Semilir angin berhembus menerpa wajahku saat membuka jendela. Pagi yang cerah semakin indah dengan keceriaan anak-anak yang bermain. Pagi menjadi waktu yang cukup bersejarah dalam menyongsong hari. Bahagiaku saat bersama keluarga, menikmati hari dengan senyuman.
Pagi merupakan waktu yang cukup singkat. Kegiatan yang tidak ada habisnya dengan menyiapkan segala sesuatu yang harus cepat dan baik. Kegiatan harian selalu kutargetkan selesai sebelum ketiga anakku untuk berangkat ke sekolah dan suami bekerja. Memasak menjadi perhatian khusus untukku, karena kami membiasakan sarapan sebelum beraktivitas.
"Bu, mau masak apa pagi ini?" tanya Rukoyyah–putri keduaku–dengan senyum manisnya.
"Sup jamur dan tempe goreng Nak, Koyya sudah lapar?"
"Aku yang memotong tempenya ya Bu,"
"Iya sayang. Oh iya Koyya sudah selesai menyiapkan peralatan sekolah?" tanyaku.
"Sudah Bu, pokoknya beres tinggal berangkat nanti," jawabnya dengan jumawa.
"MasyaAllah, memang putri solehah ibu bisa diandalkan," ucapku sambil mencubit hidung kecilnya yang sangat menggemaskan.
Kami pun memasak dengan penuh canda tawa. Celotehan Rukoyyah selalu menemani kegiatan memasak sehingga menjadi saat yang menyenangkan.
Kami memang memberikan tugas untuk anak-anak agar bisa mandiri. Pagi setelah sholat subuh mereka kami biasakan untuk menyiapkan kembali peralatan sekolah. Belajar sejenak baru membantu sesuai kemampuan mereka. Si sulung bertugas menyapu bagian luar rumah. Rukoyyah membantuku memasak, sedangkan Mas Adam menjaga Aisyah dan Isa.
***Mas Adam merupakan kepala keluarga yang sangat bertanggung jawab. Awalnya dia bekerja di salah satu perusahaan ternama di kota kami, tetapi setelah pergantian pemilik menyebabkan banyak pengurangan pegawai, qodarulloh salah satunya Mas Adam.
Tabungan yang kami miliki semua digunakan untuk menyambung hidup. Kami berusaha dari nol untuk berdagang. Awalnya kami berdagang kue, berganti pakaian, sehingga sampai saat ini berdagang sembako dan pakaian. Toko yang kami miliki memang belum terlalu besar, tetapi alhamdulillah sudah bisa mencukupi kebutuhan.
Kami memiliki empat anak, yaitu Yahya, Rukoyyah, Aisyah, dan Isa. Mereka sangat menggemaskan. Yahya yang sudah berusia sepuluh tahun, sangat senang menggambar. Rukoyyah tujuh tahun yang sangat senang dengan bunga. Aisyah berusia lima tahun yang sedang duduk di sekolah TK A. Isa masih berusia satu tahun, sehingga sedang butuh perhatian ekstra.
Keempat anak kami menjadi sumber kebahagiaan dalam menjalani liku kehidupan. Lelah yang kadang hadir mampu terobati dengan keceriaan dan gelak tawa mereka. Keakraban kami pada anak-anak memberikan rasa nyaman dalam kehidupan kami.
***"Dik, nanti aku pulang terlambat ya. Ada barang datang, tetapi baru sampai sore hari. Kemungkinan langsung bongkar karena ada sebagian pesanan yang harus di antar besok pagi," ucap Mas Adam sebelum kami sarapan.
"Iya Mas, tetapi pulangnya jangan terlalu malam."
"Siap bos." dengan meletakkan tangan di pelipis seperti memberi hormat saat upacara bendera sehingga menimbulkan tawa kami.
Kami pun segera menuju ke tikar untuk sarapan bersama. Setelah anak-anak sudah berkumpul maka kubagikan piring, kemudian mengambilkan nasi sesuai porsi mereka. Aku biasanya hanya menyuapi Isa yang masih berusia satu tahun. Sedangkan Aisyah yang sudah berusia lima tahun sudah terbiasa makan sendiri. Anak yang banyak mengajarkan kami agar bisa membantu mereka untuk mandiri.
Sarapan pagi tidak selalu ada drama, sehingga memberikan ruang untuk kami lebih cepat untuk menyelesaikannya. Anak-anak yang banyak, tidak selalu merepotkan kami, karena sejak kecil kami sudah membiasakan mereka mandiri. Hal ini sangat membantu saat kami sedang banyak pekerjaan.
Yahya dan Rukoyyah biasanya naik sepeda untuk berangkat sekolah. Mas Adam naik motor untuk ke toko. Aku akan membawa Isa untuk mengantar Aisyah yang baru masuk Taman Kanak-kanak.
Aku adalah ibu rumah tangga biasa, sehingga lebih banyak waktu di rumah membersamai anak-anak. Setiap pagi setelah sholat subuh yang kulakukan memasak. Menyiapkan menu untuk tumbuh kembang mereka. Aku selalu berusaha memberikan menu yang bergizi. Asupan gizi mereka sangat kami perhatikan. Makanan yang tersaji tidak harus mewah, tetapi kami berusaha untuk memenuhi empat bintang.
***Pagi ini setelah mengantar Aisyah ke sekolah, kami langsung ke balai desa untuk mengikuti penyuluhan yang diadakan secara rutin. Acara biasanya dilaksanakan pukul delapan sampai sembilan.
Aku senang mengikuti penyuluhan yang dilakukan di desa mengenai tumbuh kembang anak yang mencakup gizi, tumbuh kembang balita dan anak, dan lainnya. Bagiku kesempatan ini memberikan wadah untuk menggali ilmu baru tentang anak dan keluarga.
"Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh mbak," sapaku pada kader desa.
"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh. Alhamdulillah mbak Asma ayo masuk, sebentar lagi acara mau di mulai. Mbak masuk kelas B, nanti di temani mbak Yani" jelasnya dengan ramah.
"Iya mbak, terima kasih,"
Aku melangkah pergi setelah berbasa basi sejenak. Menidurkan Isa di atas tikar bersebelahan dengan tempat duduk. Ada delapan peserta di kelas yang memiliki anak yang berusia satu sampai dua tahun.
"Bagaimana kabarnya mbak Asma," sapa mbak Yani setelah aku membenarkan tidur Isa.
"Alhamdulillah baik mbak, nanti temanya apa mbak penyuluhannya?" tanyaku balik.
"Alhamdulillah mbak, nanti tentang kebutuhan gizi mbak." jawabnya.
Kami peserta saling bertegur sapa sambil menunggu pemateri. Pukul delapan tepat acara di mulai. Pagi ini yang mengisi materi ahli gizi dari Puskesmas, yaitu Bu Cinta. Materi yang diberikan sangat penting untuk kami para ibu tentang kebutuhan gizi yang tidak hanya diperuntukkan balita tetapi seluruh anggota keluarga.
"Empat bintang ini terdiri dari karbohidrat, protein tinggi zat besi, kacang-kacangan, dan sayur serta buah. Menu empat bintang ini yang dulunya lebih dikenal dengan empat sehat lima sempurna. Namun, berkembangnya ilmu pengetahuan mengajarkan kita untuk lebih baik." terang Bu Cinta.
"Karbohidrat tidak hanya terdiri dari nasi, tetapi dapat berupa roti, jagung, umbi-umbian, dan lainnya. Protein tinggi zat besi ini berupa protein hewani, seperti telur, ikan, daging, susu beserta olahannya, dan lainnya. Kacang-kacangan ini segala jenis kacang-kacangan dari tahu, tempe sampai jamur. Bintang yang terakhir sayur dan buah yang memberikan vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh. Garam dan minyak juga menjadi pelengkap untuk tumbuh kembang anak,"
"Nah, dari semua yang saya paparkan. Siapa yang mau bertanya?" tanyanya.
"Saya bu, sekarang ini terkadang saat anak susah makan lalu kita perbanyak susu. Bagaimana itu bu?"
"Pertanyaan bagus ini, terkadang sebagai ibu kita khawatir dengan berat badan anak. Apalagi jika anak susah makan, jalan pintasnya diberikan susu lebih banyak. Padahal susu ini hanya termasuk salah satu dari empat bintang. Jadi lebih baik kita buat hidangan yang menarik, sehingga semua kebutuhan anak bisa tercukupi."
Setelah sesi tanya jawab selesai kami semua pulang. Aku kembali ke sekolah Aisyah untuk menjemputnya karena hari ini dijadwalkan pulang lebih awal. Berjalan bersama beberapa tetangga yang juga menjemput anak-anaknya.
Suatu sore yang cerah dengan langit jingga yang indah. Sayup-sayup semilir angin yang menerpa wajah memberikan rasa yang nyaman. Kami yang sedang menikmati sore dengan memperhatikan anak-anak yang bermain di halaman depan rumah. Kami tanami rumput teki yang memberikan pemandangan yang berbeda, seperti karpet hijau yang digelar.Halaman rumah memang tidak luas, tetapi cukup menjadi tempat bermain anak-anak. Kami sering melakukan aktivitas di depan untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Selain rumput teki yang tertanam rapi, di ujung-ujung aku tanami beberapa jenis bunga seperti bunga krisan, mawar, dan kertas. Warna-warni bunga yang tumbuh sering memanjakan mata untuk menikmati keindahan yang Allah ciptakan.Kubuat pisang goreng dan es jeruk untuk menemani sore ini. Duduk bersandar di teras dengan memperhatikan keceriaan anak-anak yang bermain. Gelak tawa yang tidak pernah habis rasanya mengukir senyum yang melihatnya. Masa anak-anak memang waktu y
Pagi ini rasanya badanku tidak enak, mual yang tiba-tiba datang membuat rasa tidak nyaman. Badan terasa lemas tidak bertenaga, karena beberapa kali harus bolak-balik ke kamar mandi untuk mengeluarkan isi perut yang masih kosong.Kegiatan pagi ini dikerjakan oleh suami dan anak-anak. Kepala yang berdenyut dengan mual yang tidak berangsur pergi. Alhamdulillah mereka memahami kondisi tubuh ibunya yang sedang tidak baik-baik saja."Kita periksa saja ya Dik," ucap Mas Adam dengan membelaiku dengan lembut.Aku hanya mengangguk tanpa bersuara. Kemudian Mas Adam membantuku bersiap-siap. Dia juga menitipkan anak-anak kepada ibu terlebih dahulu."Bagaimana kondisimu Nduk, Adam bilang badanmu tidak enak?" tanya ibu yang baru saja sampai rumah."Begini ini Bu, rasanya pusing dan mual," terangku."Apa kamu hamil Nduk?" ucapnya lagi."Tidak tahu Bu," jawabku."Ya sudah hati-hati di jalan, wajah
enapa rasanya seperti ini? Padahal dari keempat anakku perasaan bahagia selalu muncul. Aku bermonolog sendiri."Dok, bagaimana saya bisa hamil? Padahal sekarang saya masih memakai KB. Lalu apa yang harus saya lakukan? Apakah tidak mempengaruhi janin saya Dok?" pertanyaan yang kulontarkan secara bersamaan karena rasa khawatir yang kurasakan."Iya Bu, kita harus melepaskan KB yang ibu gunakan secepatnya. Pelepasan KB ini untuk menjaga kondisi janin, karena bila KB tetap terpasang dapat menyebabkan keguguran, chorioamnionitis, dan prematuritas. Alhamdulillah usia kandungan belum mencapai empat belas minggu jadi insyaAllah dengan pelepasan ini bisa mencegah hal yang kurang baik." terang dr.Hindun panjang lebar."Chorioamnionitis itu apa dok?""chorioamnionitis adalah infeksi yang terjadi pada air ketuban ibu.""Apabila saya tidak melepasnya apakah tidak apa-apa?""Wanita hamil yang masih dalam pengaruh alat kontrasepsi ini memi
Kehamilan itu selalu unik, memiliki kesan tersendiri bagi ibu. Bersyukur Allah selalu diberikan kemudahan dalam masa kehamilanku. Kehamilan merupakan proses yang panjang."Bu, apa adik bayi akan ada di dalam perut ibu berapa lama?" tanya Bang Yahya saat kami sedang bersantai di sore hari."Umumnya kehamilan normal berusia empat puluh minggu atau sekitar sembilan bulan sepuluh hari," jawabku."Lama juga ya bu bawa adik kemana-mana," ucapnya sambil tertawa."Iya, kan masa kehamilan itu memiliki tiga tahap, yaitu zigot, embrio, dan janin." terangku."Apa itu bu?""Perkembangan zigot ini dimulai dari pertemuan antara sperma dengan sel telur di saluran tuba yang menyebabkan pembuahan. Setelah pembuahan, maka zigot akan berkembang biak dan membelah diri menjadi embrio. Tahapan embrio ini semua organ tubuh mengalami perkembangan kecuali organ intim, yaitu struktur otak dan syaraf. Tahapan selanjutnya adalah fase janin.
Hari ini jadwal untuk memeriksakan kandungan. Pagi-pagi sudah kupersiapkan semuanya lebih awal seperti memasak, mencuci, dan beres-beres rumah. Setiap jadwal periksa Mas Adam akan selalu mengantar dan menunggu sampai selesai.Anak-anak sangat bersemangat setiap membicarakan tentang calon adiknya. Mereka selalu membantu setiap pekerjaan rumah, sehingga tidak membuat badan terlalu lelah. Empat malaikat kecil yang ringan tangan dan sangat menghibur."Bu, nanti adik bayi akan dilihat ya? Koyya boleh ikut Bu?" ucap Rukoyyah dengan mengusap-usap perut yang sudah mulai terlihat membesar dengan lembut."Hari ini kan, mbak Koyya sekolah. Jadi harus berangkat dengan rajin dan bersemangat dong. Besok saat libur, ibu janji mbak Koyya boleh ikut kok." ucapku membelai lembut rambut panjangnya."Tapi Koyya ingin ikut sekarang Bu, mau ikut lihat adik. Masa yang ikut Isa dan Aisyah terus." merajuk sambil memonyongkan mulutnya sehingga sangat mengge
Jam tiga pagi aku terbangun, terasa bagian pinggul pegal-pegal. Melangkah menuju belakang untuk membuang hajat, kemudian mengambil air wudhu dan mendirikan sholat malam. Kutumpahkan segala gundah yang mulai mengusik ketenangan selama kehamilan kelima ini.Membaca ayat-ayat cinta dari Sang Pencipta, yaitu ayat suci Al-qur'an sampai adzan subuh berkumandang. Ketenangan selalu terasa nikmat saat diri mendekat pada Allah Ta'ala. Kutumpahkan segalanya dan memohon untuk kelancaran persalinan.Usia kandungan sudah melewati HPL (Hari Perkiraan Lahir), tetapi sampai saat ini yang sudah mundur tujuh hari belum juga terasa tanda-tanda akan melahirkan. Alhamdulillah selama ini proses persalinan yang kujalani mudah. Semoga untuk yang kelima ini juga mendapatkan kemudahan.Aku mengambil sayuran dan beras untuk dimasak, tetapi setengah mengolah sayur mayur perut terasa mulas. Kuhentikan aktivitas sejenak, kemudian melakukan observasi sendiri, karena yakin bahwa seb
"Bagaimana kondisinya Nak?" ucap ibu yang sudah masuk ke dalam ruangan."Alhamdulillah baik Bu, Ibu sama siapa kesini?""Ibu sama Bulek Wati, tetapi baru jenguk anak temannya dulu,""Iya Bu,""Eh, mana cucuku.. Ibu gendong ya Nak, MasyaAllah cantiknya cucu mbah uti," ucap ibu yang mengambil putriku ke gendongannya. Terlihat binar bahagia yang terpancar dari senyum hangatnya.Ibu memang tidak mempermasalahkan jumlah anak kami. Bahkan yang kurasakan ibu akan berada di garda terdepan untuk membelaku."Merah banget kulitnya ya Nak, mirip banget sama Adam ini," ucap ibu yang masih tersenyum sumringah."Iya Bu,""Besok harus makin sabar, rumah bakal lebih banyak kerjaan lagi." nasehatnya."Iya Bu, doakan kami ya bu,"Ibu sering menasihati yang membangun. Aku bersyukur meski ibu mertua, tetapi sangat bijak dalam bersikap. Ibu tidak membedakan anak dan menantu. Apabila aku salah maka ib
Dua minggu setelah kelahiran Khodijah rasanya mudah sekali tersulut emosi, perasaan yang tiba-tiba sedih, dan perubahan mood yang signifikan. Rasa lelah seperti mendominasi hari-hariku. Ketenangan dalam rumah seperti menguap begitu saja. Rasa bersalah sering hadir dalam menjalani hari. Kehidupan yang harmonis berubah seperti neraka. Berulang kali mencoba mencari solusi yang tepat untuk melakukan sesuatu yang tidak pernah terlintas dari benakku karena anak-anak yang pandai bersyukur. Hal sepele yang biasanya tidak berdampak apapun menjadi pemicu kemarahanku yang tiba-tiba meledak-ledak. Ucapan orang lain yang kurang enak langsung terpikir menjadi beban. Saat ini ada yang berbeda dalam diri.*** Pagi ini rasanya semua tidak terkendali. Anak-anak justru berulah membuat emosiku meledak. Yahya dan Rukoyyah yang biasanya rukun justru saling berebut membuat suasana menjadi gaduh. Tangisan Khodijah justru semakin kencang. Belum lagi saat Aisyah dan
Dua minggu setelah kelahiran Khodijah rasanya mudah sekali tersulut emosi, perasaan yang tiba-tiba sedih, dan perubahan mood yang signifikan. Rasa lelah seperti mendominasi hari-hariku. Ketenangan dalam rumah seperti menguap begitu saja. Rasa bersalah sering hadir dalam menjalani hari. Kehidupan yang harmonis berubah seperti neraka. Berulang kali mencoba mencari solusi yang tepat untuk melakukan sesuatu yang tidak pernah terlintas dari benakku karena anak-anak yang pandai bersyukur. Hal sepele yang biasanya tidak berdampak apapun menjadi pemicu kemarahanku yang tiba-tiba meledak-ledak. Ucapan orang lain yang kurang enak langsung terpikir menjadi beban. Saat ini ada yang berbeda dalam diri.*** Pagi ini rasanya semua tidak terkendali. Anak-anak justru berulah membuat emosiku meledak. Yahya dan Rukoyyah yang biasanya rukun justru saling berebut membuat suasana menjadi gaduh. Tangisan Khodijah justru semakin kencang. Belum lagi saat Aisyah dan
"Bagaimana kondisinya Nak?" ucap ibu yang sudah masuk ke dalam ruangan."Alhamdulillah baik Bu, Ibu sama siapa kesini?""Ibu sama Bulek Wati, tetapi baru jenguk anak temannya dulu,""Iya Bu,""Eh, mana cucuku.. Ibu gendong ya Nak, MasyaAllah cantiknya cucu mbah uti," ucap ibu yang mengambil putriku ke gendongannya. Terlihat binar bahagia yang terpancar dari senyum hangatnya.Ibu memang tidak mempermasalahkan jumlah anak kami. Bahkan yang kurasakan ibu akan berada di garda terdepan untuk membelaku."Merah banget kulitnya ya Nak, mirip banget sama Adam ini," ucap ibu yang masih tersenyum sumringah."Iya Bu,""Besok harus makin sabar, rumah bakal lebih banyak kerjaan lagi." nasehatnya."Iya Bu, doakan kami ya bu,"Ibu sering menasihati yang membangun. Aku bersyukur meski ibu mertua, tetapi sangat bijak dalam bersikap. Ibu tidak membedakan anak dan menantu. Apabila aku salah maka ib
Jam tiga pagi aku terbangun, terasa bagian pinggul pegal-pegal. Melangkah menuju belakang untuk membuang hajat, kemudian mengambil air wudhu dan mendirikan sholat malam. Kutumpahkan segala gundah yang mulai mengusik ketenangan selama kehamilan kelima ini.Membaca ayat-ayat cinta dari Sang Pencipta, yaitu ayat suci Al-qur'an sampai adzan subuh berkumandang. Ketenangan selalu terasa nikmat saat diri mendekat pada Allah Ta'ala. Kutumpahkan segalanya dan memohon untuk kelancaran persalinan.Usia kandungan sudah melewati HPL (Hari Perkiraan Lahir), tetapi sampai saat ini yang sudah mundur tujuh hari belum juga terasa tanda-tanda akan melahirkan. Alhamdulillah selama ini proses persalinan yang kujalani mudah. Semoga untuk yang kelima ini juga mendapatkan kemudahan.Aku mengambil sayuran dan beras untuk dimasak, tetapi setengah mengolah sayur mayur perut terasa mulas. Kuhentikan aktivitas sejenak, kemudian melakukan observasi sendiri, karena yakin bahwa seb
Hari ini jadwal untuk memeriksakan kandungan. Pagi-pagi sudah kupersiapkan semuanya lebih awal seperti memasak, mencuci, dan beres-beres rumah. Setiap jadwal periksa Mas Adam akan selalu mengantar dan menunggu sampai selesai.Anak-anak sangat bersemangat setiap membicarakan tentang calon adiknya. Mereka selalu membantu setiap pekerjaan rumah, sehingga tidak membuat badan terlalu lelah. Empat malaikat kecil yang ringan tangan dan sangat menghibur."Bu, nanti adik bayi akan dilihat ya? Koyya boleh ikut Bu?" ucap Rukoyyah dengan mengusap-usap perut yang sudah mulai terlihat membesar dengan lembut."Hari ini kan, mbak Koyya sekolah. Jadi harus berangkat dengan rajin dan bersemangat dong. Besok saat libur, ibu janji mbak Koyya boleh ikut kok." ucapku membelai lembut rambut panjangnya."Tapi Koyya ingin ikut sekarang Bu, mau ikut lihat adik. Masa yang ikut Isa dan Aisyah terus." merajuk sambil memonyongkan mulutnya sehingga sangat mengge
Kehamilan itu selalu unik, memiliki kesan tersendiri bagi ibu. Bersyukur Allah selalu diberikan kemudahan dalam masa kehamilanku. Kehamilan merupakan proses yang panjang."Bu, apa adik bayi akan ada di dalam perut ibu berapa lama?" tanya Bang Yahya saat kami sedang bersantai di sore hari."Umumnya kehamilan normal berusia empat puluh minggu atau sekitar sembilan bulan sepuluh hari," jawabku."Lama juga ya bu bawa adik kemana-mana," ucapnya sambil tertawa."Iya, kan masa kehamilan itu memiliki tiga tahap, yaitu zigot, embrio, dan janin." terangku."Apa itu bu?""Perkembangan zigot ini dimulai dari pertemuan antara sperma dengan sel telur di saluran tuba yang menyebabkan pembuahan. Setelah pembuahan, maka zigot akan berkembang biak dan membelah diri menjadi embrio. Tahapan embrio ini semua organ tubuh mengalami perkembangan kecuali organ intim, yaitu struktur otak dan syaraf. Tahapan selanjutnya adalah fase janin.
enapa rasanya seperti ini? Padahal dari keempat anakku perasaan bahagia selalu muncul. Aku bermonolog sendiri."Dok, bagaimana saya bisa hamil? Padahal sekarang saya masih memakai KB. Lalu apa yang harus saya lakukan? Apakah tidak mempengaruhi janin saya Dok?" pertanyaan yang kulontarkan secara bersamaan karena rasa khawatir yang kurasakan."Iya Bu, kita harus melepaskan KB yang ibu gunakan secepatnya. Pelepasan KB ini untuk menjaga kondisi janin, karena bila KB tetap terpasang dapat menyebabkan keguguran, chorioamnionitis, dan prematuritas. Alhamdulillah usia kandungan belum mencapai empat belas minggu jadi insyaAllah dengan pelepasan ini bisa mencegah hal yang kurang baik." terang dr.Hindun panjang lebar."Chorioamnionitis itu apa dok?""chorioamnionitis adalah infeksi yang terjadi pada air ketuban ibu.""Apabila saya tidak melepasnya apakah tidak apa-apa?""Wanita hamil yang masih dalam pengaruh alat kontrasepsi ini memi
Pagi ini rasanya badanku tidak enak, mual yang tiba-tiba datang membuat rasa tidak nyaman. Badan terasa lemas tidak bertenaga, karena beberapa kali harus bolak-balik ke kamar mandi untuk mengeluarkan isi perut yang masih kosong.Kegiatan pagi ini dikerjakan oleh suami dan anak-anak. Kepala yang berdenyut dengan mual yang tidak berangsur pergi. Alhamdulillah mereka memahami kondisi tubuh ibunya yang sedang tidak baik-baik saja."Kita periksa saja ya Dik," ucap Mas Adam dengan membelaiku dengan lembut.Aku hanya mengangguk tanpa bersuara. Kemudian Mas Adam membantuku bersiap-siap. Dia juga menitipkan anak-anak kepada ibu terlebih dahulu."Bagaimana kondisimu Nduk, Adam bilang badanmu tidak enak?" tanya ibu yang baru saja sampai rumah."Begini ini Bu, rasanya pusing dan mual," terangku."Apa kamu hamil Nduk?" ucapnya lagi."Tidak tahu Bu," jawabku."Ya sudah hati-hati di jalan, wajah
Suatu sore yang cerah dengan langit jingga yang indah. Sayup-sayup semilir angin yang menerpa wajah memberikan rasa yang nyaman. Kami yang sedang menikmati sore dengan memperhatikan anak-anak yang bermain di halaman depan rumah. Kami tanami rumput teki yang memberikan pemandangan yang berbeda, seperti karpet hijau yang digelar.Halaman rumah memang tidak luas, tetapi cukup menjadi tempat bermain anak-anak. Kami sering melakukan aktivitas di depan untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Selain rumput teki yang tertanam rapi, di ujung-ujung aku tanami beberapa jenis bunga seperti bunga krisan, mawar, dan kertas. Warna-warni bunga yang tumbuh sering memanjakan mata untuk menikmati keindahan yang Allah ciptakan.Kubuat pisang goreng dan es jeruk untuk menemani sore ini. Duduk bersandar di teras dengan memperhatikan keceriaan anak-anak yang bermain. Gelak tawa yang tidak pernah habis rasanya mengukir senyum yang melihatnya. Masa anak-anak memang waktu y
Semilir angin berhembus menerpa wajahku saat membuka jendela. Pagi yang cerah semakin indah dengan keceriaan anak-anak yang bermain. Pagi menjadi waktu yang cukup bersejarah dalam menyongsong hari. Bahagiaku saat bersama keluarga, menikmati hari dengan senyuman.Pagi merupakan waktu yang cukup singkat. Kegiatan yang tidak ada habisnya dengan menyiapkan segala sesuatu yang harus cepat dan baik. Kegiatan harian selalu kutargetkan selesai sebelum ketiga anakku untuk berangkat ke sekolah dan suami bekerja. Memasak menjadi perhatian khusus untukku, karena kami membiasakan sarapan sebelum beraktivitas."Bu, mau masak apa pagi ini?" tanya Rukoyyah–putri keduaku–dengan senyum manisnya."Sup jamur dan tempe goreng Nak, Koyya sudah lapar?""Aku yang memotong tempenya ya Bu,""Iya sayang. Oh iya Koyya sudah selesai menyiapkan peralatan sekolah?" tanyaku."Sudah Bu, pokoknya beres tinggal berangkat nanti,"