pukul lima pagi Tiara bangun dari tidurnya,tiba-tiba dia merasakan perutnya seperti di aduk,dan ingin mengeluarkan semua isi perutnya.ia berlari ke arah kamar mandi dengan tergesa gesa.
Hoek...Hoek ...Hoek....Tiara berusaha mengeluarkan semua isi perutnya tetapi hanya cairan bening dan rasa pahit yang mendominasi."duh...aku kenapa ya?kok sudah tiga hari ini aku mual-mual terus?" ia berjalan keluar secara perlahan sambil tanganya memegangi dinding rumahnya. sungguh kepalanya serasa mau pecah,dan perut yang terus bergejolak.ia mencari minyak kayu putih,ia berharap dengan menghirupnya rasa yang tidak enak ini akan terasa jauh lebih baik.ia menghirup dalam minyak kayu putih menghembuskan secara perlahan.ia melakukanya hingga beberapa kali."untung aku selalu menyiapkan ini." ucapnya setelah merasakan agak lebih baik. tanpa sengaja netranya menatap pada kalender yang menempel didinding kamarnya.ia berjalan mendekat melihat tPrasetyo berjalan dengan gaya angkuhnya menuju keruangan Dewa,ia hari ini berencana untuk menemui sahabat sekaligus rivalnya,ia ingin memberikan kejutan untuk Dewa,karena sudah lama ia tak bertemu dengan sahabatnya itu. ia hanya ingin menyapa,tidak ingin membongkar hubungannya dengan Calista,untuk urusan itu nanti saja. walaupun ia tahu kalau pernikahan Dewa dan Calista sebentar lagi tidak masalah baginya yang jelas ia akan tetap menggagalkan pernikahan itu.tok...tok...suara ketukan pintu mengalihkan Dewa dari beberapa berkas yang harus ia kerjakan."masuk.." "tuan...ada tuan Prasetyo ingin menemui anda." ucap Willy.Dewa mengerutkan keningnya,heran pasalnya sahabatnya itu sudah lama tak menampakkan hidungnya,tetapi ia tiba-tiba ingin menemuinya."biarkan dia masuk.""baik tuan." ucap Willy menundukkan kepalanya hormat dan keluar menyuruh Tio untuk masuk."hai bro,apa kabar?" ucapnya setelah melihat Dewa."hmmm...kemana saja kamu setahun i
Dewa dan Calista berjalan beriringan menuju ke mobil yang sudah menunggu mereka. Calista berjalan dengan bergelayut manja di lengan Dewa. sungguh mereka memang tampak pasangan yang serasi.Dewa dengan ketampananya yang diatas rata-rata. dan Calista yang cantik dan anggun membuat setiap orang iri melihat mereka.tiga puluh menit perjalanan akhirnya mereka sampai di restoran Jepang tempat mereka mengadakan pertemuan dengan tuan Yamatamereka memasuki ruangan VIP yang sudah mereka pesan,ternyata tuan Yakasima dan istrinya Andin sudah menunggu mereka di ruangan tersebut."selamat siang tuan Yamata apa kabar?" ucap Dewa setelah sampai dimeja Yamata.lalu duduk setelah di persilahkan"saya baik,bagaimana dengan anda?""saya juga baik,kenalkan ini calon istri saya Calista." "emmm...cantik sekali calon istri anda ini.""ekhem ...jadi saya tidak cantik gitu?" sahut Andin yang dijawabi dengan kekehan dari mister Yama
Calista memeluk Dewa dari belakang,pasalnya setelah mereka pulang dari makan siang Dewa terlihat murung dan sedang memikirkan sesuatu.Dewa membalikkan tubuhnya,dan membalas pelukan Calista dengan erat. ia membayangkan orang yang dalam pelukanya adalah Tiara,sungguh bayangan Tiara yang sedang kesakitan tadi selalu muncul dalam pikiranya."sayang kamu kenapa,kok terlihat murung?" tanya Calista setelah hening melanda.Dewa hanya tersenyum,mencium puncak kepala sang kekasih."kalau ada masalah cerita,jangan di pendam sendiri siapa tahu aku bisa bantu."Dewa mengangkat tubuh Calista dalam gendongannya. dibawanya Calista di atas ranjang untuk rebahan. ia akan menidurkan Calista terlebih dahulu setelah itu ia ingin menanyakan kepada Leo perihal Tiara."tidak perlu menghawatirkan ku sayang,lebih baik kita tidur aku hanya kelelahan karena pekerjaan yang tak ada habisnya." ucapnya sambil memeluk Calista."emmmm....baiklah aku juga tak ingin kau sakit." ucap Calista sambil membalas pelukan Dewa
Tiara membawa teh hangat yang dibuatnya ke ruang tamu."ini dokter tehnya." ucap Tiara lalu mendudukan bokongnya di sofa single yang berhadapan dengan Arya.Arya mengangguk,dan mengambil teh yang dibuat Tiara lalu meminumnya."kamu terlihat pucat,apa kamu masih mengalami morning sicnes?" Tiara hanya mengangguk,"sekarang katakan kenapa dokter bisa ada disini?" tanya Tiara mengintimidasi.Arya langsung salah tingkah dengan pertanyaan Tiara,dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."emmmm..... sebenarnya saya kesini ingin pergi kerumah teman saya,dia memberikan alamat rumah ini,setelah saya memencet bel ternyata kamu yang membuka pintu, akhirnya saya mampir saja sekalian mungkin saya salah rumah." ucapnya jujur"boleh saya lihat alamat teman anda?" tanya Tiara,ia ingin membuktikan kalau Arya ini tidak mengada-ada alias modus.Arya lalu mengangguk dan mengambil ponselnya di tas yang ia pakai,lalu ia men
Tiara membuka matanya secara perlahan,ia melihat ruangan yang serba putih dan bau obat-obatan yang sangat menyengat,tiba-tiba perutnya seperti di aduk karena mencium bau yang begitu menusuk hidungnya,dengan segera Tiara beranjak dari ranjang,tetapi ia kesusahan untuk turun karena selang infus yang tertancap di tanganya.Tiara mencoba untuk mencabutnya tetapi tidak bisa. ia menutup hidungnya dan mulutnya sambil menarik tanganya yang tertancap selang infus. disaat bersamaan dokter Arya masuk ke dalam ruangan dimana Tiara berada.seketika matanya melotot yang berusaha untuk melepas selang infusnya sambil menutup hidung dan mulutnya."apa yang kau lakukan?'"aku ingin muntah dokter." ucap Tiara terbatadengan sigap Arya mengambil tempat sampah yang berada di bawah ranjang Tiara lalu di sodorkan kepada Tiara, dia langsung memuntahkan semua yang ada di perutnya.setelah selesai Arya tanpa jijik menyeka mulut Tiara dengan tisu."apa masih ingin muntah?
Dewa membawa Tiara masuk ke dalam apartemen miliknya,dihempaskannya tubuh Tiara dengan kasar.akkhhh.... Tiara berteriak,"tolong lepaskan saya tuan saya mohon." ucap Tiara memohon."tidak,layani aku dulu baru aku akan melepaskanmu.""tidak..." Tiara memberontak,sekuat tenaga ia mendorong tubuh Dewa,dia berusaha lepas dari kung-kungan tubuh besar Dewa.tenaga Tiara tak bisa lepas dari Dewa karena kekuatannya tak lebih besar dari lelaki itu. "lepaskan,atau anda akan meye....mmmmm"Dewa mebungkam mulut Tiara sebelum dia menyelesaikan kalimatnya. Tiara terus menolak,dia mencoba menggigit bibir Dewa tetapi dengan cepat Dewa dapat mengendalikan lidah Tiara. lama kelamaan ciuman itu melembut, akhirnya Tiara kalah dengan ciuman lembut Dewa. saat Dewa melepas ciuman mereka dengan sigap Tiara mendorong tubuh Dewa hingga terjembab ke belakang. melihat ada celah untuk kabur,Tiara berlari keluar kamar,tetapi saat sampai di ruang tengah,perut Tiara terasa keram,seketika ia berjongkok dan mencengk
flasback onCalista.....Dewa berteriak marah.Calista yang masih tertidur nyenyak sontak kaget mendengar suara Dewa yang mengglegar. ia segera bangun dan berlari mancari dimana calon suaminya berada."ada apa sayang kenapa kamu berteriak di pagi hari ini?" ucap Calista saat sudah sampai di depan Dewa."apa ini? coba jelaskan?" tanya Dewa sambil melempar ponselnya.Calista lalu mengambil ponsel yang di lempar Dewa,disana ada beberapa foto dirinya dan Tio saat berada di sebuah desa terpencil,dan ada beberapa foto testpack milik Calista."coba jelaskan,kenapa diam saja.""Dewa sebenarnya aku,..."Ting...tong...ucapan Calista terpotong saat bel pintu berbunyi,dengan segera bi Ani membuka pintu,tanpa di minta Tio masuk kedalam apartemen milik Calista."pagi,apa aku mengganggu pagi kalian?""tepat sekali kau datang,cepat katakan apa yang ingin kau katakan." ucap Dewa datar"oke, sepertinya aku harus jujur karena aku tidak mau anakku memanggil pria lain dengan sebutan ayah." lalu Tio dengan
"dasar anak nakal, bisa-bisanya kau memperlakukan wanita seperti itu,dimana hati nuranimu Dewa?sekarang kamu rasakan karmanya." ucap Anisha melepas jeweranya.Dewa memegangi telinganya yang panas akibat jeweran dari sang Bibi."padahal aku sudah memperingatkan kalau Calista bukan wanita baik-baik,dan Tiara adalah wanita yang jauh lebih baik dari Calista. dan sekarang rasakan akibatnya." timpal wili"tak bisakah kalian menghiburku,aku tahu aku salah aku sudah sangat menyesall tapi kalian malah menyudutkan ku." kesal Dewa"untung janinya masih bisa di selamatkan,kalau tidak Tiara pasti akan sangat membencimu."setelah mendapat Omelan dari sang Bibi, Dewa memutuskan untuk kembali ke ruangan Tiara,disana Tiara masih belum sadarkan diri.ia duduk di kursi yang berada di samping ranjang.ia menggengam erat tangan Tiara yang tak tertancap selang infus.dia mengelus lembut Surai Tiara,di lihatnya wajah pucat Tiara namun masih terlihat cantik."maaf,karena aku