Seketika saja mood Alan berubah dengan cepat, sehingga Azzura begitu sulit untuk mengikutinya. Kendati demikian, sang perancang busana cantik dan seksi tersebut dengan patuh berbalik menghadap ke arah Alan.
Saat Azzura berbalik dan menghadap Alan, hatinya berdebar kencang, gairah segera mengganti perasaan tak nyaman dalam dirinya, lalu mengalir melalui darahnya dan menetap kelam dan mengalir rendah turun di perutnya.Sekian detik berikutnya, Alan mengambil rambut Azzura dari punggungnya. Sehingga, rambut sang fashion desainer cantik dan seksi tersebut menggantung ke bawah sisi kanannya, tepatnya di gunung kembarnya.Setelah itu, Alan menempatkan jari telunjuknya di belakang leher Azzura dan perlahan-lahan ia menelusuri ke bawah tulang belakang wanita seksi tersebut. Kuku Alan yang terawat baik dengan lembut menelusuri punggung Azzura."Aku suka gaun ini," bisik Alan pada Azzura. "Aku suka melihat kulit mulusmu, Sayang," ungkap pria tampan ini, mMeski sebelumnya sempat bingung, tetapi Azzura akhirnya tahu apa yang harus dilakukannya. Wanita cantik dan seksi ini meraih t-shirt Alan, sementara si tampan dan demokratis tersebut memegang tangannya.Namun kemudian, Alan menggelangkan kepalanya dan tersenyum licik kepada Azzura. "Tidak, Sayang," tukas Alan sembari menggelengkan kepalanya dan menyeringai lagi."Bukan t-shirtku. Kau mungkin perlu menyentuhku untuk apa yang aku rencanakan." Mata Alan masih hidup dengan kegembiraan saat menatap Azzura. "Apa ini berita baik, kalau aku bisa menyentuhnya ketika dia berpakaian?" ujar Azzura, bertanya dalam hati. Tak berselang lama usai Azzura bergumam dalam hatinya, Alan mengambil salah satu tangan wanita cantik dan seksi tersebut lalu meletakkannya pada pistolnya yang mulai tegang."Ini adalah efek yang kau berikan padaku, Azzura," ungkap Alan, berbisik pada Azzura selagi sang perancang busana cantik tersebut menggenggam dan melenturkan jar
Setelah Alan bicara, Azzura menggenggam tangan Alan seolah ia akan memegangnya seumur hidupnya. Dan dengan lembut dan pelan, Azzura mulai bergerak ke atas dan ke bawah sesuai dengan instruksi Alan. Ketika Azzura mendorong tubuhnya ke atas dan ke bawah dari tubuh Alan, kedua mata Alan terbakar dengan antisipasi liar dan napasnya tidak beraturan sama seperti Azzura.Lalu detik berikutnya, Alan terlihat mengangkat panggulnya tatkala Azzura mendorong tubuhnya turun ke bawah, membuat tubuh sang fashion desainer memantul kembali ke atas. Di waktu ini, Azzura dan Alan sudah mendapatkan irama—atas, bawah, atas, bawah secara berulang. "O God, rasanya begitu ... nikmat," kata Azzura, bergumam dalam hatinya.Bersama dengan itu, dan di antara napasnya yang terengah-engah, ada perasaan di mana Azzura merasa bahwa liang senggamanya sangat penuh—dipenuhi oleh zakar Alan yang kian membesar. Di samping itu, Azzura juga merasa ada sensasi berdenyut kera
"Ya ampun," Azzura bergumam kecil. Mendengar itu, Alan lantas menyeringai kembali. "Jadi kau tidak punya pilihan, Azzura," ucap Alan, sinis."Jelas," balas Azzura, terdengar pasrah. Ia tak bisa meneruskan sarkasme keluar dari suaranya saat matanya berputar naik seolah ingin menjangkau surga.“Oh, Azzura, apakah kau barusan memutar bola matamu padaku?" tanya Alan pada wanitanya itu, dingin."Tidak, Alan," jawab Azzura, tegas meski pelan. Kendati begitu, Alan tak lantas percaya. Buktinya, pria memesona ini menggeleng samar sambil tersenyum tipis. "Tidak, Sayang. Aku pikir kau melakukannya. Aku pernah katakan, apa yang akan aku lakukan padamu kalau aku melihatmu menggigit bibir bawahmu dan memutar matamu padaku lagi?" Alan menaikkan satu alisnya ketika berpandangan dengan Azzura.Setelah itu, Alan duduk di tepi tempat tidur. "Zura, kemarilah," katanya pada Azzura begitu lembut. Seketika Azzura pucat. Namun kemudian, wanita seksi ini duduk di samping Alan dan menatap pria tampan terse
Sesaat setelah bicara, Alan memukul bokong sang fashion desainer lagi dan lagi. Karena ini, dari dalam suatu tempat yang jauh, Azzura ingin memohon kepada Alan untuk berhenti.Namun, Azzura tak melakukannya karena ia tidak ingin memberi Alan kepuasan. Jadi, Azzura membiarkan Alan melanjutkan aksinya dengan irama yang tidak henti-hentinya."Argh! Argh!" Azzura menjerit sebanyak enam kali lagi dengan delapan belas tamparan di bokongnya secara total."Cukup!" Alan bernafas serak. "Bagus, Azzura," ujar Alan disertai dengan senyum lebar dan raut wajah senang. "Sekarang aku akan bercinta denganmu, Sayang," katanya tegas.Mendengar itu, Azzura lantas tercekat tapi jauh di dalam lubuk hatinya yang paling dalam ia menjerit senang dan melompat kegirangan.Bersama dengan itu, Alan mulai membelai bokong Azzura dengan lembut, membuat sang empunya bokong terasa terbakar.Namun, yang membuat Azzura semakin terbakar adalah ketika Alan membelai bokongnya dengan gerakan berputar-putar dan kemudian tan
Alan menyemprotkan baby oil ke tangannya. Ia lalu menggosok pantat Azzura yang bulat dan padat dengan kelembutan dan hati-hati.Dari pembersih make up ke balsem pelembut dan hingga pantat yang dipukul, siapa sangka baby oil adalah merupakan cairan serbaguna. "Aku suka tanganku padamu, Azzura," cetus Alan, berbisik pada Azzura. Dan, Azzura pun menganggukkan kepalanya tanda bahwa ia setuju. "Aku juga suka tanganmu padaku, Alan." Azzura mengulum senyumnya, sementara wajahnya memerah. Penuturan Azzura itu lantas membuat kedua sudut bibir Alan melengkung ke atas—membentuk bulan sabit yang indah."Sudah," tukas Alan ketika ia selesai mengolesikan baby oil di pantat Azzura. Dan kemudian, Alan menarik ke atas celana dalam Azzura lagi. Setelah itu, Azzura melirik ke arah dinding yang menempel pada dinding kamarnya. "10.30," gumamnya, kecil. Namun, Alan masih dapat mendengarnya jelas. "Apa kau akan pergi, Lan?" tanyanya. Alan dengan cepat menggeleng tegas. "Tidak, Zura. Aku tidak akan perg
Ketika Alan mencium Azzura, wajah sang fashion desainer tersebut kontan memerah. Namun kemudian, ia merasakan tujuh nuansa merah karena keseksian Alan. "Kau sangat panas, Alan," ungkap Azzura, berbisik pada Alan.Seketika saja Alan tersenyum lebar dan telinganya bergetar usai mendengar penuturan Azzura kepadanya."Sayang, dirimu juga sangat panas. Tidak buruk sama sekali, Azzura." Alan menekan tubuhnya pada Azzura, penuh arti.Karena itulah, kontan wajah Azzura memerah lagi. Terutama saat Alan bertopang pada sikunya dan menatap ke arah Azzura. Yang ditatap kemudian tersenyum geli.Namun kemudian, Alan terlihat membungkuk. Dan, yang mengejutkannya adalah si pemandu wisata dan juga selam scuba tampan tersebut mencium lembut Azzura di bibirnya. Lebih lembut dari sebelumnya. "Azzura, apa tidurmu nyenyak?" tanya Alan dengan suaranya yang pelan dan lembut setelah mencium Azzura. Azzura pun mengangguk tegas sembari menatap A
"Hm, gaun itu," kata Alan, bergumam pada Azzura, tanda bahwa ia setuju dengan gaun yang dipakai Azzura saat ia menatap wanitanya tersebut. "Selamat datang kembali, Sayang," Alan berbisik, ia kemudian menggenggam dagu Azzura, membungkuk, dan memberikan ciuman lembut di bibirnya. Sentuhan bibir Alan pada bibir Azzura bergema di seluruh tubuh Azzura. Ciuman Alan yang singkat namun lama itu bahkan membuat nafas Azzura sesak."Hai," bisik Azzura saat wajahnya memerah ketika bertatapan dengan Alan. Alan kemudian mengulas senyumnya. "Kau tepat waktu, Sayang. Aku suka dengan orang yang tepat waktu. Ayo!" Alan mengambil tangan Azzura, dan membawanya ke sofa.Alan dan Azzura duduk berdampingan. Kemudian seluruh tubuh Alan berbalik menghadap Azzura, dan salah satu kakinya diselipkan di bawah kaki yang lain. Setelah itu, Alan menyelipkan rambut ke belakang telinga Azzura dengan jari telunjuknya. Tubuh Azzura kontan menjadi hidup karena s
"Bersemangat seperti biasa, Azzura?" Alan tersenyum ke arah piring kosong Azzura. Sementara, sang fashion desainer cantik dan seksi tersebut menatap si pemandu wisata dan selam scuba memesona dari bawah bulu matanya."Ya," bisik Azzura. Mendengar itu, nafas Alan lantas tersentak. Dan, ketika Alan menatap ke arah Azzura, Azzura merasakan suasana di antaranya dan Alan perlahan-lahan bergeser, berkembang dan mengisi.Buktinya, tatapan Alan berubah dari gelap menjadi terlihat membara, membawa Azzura bersamanya. Alan lalu berdiri, menutup jarak di antaranya dan Azzura.Namun kemudian, Alan menarik Azzura dari kursi barnya ke dalam pelukannya. "Azzura, apa kau ingin melakukan adegan lain bersamaku malam ini?" Alan bernafas dan menatap Azzura tajam. "Apakah kau akan memukulku dan bercinta?" ujar Azzura, penasaran. Alan pun mengangguk. "Ya, Azzura. Tapi, itu tidak akan menyakitimu. Aku tak ingin menghukummu saat ini, Sayang. Jika itu