Share

Pengadilan

Penulis: AL
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-21 13:22:35

Aji tersenyum tipis ketika melihat keterkejutan di wajah Adipati Ranamungkarna. "Kenapa terkejut setelah melihatku? Kalau saja aku tahu perbuatanmu, sudah sejak di tempat makan itu kau kuhabisi!"  

"Apa kesalahanku? Aku tidak bersalah apapun!" Adipati Ranamungkarna mencoba membela diri. 

"Percuma kau bicara. Semua bukti sudah ada. besok aku akan mengadilimu di depan penduduk desa ini!" sahut Aji. Dia ganti menatap kepala desa Surananta.

"Dan kau ...! Sebagai seorang pemimpin di desa, seharusnya kau bisa mengayomi rakyatmu. Bukan malah berniat membunuh mereka!" sambung Aji. 

Kepala desa Surananta hanya bisa menunduk menatap kedua kakinya. Hanya karena tergiur dengan upah yang dijanjikan Adipati Ranamungkarna, dia sampai mengorbankan jabatan dan juga bahkan kehidupannya.

"Mereka berempat orang-orang yang kau sewa untuk membunuh ibunya Diandra, bukan?" 

Pemimpin desa tersebut tetap diam. Dia tidak berani untuk berkata apapun

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Mustika Naga Bumi   Vonis Mati

    Dengan kedua tangan terikat ke belakang, Adipati Ranamungkarna dan kepala desa Surananta dipaksa berlutut di tanah. Kondisi keduanya saat ini jauh berbeda dengan di saat-saat mereka masih berkuasa, baik di kadipaten Majasari maupun di desa tersebut.Tidak terlihat tatapan mata garang yang selama ini mereka tunjukkan. Kebanggaan mereka berdua seketika runtuh dengan pandangan begitu banyaknya pasang mata yang seperti menelanjangi keduanya.Setelah ditunggu untuk beberapa lama, Aji, Ratih, Diandra dan ibunya akhirnya sampai di depan kedua terdakwa."Angkat wajahmu dan lihat siapa yang ada di depanmu, Ranamungkarna! Kau bukan Adipati lagi, jadi aku tidak akan menyebutmu dengan sebutan itu!" kata Aji dengan nada yang sedikit keras.Rasa malu membuat Ranamungkarna yang disebut Aji bukan lagi menjadi seorang Adipati, tak mampu mengangkat wajahnya. Dia tetap tertunduk menatap tanah yang menjadi tumpuannya berlutut.Sumarta terlihat geram

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-22
  • Mustika Naga Bumi   Eksekusi

    "Enak saja kau bicara! Kenapa baru sekarang mengakuiku sebagai putrimu, kemarin kemana saja? Setelah keadaanmu seperti ini baru sadar. Kau tak lebih dari sampah yang pantas dihina!" Diandra tidak bisa mengendalikan kemarahannya. Kedua bola matanya memerah terbakar emosinya yang memuncak."Sudah berapa banyak wanita seperti ibuku yang menjadi korban kebejatanmu, biadab?" sambungnya.Kodratnya sebagai wanita pun muncul. Jika sedang marah, tidak akan mungkin mengomel dalam waktu singkat.Aji mengulum senyum melihat kemarahan Diandra yang terlampiaskan. Dia merasa beruntung karena istrinya selama ini tidak pernah marah sampai sebegitunya. Paling hanya ngambek, itupun cuma sesaat saja karena dia pasti bisa mencairkan kemarahan istrinya.Pandangan lelaki tampan itupun tertuju kepada pengerjaan tiang gantungan yang letaknya tidak jauh dari tempatnya berdiri.Para penduduk laki-laki tampak begitu bersemangat dalam mengerjakannya. Mereka berpiki

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-22
  • Mustika Naga Bumi   Perguruan Tengkorak Hitam

    Kegembiraan jelas tergambar di wajah para penduduk desa. Kini mereka tinggal mencari pemimpin baru menggantikan Surananta.Setelah proses eksekusi selesai, Aji dan Ratih serta Diandra bersama ibunya, kembali ke rumah tempat ibu dan ana itu berdiam selama iniDalam pandangannya Aji bisa melihat kelegaan sudah dirasakan ibu dan anak tersebut. Terutama Gayatri, dia sudah mendapat keadilan dari musibah yang dialaminya 17 tahun lalu. Raut kesedihan yang dirasakannya sudah menghilang sama sekali, berganti semangat untuk menjalani hidup tanpa ada cercaan dan hinaan yang dialamatkan padanya."Bibi, jika kalian ingin keluar dari desa ini, pergilah ke istana. Bibi bisa bilang kepada paduka raja jika aku yang menyuruh, beliau pasti mengabulkan apapun permintaan Bibi," kata Aji.Gayatri menggeleng serasa menyunggingkan senyum. "Tidak perlu, Aji. Aku hanya minta keadilan saja selama ini untuk membersihkan nama baikku. Dan Bibi ucapkan terima kasih banyak k

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-23
  • Mustika Naga Bumi   Energi Cakram

    Aji menghela napas panjang. Dia kemudian mengangguk dan terpaksa mengiyakan permintaan istrinya. Lagipula dia juga belum tahu jumlah kekuatan perguruan aliran hitam yang hendak mereka datangi.Tapi jika ditilik dari namanya yang cukup terkenal menurut penduduk, perguruan aliran hitam itu paling tidak besar kekuatannya sebanding dengan perguruan pedang naga milik mertuanya, atau sedikit lebih besar.Aji kembali memandang jauh ke depan. Rimbunnya pepohonan membuat jarak pandangnya terbatas dan tidak bisa menemukan sedikitpun bangunan tertangkap kedua bola matanya."Kau sudah siap?" tanya Aji seraya menoleh sedikit kepada Ratih yang berada di belakangnya."Selalu siap, Suamiku tercinta," jawab Ratih. Kedua tangannya memeluk erat perut Aji.Secara perlahan, Aji memacu kudanya menyusuri jalan setapak yang mengarah ke atas bukit.Semakin naik ke atas, suasana yang muncul begitu berbeda. Aji dan Ratih merasakan sesuatu seperti sedang mengamat

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-24
  • Mustika Naga Bumi   Formasi Cakram Terbang Pembunuh

    Sebelum ketiga orang itu bergerak, Aji terlebih dahulu memajukan tangannya, "Sebentar, Kisanak! Biarkan istriku menyingkir terlebih dulu. Aku tahu kalian adalah pendekar sejati, jadi tidak akan menyakiti seorang wanita, bukan?""Hahahaha ...! Tentu saja kami adalah pendekar sejati. Dia boleh menyingkir, tapi jika kau mati, istrimu yang cantik itu akan menjadi milik kami!" jawab seorang dari mereka, sambil menjilat bibirnya."Kau benar, Teman. Sayang sekali jika kulit mulus wanita itu tergores senjata kita," sahut orang lainnya.Meskipun geram mendengarnya, Aji berusaha menahannya. Diantahu jika keselamatan Ratih lebih utama dari pada mengikuti rasa geramnya.Begitu juga dengan hati dia merasa dilecehkan oleh ucapan dua orang lelaki tersebut tangannya sudah terkepal kuat, tapi Aji langsung memegang tangannya."Jangan turuti emosimu. Sebaiknya kau menyingkir dulu dan carilah tempat yang aman!" kata Aji pelan."Berhati-hatilah, Kakang," b

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-26
  • Mustika Naga Bumi   Cakram Membelah Malam

    "Gerakan mereka cepat sekali," Bukan sekali sajaAji bertarung melawan beberapa orang sekaligus. Tapi dia merasa, serangan kali ini yang paling membuatnya kerepotan. Kemampuan mereka menggunakan cakram tajam untuk menyerang dari kejauhan di sela-sela serangan jarak pendek begitu menakutkan.Di antara gelapnya malam yang hanya diterangi sedikit sinar yang keluar dari perapian, Aji harus merelakan sebuah tendangan mendarat di tubuhnya dan membuatnya terdorong ke belakang. Dia menjejakkan kakinya kanannya untuk menahan dorongan tubuhnya agar tidak lebih meluncur jauh lagi."Bagaimana bisa mereka melihat dalam kegelapan seperti ini?" tanya Aji dalam hati keheranan. Lelaki tampan itu merasa harus lebih mengasah lagi kemampuannya melihat di kegelapan malam. Pengalaman beroperasi malam hari semasa menjadi perampok nyatanya kurang membantu dalam pertarungan kali ini.Dia lalu mengalirkan sedikit energinya dan memusatkannya di mata untuk membantunya melihat lebih je

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-30
  • Mustika Naga Bumi   Pertarungan Berikutnya

    Tanpa diduga keempat sosok yang mengepung Aji, ledakan energi yang begitu kuat dan juga panas menghempaskan tubuh mereka. Beruntung mereka masih sempat mengerahkan tenaga dalam untuk menahan hawa panas yang bisa membuat tubuh mereka mengering dalam hitungan detik.Hanya saja mereka harus merelakan tubuh satu-satunya yang mereka miliki menghajar pepohonan."Sialan! Ternyata dia masih punya kekuatan begitu besar," gumam seorang dari mereka. Darah mengalir keluar dari sudut bibirnya akibat luka dalam yang diterimanya. Tubuhnya menggeliat menahan rasa nyeri di punggungnya yang menghantam pohon besar.Ketiga temannya segera bergabung bersamanya. Raut wajah mereka menunjukkan rasa heran dan juga terkejut dengan apa yang baru saja ditunjukkan lawannya."Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya lelaki yang memiliki postur tubuh agak pendek tapi kekar."Kalau kalian mau bicara, sebaiknya nanti saja setelah arwah kalian berkumpul

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-03
  • Mustika Naga Bumi   Sosok Bertopeng Menyeramkan

    Aji menyipitkan mata untuk melihat lebih jelas sosok hitam yang berdiri 7 meter di depannya. Setelah beberapa detik dia baru menyadari jika sosok hitam itu memakai topeng yang bentuknya menyeramkan."Sepertinya kau perlu memeriksakan matamu, Kisanak," jawabnya dengan nada mengejek."Bangsat, mataku baik-baik saja!" hardik Karman. Bukannya terkejut atau takut, Aji malah tersenyum geli mendengar bentakan Karman. "Kalau matamu masih sehat, kenapa kau masih bertanya apa yang aku lakukan kepada anggotamu?"Karman mendengus geram. Kehormatannya sebagai wakil ketua perguruan Tengkorak Hitam, seperti begitu diremehkan oleh lelaki yang sudah membunuh 4 anggotanya yang bertugas menjaga puncak bukit."Bajingan tengik! Kau harus harus membayar atas apa yang sudah kau lakukan kepada anggotaku!" Kembali Karman membentak dengan suara keras.Aji menghela napas berat. "Kenapa kalian selalu berbicara dengan suara yan

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-03

Bab terbaru

  • Mustika Naga Bumi   Kematian Raja Iblis (Tamat)

    "Kau! Energi apa yang kau miliki itu?"Raja Iblis dibuat heran dengan kemampuan lawan yang bahkan menurutnya memiliki kekuatan lebih besar dari pada yang dibayangkannya. Selain itu, energi yang keluar dari tubuh lawan sejauh ini tidak pernah diketahuinya."Itu tadi belum seberapa, Iblis busuk! Kali ini aku akan mengeluarkan semua kemampuan yang kumiliki!" Aji yang sudah memegang pedang Mustika Naga Bumi, mengerahkan semua energi yang dimilikinya.‘Tidak mungkin!’ pekik Raja Iblis dalam hati. Dia terkejut dengan energi pemuda itu yang menjadi berlipat ganda, setelah pedang di tangannya mengeluarkan aura hijau terang."Sekarang terimalah ajalmu! Kembalilah kau ke alammu Iblis biadab!” Pedang Mustika Naga Bumi di tangan Aji memancarkan energi yang begitu besar, bahkan lebih besar dari energi yang dikeluarkan Raja Iblis di awal kemunculannya tadi.Tiba-tiba saja, suara tawa Raja Iblis terdengar menggelegar. "Hahaha ... Aku memang terkejut dengan kemampuanmu, manusia hina! Tapi kau pun ju

  • Mustika Naga Bumi   Aji vs Raja Iblis

    Setelah debu pekat yang menutupi pandangannya menghilang, Aji yang masih dalam keadaan tergeletak di tanah bisa melihat dengan jelas jika Caraka masih berdiri dengan kokoh di tempatnya berdiri. Bahkan tubuhnya tidak sedikit pun bergeser dari tempatnya semula. Pendekar yang belum genap 30 tahun tersebut merasakan nyeri yang begitu hebat di dadanya. Dia kemudian terbatuk kecil dan lalu memuntahkan darah segar dari mulutnya. ‘Kekuatannya sangat besar. Bahkan energiku saja tidak mampu untuk menggoyahkannya,’ gumam dalam hati. Tubuh Caraka kemudian melayang satu meter di atas tanah. Dia lalu bergerak maju mendekati Aji yang belum juga bangkit berdiri, "Apa kau sudah sadar betapa jauhnya perbedaan kekuatan kita berdua? Aku tahu kau belum mengeluarkan energi terkuatmu, tapi meskipun kau mengeluarkannya, itu tidak akan merubah apapun!" Caraka yang masih merasa geram dengan Aji langsung melesat tanpa terlihat seusai berbicara. Tendangan kerasnya mendarat dengan telak di perut Aji, hingga m

  • Mustika Naga Bumi   Aji Vs Caraka

    Rasa terkejut Aji belum selesai, tiba-tiba saja muncul bayangan hitam berbentuk cakar naga melayang di angkasa. Bayangan hitam itu menutupi matahari sehingga suasana yang semula terang menjadi redup. “Jurus apapun yang kau keluarkan tidak akan bisa mengalahkan aku!” ucap Ki Brenggolo Karang. Seusai berucap, energi yang lebih besar meluap dari tubuhnya. Secara perlahan energi tersebut semakin membuat Aji tertekan. Namun suami Ratih itu masih menunggu kesempatan untuk menjatuhkan jurus Naga Bumi Mengoyak Langit yang masih mengambang di angkasa. Dia terus menarik unsur alam yang ada di sekitar hutan tersebut untuk menambah daya hancur jurus yang hendak dikeluarkannya. Sejauh ini, Ki Brenggolo Karang belum menyadari apa yang dilakukan Aji. Dia menduga lawannya itu hanya menggunakan tenaga dalamnya untuk bertahan dari tekanan energi yang dikeluarkannya. Selain itu, redupnya sinar matahari juga menurutnya hanya karena tertutup awan tebal saja.Beberapa saat kemudian, Cakar Naga raksasa y

  • Mustika Naga Bumi   Naga Bumi Mengoyak Langit

    Aura hitam yang menyelimuti tubuh Ki Brenggolo Karang perlahan menghilang. Dia sadar jika terus menggunakannya dalam jangka panjang, yang ada tenaga dalamnya akan berkurang drastis. Murid Caraka itu juga berpikir harus bisa mengefektifkan serangannya lebih tepat lagi. Dia melihat jika lawannya itu masih menyimpan kekuatannya yang sebenarnya. Itu terlihat dari kondisinya yang masih terlihat bugar meski sudah terkena serangannya.Melihat aura hitam di tubuh Ki Brenggolo Karang menghilang, Aji tersenyum lebar. Kuat dugaan energi lawan sudah berkurang cukup signifikan. Memaksa menggunakan kabut beracun dalam jangka panjang jelas menguras energinya.Di antara reruntuhan pepohonan dan kepulan debu, pertarungan sengit masih terus terjadi di antara kedua pendekar yang tidak henti bertukar serangan. Beberapa pohon kembali bertumbangan terkena dampak pertarungan mereka berdua.Seperti terjadi kesepakatan, mereka berdua melompat mundur mengambil jarak. Nafas mereka tersengal-sengal terasa berat

  • Mustika Naga Bumi   Aji vs Ki Brenggolo Karang 2

    Belum juga sempat menyeimbangkan tubuhnya, serangan kembali muncul tanpa terlihat oleh mata Aji. Dia hanya merasakan energi besar saja yang bergerak menyerangnya. Aji kembali bergerak menghindar. Dia melompat menyamping dua langkah. Namun tiba-tiba sebuah pukulan menghantam punggungnya dengan begitu keras, hingga membuatnya terjungkal dan bergulingan di tanah berulang kali. Batuk kecil terdengar dari mulut Aji. Sesaat kemudian, darah segar meleleh keluar dari sudut bibirnya. Sambil bangkit berdiri, dia mengusap darah tersebut dengan punggung tangannya. Belum sempat pemuda itu berdiri tegak, kembali sebuah serangan yang tidak bisa dilihat menghajar dadanya dengan telak. Beruntung Aji masih sempat menahannya dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada ketika merasakan energi besar yang bergerak ke arahnya. Meskipun bisa melindungi dadanya, tapi tak urung tubuh Aji harus kembali terlempar hampir 12 langkah ke belakang hingga membentur sebuah batang pohon.Batuk kecil kembali te

  • Mustika Naga Bumi   Aji vs Ki Brenggolo Karang

    Sementara itu di sekitar lembah, terdapat sebuah gubuk kecil yang berdiri di dekat sungai kecil. Air di sungai itu berasal dari air terjun yang berada tidak jauh dari gubuk itu berdiri. Di dalam gubuk, Sanjaya terlihat duduk sendirian di sudut ruangan dengan wajah pucat pasi. Dia menunggu kedatangan Ki Brenggolo Karang yang menemui Caraka sejak dia baru datang di gubuk tersebut. Menjelang tengah malam, Ki Brenggolo Karang akhirnya kembali ke gubuknya yang biasa digunakannya beristirahat sehari-hari. Sanjaya yang tertidur sambil memeluk lutut, terbangun ketika terdengar suara pintu dibuka. “Ki, akhirnya kau kembali,” ucap Sanjaya pelan.“Kenapa kau kemari tanpa membawa gadis, Sanjaya? Apa kau tidak tahu jika proses yang dilakukan Guru Caraka sudah mendekati akhir?” tanya Ki Brenggolo Karang seraya menatap tajam Sanjaya yang menunduk ketakutan.“Maaf, Ki, sebenarnya tiga gadis tambahan yang dibutuhkan sudah tersedia, tapi sebelum aku membawanya kemari, ternyata anak buahku telah menc

  • Mustika Naga Bumi   Sambaran Petir

    Tubuh tinggi besar itupun terguling hingga menabrak dinding. Suara tubuhnya yang jatuh terdengar cukup keras. Aji berjalan mendekati lelaki itu dan berjongkok di sampingnya. ‘Hmmmm … ternyata pingsan,”’ batinnya. Aji bangkit berdiri untuk melihat kondisi istrinya yang masih berada di dalam kamar. Setelah Aji mengalirkan energinya ke dalam tubuh Ratih, wajah wanita cantik yang pucat itupun kembali segar seperti semula. “Kang, kenapa aku bisa ada di tempat ini?” tanya Ratih. “Panjang ceritanya, nanti saja kuceritakan. Sekarang kita selamatkan dulu gadis yang lain,” kata Aji. Dilihatnya tali tambang di atas sebuah lemari, kemudian diambilnya. ***Tiga orang gadis sudah dikeluarkan dari kamar, salah satunya adalah anak kepala desa Sudirjo. Sedang lelaki bertubuh besar terikat erat di sebuah kursi di ruang tamu. Setelah lelaki itu sadar, Aji pun melakukan interogasi. Dari pengakuannya, lelaki bernama Sanjaya itu diperintah oleh seorang lelaki tua yang merupakan bawahan dari Caraka, s

  • Mustika Naga Bumi   Pembebasan

    “Kalian kira aku sedang melucu?” Aji menggeleng dengan satu sudut bibir terangkat naik, “Tapi tidak apa-apa jika kalian berpikir seperti itu. Kalian nanti bisa tertawa sepuasanya setelah kucabut nyawa satu-satunya yang kalian miliki!” Hahahahaha! Semakin keraslah tawa 8 orang penjaga itu. Bahkan tawa mereka sampai terdengar masuk ke dalam dan memantik keingintahuan penjaga yang berada di dalam. Pintu gerbang pun terbuka, beberapa orang tampak keluar menemui 8 penjaga gerbang. “Kenapa kalian tertawa begitu keras, apa ada yang lucu?” tanya seorang penjaga yang baru saja keluar. “Lihatlah dia, katanya dia akan memberi hukuman kepada kita, bukankah itu sesuatu yang lucu? Apa hanya karena dia membawa pedang terus kita harus takut? Hahahaha!” “Kalian pasti akan ketakutan hingga meminta untuk tidak dibunuh!” sela Aji, kemudian bergerak begitu cepat hingga tiba-tiba sudah berada di depan penjaga yang sudah meremehkannya. Jari tangan Aji langsung mencengkeram leher orang itu hingga kesu

  • Mustika Naga Bumi   Pengorbanan Gadis

    Jendela kamar pun terbuka. Dua orang langsung melompat masuk ke dalam. Suasana kamar yang gelap tidak menyulitkan mereka berdua untuk menemukan ranjang yang digunakan Ratih tidur. Perlahan tubuh Ratih diangkat dan dibawa keluar. Satu orang yang berada di luar menerima tubuh wanita cantik itu. Mereka tidak memeriksa terlebih dahulu, karena merasa sudah mendapatkan targetnya. Dari atas atap, Aji merasa heran karena tidak ada perlawanan sedikitpun dari istrinya. Padahal seharusnya jika dalam posisi tersebut, Ratih pasti terbangun. Aji menilai ketiga orang tersebut menggunakan bius untuk membuat istrinya tidak sadar. Ketiga orang itu kemudian pergi sambil membawa Ratih. Suasana yang sepi membuat aksi mereka berjalan lancar tanpa ada halangan hingga keluar desa. Aji terus mengikuti dari belakang, dia menjaga jarak agar tidak diketahui ketiga orang yang membawa istrinya hingga masuk ke dalam hutan. Hampir tiga jam berjalan di dalam hutan, ketiga orang itu akhirnya sampai di bibir hutan,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status