Andy tak habis pkir dengan permintaan Elena yang sangat aneh menurutnya. Dia berjalan keluar, menutup pintu ruangan di mana Elena dirawat. Saat ini Elena sedang tertidur setelah perawat memberikannya beberapa obat.
Andy pun berjalan ke arah kafetaria yang tak jauh dari rumah sakit, dia mau terlalu lama memikirkan permintaan Elena padanya. Mungkin dengan menikmati teh hangat atau sepotong sandwich, bisa membuat perasaannya lebih lega, dan dia bisa berpikir lebih jernih?
Saat Andy sibuk dengan pikirannya, dia mendengar suara seorang gadis yang tengah memperdebatkan sesuatu di telepon.
“Aku tak bisa lagi tinggal di asrama? Kenapa?”
“Jadi ... aku harus tinggal di mana? Aku tahu, aku memang gagal dengan sidangku tahun ini, tapi kalau aku tak tinggal di asrama dan pindah ke tempat lain, akan cukup melelahkan jika harus naik kendaraan dari tempat baru ke kampus, apa—“
Sambungan telepon dimatikan, sepertinya kepala asrama baru saja memaki gadis itu dan memintanya mengemasi seluruh barang-barangnya dan menyuruhnya pindah karena dalam waktu dekat, kamar yang ditempatinya akan diisi oleh mahasiswi baru.
“Ahh! Menyebalkan!”
Andy mundur beberapa langkah ketika tubuhnya hampir berbenturan dengan gadis yang baru saja selesai menelepon itu.
Ketika gadis itu dan Andy saling bertatapan, dia langsung mengenali jika itu adalah gadis yang ditemuinya tempo hari di kafe, dan menyerobot antrian, membuat moodnya menjadi jelek seharian.
“Eh, kau?” Kali ini kedua bola mata Sharon membulat dengan sempurna melihat pria tampan yang dibuatnya marah di kafe, sedang menatapnya dengan satu alis terangkat, wajahnya begitu dingin, datar, dan menyebalkan.
“Kau lagi?” ujar Andy enggan.
Tiba-tiba saja permintaan Elena kembali terngiang-ngiang di telinganya. Muncul ide gila di benak Andy saat itu ketika dia melihat Sharon yang sedang bengong menatap dirinya. Seringai lick muncul di wajah tampan Andy saat itu.
“Aku akan memaafkan perbuatanmu mengotori jas dan kemejaku saat itu,” ucap Andy cepat sebelum Sharon mampu mengatakan sesuatu.
“Ma-maksudmu?”
“Kau single?’
Sharon mengangguk. Sharon baru saja putus dari kekasihnya, karena kekasihnya menduakannya dengan jalang kampus yang tak pernah puas dengan satu laki-laki. Jalang kampus yang bernama Tracy itu memang menyebalkan bagi Sharon. Dia sangat cantik, seksi menjadi incaran setiap mahasiswa-mahasiwa gatal di kampusnya.
“Kenapa memangnya kalau aku single? Apa ada masalah denganmu?”
“Kalau kau bisa membantuku hari ini, aku benar-benar akan melupakan masalah kemarin. Kalau kau tidak bisa membantuku, aku akan mencarimu di kampus mana kau berada dan aku akan menyuruh rektor untuk mengeluarkan mahasiswi ceroboh dan tak punya etika sepertimu,” jawab Andy dengan nada mengintimidasi, membuat Sharon susah untuk menelan ludah.
“Kau serius?’ tanya Sharon dengan nada tak percaya. Otaknya terlalu lamban untuk mencerna ancaman tak serius dari Andy barusan.
“Tentu saja serius, apa menurutmu aku sedang bermain-main?”
“La-lalu apa yang bisa kubantu?” tanya Sharon lagi dengan gugup.
Dia sempat berpikir, laki-laki berwajah tampan dan dingin di depannya pasti berniat jahat padanya dan ingin meminta sesuatu yang aneh-aneh. Sharon menggigit bibir bawahnya, wajahnya tertunduk, tak berani menatap wajah Andy.
“Berpura-puralah jadi kekasihku untuk beberapa jam,” pint Andy. Raut wajahnya tetap datar seperti biasa, tak ada senyum, atau ekspresi lain di sana.
Sharon hampir mati tersedak ludahnya sendiri, begitu mendengar permintaan tak masuk akal keluar dari mulut Andy.
Menjadi kekasih untuk beberapa jam?
Memang, hukuman untuknya terbilang sangat gampang untuknya, karena kalau hanya untuk berpura-pura menjadi kekasihnya untuk beberapa jam saja, merupakan permintaan yang sangat mudah.
Lagi pula Andy tak jelek, jadi dia bisa cukup bangga meski hanya menjadi kekasih pura-pura.
“Ok. Ada lagi?”
“Sekarang ikut aku,” ajak Andy.
Andy tanpa sadar menarik tangan Sharon, memintanya mengikuti langkahnya. Andy sedikit puas, setidaknya Elena tak akan bertanya lagi mengenai kekasih atau hal lainnya. Jika dia berhasil membawa Sharon menemui neneknya.
Andy tak memiliki siapa pun lagi selain neneknya, jadi dia berpikir dia ingin membuat Elena senang walau harus membuat sebuah kebohongan kecil.
“Tunggu jangan main tarik!”
Sharon mengempaskan tangan Andy.
“Kau ingin mengajakku ke mana?”
“Menemui nenekku, siapa namamu?”
“Sharon.”
“Panggil aku Andy saat kau bersamaku di depan nenek nanti.”
“Apa kau sebegitu depresinya sampai meminta gadis yang tak kau kenal untuk menjadi kekasih bohongan?”
“Aku tak tahu, seumur hidupku, aku tak pernah berpacaran,” jawab Andy singkat.
“Aku mau bertanya padamu, Sharon,” kata Andy.
“Apa?”
“Apa kau pernah berbohong pada orang lain?”
“Sering,” jawab Sharon tanpa merasa bersalah.
“Kalau kau?” tanya Sharon balik.
“Tidak. Karena itu hari ini, aku memintamu untuk mengajariku berbohong di hadapan nenekku. Jika tidak, maka ingat ancamanku tadi!”
Sharon masih belum bisa mencerna dengan baik kalimat Andy barusan. Mengajarinya berbohong?Berbohong seperti apa?Sedangkan selama ini, Sharon merasa dia hanya berani berbohong pada kedua orangtuanya mengenai nila akademisnya, selain itu?Dia tak berani berbohong, apalagi dia harus berbohong pada Shanon—kakak perempuannya.“Kau memintaku mengajarimu berbohong?” tanya Sharon dengan wajah polosnya.Andy benar-benar ingin menepuk jidat gadis di hadapannya. Sulit sekali berbicara pada Sharon.“Ya. Jangan khawatir, selain itu aku akan membayarmu, bagaimana?”“Wow! Berpura-pura menjadi kekasih bohongan lalu kau juga akan membayarku?”“Ya.”“Berapa?” tanya Sharon yang mulai tertarik dengan tawaran yang diberikan Andy padanya. Apa salahnya berbohong sebentar, menjadi kekasih Andy, dan dia pun mendapatkan bayaran. Lagi pula, pria di hadapannya ini tak jelek, kelewa
Sharon tak habis pikir, dia mengira awalnya hanya menjadi kekasih bohongan, dan sekarang begitu mendengar permintaan Elena, kepalanya mendadak berputar dan pening.Andy sendiri tak bisa berbuat banyak, karena sejak dia masih kecil hanya Elena yang selalu mendukungnya bersama kakeknya—sewaktu beliau masih hidup—memberikannya kehidupan yang jauh dari kata cukup.Apakah permintaan yang tak masuk akal itu harus dilakukannya?Menikahi seorang gadis yang usianya mungkin jauh di bawahnya, dan Andy yakin Sharon sendiri masih kuliah. Akan jadi apa hidupnya nanti!“Aku akan menemui dokter. Sharon, tolong temani nenek sebentar. Aku akan menanyakan kapan jadwal operasi bisa dilakukan.”Andy pun meninggalkan Elena bersama Sharon, menuju ke ruangan dokter. Dia tak peduli apa yang akan dibicarakan Elena dan Sharon nantinya. Paling-paling Elena akan terus membujuk Sharon untuk menentukan tanggal pernikahan, memesan wedding organizer, dan ma
Bab 1 : Kesialan Andy!Andy melangkahkan kedua kakinya ke sebuah restoran cepat saji, perutnya terasa sangat lapar. Kebetulan dia belum lama tiba New Hampshire, setelah beberapa tahun lamanya dia berada di London untuk meraih gelar profesor.Elena—neneknya yang membuat Andy terpaksa harus kembali ke Amerika. Berkali-kali dengan getolnya dia terus memborbardir Andy dengan telepon-telepon, dan chat darinya melalui aplikasi WeChat.Elena bilang pada cucu laki-laki kesayangannya, jika ada sesuatu yang harus dia katakan pada Andy, menyangkut urusan nyawa. Sebenarnya terlalu berlebihan bagi Andy begitu mendengar Elena mengatakan hal tersebut.“Nenek, sebenarnya apa yang ingin kau katakan sehingga menyuruhku kembali ke Amerika secepatnya?” tanya Andy saat itu.“Kau tahu, aku sedang dirawat di rumah sakit sudah dua minggu lamanya, kan? Dokter mengatakan, usiaku hanya bisa bertahan tiga bulan, Andy!”
Seharusnya Andy bisa menikmati secangkir espresso dengan nikmat, tapi kelakuan gadis tadi benar-benar membuatnya sangat jengkel. Jas yang dikenakannya pun kini harus diganti, karena tumpahan kopi membuat jas itu menjadi jelek dan bau.Andy membuka pintu apartemen miliknya dengan kasar, perasaan kesal itu membuatnya bad mood. Hari ini harusnya perkenalan di universitas tempatnya mengajar, tapi lagi-lagi semua rencananya buyar!“Gadis tadi benar-benar membuatku jengkel, pakaianku kotor, dan aku jadi tidak bisa ke kampus untuk perkenalan diri di hari pertama!”Menjadi seorang perfeksionis seperti Andy, tentu akan membuatnya sulit mendapatkan perempuan yang bisa mengimbangi dirinya. Itu sudah dirasakan Andy bertahun-tahun, sehingga Andy sulit mendapatkan perempuan yang sesuai dengan keinginannya.Andy membersihkan diri, baru saja selesai keluar dari kamar mandi, ponselnya berbunyi, seperti biasa melihat nama yang tertera pada layar handphone, Andy
Sharon berlari kecil menuju ke arah sebuah halte bus yang tak jauh dari kampus. Dia harus segera sampai ke rumah sakit, karena ibunya berkali-kali menerornya melalui sambungan telepon, seperti seorang penagih hutang!“Bu, sudah kukatakan, aku sedang menunggu bus, aku mau ke arah rumah sakit!” omel Sharon pada ibunya.Hanya dalam waktu dua puluh menit, Sharon telah tiba di rumah sakit. Tergesa dia berjalan menyusuri halaman rumah sakit yang begitu luas.Tanpa sengaja dia menabrak sesuatu dan terjatuh. Sharon mengusap bokongnya ketika menyadari dia menabrak sebuah kursi roda. Saat itu juga dia melihat seorang perempuan tua berusia sekitar 70-an sedang jatuh terduduk di tanah. Dengan perasaan bersalah Sharon mendekati perempuan tua itu.“Ma-maaf, aku tak sengaja menabrak Anda,” ujar Sharon gugup. Dia tak ingin perempuan tua itu terluka karena kecerobohannya.Perempuan tua itu tertawa kecil, lalu menatap Sharon dengan hangat. Ke
Sharon tak habis pikir, dia mengira awalnya hanya menjadi kekasih bohongan, dan sekarang begitu mendengar permintaan Elena, kepalanya mendadak berputar dan pening.Andy sendiri tak bisa berbuat banyak, karena sejak dia masih kecil hanya Elena yang selalu mendukungnya bersama kakeknya—sewaktu beliau masih hidup—memberikannya kehidupan yang jauh dari kata cukup.Apakah permintaan yang tak masuk akal itu harus dilakukannya?Menikahi seorang gadis yang usianya mungkin jauh di bawahnya, dan Andy yakin Sharon sendiri masih kuliah. Akan jadi apa hidupnya nanti!“Aku akan menemui dokter. Sharon, tolong temani nenek sebentar. Aku akan menanyakan kapan jadwal operasi bisa dilakukan.”Andy pun meninggalkan Elena bersama Sharon, menuju ke ruangan dokter. Dia tak peduli apa yang akan dibicarakan Elena dan Sharon nantinya. Paling-paling Elena akan terus membujuk Sharon untuk menentukan tanggal pernikahan, memesan wedding organizer, dan ma
Sharon masih belum bisa mencerna dengan baik kalimat Andy barusan. Mengajarinya berbohong?Berbohong seperti apa?Sedangkan selama ini, Sharon merasa dia hanya berani berbohong pada kedua orangtuanya mengenai nila akademisnya, selain itu?Dia tak berani berbohong, apalagi dia harus berbohong pada Shanon—kakak perempuannya.“Kau memintaku mengajarimu berbohong?” tanya Sharon dengan wajah polosnya.Andy benar-benar ingin menepuk jidat gadis di hadapannya. Sulit sekali berbicara pada Sharon.“Ya. Jangan khawatir, selain itu aku akan membayarmu, bagaimana?”“Wow! Berpura-pura menjadi kekasih bohongan lalu kau juga akan membayarku?”“Ya.”“Berapa?” tanya Sharon yang mulai tertarik dengan tawaran yang diberikan Andy padanya. Apa salahnya berbohong sebentar, menjadi kekasih Andy, dan dia pun mendapatkan bayaran. Lagi pula, pria di hadapannya ini tak jelek, kelewa
Andy tak habis pkir dengan permintaan Elena yang sangat aneh menurutnya. Dia berjalan keluar, menutup pintu ruangan di mana Elena dirawat. Saat ini Elena sedang tertidur setelah perawat memberikannya beberapa obat.Andy pun berjalan ke arah kafetaria yang tak jauh dari rumah sakit, dia mau terlalu lama memikirkan permintaan Elena padanya. Mungkin dengan menikmati teh hangat atau sepotong sandwich, bisa membuat perasaannya lebih lega, dan dia bisa berpikir lebih jernih?Saat Andy sibuk dengan pikirannya, dia mendengar suara seorang gadis yang tengah memperdebatkan sesuatu di telepon.“Aku tak bisa lagi tinggal di asrama? Kenapa?”“Jadi ... aku harus tinggal di mana? Aku tahu, aku memang gagal dengan sidangku tahun ini, tapi kalau aku tak tinggal di asrama dan pindah ke tempat lain, akan cukup melelahkan jika harus naik kendaraan dari tempat baru ke kampus, apa—“Sambungan telepon dimatikan, sepertinya kepala asrama baru
Sharon berlari kecil menuju ke arah sebuah halte bus yang tak jauh dari kampus. Dia harus segera sampai ke rumah sakit, karena ibunya berkali-kali menerornya melalui sambungan telepon, seperti seorang penagih hutang!“Bu, sudah kukatakan, aku sedang menunggu bus, aku mau ke arah rumah sakit!” omel Sharon pada ibunya.Hanya dalam waktu dua puluh menit, Sharon telah tiba di rumah sakit. Tergesa dia berjalan menyusuri halaman rumah sakit yang begitu luas.Tanpa sengaja dia menabrak sesuatu dan terjatuh. Sharon mengusap bokongnya ketika menyadari dia menabrak sebuah kursi roda. Saat itu juga dia melihat seorang perempuan tua berusia sekitar 70-an sedang jatuh terduduk di tanah. Dengan perasaan bersalah Sharon mendekati perempuan tua itu.“Ma-maaf, aku tak sengaja menabrak Anda,” ujar Sharon gugup. Dia tak ingin perempuan tua itu terluka karena kecerobohannya.Perempuan tua itu tertawa kecil, lalu menatap Sharon dengan hangat. Ke
Seharusnya Andy bisa menikmati secangkir espresso dengan nikmat, tapi kelakuan gadis tadi benar-benar membuatnya sangat jengkel. Jas yang dikenakannya pun kini harus diganti, karena tumpahan kopi membuat jas itu menjadi jelek dan bau.Andy membuka pintu apartemen miliknya dengan kasar, perasaan kesal itu membuatnya bad mood. Hari ini harusnya perkenalan di universitas tempatnya mengajar, tapi lagi-lagi semua rencananya buyar!“Gadis tadi benar-benar membuatku jengkel, pakaianku kotor, dan aku jadi tidak bisa ke kampus untuk perkenalan diri di hari pertama!”Menjadi seorang perfeksionis seperti Andy, tentu akan membuatnya sulit mendapatkan perempuan yang bisa mengimbangi dirinya. Itu sudah dirasakan Andy bertahun-tahun, sehingga Andy sulit mendapatkan perempuan yang sesuai dengan keinginannya.Andy membersihkan diri, baru saja selesai keluar dari kamar mandi, ponselnya berbunyi, seperti biasa melihat nama yang tertera pada layar handphone, Andy
Bab 1 : Kesialan Andy!Andy melangkahkan kedua kakinya ke sebuah restoran cepat saji, perutnya terasa sangat lapar. Kebetulan dia belum lama tiba New Hampshire, setelah beberapa tahun lamanya dia berada di London untuk meraih gelar profesor.Elena—neneknya yang membuat Andy terpaksa harus kembali ke Amerika. Berkali-kali dengan getolnya dia terus memborbardir Andy dengan telepon-telepon, dan chat darinya melalui aplikasi WeChat.Elena bilang pada cucu laki-laki kesayangannya, jika ada sesuatu yang harus dia katakan pada Andy, menyangkut urusan nyawa. Sebenarnya terlalu berlebihan bagi Andy begitu mendengar Elena mengatakan hal tersebut.“Nenek, sebenarnya apa yang ingin kau katakan sehingga menyuruhku kembali ke Amerika secepatnya?” tanya Andy saat itu.“Kau tahu, aku sedang dirawat di rumah sakit sudah dua minggu lamanya, kan? Dokter mengatakan, usiaku hanya bisa bertahan tiga bulan, Andy!”