Sharon tak habis pikir, dia mengira awalnya hanya menjadi kekasih bohongan, dan sekarang begitu mendengar permintaan Elena, kepalanya mendadak berputar dan pening.
Andy sendiri tak bisa berbuat banyak, karena sejak dia masih kecil hanya Elena yang selalu mendukungnya bersama kakeknya—sewaktu beliau masih hidup—memberikannya kehidupan yang jauh dari kata cukup.
Apakah permintaan yang tak masuk akal itu harus dilakukannya?
Menikahi seorang gadis yang usianya mungkin jauh di bawahnya, dan Andy yakin Sharon sendiri masih kuliah. Akan jadi apa hidupnya nanti!
“Aku akan menemui dokter. Sharon, tolong temani nenek sebentar. Aku akan menanyakan kapan jadwal operasi bisa dilakukan.”
Andy pun meninggalkan Elena bersama Sharon, menuju ke ruangan dokter. Dia tak peduli apa yang akan dibicarakan Elena dan Sharon nantinya. Paling-paling Elena akan terus membujuk Sharon untuk menentukan tanggal pernikahan, memesan wedding organizer, dan macam hal lainnya.
Setidaknya Andy bisa sedikit merasa tenang, Elena tak mencurigai sama sekali jika Sharon hanya gadis sewaan yang dijadikan kekasih untuk beberapa jam.
Tapi yang membuatnya bingung setengah mati, bagaimana dengan kalimat ‘menikah’ yang tadi baru saja ditanyakan Elena padanya. Apa dia harus menyenangkan orangtua paruh baya itu dengan menuruti kemauannya?
Tapi siapa yang mau menikahi laki-laki perfeksionis dan kaku sepertinya?
Mustahil mencari calon isteri, apalagi jika dia harus mencari gadis lain yang bersedia menikah dengannya, dan pastinya wajah itu akan berbeda dari Sharon.
Andy mengetuk pintu ruangan dokter yang menangani Elena. Terdengar suara dari dalam yang mempersilakannya masuk.
“Andy, silakan masuk. Pasti ada yang ingin kau bicarakan denganku?” tanya dokter muda berwajah oriental yang telah menangani Elena selama ini.
“Dokter Lee, ada beberapa hal yang ingin kutanyakan padamu, mengenai keadaan nenekku.”
Dokter Lee, mempersilakan Andy untuk duduk. Dia mengeluarkan sebuah amplop besar berisi hasil CT Scan dari Elena.
“Aku tak tahu jika Elena begitu keras kepala, Andy. Dia harus segera melakukan operasi, karena sudah ada penyebaran dalam skala kecil ke beberapa organ tubuh lainnya. Untuk menghentikannya, maka dia harus bersedia untuk dioperasi secepatnya. Aku tak bisa membujuknya.”
“Jika dia dioperasi, berapa besar kemungkinannya untuk bertahan?”
“Tanpa operasi hanya mampu bertahan sampai 3 bulan ke depan. Dengan operasi maka setidaknya satu atau dua tahun ke depan, dia masih bisa bertahan, dan—“
“Tak ada satu pun pilihan yang baik untuk didengar, Dok. Kedua pilihan itu sama sekali membuatku tak bisa berkata lebih. Tapi setidaknya dengan operasi, aku masih bisa bersamanya meski setahun atau dua tahun bisa dikatakan waktu yang sangat singkat.”
Dokter Lee tersenyum, memang demikian adanya. Tak ada yang ditutupi oleh dokter muda yang mungkin usianya tak jauh berbeda dari Andy.
Apakah Andy harus menyetujui permintaan Elena?
Sedangkan dia sendiri belum mempersiapkan diri sama sekali. Dia hanya mengenal Sharon, apa mungkin Sharon bersedia menikah dengannya?
Tak ada rasa suka.
Tak ada rasa cinta.
Semuanya hanya demi Elena. Sharon memang kelihatan seperti gadis baik-baik. Andy berpikir jika dia akan mengajukan sebuah penawaran pada gadis itu, yang jelas Sharon harus menyetujuinya. Apalagi Elena sepertinya benar-benar menaruh hati melihat gadis itu.
“Aku akan membujuk nenek untuk segera dioperasi. Biar bagaimanapun, hanya dia yang aku miliki, hanya dia keluarga terdekat yang mengurusku sejak aku kehilangan kedua orangtuaku di kecelakaan itu. Jadi kupastikan, dalam waktu dekat, dia akan dioperasi, Dok,” ujar Andy dengan yakin.
Dokter Lee mengangguk. Andy pun bangkit berdiri dari kursi dan beranjak keluar dari ruangannya.
Dilihatnya Sharon sedang berada di luar ruangan, Andy mempercepat langkahnya. Dia telah memutuskan sesuatu hal yang sangat gila saat ini, dan dia membutuhkan Sharon untuk mewujudkan rencananya.
Sekarang, atau tidak sama sekali, Pikirnya saat itu.
“Ikut aku!”
Andy menarik tangan Sharon, kemudian berlari ke luar dari rumah sakit. Sharon tak mengerti apa yang diinginkan laki-laki yang masih saja terus menggenggam tangannya dengan erat.
Andy mengajaknya duduk ke sebuah taman yang berada tak jauh dari bangunan rumah sakit, dan memintanya duduk di sampingnya.
“Hei! Tak perlu menarik-narik tanganku!” seru Sharon yang sedikit kesal dengan kelakuan Andy yang cukup aneh baginya.
“Menikahlah denganku,” pinta Andy secara tiba-tiba.
Mulut Sharon menganga lebar, membuat dagunya seakan hendak lepas dari wajahnya saat itu juga.
Menikah?
Dia masih sangat muda!
Dia belum menyelesaikan sidangnya!
“Kau gila?” tanya Sharon.
“Aku serius dengan perkataanku barusan, apa kau mau?”
“Menikah denganmu? Aku saja tak mengenalmu, bagaimana bisa aku menikah dengan—“
“Aku akan membuat perjanjian denganmu,” potong Andy dengan cepat, tak memberi celah bagi Sharon untuk membantah lebih dalam.
“Maksudmu?”
“Kita hanya menikah untuk satu tahun, setelah itu kita akan bercerai. Aku akan membuat surat perjanjian kontrak menikah denganmu. Selama dalam ikatan kontrak, aku tak akan melakukan sesuatu hal yang menyimpang dari perjanjian, bagaimana?” tembak Andy sekali lagi, dan berhasil membuat Sharon menganga lebih lebar dari sebelumnya.
“Ta-tapi, kalau orangtuaku mengetahuinya, mereka bisa membunuhku! Aku belum selesai kuliah, aku juga belum menyelesaikan sidangku, aku—“
“Aku seorang dosen, kurasa tak akan rugi jika kau menikah denganku. Aku janji, aku akan membantumu menyelesaikan sidangmu nantinya, bagaimana?”
“Hm, kau sanggup menemui orangtuaku dan melamarku?’ tantang Sharon. Dia merasa yakin, Andy tak akan mau menemui kedua orangtuanya. Tetapi jawaban yang didapatkan, justru membuat kedua lutut Sharon menjadi lemas.
“Aku akan menemui kedua orangtuamu dan melamarmu langsung. Aku akan mempersiapkan kontraknya setelah ini, hal ini jangan sampai bocor ke publik. Karena pernikahan ini hanya untuk satu tahun. Setelahnya kau bebas.”
Menikah untuk satu tahun?
“Apa benefit yang akan kudapatkan selain kau membantuku untuk menyelesaikan sidangku?”
“Aku akan memberikan seperempat dari saham perusahaan yang dimiliki keluargaku, kau akan kuberikan uang saku bulanan, dan juga aku tak akan menyentuhmu sama sekali, lalu—“
“Lalu bagaimana jika dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, salah satu dari kita akhirnya benar-benar jatuh cinta?” tanya Sharon.
“I-itu ... jika kau atau aku yang jatuh cinta, maka ... kita akan berpisah,” jawab Andy agak ragu. Seumur hidup dia tak merasakan apa yang namanya jatuh cinta. Jadi seharusnya pernikahan kontrak yang baru saja diajukannya pada Sharon tak akan menjadi masalah besar.
Sharon benar-benar dibuat pusing oleh kelakuan Andy.
Tadi dia berpikir Andy hanya akan memintanya menjadi kekasih dalam beberapa jam saja, dan sekarang mereka harus menikah?
Bagaimana rasanya menikah tanpa dilandasi oleh perasaan cinta?
Tapi setidaknya dia bisa membalaskan dendamnya pada mantan yang kurang ajar dengan seenaknya memutuskan dia demi gadis lain. Andy tampan, kaya, memiliki karir yang bagus, sepertinya dia bisa membawa Andy sesekali untuk dipamerkan di depan umum, bukan begitu?
“Jika aku yang lebih dulu jatuh cinta, maka aku tak akan melepaskanmu, bagaimana?” goda Sharon. Kali ini godaannya membuat telinga Andy memerah.
“Itu urusanmu. Aku yakin, aku tak mungkin mencintai gadis sepertimu,” jawab Andy yakin.
Sharon mencebik. Dia berpikir, dirinya pun tak jelek-jelek amat, dengan begitu yakinnya Andy bisa mengatakan kalau dia tak mungkin mencintai gadis sepertinya?
"Kau yakin?" ejek Sharon.
"Aku sangat yakin, jika aku nanti bisa sampai jatuh cinta padamu, mungkin aku akan berlari mengelilingi satu Kota New York, dan berteriak kalau aku sudah gila!"
Bab 1 : Kesialan Andy!Andy melangkahkan kedua kakinya ke sebuah restoran cepat saji, perutnya terasa sangat lapar. Kebetulan dia belum lama tiba New Hampshire, setelah beberapa tahun lamanya dia berada di London untuk meraih gelar profesor.Elena—neneknya yang membuat Andy terpaksa harus kembali ke Amerika. Berkali-kali dengan getolnya dia terus memborbardir Andy dengan telepon-telepon, dan chat darinya melalui aplikasi WeChat.Elena bilang pada cucu laki-laki kesayangannya, jika ada sesuatu yang harus dia katakan pada Andy, menyangkut urusan nyawa. Sebenarnya terlalu berlebihan bagi Andy begitu mendengar Elena mengatakan hal tersebut.“Nenek, sebenarnya apa yang ingin kau katakan sehingga menyuruhku kembali ke Amerika secepatnya?” tanya Andy saat itu.“Kau tahu, aku sedang dirawat di rumah sakit sudah dua minggu lamanya, kan? Dokter mengatakan, usiaku hanya bisa bertahan tiga bulan, Andy!”
Seharusnya Andy bisa menikmati secangkir espresso dengan nikmat, tapi kelakuan gadis tadi benar-benar membuatnya sangat jengkel. Jas yang dikenakannya pun kini harus diganti, karena tumpahan kopi membuat jas itu menjadi jelek dan bau.Andy membuka pintu apartemen miliknya dengan kasar, perasaan kesal itu membuatnya bad mood. Hari ini harusnya perkenalan di universitas tempatnya mengajar, tapi lagi-lagi semua rencananya buyar!“Gadis tadi benar-benar membuatku jengkel, pakaianku kotor, dan aku jadi tidak bisa ke kampus untuk perkenalan diri di hari pertama!”Menjadi seorang perfeksionis seperti Andy, tentu akan membuatnya sulit mendapatkan perempuan yang bisa mengimbangi dirinya. Itu sudah dirasakan Andy bertahun-tahun, sehingga Andy sulit mendapatkan perempuan yang sesuai dengan keinginannya.Andy membersihkan diri, baru saja selesai keluar dari kamar mandi, ponselnya berbunyi, seperti biasa melihat nama yang tertera pada layar handphone, Andy
Sharon berlari kecil menuju ke arah sebuah halte bus yang tak jauh dari kampus. Dia harus segera sampai ke rumah sakit, karena ibunya berkali-kali menerornya melalui sambungan telepon, seperti seorang penagih hutang!“Bu, sudah kukatakan, aku sedang menunggu bus, aku mau ke arah rumah sakit!” omel Sharon pada ibunya.Hanya dalam waktu dua puluh menit, Sharon telah tiba di rumah sakit. Tergesa dia berjalan menyusuri halaman rumah sakit yang begitu luas.Tanpa sengaja dia menabrak sesuatu dan terjatuh. Sharon mengusap bokongnya ketika menyadari dia menabrak sebuah kursi roda. Saat itu juga dia melihat seorang perempuan tua berusia sekitar 70-an sedang jatuh terduduk di tanah. Dengan perasaan bersalah Sharon mendekati perempuan tua itu.“Ma-maaf, aku tak sengaja menabrak Anda,” ujar Sharon gugup. Dia tak ingin perempuan tua itu terluka karena kecerobohannya.Perempuan tua itu tertawa kecil, lalu menatap Sharon dengan hangat. Ke
Andy tak habis pkir dengan permintaan Elena yang sangat aneh menurutnya. Dia berjalan keluar, menutup pintu ruangan di mana Elena dirawat. Saat ini Elena sedang tertidur setelah perawat memberikannya beberapa obat.Andy pun berjalan ke arah kafetaria yang tak jauh dari rumah sakit, dia mau terlalu lama memikirkan permintaan Elena padanya. Mungkin dengan menikmati teh hangat atau sepotong sandwich, bisa membuat perasaannya lebih lega, dan dia bisa berpikir lebih jernih?Saat Andy sibuk dengan pikirannya, dia mendengar suara seorang gadis yang tengah memperdebatkan sesuatu di telepon.“Aku tak bisa lagi tinggal di asrama? Kenapa?”“Jadi ... aku harus tinggal di mana? Aku tahu, aku memang gagal dengan sidangku tahun ini, tapi kalau aku tak tinggal di asrama dan pindah ke tempat lain, akan cukup melelahkan jika harus naik kendaraan dari tempat baru ke kampus, apa—“Sambungan telepon dimatikan, sepertinya kepala asrama baru
Sharon masih belum bisa mencerna dengan baik kalimat Andy barusan. Mengajarinya berbohong?Berbohong seperti apa?Sedangkan selama ini, Sharon merasa dia hanya berani berbohong pada kedua orangtuanya mengenai nila akademisnya, selain itu?Dia tak berani berbohong, apalagi dia harus berbohong pada Shanon—kakak perempuannya.“Kau memintaku mengajarimu berbohong?” tanya Sharon dengan wajah polosnya.Andy benar-benar ingin menepuk jidat gadis di hadapannya. Sulit sekali berbicara pada Sharon.“Ya. Jangan khawatir, selain itu aku akan membayarmu, bagaimana?”“Wow! Berpura-pura menjadi kekasih bohongan lalu kau juga akan membayarku?”“Ya.”“Berapa?” tanya Sharon yang mulai tertarik dengan tawaran yang diberikan Andy padanya. Apa salahnya berbohong sebentar, menjadi kekasih Andy, dan dia pun mendapatkan bayaran. Lagi pula, pria di hadapannya ini tak jelek, kelewa
Sharon tak habis pikir, dia mengira awalnya hanya menjadi kekasih bohongan, dan sekarang begitu mendengar permintaan Elena, kepalanya mendadak berputar dan pening.Andy sendiri tak bisa berbuat banyak, karena sejak dia masih kecil hanya Elena yang selalu mendukungnya bersama kakeknya—sewaktu beliau masih hidup—memberikannya kehidupan yang jauh dari kata cukup.Apakah permintaan yang tak masuk akal itu harus dilakukannya?Menikahi seorang gadis yang usianya mungkin jauh di bawahnya, dan Andy yakin Sharon sendiri masih kuliah. Akan jadi apa hidupnya nanti!“Aku akan menemui dokter. Sharon, tolong temani nenek sebentar. Aku akan menanyakan kapan jadwal operasi bisa dilakukan.”Andy pun meninggalkan Elena bersama Sharon, menuju ke ruangan dokter. Dia tak peduli apa yang akan dibicarakan Elena dan Sharon nantinya. Paling-paling Elena akan terus membujuk Sharon untuk menentukan tanggal pernikahan, memesan wedding organizer, dan ma
Sharon masih belum bisa mencerna dengan baik kalimat Andy barusan. Mengajarinya berbohong?Berbohong seperti apa?Sedangkan selama ini, Sharon merasa dia hanya berani berbohong pada kedua orangtuanya mengenai nila akademisnya, selain itu?Dia tak berani berbohong, apalagi dia harus berbohong pada Shanon—kakak perempuannya.“Kau memintaku mengajarimu berbohong?” tanya Sharon dengan wajah polosnya.Andy benar-benar ingin menepuk jidat gadis di hadapannya. Sulit sekali berbicara pada Sharon.“Ya. Jangan khawatir, selain itu aku akan membayarmu, bagaimana?”“Wow! Berpura-pura menjadi kekasih bohongan lalu kau juga akan membayarku?”“Ya.”“Berapa?” tanya Sharon yang mulai tertarik dengan tawaran yang diberikan Andy padanya. Apa salahnya berbohong sebentar, menjadi kekasih Andy, dan dia pun mendapatkan bayaran. Lagi pula, pria di hadapannya ini tak jelek, kelewa
Andy tak habis pkir dengan permintaan Elena yang sangat aneh menurutnya. Dia berjalan keluar, menutup pintu ruangan di mana Elena dirawat. Saat ini Elena sedang tertidur setelah perawat memberikannya beberapa obat.Andy pun berjalan ke arah kafetaria yang tak jauh dari rumah sakit, dia mau terlalu lama memikirkan permintaan Elena padanya. Mungkin dengan menikmati teh hangat atau sepotong sandwich, bisa membuat perasaannya lebih lega, dan dia bisa berpikir lebih jernih?Saat Andy sibuk dengan pikirannya, dia mendengar suara seorang gadis yang tengah memperdebatkan sesuatu di telepon.“Aku tak bisa lagi tinggal di asrama? Kenapa?”“Jadi ... aku harus tinggal di mana? Aku tahu, aku memang gagal dengan sidangku tahun ini, tapi kalau aku tak tinggal di asrama dan pindah ke tempat lain, akan cukup melelahkan jika harus naik kendaraan dari tempat baru ke kampus, apa—“Sambungan telepon dimatikan, sepertinya kepala asrama baru
Sharon berlari kecil menuju ke arah sebuah halte bus yang tak jauh dari kampus. Dia harus segera sampai ke rumah sakit, karena ibunya berkali-kali menerornya melalui sambungan telepon, seperti seorang penagih hutang!“Bu, sudah kukatakan, aku sedang menunggu bus, aku mau ke arah rumah sakit!” omel Sharon pada ibunya.Hanya dalam waktu dua puluh menit, Sharon telah tiba di rumah sakit. Tergesa dia berjalan menyusuri halaman rumah sakit yang begitu luas.Tanpa sengaja dia menabrak sesuatu dan terjatuh. Sharon mengusap bokongnya ketika menyadari dia menabrak sebuah kursi roda. Saat itu juga dia melihat seorang perempuan tua berusia sekitar 70-an sedang jatuh terduduk di tanah. Dengan perasaan bersalah Sharon mendekati perempuan tua itu.“Ma-maaf, aku tak sengaja menabrak Anda,” ujar Sharon gugup. Dia tak ingin perempuan tua itu terluka karena kecerobohannya.Perempuan tua itu tertawa kecil, lalu menatap Sharon dengan hangat. Ke
Seharusnya Andy bisa menikmati secangkir espresso dengan nikmat, tapi kelakuan gadis tadi benar-benar membuatnya sangat jengkel. Jas yang dikenakannya pun kini harus diganti, karena tumpahan kopi membuat jas itu menjadi jelek dan bau.Andy membuka pintu apartemen miliknya dengan kasar, perasaan kesal itu membuatnya bad mood. Hari ini harusnya perkenalan di universitas tempatnya mengajar, tapi lagi-lagi semua rencananya buyar!“Gadis tadi benar-benar membuatku jengkel, pakaianku kotor, dan aku jadi tidak bisa ke kampus untuk perkenalan diri di hari pertama!”Menjadi seorang perfeksionis seperti Andy, tentu akan membuatnya sulit mendapatkan perempuan yang bisa mengimbangi dirinya. Itu sudah dirasakan Andy bertahun-tahun, sehingga Andy sulit mendapatkan perempuan yang sesuai dengan keinginannya.Andy membersihkan diri, baru saja selesai keluar dari kamar mandi, ponselnya berbunyi, seperti biasa melihat nama yang tertera pada layar handphone, Andy
Bab 1 : Kesialan Andy!Andy melangkahkan kedua kakinya ke sebuah restoran cepat saji, perutnya terasa sangat lapar. Kebetulan dia belum lama tiba New Hampshire, setelah beberapa tahun lamanya dia berada di London untuk meraih gelar profesor.Elena—neneknya yang membuat Andy terpaksa harus kembali ke Amerika. Berkali-kali dengan getolnya dia terus memborbardir Andy dengan telepon-telepon, dan chat darinya melalui aplikasi WeChat.Elena bilang pada cucu laki-laki kesayangannya, jika ada sesuatu yang harus dia katakan pada Andy, menyangkut urusan nyawa. Sebenarnya terlalu berlebihan bagi Andy begitu mendengar Elena mengatakan hal tersebut.“Nenek, sebenarnya apa yang ingin kau katakan sehingga menyuruhku kembali ke Amerika secepatnya?” tanya Andy saat itu.“Kau tahu, aku sedang dirawat di rumah sakit sudah dua minggu lamanya, kan? Dokter mengatakan, usiaku hanya bisa bertahan tiga bulan, Andy!”