Tiara membawa teh hangat yang dibuatnya ke ruang tamu.
"ini dokter tehnya." ucap Tiara lalu mendudukan bokongnya di sofa single yang berhadapan dengan Arya.Arya mengangguk,dan mengambil teh yang dibuat Tiara lalu meminumnya."kamu terlihat pucat,apa kamu masih mengalami morning sicnes?"Tiara hanya mengangguk,"sekarang katakan kenapa dokter bisa ada disini?" tanya Tiara mengintimidasi.Arya langsung salah tingkah dengan pertanyaan Tiara,dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."emmmm..... sebenarnya saya kesini ingin pergi kerumah teman saya,dia memberikan alamat rumah ini,setelah saya memencet bel ternyata kamu yang membuka pintu, akhirnya saya mampir saja sekalian mungkin saya salah rumah." ucapnya jujur"boleh saya lihat alamat teman anda?" tanya Tiara,ia ingin membuktikan kalau Arya ini tidak mengada-ada alias modus.Arya lalu mengangguk dan mengambil ponselnya di tas yang ia pakai,lalu ia menTiara membuka matanya secara perlahan,ia melihat ruangan yang serba putih dan bau obat-obatan yang sangat menyengat,tiba-tiba perutnya seperti di aduk karena mencium bau yang begitu menusuk hidungnya,dengan segera Tiara beranjak dari ranjang,tetapi ia kesusahan untuk turun karena selang infus yang tertancap di tanganya.Tiara mencoba untuk mencabutnya tetapi tidak bisa. ia menutup hidungnya dan mulutnya sambil menarik tanganya yang tertancap selang infus. disaat bersamaan dokter Arya masuk ke dalam ruangan dimana Tiara berada.seketika matanya melotot yang berusaha untuk melepas selang infusnya sambil menutup hidung dan mulutnya."apa yang kau lakukan?'"aku ingin muntah dokter." ucap Tiara terbatadengan sigap Arya mengambil tempat sampah yang berada di bawah ranjang Tiara lalu di sodorkan kepada Tiara, dia langsung memuntahkan semua yang ada di perutnya.setelah selesai Arya tanpa jijik menyeka mulut Tiara dengan tisu."apa masih ingin muntah?
Dewa membawa Tiara masuk ke dalam apartemen miliknya,dihempaskannya tubuh Tiara dengan kasar.akkhhh.... Tiara berteriak,"tolong lepaskan saya tuan saya mohon." ucap Tiara memohon."tidak,layani aku dulu baru aku akan melepaskanmu.""tidak..." Tiara memberontak,sekuat tenaga ia mendorong tubuh Dewa,dia berusaha lepas dari kung-kungan tubuh besar Dewa.tenaga Tiara tak bisa lepas dari Dewa karena kekuatannya tak lebih besar dari lelaki itu. "lepaskan,atau anda akan meye....mmmmm"Dewa mebungkam mulut Tiara sebelum dia menyelesaikan kalimatnya. Tiara terus menolak,dia mencoba menggigit bibir Dewa tetapi dengan cepat Dewa dapat mengendalikan lidah Tiara. lama kelamaan ciuman itu melembut, akhirnya Tiara kalah dengan ciuman lembut Dewa. saat Dewa melepas ciuman mereka dengan sigap Tiara mendorong tubuh Dewa hingga terjembab ke belakang. melihat ada celah untuk kabur,Tiara berlari keluar kamar,tetapi saat sampai di ruang tengah,perut Tiara terasa keram,seketika ia berjongkok dan mencengk
flasback onCalista.....Dewa berteriak marah.Calista yang masih tertidur nyenyak sontak kaget mendengar suara Dewa yang mengglegar. ia segera bangun dan berlari mancari dimana calon suaminya berada."ada apa sayang kenapa kamu berteriak di pagi hari ini?" ucap Calista saat sudah sampai di depan Dewa."apa ini? coba jelaskan?" tanya Dewa sambil melempar ponselnya.Calista lalu mengambil ponsel yang di lempar Dewa,disana ada beberapa foto dirinya dan Tio saat berada di sebuah desa terpencil,dan ada beberapa foto testpack milik Calista."coba jelaskan,kenapa diam saja.""Dewa sebenarnya aku,..."Ting...tong...ucapan Calista terpotong saat bel pintu berbunyi,dengan segera bi Ani membuka pintu,tanpa di minta Tio masuk kedalam apartemen milik Calista."pagi,apa aku mengganggu pagi kalian?""tepat sekali kau datang,cepat katakan apa yang ingin kau katakan." ucap Dewa datar"oke, sepertinya aku harus jujur karena aku tidak mau anakku memanggil pria lain dengan sebutan ayah." lalu Tio dengan
"dasar anak nakal, bisa-bisanya kau memperlakukan wanita seperti itu,dimana hati nuranimu Dewa?sekarang kamu rasakan karmanya." ucap Anisha melepas jeweranya.Dewa memegangi telinganya yang panas akibat jeweran dari sang Bibi."padahal aku sudah memperingatkan kalau Calista bukan wanita baik-baik,dan Tiara adalah wanita yang jauh lebih baik dari Calista. dan sekarang rasakan akibatnya." timpal wili"tak bisakah kalian menghiburku,aku tahu aku salah aku sudah sangat menyesall tapi kalian malah menyudutkan ku." kesal Dewa"untung janinya masih bisa di selamatkan,kalau tidak Tiara pasti akan sangat membencimu."setelah mendapat Omelan dari sang Bibi, Dewa memutuskan untuk kembali ke ruangan Tiara,disana Tiara masih belum sadarkan diri.ia duduk di kursi yang berada di samping ranjang.ia menggengam erat tangan Tiara yang tak tertancap selang infus.dia mengelus lembut Surai Tiara,di lihatnya wajah pucat Tiara namun masih terlihat cantik."maaf,karena aku
Calista memberengut kesal karena Tio mengurungnya dikamar Dimana ia dirawat,pasalnya ia ingin keluar dari kamar ini ternyata Tio menyiapkan dua orang pengawal untuk menjaganya agar tidak kabur."Dewa,aku mohon datanglah aku sangat merindukanmu. Walau kau ingin melepaskanmu tapi aku takkan pernah mau melepaskanmu,jika kamu mencintai wanita lain maka aku akan menyingkirkan ya dengan tanganku sendiri." Monolognya.Ceklek... Suara pintu terbuka membuyarkan lamunan Calista ia menoleh melihat siap yang datang."Pagi sayang,bagaimana kabarmu?" Ucap Tio sambil berjalan menghampiri CalistaCalista hanya memutar bola matanya malas."Aku ingin pulang Tio,aku sudah bosan disini." Ucap Calista manja.Kali ini ia harus memainkan sandiwara agar Tio percaya dengannya."tentu,kata dokter hari ini kau boleh pulang,tapi saat sampai di rumah kau harus banyak istirahat,karena kau harus sehat sebelum acara pernikahannya di gelar.""apa...?" Calista kaget mendeng
akkkhhh... teriak Tiara menahan sakit,ia ingin berjalan keluar kamar mandi. Dewa yang mendengar Tiara berteriak langsung membuka pintu kamar mandi dan menghampiri Tiara yang memegang perutnya,"kenapa,perutmu sakit?" tanya Dewa kawatirTiara hanya mengangguk,tanpa banyak kata Dewa menggendong Tiara menuju ranjangnya."ingat Tiara kamu harus badres,apalagi kamu kemarin berlari dengan kencang tanpa mempedulikan bayi yang ada di perutmu."Tiara hanya diam,dia menatap wajah tampan Dewa yang juga tengah menatapnya. dengan pelan Dewa menurunkan Tiara dan menidurkan Tiara."sepertinya aku harus menunda untuk lari dari sini,aku harus memulihkan kondisi ku." ucap batin Tiara"tidurlah jangan pernah berpikir untuk mencoba lari dari sini."Tiara menatap kesal ke arah Dewa,tetapi yang di tatap malah tersenyum menambah kadar ketampanan yang dimiliki Dewa."kamu hanya menyuruhku untuk makan tidur terus apa kamu kira aku tidak bosan?""Tiara kamu
pagi ini Tiara dan Dewa sedang duduk bersantai di taman belakang rumah Dewa,hari ini hari Minggu Dewa libur tidak ke kantor."jadi kapan kau siap untuk menikah denganku?" tanya Dewa saat sudah menyeruput kopinya."aku terserah kamu Dewa,tapi aku minta untuk mengadakan pernikahan kita sederhana saja,aku takut akan banyak orang yang menggosipkan kita yang tidak-tidak, nanti setelah anak ini lahir terserah kamu mau mengadakan resepsi atau tidak.""tentu sayang aku akan mengabulkan keinginanmu." "terimakasih." Tiara tersenyum sangat manis"aku senang kau mau memberiku kesempatan untuk tetap bersamamu.""tentu aku harus memberimu kesempatan,karena aku sadar anakku juga butuh kasih sayang dari ayahnya.""Dewa itu Wili,apa kau ada janji denganya?""tidak,mungkin ada urusan mendesak makanya dia kesini tanpa memberitahu.""selamat pagi tuan, nyonya apa kabar?"ucap Wili basa basi,"suda
Dewa dan Wili sedang berkeliling untuk mencari siapa yang memilik mangga muda. mereka harus mendapatkannya kalau tidak maka anaknya akan ileran nanti."Wili lebih baik kita berpencar,kalau tidak kita tidak akan bisa menemukan mangga muda itu.""baiklah aku kesana kamu ke situ." ucap Wiliakhirnya mereka berpisah,saat sedang sibuk mencari tiba-tiba ia tak sengaja menabrak tubuh seorang wanita hamil. untung saja Dewa menangkap tubuh ibu hamil itu hingga tak terjatuh.tapi betapa terkejutnya ia melihat siapa yang telah ia tabrak."apa yang kau lakukan disini!" ucap Dewa datar berusaha menyembunyikan keterkejutannya "Dewa akhirnya aku bisa bertemu danganmu Dewa,aku sengaja datang kesini karena aku ingin bertemu denganmu dan aku sangat merindukanmu. kenapa kau jahat sekali Dewa,kau bahkan tidak datang sama sekali saat aku di rumah sakit.""cih...bukankah sudah ada Tio?""aku tidak peduli denganya Dewa,yang aku mau itu kamu bukan Tio.""cih...kit
Wili dan Intan memutuskan untuk duduk di taman sembari mengawasi anak-anak mereka yang sedang asik bermain."bagaimana kabarmu dek?" tanya Wili setelah cukup lama terdiam."aku baik mas,bagiamana dengan kamu dan Angeline?" tanya Intan.memang selama berpisah Intan tidak pernah tahu bagaimana keadaan Wili,meskipun mertuanya selalu datang untuk menemuinya dan putrinya tetapi Intan tak bertanya dan Anisa pun tak pernah mengungkit atau bercerita tentang Wili kepada Intan.Wili tersenyum kecut mendengar pertanyaan Intan,ternyata Intan memang sudah tidak ingin mengetahui apapun tentang dirinya setelah perpisahan mereka."mas baik,Angeline...sudah meninggal saat umur Naufal masih terhitung hari."Intan terkejut mendengar jawaban dari Wili,"maaf mas aku sungguh tidak tahu." ucap Intan menyesal."sudahlah, lupakan. aku tak menyangka jika anak kita akan tumbuh sehat dan cantik sepertimu dek." ucap Wili mengalihkan pembicaraan,dia tak ingin mengingat tentang kejadian beberapa tahun yang lalu."
lima tahun berlalu,selama itu juga Wili sama sekali belum bertemu dengan Intan. walau terkadang ia ingin sekali mencari tahu tentang keadaan Intan,tetapi ia takut jika bertemu dengan mantan istrinya itu dia akan kembali memberikan luka kepada Intan.Wili memang menyesal dengan apa yang telah dia lakukan kepada Intan,tetapi penyesalan takkan merubah apapun. kehidupan rumah tangganya bersama Angeline juga tak semulus yang ia bayangkan.hubungan mereka mulai merenggang ketika Wili tak sengaja membaca pesan yang masuk di ponsel milik Angeline."boss,kapan anda mentransfer uangnya,saya sudah melakukan apa yang anda inginkan."kedua alis Wili bertaut saat tak sengaja membacanya,penasaran Wili akhirnya membuka dan menscrol percakapan sebelumnya. betapa terkejutnya Wili saat membacanya,jadi selama ini lah Angeline yang berusaha memisahkan dirinya dengan Intan dengan cara mematai-matai Intan dan mengambil beberapa foto Intan yang terlihat mesra dan nyata."mas sedang apa?" tegur Angeline saat
"cepat katakan apa maksud kedatanganmu kesini." ucap papa sedikit kesal karena Wili tak kunjung menjawab pertanyaannya."saya kesini hanya ingin menanyakan keberadaan Intan,pa.""apa maksudmu,bukankah Intan itu istri kamu?kenapa tanya kepada saya?" ucap papa sambil menaikkan sebelah alisnya."pa,saya tahu kalau Intan sudah menceritakan tentang rencana perceraian kami,tapi saya mohon tolong beri tahu saya dimana Intan,saya hanya ingin memastikan Intan baik-baik saja." ucap Wili jujur,sungguh kali ini Wili menaruh harapan kepada orang tua Intan.papa tersenyum masam mendengar ucapan menantunya itu,bukan tepatnya mantan menantu karena dirinya takkan membiarkan Intan hidup bersama dengan pria yang tak bertanggung jawab bahkan tega menyakiti putri semata wayangnya itu."pergilah karena,saya maupun istri saya tidak akan pernah memberitahu dimana anak dan cucu saya berada.bukankah ini yang kamu inginkan?dan satu lagi,biarkan anak saya hidup bahagia bersama anaknya tanpa adanya dirimu." ungka
Wili membuka matanya saat matahari pagi menyorot tepat ke arah wajahnya,ia melihat jam yang menggantung di tembok. seketika matanya melotot melihat sudah pukul sepuluh pagi dan dirinya baru bangun dari tidurnya.tanpa pikir panjang Wili melangkahkan kakinya untuk segera ke kamarnya dan Intan. ia harus mencegah Intan untuk pergi,setidaknya sampai Intan melahirkan,karena ia takkan membiarkan intan hidup sendirian apa lagi Intan tengah hamil anaknya."dek..." panggil Wili saat sudah sampai di kamar,tetapi ia tak menemui sosok yang ia cari. Wili melangkah ke arah kamar mandi tetapi ia juga tak menemukan Intan.Wili berpikir kemana Intan pergi,lalu matanya melihat ke arah lemari,Wili membukanya seketika Wili mematung melihat isi lemari milik Intan sudah kosong itu tandanya Intan sudah pergi dari hidupnya,sepeti kata Intan semalam.padahal Wili hanya ingin memastikan Intan hidup baik-baik saja meskipun tak bersamanya dirinya,tetapi setidaknya Wili bisa memantau ke adaan Intan.Wili mengamb
"apa kalian sedang ada masalah?katakan sejujurnya." ucap Anisa karena melihat gerak-gerik keduanya."ma aku...." ucapan Wili terpotong,"mas Wili masih mempertahankan pernikahanya dengan Angeline ma,dan aku lebih memilih mundur. untuk anak ini biarlah aku sendiri yang mengurusnya,tetapi mama tenang saja aku tidak akan melarang mama maupun mas Wili untuk menemuinya karena bagaimanapun mama adalah neneknya dan mas Wili adalah ayahnya.""dek....""maaf mas,aku tidak ingin menghalangi kebahagiaanmu,biarlah aku hidup sendiri bersama anakku. karena aku yakin mas tidak pernah menginginkan kehadiran ya karena akan menjadi panghalangmu." potong Intan secepat mungkin."tidak mama tidak setuju kalian berpisah,dan kamu Wili bukankah mama tidak pernah mengajarimu untuk mengingkari janji?" tanya Anisa dengan penuh kekecewaan."ma,bukanya Wili ingin mengingkari janji tetapi Angeline juga sedang mengandung anakku ma,aku tidak bisa meninggalkanya maafkan aku." ucap Wili menyesal dia menatap mamanya da
sudah dua Minggu Wili pergi,dan selama itu juga Wili tak pernah memberinya kabar. dan Angeline makin gencar mengirimi foto-foto mesra mereka.ingin sekali Intan bertemu dengan dan dia ingin mendengar penjelasan dari Wili."aku harap kau cepat kembali mas,agar semuanya jelas." gumam Intan sembari menatap langit-langit kamarnya kepalanya rasanya berdenyut dan perutnya terasa sangat mual,bahkan setiap pagi ia selalu bolak balik ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya."apa kamu tahu mas,untuk saat ini aku sangat membutuhkanmu." gumamnya,ia memeringkan tubuhnya semabri memeluk guling dan membayangkan jika yang dia peluk adalah suaminya."aku merindukanmu mas,kapan kamu akan pulang?dan aku berharap semua video dan foto hanyalah rekayasa untuk memisahkan kita." gumam intan,dia sungguh berharap semua bukti yang di kirimkan oleh Angeline hanyalah rekayasa.Brak...suara pintu kamar di buka dengan sangat kasar,hingga membuat Intan terlonjak kaget.dengan segera ia melihat siapa yang sudah b
hari ini hari kedua Wili berada di luar kota,tetapi sedari tadi pagi Wili tidak ada kabar sama sekali,Intan berusaha menghubungi ponsel wili tetapi nomor Wili tidak aktif."kamu kemana sih,mas?paling gak kasih aku kabar biar aku tak kawatir." gumam Intan melihat benda pipih yang ada di tangannya.Wili yang belum memberi kabar seharian ini membuat Intan tak bisa berkonsentrasi,pekerjaanya menjadi kacau. dari pada membuat pekrjaan semakin berantakan Intan memutuskan untuk menenangkan diri,berjalan kaki di taman dekat cafe miliknya. entah kenapa berbagai macam pikiran buruk masuk ke dalam otak kecilnya. dengan sekuat tenaga Intan berusaha membuang pikiran buruk itu."aku harus percaya dengan suamiku,meskipun ia pernah mengecewakan tetapi aku yakin dia akan berubah." gumam Intan.Intan menatap ke arah anak-anak yang sedang asik bermain kejar-kejaran. suara tawa riang menghiasi wajah mereka,sungguh pemandangan ini membuat Intan bisa sedikit melupakan permasalahan yang sedang ia hadapi.Inta
pagi ini Intan sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk suaminya,meski di sini ada beberapa asisten tetapi Intan ingin dirinya yang menyiapkan semua keperluan sang suami sendiri."masak apa dek...?" tanya Wili yang tiba-tiba sudah memeluknya dengan erat."ini masalah nasi goreng seafood mas,kesukaan mas." ucap Intan membalikkan badanya lalu membalas pelukan suaminya. mulai sekarang Intan akan bersikap lebih agresif dan tak sungkan untuk memperlihatkan kalau dirinya sangat mencintai sang suami.terhitung sudah satu Minggu Intan keluar dari rumah sakit dan kondisinya sudah sangat membaik berkat sikap Wili yang berubah menjadi manis dan penuh perhatian."seharusnya kamu gak ninggalin mas sendirian dek,biar bik Narsih aja yang masak." ucap Wili yang membenamkan wajahnya di ceruk leher istrinya."gak apa-apa mas,aku hanya ingin menyiapkan keperluan mas sendiri,lebih baik mas tunggu di meja makan biar aku siapkan nasi goreng."Wili mengangkat wajahnya lalu menghembuskan nafas pelan,ia menatap
dua Minggu lamanya intan di rawat,dan hari ini ia di perbolehkan untuk pulang. dan selama di rumah sakit Wili tak pernah meninggalkan intan sendirian,meskipun Wili masih saja sibuk dengan ponselnya dan beberapa pekerjaanya yang dikirim oleh sekeetarisnya."semuanya sudah siap dek?" pertanyaan Wili membuyarkan lamunan Intan.intan mengangguk dan tersenyum, Wili mendekatinya lalu memeluk pinggangnya dan berjalan keluar kamar."masih bisa jalan kan?" tanya Wili pada Intan "iya mas..." jawab intan tersenyum.mereka berjalan perlahan menuju parkiran mobil,saat sedang berjalan mereka tak sengaja berpapasan dengan Angeline yang kebetulan memang ada keperluan di rumah sakit ini.memang Angeline beberapa kali tidak sengaja bertemu dengan Anisha,ia berusaha ingin mengambil lagi hati mertuanya itu tetapi Anisha seolah acuh dan tak pernah peduli dengan keberadaan nya."Will...kenapa kau tak pernah balas chatku dan mengangkat telponku?" tanya Angeline saat melihat Wili dan intan.Wili menatap Ang