Sementara itu Dewa menatap kepergian mobil yang mengantar Tiara keluar dari filanya. ada sedikit rasa bersalah karena ia lagi lagi melukai hati Tiara.sebenarnya dia tidak ingin melakukan ini tetapi ia juga tidak ingin melukai Calista.
"apa yang aku pikirkan,bukankah aku sudah memberikan rumah dan uang sebagai kompensasinya?" tanya Dewa pada dirinya sendiri.kring...kring....ponselnya berbunyi ia melihat siapa yang menelponnya,seketika bibirnya tersungging saat melihat siapa yang sudah menelponnya,tanpa menunggu lama ia mengangkat telpon dari kekasihnya itu"ya ,sayang kenapa?" sapanya lembut"Sayang kamu dimana, aku sedang berada di kantormu kita hari ini kan kita ada jadwal foto prewedding sayang." ucap Calista manja"aku sedang ada urusan,tapi kamu tak perlu kawatir,aku akan segera sampai di kantor.""baiklah aku akan menunggumu, I love you." ucap Calista malu malu"love you to..."akhirnya mereka mengakhirTiara sudah sampai di rumahnya,ia melihat seisi ruangan rumahnya,terlihat sangat berdebu dan kotor.ia menghembuskan nafas karena harus membersihkan rumahnya terlebih dahulu.ia mengambil peralatan tempurnya,dan mulai membersihkan semua ruangan rumahnya.butuh waktu dua jam untuk menyelesaikan pekerjaannya,ia mengistirahatkan tubuhnya untuk menghilangkan rasa lelahnya."akhirnya,selesai juga." ucapnya kemudian dia menerawang jauh mengingat ketika kedua orang tuanya masih hidup,ia begitu bahagia memiliki keluarga yang utuh,tetapi kebahagiaan itu tidak berlangsung lama,saat umur sepuluh tahun orang tuanya mengalami kecelakaan tunggal akibat rem blong pada mobil mereka. waktu itu hari Minggu,seperti biasa keluarganya menikmati acara Minggu dengan jalan-jalan tetapi saat akan berangkat,tiba-tiba mobil yang di kendarai tidak bisa berhenti dan akhirnya mereka kecelakaan.kedua orang tua Tiara meninggal di tempat dan Tiara berhasil di selamatkan.
pukul lima pagi Tiara bangun dari tidurnya,tiba-tiba dia merasakan perutnya seperti di aduk,dan ingin mengeluarkan semua isi perutnya.ia berlari ke arah kamar mandi dengan tergesa gesa.Hoek...Hoek ...Hoek....Tiara berusaha mengeluarkan semua isi perutnya tetapi hanya cairan bening dan rasa pahit yang mendominasi."duh...aku kenapa ya?kok sudah tiga hari ini aku mual-mual terus?" ia berjalan keluar secara perlahan sambil tanganya memegangi dinding rumahnya. sungguh kepalanya serasa mau pecah,dan perut yang terus bergejolak.ia mencari minyak kayu putih,ia berharap dengan menghirupnya rasa yang tidak enak ini akan terasa jauh lebih baik.ia menghirup dalam minyak kayu putih menghembuskan secara perlahan.ia melakukanya hingga beberapa kali."untung aku selalu menyiapkan ini." ucapnya setelah merasakan agak lebih baik. tanpa sengaja netranya menatap pada kalender yang menempel didinding kamarnya.ia berjalan mendekat melihat t
Prasetyo berjalan dengan gaya angkuhnya menuju keruangan Dewa,ia hari ini berencana untuk menemui sahabat sekaligus rivalnya,ia ingin memberikan kejutan untuk Dewa,karena sudah lama ia tak bertemu dengan sahabatnya itu. ia hanya ingin menyapa,tidak ingin membongkar hubungannya dengan Calista,untuk urusan itu nanti saja. walaupun ia tahu kalau pernikahan Dewa dan Calista sebentar lagi tidak masalah baginya yang jelas ia akan tetap menggagalkan pernikahan itu.tok...tok...suara ketukan pintu mengalihkan Dewa dari beberapa berkas yang harus ia kerjakan."masuk.." "tuan...ada tuan Prasetyo ingin menemui anda." ucap Willy.Dewa mengerutkan keningnya,heran pasalnya sahabatnya itu sudah lama tak menampakkan hidungnya,tetapi ia tiba-tiba ingin menemuinya."biarkan dia masuk.""baik tuan." ucap Willy menundukkan kepalanya hormat dan keluar menyuruh Tio untuk masuk."hai bro,apa kabar?" ucapnya setelah melihat Dewa."hmmm...kemana saja kamu setahun i
Dewa dan Calista berjalan beriringan menuju ke mobil yang sudah menunggu mereka. Calista berjalan dengan bergelayut manja di lengan Dewa. sungguh mereka memang tampak pasangan yang serasi.Dewa dengan ketampananya yang diatas rata-rata. dan Calista yang cantik dan anggun membuat setiap orang iri melihat mereka.tiga puluh menit perjalanan akhirnya mereka sampai di restoran Jepang tempat mereka mengadakan pertemuan dengan tuan Yamatamereka memasuki ruangan VIP yang sudah mereka pesan,ternyata tuan Yakasima dan istrinya Andin sudah menunggu mereka di ruangan tersebut."selamat siang tuan Yamata apa kabar?" ucap Dewa setelah sampai dimeja Yamata.lalu duduk setelah di persilahkan"saya baik,bagaimana dengan anda?""saya juga baik,kenalkan ini calon istri saya Calista." "emmm...cantik sekali calon istri anda ini.""ekhem ...jadi saya tidak cantik gitu?" sahut Andin yang dijawabi dengan kekehan dari mister Yama
Calista memeluk Dewa dari belakang,pasalnya setelah mereka pulang dari makan siang Dewa terlihat murung dan sedang memikirkan sesuatu.Dewa membalikkan tubuhnya,dan membalas pelukan Calista dengan erat. ia membayangkan orang yang dalam pelukanya adalah Tiara,sungguh bayangan Tiara yang sedang kesakitan tadi selalu muncul dalam pikiranya."sayang kamu kenapa,kok terlihat murung?" tanya Calista setelah hening melanda.Dewa hanya tersenyum,mencium puncak kepala sang kekasih."kalau ada masalah cerita,jangan di pendam sendiri siapa tahu aku bisa bantu."Dewa mengangkat tubuh Calista dalam gendongannya. dibawanya Calista di atas ranjang untuk rebahan. ia akan menidurkan Calista terlebih dahulu setelah itu ia ingin menanyakan kepada Leo perihal Tiara."tidak perlu menghawatirkan ku sayang,lebih baik kita tidur aku hanya kelelahan karena pekerjaan yang tak ada habisnya." ucapnya sambil memeluk Calista."emmmm....baiklah aku juga tak ingin kau sakit." ucap Calista sambil membalas pelukan Dewa
Tiara membawa teh hangat yang dibuatnya ke ruang tamu."ini dokter tehnya." ucap Tiara lalu mendudukan bokongnya di sofa single yang berhadapan dengan Arya.Arya mengangguk,dan mengambil teh yang dibuat Tiara lalu meminumnya."kamu terlihat pucat,apa kamu masih mengalami morning sicnes?" Tiara hanya mengangguk,"sekarang katakan kenapa dokter bisa ada disini?" tanya Tiara mengintimidasi.Arya langsung salah tingkah dengan pertanyaan Tiara,dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."emmmm..... sebenarnya saya kesini ingin pergi kerumah teman saya,dia memberikan alamat rumah ini,setelah saya memencet bel ternyata kamu yang membuka pintu, akhirnya saya mampir saja sekalian mungkin saya salah rumah." ucapnya jujur"boleh saya lihat alamat teman anda?" tanya Tiara,ia ingin membuktikan kalau Arya ini tidak mengada-ada alias modus.Arya lalu mengangguk dan mengambil ponselnya di tas yang ia pakai,lalu ia men
Tiara membuka matanya secara perlahan,ia melihat ruangan yang serba putih dan bau obat-obatan yang sangat menyengat,tiba-tiba perutnya seperti di aduk karena mencium bau yang begitu menusuk hidungnya,dengan segera Tiara beranjak dari ranjang,tetapi ia kesusahan untuk turun karena selang infus yang tertancap di tanganya.Tiara mencoba untuk mencabutnya tetapi tidak bisa. ia menutup hidungnya dan mulutnya sambil menarik tanganya yang tertancap selang infus. disaat bersamaan dokter Arya masuk ke dalam ruangan dimana Tiara berada.seketika matanya melotot yang berusaha untuk melepas selang infusnya sambil menutup hidung dan mulutnya."apa yang kau lakukan?'"aku ingin muntah dokter." ucap Tiara terbatadengan sigap Arya mengambil tempat sampah yang berada di bawah ranjang Tiara lalu di sodorkan kepada Tiara, dia langsung memuntahkan semua yang ada di perutnya.setelah selesai Arya tanpa jijik menyeka mulut Tiara dengan tisu."apa masih ingin muntah?
Dewa membawa Tiara masuk ke dalam apartemen miliknya,dihempaskannya tubuh Tiara dengan kasar.akkhhh.... Tiara berteriak,"tolong lepaskan saya tuan saya mohon." ucap Tiara memohon."tidak,layani aku dulu baru aku akan melepaskanmu.""tidak..." Tiara memberontak,sekuat tenaga ia mendorong tubuh Dewa,dia berusaha lepas dari kung-kungan tubuh besar Dewa.tenaga Tiara tak bisa lepas dari Dewa karena kekuatannya tak lebih besar dari lelaki itu. "lepaskan,atau anda akan meye....mmmmm"Dewa mebungkam mulut Tiara sebelum dia menyelesaikan kalimatnya. Tiara terus menolak,dia mencoba menggigit bibir Dewa tetapi dengan cepat Dewa dapat mengendalikan lidah Tiara. lama kelamaan ciuman itu melembut, akhirnya Tiara kalah dengan ciuman lembut Dewa. saat Dewa melepas ciuman mereka dengan sigap Tiara mendorong tubuh Dewa hingga terjembab ke belakang. melihat ada celah untuk kabur,Tiara berlari keluar kamar,tetapi saat sampai di ruang tengah,perut Tiara terasa keram,seketika ia berjongkok dan mencengk
Wili dan Intan memutuskan untuk duduk di taman sembari mengawasi anak-anak mereka yang sedang asik bermain."bagaimana kabarmu dek?" tanya Wili setelah cukup lama terdiam."aku baik mas,bagiamana dengan kamu dan Angeline?" tanya Intan.memang selama berpisah Intan tidak pernah tahu bagaimana keadaan Wili,meskipun mertuanya selalu datang untuk menemuinya dan putrinya tetapi Intan tak bertanya dan Anisa pun tak pernah mengungkit atau bercerita tentang Wili kepada Intan.Wili tersenyum kecut mendengar pertanyaan Intan,ternyata Intan memang sudah tidak ingin mengetahui apapun tentang dirinya setelah perpisahan mereka."mas baik,Angeline...sudah meninggal saat umur Naufal masih terhitung hari."Intan terkejut mendengar jawaban dari Wili,"maaf mas aku sungguh tidak tahu." ucap Intan menyesal."sudahlah, lupakan. aku tak menyangka jika anak kita akan tumbuh sehat dan cantik sepertimu dek." ucap Wili mengalihkan pembicaraan,dia tak ingin mengingat tentang kejadian beberapa tahun yang lalu."
lima tahun berlalu,selama itu juga Wili sama sekali belum bertemu dengan Intan. walau terkadang ia ingin sekali mencari tahu tentang keadaan Intan,tetapi ia takut jika bertemu dengan mantan istrinya itu dia akan kembali memberikan luka kepada Intan.Wili memang menyesal dengan apa yang telah dia lakukan kepada Intan,tetapi penyesalan takkan merubah apapun. kehidupan rumah tangganya bersama Angeline juga tak semulus yang ia bayangkan.hubungan mereka mulai merenggang ketika Wili tak sengaja membaca pesan yang masuk di ponsel milik Angeline."boss,kapan anda mentransfer uangnya,saya sudah melakukan apa yang anda inginkan."kedua alis Wili bertaut saat tak sengaja membacanya,penasaran Wili akhirnya membuka dan menscrol percakapan sebelumnya. betapa terkejutnya Wili saat membacanya,jadi selama ini lah Angeline yang berusaha memisahkan dirinya dengan Intan dengan cara mematai-matai Intan dan mengambil beberapa foto Intan yang terlihat mesra dan nyata."mas sedang apa?" tegur Angeline saat
"cepat katakan apa maksud kedatanganmu kesini." ucap papa sedikit kesal karena Wili tak kunjung menjawab pertanyaannya."saya kesini hanya ingin menanyakan keberadaan Intan,pa.""apa maksudmu,bukankah Intan itu istri kamu?kenapa tanya kepada saya?" ucap papa sambil menaikkan sebelah alisnya."pa,saya tahu kalau Intan sudah menceritakan tentang rencana perceraian kami,tapi saya mohon tolong beri tahu saya dimana Intan,saya hanya ingin memastikan Intan baik-baik saja." ucap Wili jujur,sungguh kali ini Wili menaruh harapan kepada orang tua Intan.papa tersenyum masam mendengar ucapan menantunya itu,bukan tepatnya mantan menantu karena dirinya takkan membiarkan Intan hidup bersama dengan pria yang tak bertanggung jawab bahkan tega menyakiti putri semata wayangnya itu."pergilah karena,saya maupun istri saya tidak akan pernah memberitahu dimana anak dan cucu saya berada.bukankah ini yang kamu inginkan?dan satu lagi,biarkan anak saya hidup bahagia bersama anaknya tanpa adanya dirimu." ungka
Wili membuka matanya saat matahari pagi menyorot tepat ke arah wajahnya,ia melihat jam yang menggantung di tembok. seketika matanya melotot melihat sudah pukul sepuluh pagi dan dirinya baru bangun dari tidurnya.tanpa pikir panjang Wili melangkahkan kakinya untuk segera ke kamarnya dan Intan. ia harus mencegah Intan untuk pergi,setidaknya sampai Intan melahirkan,karena ia takkan membiarkan intan hidup sendirian apa lagi Intan tengah hamil anaknya."dek..." panggil Wili saat sudah sampai di kamar,tetapi ia tak menemui sosok yang ia cari. Wili melangkah ke arah kamar mandi tetapi ia juga tak menemukan Intan.Wili berpikir kemana Intan pergi,lalu matanya melihat ke arah lemari,Wili membukanya seketika Wili mematung melihat isi lemari milik Intan sudah kosong itu tandanya Intan sudah pergi dari hidupnya,sepeti kata Intan semalam.padahal Wili hanya ingin memastikan Intan hidup baik-baik saja meskipun tak bersamanya dirinya,tetapi setidaknya Wili bisa memantau ke adaan Intan.Wili mengamb
"apa kalian sedang ada masalah?katakan sejujurnya." ucap Anisa karena melihat gerak-gerik keduanya."ma aku...." ucapan Wili terpotong,"mas Wili masih mempertahankan pernikahanya dengan Angeline ma,dan aku lebih memilih mundur. untuk anak ini biarlah aku sendiri yang mengurusnya,tetapi mama tenang saja aku tidak akan melarang mama maupun mas Wili untuk menemuinya karena bagaimanapun mama adalah neneknya dan mas Wili adalah ayahnya.""dek....""maaf mas,aku tidak ingin menghalangi kebahagiaanmu,biarlah aku hidup sendiri bersama anakku. karena aku yakin mas tidak pernah menginginkan kehadiran ya karena akan menjadi panghalangmu." potong Intan secepat mungkin."tidak mama tidak setuju kalian berpisah,dan kamu Wili bukankah mama tidak pernah mengajarimu untuk mengingkari janji?" tanya Anisa dengan penuh kekecewaan."ma,bukanya Wili ingin mengingkari janji tetapi Angeline juga sedang mengandung anakku ma,aku tidak bisa meninggalkanya maafkan aku." ucap Wili menyesal dia menatap mamanya da
sudah dua Minggu Wili pergi,dan selama itu juga Wili tak pernah memberinya kabar. dan Angeline makin gencar mengirimi foto-foto mesra mereka.ingin sekali Intan bertemu dengan dan dia ingin mendengar penjelasan dari Wili."aku harap kau cepat kembali mas,agar semuanya jelas." gumam Intan sembari menatap langit-langit kamarnya kepalanya rasanya berdenyut dan perutnya terasa sangat mual,bahkan setiap pagi ia selalu bolak balik ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya."apa kamu tahu mas,untuk saat ini aku sangat membutuhkanmu." gumamnya,ia memeringkan tubuhnya semabri memeluk guling dan membayangkan jika yang dia peluk adalah suaminya."aku merindukanmu mas,kapan kamu akan pulang?dan aku berharap semua video dan foto hanyalah rekayasa untuk memisahkan kita." gumam intan,dia sungguh berharap semua bukti yang di kirimkan oleh Angeline hanyalah rekayasa.Brak...suara pintu kamar di buka dengan sangat kasar,hingga membuat Intan terlonjak kaget.dengan segera ia melihat siapa yang sudah b
hari ini hari kedua Wili berada di luar kota,tetapi sedari tadi pagi Wili tidak ada kabar sama sekali,Intan berusaha menghubungi ponsel wili tetapi nomor Wili tidak aktif."kamu kemana sih,mas?paling gak kasih aku kabar biar aku tak kawatir." gumam Intan melihat benda pipih yang ada di tangannya.Wili yang belum memberi kabar seharian ini membuat Intan tak bisa berkonsentrasi,pekerjaanya menjadi kacau. dari pada membuat pekrjaan semakin berantakan Intan memutuskan untuk menenangkan diri,berjalan kaki di taman dekat cafe miliknya. entah kenapa berbagai macam pikiran buruk masuk ke dalam otak kecilnya. dengan sekuat tenaga Intan berusaha membuang pikiran buruk itu."aku harus percaya dengan suamiku,meskipun ia pernah mengecewakan tetapi aku yakin dia akan berubah." gumam Intan.Intan menatap ke arah anak-anak yang sedang asik bermain kejar-kejaran. suara tawa riang menghiasi wajah mereka,sungguh pemandangan ini membuat Intan bisa sedikit melupakan permasalahan yang sedang ia hadapi.Inta
pagi ini Intan sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk suaminya,meski di sini ada beberapa asisten tetapi Intan ingin dirinya yang menyiapkan semua keperluan sang suami sendiri."masak apa dek...?" tanya Wili yang tiba-tiba sudah memeluknya dengan erat."ini masalah nasi goreng seafood mas,kesukaan mas." ucap Intan membalikkan badanya lalu membalas pelukan suaminya. mulai sekarang Intan akan bersikap lebih agresif dan tak sungkan untuk memperlihatkan kalau dirinya sangat mencintai sang suami.terhitung sudah satu Minggu Intan keluar dari rumah sakit dan kondisinya sudah sangat membaik berkat sikap Wili yang berubah menjadi manis dan penuh perhatian."seharusnya kamu gak ninggalin mas sendirian dek,biar bik Narsih aja yang masak." ucap Wili yang membenamkan wajahnya di ceruk leher istrinya."gak apa-apa mas,aku hanya ingin menyiapkan keperluan mas sendiri,lebih baik mas tunggu di meja makan biar aku siapkan nasi goreng."Wili mengangkat wajahnya lalu menghembuskan nafas pelan,ia menatap
dua Minggu lamanya intan di rawat,dan hari ini ia di perbolehkan untuk pulang. dan selama di rumah sakit Wili tak pernah meninggalkan intan sendirian,meskipun Wili masih saja sibuk dengan ponselnya dan beberapa pekerjaanya yang dikirim oleh sekeetarisnya."semuanya sudah siap dek?" pertanyaan Wili membuyarkan lamunan Intan.intan mengangguk dan tersenyum, Wili mendekatinya lalu memeluk pinggangnya dan berjalan keluar kamar."masih bisa jalan kan?" tanya Wili pada Intan "iya mas..." jawab intan tersenyum.mereka berjalan perlahan menuju parkiran mobil,saat sedang berjalan mereka tak sengaja berpapasan dengan Angeline yang kebetulan memang ada keperluan di rumah sakit ini.memang Angeline beberapa kali tidak sengaja bertemu dengan Anisha,ia berusaha ingin mengambil lagi hati mertuanya itu tetapi Anisha seolah acuh dan tak pernah peduli dengan keberadaan nya."Will...kenapa kau tak pernah balas chatku dan mengangkat telponku?" tanya Angeline saat melihat Wili dan intan.Wili menatap Ang