Seharusnya Andy bisa menikmati secangkir espresso dengan nikmat, tapi kelakuan gadis tadi benar-benar membuatnya sangat jengkel. Jas yang dikenakannya pun kini harus diganti, karena tumpahan kopi membuat jas itu menjadi jelek dan bau.
Andy membuka pintu apartemen miliknya dengan kasar, perasaan kesal itu membuatnya bad mood. Hari ini harusnya perkenalan di universitas tempatnya mengajar, tapi lagi-lagi semua rencananya buyar!
“Gadis tadi benar-benar membuatku jengkel, pakaianku kotor, dan aku jadi tidak bisa ke kampus untuk perkenalan diri di hari pertama!”
Menjadi seorang perfeksionis seperti Andy, tentu akan membuatnya sulit mendapatkan perempuan yang bisa mengimbangi dirinya. Itu sudah dirasakan Andy bertahun-tahun, sehingga Andy sulit mendapatkan perempuan yang sesuai dengan keinginannya.
Andy membersihkan diri, baru saja selesai keluar dari kamar mandi, ponselnya berbunyi, seperti biasa melihat nama yang tertera pada layar handphone, Andy mendengus.
“Ya?”
“Andy, cucuku sayang. Bagaimana hari pertamu di New Hampshire setelah bertahun-tahun lamanya kau tak kembali?”
Andy mengacak rambutnya, wajahnya terlihat jauh lebih tampan dengan tampilan acak-acakan.
“Menyebalkan, katakan saja apa yang nenek mau?”
“Kau tahu Andy, dokter memintaku melakukan operasi untuk penyakitku. Aku mengatakan pada mereka, aku tak akan mau dioperasi jika belum bertemu dengan cucuku,” jawab Elena—nenek Andy.
“Hah? Apa aku harus menemui nenek baru nenek mau dioperasi?”
“Tentu saja, kalau kau tak mau menemuiku, aku lebih bahagia jika Tuhan menjemput ajalku lebih awal, dan—“
“Ok. Jangan mengancam, aku akan menemui nenek di rumah sakit. Puas?”
“Kurang sempurna jika kau pergi sendirian,” jawab Elena dengan senyum licik di wajahnya.
“Lalu?”
“Kau sudah kepala tiga, kapan kau akan membawa seorang perempuan untuk menemuiku?”
“Aku paham maksud nenek, nanti akan kuperkenalkan jika sudah waktunya, bagaimana?”
Mengenalkan seorang perempuan?
Sedangkan dia saja tak pernah dekat dengan perempuan manapun, lalu mau membawa perempuan darimana? Permintaan Elena terkadang membuatnya sakit kepala, apa tidak bisa memberikannya kelonggaran tanpa harus bertanya mengenai calon pasangan hidup?
“Ok, nenek tunggu berita baik darimu!”
Seketika dirasakan sakit kepalanya semakin menyakitkan, karena permintaan tak masuk akal dari Elena.
Di tempat lain, Sharon baru saja mendapat kabar dari ibunya jika ayahnya—Tuan George—baru saja masuk rumah sakit karena tadi pagi ayahnya terus saja mengeluh mengenai perutnya yang sakit. Kemudian saat dia makan, dia mengeluarkan seluruh isi perutnya tanpa bersisa.
“Bu, di mana ayah dirawat?” tanya Sharon melalui sambungan telepon.
Di seberang, Nyonya George—ibunya—menangis tersedu-sedu, sesekali mengelap kasar ingus yang keluar dari hidungnya dengan selimut rumah sakit.
“Di Rumah Sakit New Hampshire, kau tahu ayahmu, dia membuatku khawatir. Dia mau kau menjenguknya hari ini, dan—“
“Bu, aku masih ada mata kuliah, belum lagi—“
“Jangan potong kalimatku, kau sudah satu kali gagal menyelesaikan sidangmu, jadi tak perlu memaksakan diri, jenguk dulu ayahmu, lagi pula belum tentu tahun ini kau bisa menyelesaikan sidangmu juga, kan?”
Sharon menggaruk kepalanya. Sepertinya ibunya benar-benar tak pernah menginginkan keberhasilannya. Tahun lalu dia memang gagal dengan sidang pertama, karena saat harus menyerahkan bahan presentasi dia justru datang terlambat karena lupa menyetel alarm, sehingga dia harus bangun kesiangan.
Saat itu dia ingat, belum sempat dia naik ke depan podium, dia langsung mendapatkan penolakan dengan alasan; telat karena tidak disiplin waktu! Saat itu juga dia harus menerima, jika dia akan melalui satu tahun lagi untuk menyelesaikan sidangnya di tahun berikut.
Terkadang dia merasa bintang keberuntungan tak pernah berpihak padanya. Shanon—kakaknya—lebih beruntung darinya. Shanon lebih pintar, cantik, banyak pria tergila-gila padanya. Shanon pun lulus dengan cumlaude, bagaimana tidak bisa bangga mempunya kakak sepintar itu?
Sesekali dia berharap, Tuhan menukar jiwanya dengan Shanon, sehingga dia bisa menyelesaikan sidang dengan hasil yang sangat baik.
“Bu, apakah aku benar-benar sebodoh itu di matamu?” tanya Sharon seraya merengutkan wajahnya.
“Eh, aku tidak bilang kau bodoh, hanya sedikit lamban. Tapi tak apa, kau dan Shanon adalah puteriku, mungkin nasib baik belum berpihak saja,” jawab Nyonya George berkelit agar Sharon tak semakin sedih.
“Ok. Aku akan katakan pada Lilia, jika aku harus pergi ke rumah sakit, mungkin aku bisa menitip absen padanya,” ucap Sharon pasrah.
Sharon pun bergegas kembali ke asrama dan mengganti pakaiannya. Perintah ibunya adalah sebuah titah yang tak terbantahkan!
Sharon berlari kecil menuju ke arah sebuah halte bus yang tak jauh dari kampus. Dia harus segera sampai ke rumah sakit, karena ibunya berkali-kali menerornya melalui sambungan telepon, seperti seorang penagih hutang!“Bu, sudah kukatakan, aku sedang menunggu bus, aku mau ke arah rumah sakit!” omel Sharon pada ibunya.Hanya dalam waktu dua puluh menit, Sharon telah tiba di rumah sakit. Tergesa dia berjalan menyusuri halaman rumah sakit yang begitu luas.Tanpa sengaja dia menabrak sesuatu dan terjatuh. Sharon mengusap bokongnya ketika menyadari dia menabrak sebuah kursi roda. Saat itu juga dia melihat seorang perempuan tua berusia sekitar 70-an sedang jatuh terduduk di tanah. Dengan perasaan bersalah Sharon mendekati perempuan tua itu.“Ma-maaf, aku tak sengaja menabrak Anda,” ujar Sharon gugup. Dia tak ingin perempuan tua itu terluka karena kecerobohannya.Perempuan tua itu tertawa kecil, lalu menatap Sharon dengan hangat. Ke
Andy tak habis pkir dengan permintaan Elena yang sangat aneh menurutnya. Dia berjalan keluar, menutup pintu ruangan di mana Elena dirawat. Saat ini Elena sedang tertidur setelah perawat memberikannya beberapa obat.Andy pun berjalan ke arah kafetaria yang tak jauh dari rumah sakit, dia mau terlalu lama memikirkan permintaan Elena padanya. Mungkin dengan menikmati teh hangat atau sepotong sandwich, bisa membuat perasaannya lebih lega, dan dia bisa berpikir lebih jernih?Saat Andy sibuk dengan pikirannya, dia mendengar suara seorang gadis yang tengah memperdebatkan sesuatu di telepon.“Aku tak bisa lagi tinggal di asrama? Kenapa?”“Jadi ... aku harus tinggal di mana? Aku tahu, aku memang gagal dengan sidangku tahun ini, tapi kalau aku tak tinggal di asrama dan pindah ke tempat lain, akan cukup melelahkan jika harus naik kendaraan dari tempat baru ke kampus, apa—“Sambungan telepon dimatikan, sepertinya kepala asrama baru
Sharon masih belum bisa mencerna dengan baik kalimat Andy barusan. Mengajarinya berbohong?Berbohong seperti apa?Sedangkan selama ini, Sharon merasa dia hanya berani berbohong pada kedua orangtuanya mengenai nila akademisnya, selain itu?Dia tak berani berbohong, apalagi dia harus berbohong pada Shanon—kakak perempuannya.“Kau memintaku mengajarimu berbohong?” tanya Sharon dengan wajah polosnya.Andy benar-benar ingin menepuk jidat gadis di hadapannya. Sulit sekali berbicara pada Sharon.“Ya. Jangan khawatir, selain itu aku akan membayarmu, bagaimana?”“Wow! Berpura-pura menjadi kekasih bohongan lalu kau juga akan membayarku?”“Ya.”“Berapa?” tanya Sharon yang mulai tertarik dengan tawaran yang diberikan Andy padanya. Apa salahnya berbohong sebentar, menjadi kekasih Andy, dan dia pun mendapatkan bayaran. Lagi pula, pria di hadapannya ini tak jelek, kelewa
Sharon tak habis pikir, dia mengira awalnya hanya menjadi kekasih bohongan, dan sekarang begitu mendengar permintaan Elena, kepalanya mendadak berputar dan pening.Andy sendiri tak bisa berbuat banyak, karena sejak dia masih kecil hanya Elena yang selalu mendukungnya bersama kakeknya—sewaktu beliau masih hidup—memberikannya kehidupan yang jauh dari kata cukup.Apakah permintaan yang tak masuk akal itu harus dilakukannya?Menikahi seorang gadis yang usianya mungkin jauh di bawahnya, dan Andy yakin Sharon sendiri masih kuliah. Akan jadi apa hidupnya nanti!“Aku akan menemui dokter. Sharon, tolong temani nenek sebentar. Aku akan menanyakan kapan jadwal operasi bisa dilakukan.”Andy pun meninggalkan Elena bersama Sharon, menuju ke ruangan dokter. Dia tak peduli apa yang akan dibicarakan Elena dan Sharon nantinya. Paling-paling Elena akan terus membujuk Sharon untuk menentukan tanggal pernikahan, memesan wedding organizer, dan ma
Bab 1 : Kesialan Andy!Andy melangkahkan kedua kakinya ke sebuah restoran cepat saji, perutnya terasa sangat lapar. Kebetulan dia belum lama tiba New Hampshire, setelah beberapa tahun lamanya dia berada di London untuk meraih gelar profesor.Elena—neneknya yang membuat Andy terpaksa harus kembali ke Amerika. Berkali-kali dengan getolnya dia terus memborbardir Andy dengan telepon-telepon, dan chat darinya melalui aplikasi WeChat.Elena bilang pada cucu laki-laki kesayangannya, jika ada sesuatu yang harus dia katakan pada Andy, menyangkut urusan nyawa. Sebenarnya terlalu berlebihan bagi Andy begitu mendengar Elena mengatakan hal tersebut.“Nenek, sebenarnya apa yang ingin kau katakan sehingga menyuruhku kembali ke Amerika secepatnya?” tanya Andy saat itu.“Kau tahu, aku sedang dirawat di rumah sakit sudah dua minggu lamanya, kan? Dokter mengatakan, usiaku hanya bisa bertahan tiga bulan, Andy!”
Sharon tak habis pikir, dia mengira awalnya hanya menjadi kekasih bohongan, dan sekarang begitu mendengar permintaan Elena, kepalanya mendadak berputar dan pening.Andy sendiri tak bisa berbuat banyak, karena sejak dia masih kecil hanya Elena yang selalu mendukungnya bersama kakeknya—sewaktu beliau masih hidup—memberikannya kehidupan yang jauh dari kata cukup.Apakah permintaan yang tak masuk akal itu harus dilakukannya?Menikahi seorang gadis yang usianya mungkin jauh di bawahnya, dan Andy yakin Sharon sendiri masih kuliah. Akan jadi apa hidupnya nanti!“Aku akan menemui dokter. Sharon, tolong temani nenek sebentar. Aku akan menanyakan kapan jadwal operasi bisa dilakukan.”Andy pun meninggalkan Elena bersama Sharon, menuju ke ruangan dokter. Dia tak peduli apa yang akan dibicarakan Elena dan Sharon nantinya. Paling-paling Elena akan terus membujuk Sharon untuk menentukan tanggal pernikahan, memesan wedding organizer, dan ma
Sharon masih belum bisa mencerna dengan baik kalimat Andy barusan. Mengajarinya berbohong?Berbohong seperti apa?Sedangkan selama ini, Sharon merasa dia hanya berani berbohong pada kedua orangtuanya mengenai nila akademisnya, selain itu?Dia tak berani berbohong, apalagi dia harus berbohong pada Shanon—kakak perempuannya.“Kau memintaku mengajarimu berbohong?” tanya Sharon dengan wajah polosnya.Andy benar-benar ingin menepuk jidat gadis di hadapannya. Sulit sekali berbicara pada Sharon.“Ya. Jangan khawatir, selain itu aku akan membayarmu, bagaimana?”“Wow! Berpura-pura menjadi kekasih bohongan lalu kau juga akan membayarku?”“Ya.”“Berapa?” tanya Sharon yang mulai tertarik dengan tawaran yang diberikan Andy padanya. Apa salahnya berbohong sebentar, menjadi kekasih Andy, dan dia pun mendapatkan bayaran. Lagi pula, pria di hadapannya ini tak jelek, kelewa
Andy tak habis pkir dengan permintaan Elena yang sangat aneh menurutnya. Dia berjalan keluar, menutup pintu ruangan di mana Elena dirawat. Saat ini Elena sedang tertidur setelah perawat memberikannya beberapa obat.Andy pun berjalan ke arah kafetaria yang tak jauh dari rumah sakit, dia mau terlalu lama memikirkan permintaan Elena padanya. Mungkin dengan menikmati teh hangat atau sepotong sandwich, bisa membuat perasaannya lebih lega, dan dia bisa berpikir lebih jernih?Saat Andy sibuk dengan pikirannya, dia mendengar suara seorang gadis yang tengah memperdebatkan sesuatu di telepon.“Aku tak bisa lagi tinggal di asrama? Kenapa?”“Jadi ... aku harus tinggal di mana? Aku tahu, aku memang gagal dengan sidangku tahun ini, tapi kalau aku tak tinggal di asrama dan pindah ke tempat lain, akan cukup melelahkan jika harus naik kendaraan dari tempat baru ke kampus, apa—“Sambungan telepon dimatikan, sepertinya kepala asrama baru
Sharon berlari kecil menuju ke arah sebuah halte bus yang tak jauh dari kampus. Dia harus segera sampai ke rumah sakit, karena ibunya berkali-kali menerornya melalui sambungan telepon, seperti seorang penagih hutang!“Bu, sudah kukatakan, aku sedang menunggu bus, aku mau ke arah rumah sakit!” omel Sharon pada ibunya.Hanya dalam waktu dua puluh menit, Sharon telah tiba di rumah sakit. Tergesa dia berjalan menyusuri halaman rumah sakit yang begitu luas.Tanpa sengaja dia menabrak sesuatu dan terjatuh. Sharon mengusap bokongnya ketika menyadari dia menabrak sebuah kursi roda. Saat itu juga dia melihat seorang perempuan tua berusia sekitar 70-an sedang jatuh terduduk di tanah. Dengan perasaan bersalah Sharon mendekati perempuan tua itu.“Ma-maaf, aku tak sengaja menabrak Anda,” ujar Sharon gugup. Dia tak ingin perempuan tua itu terluka karena kecerobohannya.Perempuan tua itu tertawa kecil, lalu menatap Sharon dengan hangat. Ke
Seharusnya Andy bisa menikmati secangkir espresso dengan nikmat, tapi kelakuan gadis tadi benar-benar membuatnya sangat jengkel. Jas yang dikenakannya pun kini harus diganti, karena tumpahan kopi membuat jas itu menjadi jelek dan bau.Andy membuka pintu apartemen miliknya dengan kasar, perasaan kesal itu membuatnya bad mood. Hari ini harusnya perkenalan di universitas tempatnya mengajar, tapi lagi-lagi semua rencananya buyar!“Gadis tadi benar-benar membuatku jengkel, pakaianku kotor, dan aku jadi tidak bisa ke kampus untuk perkenalan diri di hari pertama!”Menjadi seorang perfeksionis seperti Andy, tentu akan membuatnya sulit mendapatkan perempuan yang bisa mengimbangi dirinya. Itu sudah dirasakan Andy bertahun-tahun, sehingga Andy sulit mendapatkan perempuan yang sesuai dengan keinginannya.Andy membersihkan diri, baru saja selesai keluar dari kamar mandi, ponselnya berbunyi, seperti biasa melihat nama yang tertera pada layar handphone, Andy
Bab 1 : Kesialan Andy!Andy melangkahkan kedua kakinya ke sebuah restoran cepat saji, perutnya terasa sangat lapar. Kebetulan dia belum lama tiba New Hampshire, setelah beberapa tahun lamanya dia berada di London untuk meraih gelar profesor.Elena—neneknya yang membuat Andy terpaksa harus kembali ke Amerika. Berkali-kali dengan getolnya dia terus memborbardir Andy dengan telepon-telepon, dan chat darinya melalui aplikasi WeChat.Elena bilang pada cucu laki-laki kesayangannya, jika ada sesuatu yang harus dia katakan pada Andy, menyangkut urusan nyawa. Sebenarnya terlalu berlebihan bagi Andy begitu mendengar Elena mengatakan hal tersebut.“Nenek, sebenarnya apa yang ingin kau katakan sehingga menyuruhku kembali ke Amerika secepatnya?” tanya Andy saat itu.“Kau tahu, aku sedang dirawat di rumah sakit sudah dua minggu lamanya, kan? Dokter mengatakan, usiaku hanya bisa bertahan tiga bulan, Andy!”