pagi ini Tiara dan Dewa sedang duduk bersantai di taman belakang rumah Dewa,hari ini hari Minggu Dewa libur tidak ke kantor."jadi kapan kau siap untuk menikah denganku?" tanya Dewa saat sudah menyeruput kopinya."aku terserah kamu Dewa,tapi aku minta untuk mengadakan pernikahan kita sederhana saja,aku takut akan banyak orang yang menggosipkan kita yang tidak-tidak, nanti setelah anak ini lahir terserah kamu mau mengadakan resepsi atau tidak.""tentu sayang aku akan mengabulkan keinginanmu." "terimakasih." Tiara tersenyum sangat manis"aku senang kau mau memberiku kesempatan untuk tetap bersamamu.""tentu aku harus memberimu kesempatan,karena aku sadar anakku juga butuh kasih sayang dari ayahnya.""Dewa itu Wili,apa kau ada janji denganya?""tidak,mungkin ada urusan mendesak makanya dia kesini tanpa memberitahu.""selamat pagi tuan, nyonya apa kabar?"ucap Wili basa basi,"suda
Dewa dan Wili sedang berkeliling untuk mencari siapa yang memilik mangga muda. mereka harus mendapatkannya kalau tidak maka anaknya akan ileran nanti."Wili lebih baik kita berpencar,kalau tidak kita tidak akan bisa menemukan mangga muda itu.""baiklah aku kesana kamu ke situ." ucap Wiliakhirnya mereka berpisah,saat sedang sibuk mencari tiba-tiba ia tak sengaja menabrak tubuh seorang wanita hamil. untung saja Dewa menangkap tubuh ibu hamil itu hingga tak terjatuh.tapi betapa terkejutnya ia melihat siapa yang telah ia tabrak."apa yang kau lakukan disini!" ucap Dewa datar berusaha menyembunyikan keterkejutannya "Dewa akhirnya aku bisa bertemu danganmu Dewa,aku sengaja datang kesini karena aku ingin bertemu denganmu dan aku sangat merindukanmu. kenapa kau jahat sekali Dewa,kau bahkan tidak datang sama sekali saat aku di rumah sakit.""cih...bukankah sudah ada Tio?""aku tidak peduli denganya Dewa,yang aku mau itu kamu bukan Tio.""cih...kit
Dengan perlahan Tiara menaiki taxi dan duduk menyamankan posisinya,lalu setelah itu menyuruh taxi itu berjalan membelah jalanan kota. dia berencana ingin kembali ke rumah kakek dan neneknya di sebuah desa kecil yang berada di profinsi Jawa tengah. selain ia ingin menenangkan diri disana ia juga ingin melepas rindu kepada kakek dan neneknya.kakek dan nenek tiara sudah tahu kalau dia sudah menikah,tetapi mereka tidak bisa datang saat acara pernikahan mereka berlangsung karena kondisi mereka yang tidak memungkinkan untuk bepergian jauh."kita mau kemana nyonya?" tanya sopir saat beberapa saat hening."ah...bandara pak,tapi sebelum itu kita mampir ke ATM dulu ya pak.""iya nyonya." jawab sang sopiruntuk Tiara membawa ATM ikut serta ,walau ATM itu adalah pemberian dari Dewa,ia terpaksa menggunakanya karena ia sama sekali tak punya uang. ATM miliknya tak terbawa olehnya. untuk masalah itu dia akan mengurusnya nanti di bank yang ada disana. yang terpenting seka
Tiara membuka matanya ia melihat jam didinding kamarnya. tepat pukul delapan pagi dia terbangun dari tidurnya. dia merenggangkan ototnya yang terasa kaku.dia memilih untuk keluar dan madi.memang kamar mandi di rumah neneknya berada di luar. sempat Tiara menawarkan untuk merenofasi rumah neneknya dan membuat kamar mandi di dalam kamar tetapi neneknya menolak karena tak mau merepotkan cucunya.tak mau memaksa akhirnya Tiara hanya memperbaiki genteng dan tiang2 yang mulai rapuh dan memperbaiki lantai dengan menggantinya dengan keramik."sudah bangun nduk?""iya nek,Tiara mau mandi dulu biar segar.""ya sudah sana mandi,nanti cepat sarapan kasian anakmu.""nggeh Mbah..."hanya butuh waktu lima belas menit Tiara menyelesaikan mandinya,kemudian dia menuju meja makan dan mengambil piring kemudian menyendok nasi ke dalam piringnya kemudiaan dia mengambil tempe dan tahu dan tak lupa sambel terasi juga sayur bayam.meskipun sederhana sudah sangat nikmat
pukul lima sore Tiara baru pulang dari sawah,sungguh dia menikmati setiap momen baru yang ia lakukan hari ini.ternyata keputusannya untuk kembali ke rumah neneknya tidak salah. seharian ini bahkan ia tak mengingat tentang masalah yang ia lalui saat ini."Tiara lebih baik kamu cepat mandi,gak baik ibu hamil mandi malam-malam." "iya Mbah." Tiara menuruti perintah sang nenek ia bergegas untuk membersihkan diri.selesai mandi Tiara membantu neneknya untuk menyiapkan makan malam. ia memasak kangkung yang tadi sempat ia petik di kebun neneknya."mau dibawa kemana itu kan ndhuk?""ya mau di bersihkan to nek,kan mau dimasak." memang tadi Tiara merengek ingin makan ikan nila,kebetulan di sawah sang kakek juga memelihara ikan nila,dan kakeknya dengan senang hati mengambilkannya untuk cucunya itu."e...kamu itu sedang hamil,gak boleh bersihin ikan yang masih hidup,sini biar nenek aja yang bersihin,kamu ngiria bawang sa
Hari ini adalah hari Minggu Hasan berencana untuk mengajak Tiara jalan-jalan,ia ingin mencari perhatian wanita yang tengah berbadan dua itu.dia tidak peduli kalau Tiara saat ini sedang hamil,ia akan menganggap anak Tiara seperti anaknya sendiri.bukankah cinta itu harus bisa menerima kekurangan dan kelebihan pasangannya. maka dari itulah Hasan tak memperdulikan keadaan Tiara. dia hanya memikirkan masa depan mereka. dan yang paling penting sekarang dia harus bisa membuat Tiara jatuh hati kepadanya."assalamualaikum." Hasan mengucapkan salam saat sudah sampai di rumah Tiara."walaikumsalam." jawab Tiara dari dalam. Tiara berjalan keluar menggunakan dres kusus ibu hamil,rambut panjangnya ia gerai karena masih sedikit basah."loh...Hasan,cari kakek dan nenek ya?mereka masih di sawah." ucap Tiara"gak kok,aku kesini mau cari kamu.""cari aku?ada masalah apa ya?" Tiara sedikit merasa was-was takut kalau ada masalah dirinya yang menetap dis
Tiara membuka matanya secara perlahan,ia melihat sekeliling dia sangat mengenali tempat ini,dia mencoba bangkit untuk mengambil minum yang sudah tersedia di atas nakas samping ranjangnya."kamu sudah bangun?" suara seorang wanita membuat Tiara menoleh ke asal suaraTiara hanya mengangguk sebagai jawaban."kamu mau minum?" tanyanya lagiTiara mengangguk lagi. wanita itu lalu membantu Tiara untuk mengambilkan air lalu membantunya untuk minum."maafkan Tante ya,Tante tadi gak sengaja.""tidak apa-apa Tante,ini murni salah saya sendiri."wanita itu tersenyum, "oh ya,suamimu tadi pamit ingin mengabarkan ke keluarga mu tadi.""suami?" Tiara mengerutkan keningya,lalu ia teringat pada Hasan."oh...itu bukan suami saya Tante,dia hanya teman.""loh,oh...kirain suami kamu,oh ya kenalin nama Tante Astuti,bisa panggil Tante Tuti,nama kamu siapa nak?""nama saya Tiara Tante."akhirnya mereka mengobrol ringan dan semakin akrab hingga suara pint
"Tiara..." panggil Dewa,Tiara menoleh ke asal suara yang memanggil namanya,sungguh ia terkejut siapa yang telah memanggil namanya,lidahnya terasa kelu,badanya tiba-tiba tak bisa di gerakkan.secepat kilat menyadarkan dirinya dari keperluannya,dia lebih memilih mengabaikan Dewa dan terus berjalan untuk membeli eskrim sperti tujuan awalnya ia keluar rumah.Saat akan melewati tubuh Dewa,ia mencekal pergelangan tangan Tiara cukup kuat."Tiara dengarkan aku,aku ingin menjelaskan sesuatu."sungguh saat ini Tiara ingin sekali memeluk Dewa,karena jujur ia juga sangat merindukan sosok lelaki yang menjadi ayah kandung dari anaknya ini."lepas Dewa aku mohon,biarkan aku hidup tenang bersama dengan anakku tanpa hadirmu aku mohon Dewa." ucap Tiara lirih tapi masih bisa di dengar jelas oleh Dewa.Dewa masih mendengar dan tanganya masih mencengkram erat pergelangan Tiara."jika kamu datang hanya untuk menorehkan luka maka pergilah,karena aku hanya ingin bahag