Gerald dan Debora sudah berada di apartemen sewaan mereka, tidak jauh dari rumah sakit di mana Ginny di rawat. Mereka membawa serta Ginny. Gerald tidak membawa Ginny ke rumah sakit lagi, karena masih mengkhawatirkan keamanan sang anak.
“Apa Ginny sudah tidur?” tanya Gerald saat Debora menghampirinya di balkon kamar yang mereka sewa.
Debora duduk di pangkuan Gerald yang tersenyum padanya, dengan merangkul bahu Gerald, Debora duduk menyamping dan bergumam menjawab pertanyaan Gerald. “Ada hubungan apa kamu dengan Mumu , Gee?”
Gerald menggelengkan kepala sambil menatap Debora, kedua netra mereka saling menatap. Debora bisa melihat bayangan dirinya di dalam netra coklat milik Gerald. “Aku tidak bisa melarang orang untuk suka padaku Babe, dan aku tidak tahu jika Mumu tertarik padaku,” jawab Gerald menarik Debora untuk lebih dekat dengannya.
“Iya, tapi apa yang kamu lakukan padanya hingga dia begitu menginginkanmu?&rdquo
“Bangun Babe,” kata Gerald membangunkan Debora yang masih terlelap. Gerald baru saja sampai dari melihat dan mengurusi rumah keluarga Letha yang mengalami kebakaran. Kecupan-kecupan sayang, Gerald berikan di wajah Debora, hingga istri manisnya itu membuka mata.“Kamu sudah kembali Gee?” tanya Debora menyipitkan mata karena sinar lampu kamar yang begitu terang.“Bangun ya, siap-siap. Kita pulang pagi ini, kita bawa neneknya Ginny ke Jakarta secepatnya!”“Bagaimana keadaan mereka Gee?” tanya Debora langsung terbangun dair tidurnya. Debora tidak pernah tega jika mendengar ada yang kesusahan.“Rumah dan restorannya habis, Babe. Nyonya Subono juga tulang kaki kanannya patah tertimpa kayu atap. Mereka sedang terlelap tidur, jadi tidak tahu kalau api sudah membesar di kamar Letha. Kalau di rawat di sini tidak ada yang mengurusnya. Jadi aku putuskan ke Jakarta saja. Thomas sudah menghubungi rumah sakit yang bi
Jl. Pegangsaan, Kediaman Keluarga BernadoGerald dan Debora sudah sampai di Jakarta. Keesokan harinya Gerald di minta Luis Bernado untuk menemuinya sebelum Gerald bekerja. Gerald memenuhi permintaan sang papa, setelah sarapan bersama Debora dan Ginny, Gerald singgah ke rumah orang tuanya.“Kamu membawa orang tua Letha ke Jakarta. Apa kamu tidak memikirkan perasaan istri kamu?” tanya Luis Bernado sambil menikmati sarapannya. Bertha dan Joshua juga berada di meja makan. Mereka hanya diam mendengarkan perkataan kepala keluarganya.“Maksud papa?” Gerald tidak paham arah pembicaraan Luis.“Apa Debora tidak marah, kamu masih mengurusi keluarga itu. Keluarga dari mantan kekasih kamu?” tanya Luis penuh penekanan dalam kata mantan.Gerald mengulum senyumnya. “Tidak Pa, istriku itu punya hati malaikat, dia tidak keberatan aku masih mengurusi keluarga Letha. Bahkan dia meminta Gerald agar mereka tinggal di rumah saja,
Gerald pulang ke rumahnya sudah tengah malam, dengan menyetir sendiri Gerald memasuki rumahnya. Pak Yanto, sang sopir kini di tugaskan untuk mengantar Debora dan Ginny.Dengan wajah kusut, tanpa mengenakan jasnya lagi, Gerald keluar dari mobil, Gerald yang biasanya parkir di teras, memilih parkir di garasinya, agar tidak menganggu seisi rumah. Dalam hening dia berjalan. Pintu pagar sudah tertutup otomatis.Betapa terkejutnya Gerald, saat tiba di teras, seorang wanita dengan baju tidur lengkap dengan kimono selutut, menunggunya dengan senyum manis di pintu. Wajah Gerald yang semula kusut, merasa mendapat siraman air dingin yang menyejukkan. Wajahnya berubah berseri-seri.“Kamu tahu, betapa bahagianya aku di sambut seperti ini,” kata Gerald merangkul pinggang Debora yang telah mencium bibirnya.Debora hanya tersenyum manis menanggapi kata-kata manis Gerald. Mereka kemudian saling merangkul masuk dalam rumah.“Ginny sudah tidur?&rdqu
Debora sedang membantu Ginny berkemas di kamar Ginny, saat Gerald mengatakan bahwa perjalanan mereka tidak jadi ke Belanda, karena seseorang yang akan Gerald temui di sana akan kembali ke Indonesia, dan Gerald di minta menemui di Solo, dua hari lagi.“Jadi, aku temui ibu-ku juga batal Gee?”“Tidak Babe, kamu bisa berangkat temui ibu. Tapi semalam saja ya, dan kamu berangkat sendiri sama Ginny. Aku belum bisa tinggalkan kantor kalau masih belum stabil,” jawab Gerald dengan berat hati.Merasa Gerald cukup berat untuk melepasnya, Debora mengurungkan niatnya. Debora berhenti berkemas dan menghampiri Gerald, Debora berdiri di depan Gerald dan menaruh tangan Gerald di pinggangnya.“Aku akan pergi dengan kamu saja. Aku masih bisa menelepon Ibu, untuk melepas rinduku. Jadi, aku menunggu sampai perusahaan stabil lagi.”“No, Babe. Aku tidak apa, aku izinkan kamu pergi!” Gerald menatap lembut pada Debora.
Entah sedang sial atau apa di hari itu. Saat menemani Ginny ke pet shop untuk membeli binatang yang bisa Ginny pelihara. Ginny merengek untuk di belikan hewan peliharaan seperti pada cerita film yang baru saja mereka tonton di bioskop. Di pet Shop Debora harus bertemu dengan sang ayah bersama seorang wanita dan anak kecil. Stetelah beberapa jam lalu harus bertemu Fatmasari dan Manda.Mungkin usia anak itu hanya selisih satu sampai dua tahun dari Ginny. Seorang anak perempuan yang sedang memilih kucing, untuk di jadikan hewan peliharaan.Debora berusaha agar tidak terlihat oleh Bactiar Lubis. Namun kegirangan Ginny saat melihat anak anjing keturunan ras Poodle, dengan bulu berwarna cokelat.“Mami, dia lucu sekali. Ginny suka!” seru Ginny sambil tertawa geli saat anak anjing itu menjilati wajah Ginny.Suara Ginny yang melengking, menarik perhatian Bactiar Lubis dan anak kecil yang bersamanya.“Debby,” panggi Baciar pada
Menutup Hari BurukDebora dan Ginny memilih langsung mengantarkan les Ginny, agar makin fasih berbahasa Indonesia untuk mempermudah beradaptasi dengan sekolah barunya, jam les Ginny tiga puluh menit lagi di mulai.Merasa terlalu lama menunggu Debora memilih mempelajari artikel-artikel parenting, di dalam mobil, sementara sang sopir memilih menunggu di warung kopi, mengobrol bersama para tukang ojek.“Mbak, Bos telepon, di suruh ke kantor, sekarang,” kata pak Yanto pada Debora yang masih membaca di ponselnya sambil memangku Browny, anak anjing poodle yang baru dibeli dari pet shop.“Ada apa pak?”“Tidak tahu Mbak, tapi Bos barusan telepon, bertanya di mana. Ya, saya jawab di tempat les nona, lalu di minta antar Mbak Debby ke kantor.” Pak Yanto langsung menutup pintu mobil dan menyalakan mesin mobil. Perintah Gerald adalah sebuah hukum yang harus di lakukan bagi pak Yanto.Debora pun hanya bisa menurut dan d
Debora yang akan menyambut kedatangan Mr Kang terkejut dengan perkataan Mr Kang. Debora hampir saja lupa dengan kejadian di apartemen bersama Dokter Irfan. Karena banyaknya kejadian menakutkan yang berturut-turut dia alami. Meski begitu, trauma Debora belum juga sembuh untuk melihat alat vital pria secara langsung di depan matanya.“Silakan duduk Mr Kang. Kita bicarakan baik-baik,” kata Gerald membawa Mr Kang ke sofa. Debora menghampiri mereka dan menyalami tamu terhormat Gerald.“Ah, kamu ada di sini juga, kebetulan jika begitu,” kata Mr Kang menaggapi uluran tangan Debora dan bersalaman.Debora kemudian duduk di samping Gerald, di sofa sebelah kiri Mr Kang.Thomas pun undur diri, karena merasa itu masalah pribadi bosnya. Thomas akan kembali lagi jika di butuhkan.“Gerald, aku ingin menuntut dan menjebloskan pria simpanan Evelyn itu. Enak saja dia menikmati hasil keringatku bertahun-tahun, hanya dengan meniduri
Debora tidak mengetahui apa yang sudah di lakukan Dokter Irfan di media massa. Namun, begitu mendapat begitu banyak pertanyaan dan permintaan dari teman dan kerabatnya, untuk konfirmasi tentang apa yang di beritakan Dokter Irfan, Debora menjadi penasaran dengan berita yang menjadi banyak perbincangan orang. Tagar, pengusaha arogan di sematkan pada Gerald oleh para netizen yang terpancing dengan isu yang di sebarkan Dokter Irfan.“Dasar, orang tidak bisa di percaya!” gerutu Debora membanting ponselnya di atas ranjang, setelah membaca kanal berita online dan sebuah postigan dari akun gosip bibir yang banyak pengikutnya.Kedua sahabatnya, Anita dan Vera pun meminta konfirmasi dari Debora, mereka sampai mendatangi rumah Gerald. Anita dan Vera sudah ikut berkomentar pada sebuah postingan yang menjelek-jelekkan Debora, karena menganggap Debora wanita yang materialistis, karena menerima Gerald yang lebih kaya dari Dokter Irfan. Anita dan Vera membela Debora dan Ge