Beranda / Romansa / Mr. Mint And Miss Coffee / Bab 3. Kehangatan Sharon

Share

Bab 3. Kehangatan Sharon

Penulis: Queen Ayodya
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-21 04:34:59

Sharon berlari kecil menuju ke arah sebuah halte bus yang tak jauh dari kampus. Dia harus segera sampai ke rumah sakit, karena ibunya berkali-kali menerornya melalui sambungan telepon, seperti seorang penagih hutang!

“Bu, sudah kukatakan, aku sedang menunggu bus, aku mau ke arah rumah sakit!” omel Sharon pada ibunya.

Hanya dalam waktu dua puluh menit, Sharon telah tiba di rumah sakit. Tergesa dia berjalan menyusuri halaman rumah sakit yang begitu luas.

Tanpa sengaja dia menabrak sesuatu dan terjatuh. Sharon mengusap bokongnya ketika menyadari dia menabrak sebuah kursi roda. Saat itu juga dia melihat seorang perempuan tua berusia sekitar 70-an sedang jatuh terduduk di tanah. Dengan perasaan bersalah Sharon mendekati perempuan tua itu.

“Ma-maaf, aku tak sengaja menabrak Anda,” ujar Sharon gugup. Dia tak ingin perempuan tua itu terluka karena kecerobohannya.

Perempuan tua itu tertawa kecil, lalu menatap Sharon dengan hangat. Kedua matanya yang bulat terlhat penuh kasih.

Wanita tua itu menggoyangkan tangannya di udara, lalu berkata, “Aku sudah terjatuh sejak tadi, bukan karena kau yang menabrakku. Justru aku bersyukur ada seseorang yang lewat di sini, kau mau membantuku kembali ke kursi rodaku?”

“Eh, ya, ya, aku akan membantu Anda.” Tergesa Sharon langsung mendekati wanita tua itu dan membantunya berdiri.

“Anda tidak apa-apa?” tanya Sharon sedikit cemas, namun kecemasan itu sedikit berkurang melihat wanita tua itu mengganggukkan kepalanya.

“Kau mau menemaniku sebentar?”

Menemani perempuan tua itu?

Tapi, dia sedang tergesa-gesa harus menjenguk ayahnya, karena ibunya sudah membombardir melalui WeChat berkali-kali. Setelah berpikir beberapa kali, Sharon kemudian melepaskan senyuman termanis yang dimilikinya.

“Aku akan menemani Anda berbincang-bincang, tapi aku tak bisa lama, karena aku harus mengunjungi ayahku, bagaimana?”

Wanita tua itu menggangguk, kedua matanya terlihat berbinar-binar begitu mengetahui Sharon bersedia menemaninya. Sebenarnya ada rasa kesepian di dalam hatinya, karena selama berada di rumah sakit dia selalu merasa sendirian, terkadang hanya perawat yang menemaninya berbincang-bincang.

Sharon duduk di sebuah bangku batu, di sampingnya wanita tua itu duduk seraya menatapnya dari kursi roda.

“Panggil aku nenek. Maaf jika aku harus merepotkanmu dengan permintaanku barusan,” jawab wanita tua itu.

“Tidak apa-apa, aku senang bisa menemani nenek. Aku sendiri sudah tak punya nenek, karena beliau meninggal saat aku masih sangat kecil.”

“Ayahmu sakit apa?” tanya wanita tua itu.

“Ayah selalu mengeluh mengenai perutnya yang sakit, tadi pagi dia muntah cukup banyak. Kalau nenek?”

“Dokter memvonisku tumor otak dan harus segera dilakukan pengangkatan tumor tersebut, jika tidak dilakukan maka aku hanya bisa bertahan selama tiga bulan ke depan. Tapi, aku sudah memasrahkan segalanya, anakku sudah lama meninggal berikut mantuku, hanya tersisa cucu semata wayang yang kumiliki, jadi kurasa mati pun tak menjadi masalah besar.”

Ada perasaan sedih begitu melihat perubahan dari waut wajah wanita tua yang sedang berbicara dengannya. Seandainya saja Sharon bisa membantu menyembuhkan wanita tua itu, tapi dia bukan siapa-siapa, dia bukan Tuhan yang bisa menyembuhkannya.

“Oh ya, namaku Sharon,” ucap Sharon seraya mengulurkan tangannya.

“Elena,” ujar wanita tua yang langsung menyambut hangat uluran tangan Sharon padanya. Tangan itu begitu hangat saat berada di dalam genggaman tangan Sharon

“Nenek, apakah kau ingin aku mengantarmu ke dalam?” Sharon menawarkan diri.

“Kau tak keberatan?”

“Tidak sama sekali.”

Sharon bangkit berdiri, kemudian mendorong kursi roda memasuki gedung rumah sakit yang sangat besar itu. Sambil mendorong kursi roda, sesekali Elena melirik ke belakang, diperhatikannya wajah Sharon yang begitu manis, rambut panjangnya yang berwarna hitam pekat pun terlihat begitu indah di mata ELena, senyumannya tadi saat berbicara dengannya telah menimbulkan kesan tersendiri di dalam hati Elena.

“Ruanganku ada di ujung sana,” ujar Elena seraya menunjuk ke arah ujung dengan jari telunjuknya.

Sharon tak berkata apa pun, dia terus mendorong kursi roda Elena, kemudian mengantarnya sampai ke dalam ruangan. Ruangan VIP itu begitu besar dan lengkap, membuat Sharon tak bisa mempercayai penglihatannya.

Sekali lagi Sharon membantu Elena untuk naik ke atas ranjang, lalu meminta ijin untuk segera berlalu dari hadapan Elena, karena dia harus segera ke ruangan ayahnya. Sebelum pergi Elena menahan satu tangan Sharon.

“Apakah kau nanti akan menemuiku lagi?” tanya Elena berharap gadis itu akan mengatakan ‘ya’ padanya.

“Tentu saja jika nenek mengijinkannya,” jawab Sharon dengan lembut, suaranya terdengar sepi alunan lagu di musim semi, terdengar begitu renyah, dan menjeyukkan.

Setelah itu Elena langsung menuju ke tempat ayahnya dirawat.

Ketika itu, seorang laki-laki muda pun tiba di ruangan Elena. Laki-laki muda yang sangat tampan, tapi wajahnya terlihat begitu dingin, tak ada senyuman di wajahnya. Dia berjalan mendekati Elena yang sedang tidur menyamping.

Laki-laki itu menarik sebuah kursi kemudian duduk samping ranjang, seraya mengamati wajah Elena.

“Nek?”

Perlahan ... Elena membuka kedua matanya, ketika dia mendengar suara yang sudah tak asing lagi di telinganya. Elena tersenyum begitu mengetahui Andy—cucunya—sudah berada di hadapannya.

“Andy, kau sudah datang rupanya.”

“Ke mana selang infusmu?” tanya Andy tanpa menjawab pertanyaan Elena.

“Aku meminta perawat untuk melepaskannya sebentar, aku merasa kurang nyaman dengan adanya benda itu pada tanganku,” jawab Elena sekenanya.

“Lalu?”

Tiba-tiba Elena teringat sesuatu. “Andy, mana calonmu? Kau bilang kau akan membawa dan mengenalkannya padaku.”

“Hm, aku—“

“Kalau kau belum memiliki calon, tak perlu berbohong. Lagi pula, aku tadi bertemu dengan seorang gadis yang sangat cantik, dan baik, aku bisa mengenalkanmu padanya, kau mau?” tanya Elena disertai senyuman tersirat yang tak bisa ditebak oleh Andy sama sekali.

“Tak perlu menjodohkanku dengan siapa pun. Aku akan membawa gadisku, nanti aku akan mengenalkannya padamu, jadi tak perlu repot-repot menyodorkan seorang gadis padaku, Nek,” jawab Andy setengah jengkel.

Membawa seorang gadis ya?

Elena benar-benar menyudutkannya. Darimana dia bisa mendapatkan gadis secepat ini? Di mana bisa menemukan gadis yang dia harus bawa menemui neneknya?

Jika dia mengatakan yang sejujurnya tak memiliki kekasih, apa itu artinya dia akan memperburuk kesehatan Elena?

Rasanya Andy benar-benar ingin memecahkan kepalanya sendiri ke tembok. Kenapa harus begitu mendadak!

Bab terkait

  • Mr. Mint And Miss Coffee   Bab 4. Jadi Pacar Bohongan?

    Andy tak habis pkir dengan permintaan Elena yang sangat aneh menurutnya. Dia berjalan keluar, menutup pintu ruangan di mana Elena dirawat. Saat ini Elena sedang tertidur setelah perawat memberikannya beberapa obat.Andy pun berjalan ke arah kafetaria yang tak jauh dari rumah sakit, dia mau terlalu lama memikirkan permintaan Elena padanya. Mungkin dengan menikmati teh hangat atau sepotong sandwich, bisa membuat perasaannya lebih lega, dan dia bisa berpikir lebih jernih?Saat Andy sibuk dengan pikirannya, dia mendengar suara seorang gadis yang tengah memperdebatkan sesuatu di telepon.“Aku tak bisa lagi tinggal di asrama? Kenapa?”“Jadi ... aku harus tinggal di mana? Aku tahu, aku memang gagal dengan sidangku tahun ini, tapi kalau aku tak tinggal di asrama dan pindah ke tempat lain, akan cukup melelahkan jika harus naik kendaraan dari tempat baru ke kampus, apa—“Sambungan telepon dimatikan, sepertinya kepala asrama baru

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-24
  • Mr. Mint And Miss Coffee   Bab 5. Syarat Dan Ketentuan

    Sharon masih belum bisa mencerna dengan baik kalimat Andy barusan. Mengajarinya berbohong?Berbohong seperti apa?Sedangkan selama ini, Sharon merasa dia hanya berani berbohong pada kedua orangtuanya mengenai nila akademisnya, selain itu?Dia tak berani berbohong, apalagi dia harus berbohong pada Shanon—kakak perempuannya.“Kau memintaku mengajarimu berbohong?” tanya Sharon dengan wajah polosnya.Andy benar-benar ingin menepuk jidat gadis di hadapannya. Sulit sekali berbicara pada Sharon.“Ya. Jangan khawatir, selain itu aku akan membayarmu, bagaimana?”“Wow! Berpura-pura menjadi kekasih bohongan lalu kau juga akan membayarku?”“Ya.”“Berapa?” tanya Sharon yang mulai tertarik dengan tawaran yang diberikan Andy padanya. Apa salahnya berbohong sebentar, menjadi kekasih Andy, dan dia pun mendapatkan bayaran. Lagi pula, pria di hadapannya ini tak jelek, kelewa

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-26
  • Mr. Mint And Miss Coffee   Bab 6. Kawin Kontrak

    Sharon tak habis pikir, dia mengira awalnya hanya menjadi kekasih bohongan, dan sekarang begitu mendengar permintaan Elena, kepalanya mendadak berputar dan pening.Andy sendiri tak bisa berbuat banyak, karena sejak dia masih kecil hanya Elena yang selalu mendukungnya bersama kakeknya—sewaktu beliau masih hidup—memberikannya kehidupan yang jauh dari kata cukup.Apakah permintaan yang tak masuk akal itu harus dilakukannya?Menikahi seorang gadis yang usianya mungkin jauh di bawahnya, dan Andy yakin Sharon sendiri masih kuliah. Akan jadi apa hidupnya nanti!“Aku akan menemui dokter. Sharon, tolong temani nenek sebentar. Aku akan menanyakan kapan jadwal operasi bisa dilakukan.”Andy pun meninggalkan Elena bersama Sharon, menuju ke ruangan dokter. Dia tak peduli apa yang akan dibicarakan Elena dan Sharon nantinya. Paling-paling Elena akan terus membujuk Sharon untuk menentukan tanggal pernikahan, memesan wedding organizer, dan ma

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-28
  • Mr. Mint And Miss Coffee   Bab 1. Menikah?

    Bab 1 : Kesialan Andy!Andy melangkahkan kedua kakinya ke sebuah restoran cepat saji, perutnya terasa sangat lapar. Kebetulan dia belum lama tiba New Hampshire, setelah beberapa tahun lamanya dia berada di London untuk meraih gelar profesor.Elena—neneknya yang membuat Andy terpaksa harus kembali ke Amerika. Berkali-kali dengan getolnya dia terus memborbardir Andy dengan telepon-telepon, dan chat darinya melalui aplikasi WeChat.Elena bilang pada cucu laki-laki kesayangannya, jika ada sesuatu yang harus dia katakan pada Andy, menyangkut urusan nyawa. Sebenarnya terlalu berlebihan bagi Andy begitu mendengar Elena mengatakan hal tersebut.“Nenek, sebenarnya apa yang ingin kau katakan sehingga menyuruhku kembali ke Amerika secepatnya?” tanya Andy saat itu.“Kau tahu, aku sedang dirawat di rumah sakit sudah dua minggu lamanya, kan? Dokter mengatakan, usiaku hanya bisa bertahan tiga bulan, Andy!”

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-16
  • Mr. Mint And Miss Coffee   Bab 2. Mr. Perfect

    Seharusnya Andy bisa menikmati secangkir espresso dengan nikmat, tapi kelakuan gadis tadi benar-benar membuatnya sangat jengkel. Jas yang dikenakannya pun kini harus diganti, karena tumpahan kopi membuat jas itu menjadi jelek dan bau.Andy membuka pintu apartemen miliknya dengan kasar, perasaan kesal itu membuatnya bad mood. Hari ini harusnya perkenalan di universitas tempatnya mengajar, tapi lagi-lagi semua rencananya buyar!“Gadis tadi benar-benar membuatku jengkel, pakaianku kotor, dan aku jadi tidak bisa ke kampus untuk perkenalan diri di hari pertama!”Menjadi seorang perfeksionis seperti Andy, tentu akan membuatnya sulit mendapatkan perempuan yang bisa mengimbangi dirinya. Itu sudah dirasakan Andy bertahun-tahun, sehingga Andy sulit mendapatkan perempuan yang sesuai dengan keinginannya.Andy membersihkan diri, baru saja selesai keluar dari kamar mandi, ponselnya berbunyi, seperti biasa melihat nama yang tertera pada layar handphone, Andy

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-18

Bab terbaru

  • Mr. Mint And Miss Coffee   Bab 6. Kawin Kontrak

    Sharon tak habis pikir, dia mengira awalnya hanya menjadi kekasih bohongan, dan sekarang begitu mendengar permintaan Elena, kepalanya mendadak berputar dan pening.Andy sendiri tak bisa berbuat banyak, karena sejak dia masih kecil hanya Elena yang selalu mendukungnya bersama kakeknya—sewaktu beliau masih hidup—memberikannya kehidupan yang jauh dari kata cukup.Apakah permintaan yang tak masuk akal itu harus dilakukannya?Menikahi seorang gadis yang usianya mungkin jauh di bawahnya, dan Andy yakin Sharon sendiri masih kuliah. Akan jadi apa hidupnya nanti!“Aku akan menemui dokter. Sharon, tolong temani nenek sebentar. Aku akan menanyakan kapan jadwal operasi bisa dilakukan.”Andy pun meninggalkan Elena bersama Sharon, menuju ke ruangan dokter. Dia tak peduli apa yang akan dibicarakan Elena dan Sharon nantinya. Paling-paling Elena akan terus membujuk Sharon untuk menentukan tanggal pernikahan, memesan wedding organizer, dan ma

  • Mr. Mint And Miss Coffee   Bab 5. Syarat Dan Ketentuan

    Sharon masih belum bisa mencerna dengan baik kalimat Andy barusan. Mengajarinya berbohong?Berbohong seperti apa?Sedangkan selama ini, Sharon merasa dia hanya berani berbohong pada kedua orangtuanya mengenai nila akademisnya, selain itu?Dia tak berani berbohong, apalagi dia harus berbohong pada Shanon—kakak perempuannya.“Kau memintaku mengajarimu berbohong?” tanya Sharon dengan wajah polosnya.Andy benar-benar ingin menepuk jidat gadis di hadapannya. Sulit sekali berbicara pada Sharon.“Ya. Jangan khawatir, selain itu aku akan membayarmu, bagaimana?”“Wow! Berpura-pura menjadi kekasih bohongan lalu kau juga akan membayarku?”“Ya.”“Berapa?” tanya Sharon yang mulai tertarik dengan tawaran yang diberikan Andy padanya. Apa salahnya berbohong sebentar, menjadi kekasih Andy, dan dia pun mendapatkan bayaran. Lagi pula, pria di hadapannya ini tak jelek, kelewa

  • Mr. Mint And Miss Coffee   Bab 4. Jadi Pacar Bohongan?

    Andy tak habis pkir dengan permintaan Elena yang sangat aneh menurutnya. Dia berjalan keluar, menutup pintu ruangan di mana Elena dirawat. Saat ini Elena sedang tertidur setelah perawat memberikannya beberapa obat.Andy pun berjalan ke arah kafetaria yang tak jauh dari rumah sakit, dia mau terlalu lama memikirkan permintaan Elena padanya. Mungkin dengan menikmati teh hangat atau sepotong sandwich, bisa membuat perasaannya lebih lega, dan dia bisa berpikir lebih jernih?Saat Andy sibuk dengan pikirannya, dia mendengar suara seorang gadis yang tengah memperdebatkan sesuatu di telepon.“Aku tak bisa lagi tinggal di asrama? Kenapa?”“Jadi ... aku harus tinggal di mana? Aku tahu, aku memang gagal dengan sidangku tahun ini, tapi kalau aku tak tinggal di asrama dan pindah ke tempat lain, akan cukup melelahkan jika harus naik kendaraan dari tempat baru ke kampus, apa—“Sambungan telepon dimatikan, sepertinya kepala asrama baru

  • Mr. Mint And Miss Coffee   Bab 3. Kehangatan Sharon

    Sharon berlari kecil menuju ke arah sebuah halte bus yang tak jauh dari kampus. Dia harus segera sampai ke rumah sakit, karena ibunya berkali-kali menerornya melalui sambungan telepon, seperti seorang penagih hutang!“Bu, sudah kukatakan, aku sedang menunggu bus, aku mau ke arah rumah sakit!” omel Sharon pada ibunya.Hanya dalam waktu dua puluh menit, Sharon telah tiba di rumah sakit. Tergesa dia berjalan menyusuri halaman rumah sakit yang begitu luas.Tanpa sengaja dia menabrak sesuatu dan terjatuh. Sharon mengusap bokongnya ketika menyadari dia menabrak sebuah kursi roda. Saat itu juga dia melihat seorang perempuan tua berusia sekitar 70-an sedang jatuh terduduk di tanah. Dengan perasaan bersalah Sharon mendekati perempuan tua itu.“Ma-maaf, aku tak sengaja menabrak Anda,” ujar Sharon gugup. Dia tak ingin perempuan tua itu terluka karena kecerobohannya.Perempuan tua itu tertawa kecil, lalu menatap Sharon dengan hangat. Ke

  • Mr. Mint And Miss Coffee   Bab 2. Mr. Perfect

    Seharusnya Andy bisa menikmati secangkir espresso dengan nikmat, tapi kelakuan gadis tadi benar-benar membuatnya sangat jengkel. Jas yang dikenakannya pun kini harus diganti, karena tumpahan kopi membuat jas itu menjadi jelek dan bau.Andy membuka pintu apartemen miliknya dengan kasar, perasaan kesal itu membuatnya bad mood. Hari ini harusnya perkenalan di universitas tempatnya mengajar, tapi lagi-lagi semua rencananya buyar!“Gadis tadi benar-benar membuatku jengkel, pakaianku kotor, dan aku jadi tidak bisa ke kampus untuk perkenalan diri di hari pertama!”Menjadi seorang perfeksionis seperti Andy, tentu akan membuatnya sulit mendapatkan perempuan yang bisa mengimbangi dirinya. Itu sudah dirasakan Andy bertahun-tahun, sehingga Andy sulit mendapatkan perempuan yang sesuai dengan keinginannya.Andy membersihkan diri, baru saja selesai keluar dari kamar mandi, ponselnya berbunyi, seperti biasa melihat nama yang tertera pada layar handphone, Andy

  • Mr. Mint And Miss Coffee   Bab 1. Menikah?

    Bab 1 : Kesialan Andy!Andy melangkahkan kedua kakinya ke sebuah restoran cepat saji, perutnya terasa sangat lapar. Kebetulan dia belum lama tiba New Hampshire, setelah beberapa tahun lamanya dia berada di London untuk meraih gelar profesor.Elena—neneknya yang membuat Andy terpaksa harus kembali ke Amerika. Berkali-kali dengan getolnya dia terus memborbardir Andy dengan telepon-telepon, dan chat darinya melalui aplikasi WeChat.Elena bilang pada cucu laki-laki kesayangannya, jika ada sesuatu yang harus dia katakan pada Andy, menyangkut urusan nyawa. Sebenarnya terlalu berlebihan bagi Andy begitu mendengar Elena mengatakan hal tersebut.“Nenek, sebenarnya apa yang ingin kau katakan sehingga menyuruhku kembali ke Amerika secepatnya?” tanya Andy saat itu.“Kau tahu, aku sedang dirawat di rumah sakit sudah dua minggu lamanya, kan? Dokter mengatakan, usiaku hanya bisa bertahan tiga bulan, Andy!”

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status