membuat rasa hanya seketika menyebar perlahan melalui pembuluh darah Azzura. Tapi, yang membuat Azzura semakin salah tingkah adalah saat Alan menggeleng dan meraih tangannya. Saking salah tingkahnya Azzura, ia sampai terpaku sesaat menatap keluar jendela saat mobil yang dikendarai Alan sedang menuju kembali melintasi jembatan."Mengapa, Sayang?" Alan menekan Azzura untuk memberikan jawaban. Yang ditanya hanya mengangkat diam dan mengangkat bahu. Ia merasa terjebak. Jujur saja, sebenarnya Azzura tak ingin kehilangan Alan. Terlepas dari semua tuntutannya dan kebutuhannya untuk mengontrol sifat buruknya saat bercinta akhir-akhir ini. Mengapa tidak Azzura tak ingin kehilangan Alan? Karena ia tidak pernah merasa begitu hidup seperti yang ia rasakan sekarang. Ini seperti
Azzura kontan terkesiap karena pertanyaan Alan. "Oh tidak. Aku sudah cukup mendapatkan sesuatu yang eksotis untuk hari ini," kata Azzura, bergumam dalam hati. Gerutu Azzura itu lantas membuat dewi batinnya cemberut kepadanya, gagal total untuk menyembunyikan kekecewaannya."Apa kau yakin, Sayang?" tanya Alan lembut. "Aku melayani untuk semua selera di sini, setidaknya ada enam puluh satu rasa." Alan nyengir penuh gairah pada Azzura."Ya, aku tahu, Alan. Aku sudah memperhatikan itu," Azzura menjawab dengan datar. Yang diajak bicara hanya menggeleng. "Ayo, Azzura. Kau harus bekerja besok pagi. Butik memerlukanmu. Semakin cepat kau di tempat tidur, maka semakin cepat kau akan bercinta, dan semakin cepat kau bisa tidur, Sayang," jelas Alan tanpa ragu.Kontan wajar Azzura memerah karena ucapan si pemandu wisata dan selam scuba memesona itu. "Alan, kau seorang yang romantis sekali," balas Azzura, masih teguh pendirian menolak tawaran Alan.
Suasana yang tenang seolah mendukung hasrat Alan pada Azzura saat itu. Alan benar-benar terangsang, iblis dalam dirinya seolah tidak memikirkan fakta bahwa kini Azzura adalah seorang pasien. "Mmhhhh ...." desahan kecil keluar dari mulut sang fashion desainer saat Alan meremas gunung kembarnya yang berpakaian dengan gerakan sensual. "Alan... I'm so wet. Do you want to taste me?" ucap Azzura saat ia menarik bibirnya dari Alan sementara dada bulat dan padatnya bergerak naik dan turun dengan cepat. Ia terengah-engah. Mendengar itu, Alan lantas menyeringai, matanya menyala tanda bahwa ia semakin terbakar gairah dan juga bersemangat. "Tentu saja, Azzura. Besides the heart, your pussy is mine," jawab Alan, berbisik di depan wajah sang kekasih. "Sayang...." Alan dengan jarinya membelai wajah Azzura hingga ke bibirnya. "Kau tahu, menjilati vaginamu adalah favoritku. Aku akan menjilatinya sampai kau cum, atau memohon kepadaku atau menyemprotkan jusmu ke wajahku. Bahkan, setelah kau orgasme,
"Meski cerita dan mimpi itu mengerikan, aku tidak akan berani menyakitimu, Azzura," kata Alan pelan meski nada bicaranya terdengar dingin.Mendengar itu, Azzura lantas mengangkat wajah cantiknya yang pucat, dan kemudian menatap Alan nanar sementara keningnya berkerut. "Hhhhhh ...." Alan mengehela napas panjang guna menetralisir perasaan sesak yang memenuhi dadanya."Azzura, bahkan sepanjang kau bercerita tadi, tak sedetik atau sekali pun aku berpikir kapan kau mulai memutuskan mencampuri hidupku dengan rencana yang kacau. Entah mengapa hatiku percaya bahwa kau mana mungkin akan begitu. Kau tak mungkin harus sakit untuk mengacaukan hidupku, dan membuat aku percaya untuk mencintaimu," kata Alan dengan tenang. "Alan, saat aku bertemu denganmu aku tidak tahu apa-apa. Dan, saat aku tahu apa yang menghubungkan kita, aku coba memberitahumu ribuan kali," balas sang fashion desainer yang baru menyeka air matanya dengan tangan kosongnya ini. "Aku percaya padamu, Azzura. Sumpah!" tegas si pem
"Apa yang terjadi?" tanya seorang petugas medis wanita yang rambut coklat gelap dan panjangnya dikuncir kuda pada Alan yang belum lama tiba di IGD rumah sakit. Alan yang tampak cemas dan bingung kemudian menjelaskan: "Dia kalut, dan tiba-tiba pingsan."Petugas medis wanita itu mengangguk mengerti. "Baiklah... Dokter akan periksa sekarang. Tolong tunggu di luar," katanya pada Alan. Alan pun mengangguk menuruti perintahnya. Dan setelah beberapa saat, seorang dokter wanita yang berambut hitam pendek sebahu keluar dan bertemu Alan."Dok, apa kondisinya stabil?" tanya Alan dengan perasaan tak sabar yang menggerogoti dirinya. "Ya, kondisinya stabil. Tadi, dia mengalami syok. Tapi kami butuh rekam medisnya. Ada bekas luka di dadanya. Saya kira dia telah melakukan transplantasi hati dan jantung. Dan, apa yang baru saja terjadi mungkin terkait dengan operasi yang dia jalani. Tolong segera hubungi dokter jantungnya. Kami butuh informasi rekam medisnya untuk memastikan bahwa dia tidak menola
Malam harinya—setelah bertemu dengan Tommy dan Alexa, Azzura yang telah membatalkan acara makan malam bersama orangtuanya kembali ke apartemen Alan. Di apartemen itu, ia duduk di meja makan sembari membuka tutup botol anggur. Setelah itu, wanita seksi ini menuang segelas anggur untuk dirinya sendiri, kemudian menyesapnya. Tidak berapa lama, Azzura mendengar suara pintu berdecit dan derap langkah kaki seseorang. Siapa lagi jika bukan sang penguasa apartemen, Alan. Mendengar Alan pulang, Azzura bergegas bangkit dari duduknya dan menghampiri Alan yang masih berdiri di depan pintu masuk. "Sayang, kau di sini?" Alan tersenyum pada Azzura. Dengan cepat Azzura mengangguk lalu ia dengan sopan mengatakan bahwa ia datang ke apartemen untuk makan malam bersama kekasihnya. "Tapi, bukankah seharusnya sekarang kau sedang makan malam bersama orangtuamu?" Alan mengernyit saat menatap Azzura. Ia bingung. "Aku sangat merindukanmu, jadi, aku datang kemari. Yah... Aku ingin makan malam bersamamu,
"Hhhhh ..." Ayah Azzura menghela napas panjang, dan memijat pelipisnya pelan tatkala ia menatap putrinya heran. "Jadi, sebenarnya... Apa maksudmu, Azzura?" pria paruh baya ini bertanya dengan nada bingung. "Shit!" Azzura menggeram. Dan kemudian wanita seksi ini memajukan duduknya, lebih dekat dengan coffee table yang memisahkannya dengan orangtuanya. "Selama ini Ayah dan Ibu berbohong padaku!" ujar Azzura melotot pada orangtuanya. "Ayah... Tolong akhiri semua kebohongan ini. Aku tahu bahwa tidak pernah ada donor yang mengalami kecelakaan atau keluarga yang dengan senang hati ingin mendonasikan jantung, hati, dan matanya padaku!" ungkap Azzura, sinis. Sementara, yang diajak bicara membisu. "Dia dibunuh. Nyawanya diambil secara sengaja. Ada yang membunuhnya. Wanita dengan kondisi sehat dan bahagia, memiliki orang tua, kekasih, dan kehidupan!" imbuh Azzura, marah. Sekarang katakan padaku, apakah Ayah terlibat dalam hal ini?" tanyanya dengan menekan setiap kata dalam kalimatnya. "Apa—
"What do you need now, Alan?" tanya Azzura. Yang ditanya kemudian menyeringai. Seringai liciknya tersebut tampak jelas di wajahnya yang tampan itu. "I want you under me, Azzura," jawab Alan, terdengar sangat sensual.Mendengar itu, Azzura lantas tersenyum. "Mr. Alan, you will get what you expect from me," balas sang fashion desainer seksi ini dengan begitu tegas."I must say once again that you never fail to please me, Baby." Alan membelai pipi sebelah kiri Azzura dengan gerakan sensual. Sehingga, membuat hati Azzura berdesir sangat hebat."Astaga, Azzura... Kau semakin terlihat seperti... Wanita jalang. Aku tak pernah menduga bahwa kau akan melangkah sejauh ini," ujar dewi batin Azzura, menggerutu kesal pada Azzura yang tak tahu malu. "Tapi, yah... Kau juga merasa sangat senang ketika kau bisa bercinta dengan Alan, bukan?" sahut sel-sel liar Azzura. "Sungguh! Kau benar-benar tidak bisa menolak tubuh Alan," timpal dewi batin Azzura. Sekian detik berikutnya, Azzura memberanikan diri
"Ehem ...." Azzura berdeham dan berkedip. "Alan... Apakah aku boleh bertanya sesuatu kepadamu?" tanyanya pelan dan hati-hati saat bertatapan dengan kekasihnya itu. Tanpa ragu, Alan pun mengangguk. "Ya, tentu saja boleh," jawab pria memesona ini. "Selama pertanyaanmu itu tak melewati batas, aku juga akan menjawabnya." Alan tertawa. Ia lalu merangkul Azzura selagi mereka duduk bersebalahan di bathtub.Pelukan seperti ini digunakan oleh Alan pada sang kekasih untuk menunjukkan dukungannya, rasa cinta dan sayangnya kepada Azzura."Hmm... Apa tidak masalah jika kau membawaku pindah apartemen ini? Maksudku, kau dan Odette—""Cup." Dengan cepat, Alan memotong bicara sang kekasih dengan membungkam mulutnya dengan kecupan kilat. Kecupan kilat di bibirnya detik itu kontan membuat Azzura cukup terkejut. Matanya melebar saat bersitatap dengan Alan, seolah ia bertanya, "Apa yang kau lakukan? Aku sedang bicara!" "Sayang...." Alan dengan lembut berucap sembari jari-jarinya membelai pipi Azzura se
Bathtub yang terdapat di kamar mandi Alan cukup untuk jumlah dua orang saja. Kemudian bathtub ini juga dilengkapi dengan dek kayu jati.Bukan hanya itu, terdapat juga sandaran di masing-masing sisi, sehingga Alan dan Azzura bisa merasa lebih santai usai pergulatan mereka yang panas, menyakitkan, namun sangat menyenangkan.Sayangnya, alih-alih merasa rileks karena pijatan alami yang diberikan oleh air hangat di dalam bathtub, ruang memori di kepala Azzura justru kembali berputar bak gulungan film. Ya, gulungan film yang sangat siap menampilkan potongan-potongan visual di dalamnya. Hal ini tentu saja kembali mematik rasa takut Azzura dan tercetak jelas di wajah cantiknya. Karena itulah tangan Azzura jadi gemetar. Bahkan, tubuhnya menjadi lemas alih-alih segar karena berendam di air hangat yang menenangkan. Azzura tercekat lantas membeku di samping Alan. Sementara, di waktu ini, ruang memori di kepala Azzura mulai menampilkan beberapa adegan visual yang membuat wanita seksi satu ini m
Tanpa perlu menunggu lebih lama, Azzura lantas menjawab Alan dengan tersenyum malu-malu kepadanya. Sehingga, Alan merasa bahwa wanita di hadapannya ini terlihat semakin cantik dan menggemaskan.Sementara itu, di bawah sana tampak Alan Junior yang bertipe Burrito sudah sangat siap untuk melakukan pekerjaannya, memasuki liang senggama Azzura yang berkedut dan basah.Saat Mr. Burrito milik Alan akan memasuki honey pot nya, Azzura membuka kedua kakinya lebar-lebar. Dan setelah itu, baru lah Mr. Burrito sang kekasih perlahan memasuki arena permainannya. "Aagghhh..." Azzura terperanjat saat Mr. Burrito si pemandu wisata dan selam scuba memesona favoritnya itu memenuhi liang senggamanya, dan memberi tekanan serta rangsangan di semua area intimnya.Dan, agar penetrasi semakin dalam, Azzura terlihat melingkarkan kedua kakinya pada pingang Alan. "Mmhh ... ooohh ...." Azzura dan Alan mengerang dengan lembut. Melalui erangan lembut itu, Azzura dan Alan dapat saling mengetahui bahwa mereka satu