Entah sedang sial atau apa di hari itu. Saat menemani Ginny ke pet shop untuk membeli binatang yang bisa Ginny pelihara. Ginny merengek untuk di belikan hewan peliharaan seperti pada cerita film yang baru saja mereka tonton di bioskop. Di pet Shop Debora harus bertemu dengan sang ayah bersama seorang wanita dan anak kecil. Stetelah beberapa jam lalu harus bertemu Fatmasari dan Manda.
Mungkin usia anak itu hanya selisih satu sampai dua tahun dari Ginny. Seorang anak perempuan yang sedang memilih kucing, untuk di jadikan hewan peliharaan.
Debora berusaha agar tidak terlihat oleh Bactiar Lubis. Namun kegirangan Ginny saat melihat anak anjing keturunan ras Poodle, dengan bulu berwarna cokelat.
“Mami, dia lucu sekali. Ginny suka!” seru Ginny sambil tertawa geli saat anak anjing itu menjilati wajah Ginny.
Suara Ginny yang melengking, menarik perhatian Bactiar Lubis dan anak kecil yang bersamanya.
“Debby,” panggi Baciar pada
Menutup Hari BurukDebora dan Ginny memilih langsung mengantarkan les Ginny, agar makin fasih berbahasa Indonesia untuk mempermudah beradaptasi dengan sekolah barunya, jam les Ginny tiga puluh menit lagi di mulai.Merasa terlalu lama menunggu Debora memilih mempelajari artikel-artikel parenting, di dalam mobil, sementara sang sopir memilih menunggu di warung kopi, mengobrol bersama para tukang ojek.“Mbak, Bos telepon, di suruh ke kantor, sekarang,” kata pak Yanto pada Debora yang masih membaca di ponselnya sambil memangku Browny, anak anjing poodle yang baru dibeli dari pet shop.“Ada apa pak?”“Tidak tahu Mbak, tapi Bos barusan telepon, bertanya di mana. Ya, saya jawab di tempat les nona, lalu di minta antar Mbak Debby ke kantor.” Pak Yanto langsung menutup pintu mobil dan menyalakan mesin mobil. Perintah Gerald adalah sebuah hukum yang harus di lakukan bagi pak Yanto.Debora pun hanya bisa menurut dan d
Debora yang akan menyambut kedatangan Mr Kang terkejut dengan perkataan Mr Kang. Debora hampir saja lupa dengan kejadian di apartemen bersama Dokter Irfan. Karena banyaknya kejadian menakutkan yang berturut-turut dia alami. Meski begitu, trauma Debora belum juga sembuh untuk melihat alat vital pria secara langsung di depan matanya.“Silakan duduk Mr Kang. Kita bicarakan baik-baik,” kata Gerald membawa Mr Kang ke sofa. Debora menghampiri mereka dan menyalami tamu terhormat Gerald.“Ah, kamu ada di sini juga, kebetulan jika begitu,” kata Mr Kang menaggapi uluran tangan Debora dan bersalaman.Debora kemudian duduk di samping Gerald, di sofa sebelah kiri Mr Kang.Thomas pun undur diri, karena merasa itu masalah pribadi bosnya. Thomas akan kembali lagi jika di butuhkan.“Gerald, aku ingin menuntut dan menjebloskan pria simpanan Evelyn itu. Enak saja dia menikmati hasil keringatku bertahun-tahun, hanya dengan meniduri
Debora tidak mengetahui apa yang sudah di lakukan Dokter Irfan di media massa. Namun, begitu mendapat begitu banyak pertanyaan dan permintaan dari teman dan kerabatnya, untuk konfirmasi tentang apa yang di beritakan Dokter Irfan, Debora menjadi penasaran dengan berita yang menjadi banyak perbincangan orang. Tagar, pengusaha arogan di sematkan pada Gerald oleh para netizen yang terpancing dengan isu yang di sebarkan Dokter Irfan.“Dasar, orang tidak bisa di percaya!” gerutu Debora membanting ponselnya di atas ranjang, setelah membaca kanal berita online dan sebuah postigan dari akun gosip bibir yang banyak pengikutnya.Kedua sahabatnya, Anita dan Vera pun meminta konfirmasi dari Debora, mereka sampai mendatangi rumah Gerald. Anita dan Vera sudah ikut berkomentar pada sebuah postingan yang menjelek-jelekkan Debora, karena menganggap Debora wanita yang materialistis, karena menerima Gerald yang lebih kaya dari Dokter Irfan. Anita dan Vera membela Debora dan Ge
“Silakan duduk,” kata Debora dengan ramah pada kelima wartawan yang nampak begitu kompak tersenyum senang, memamerkan deretan gigi mereka. Pak Yanto memberikan tambahan kursi yang diambil dari pos jaga, agar para wartawan itu bisa duduk semua. Dengan tenang Debora duduk dan menghadapi para tamunya. Meski jantungnya yang ada dalam tubuhnya berdetak kencang, Debora berusaha setenang mungkin. Dengan memainkan cincin nikahnya yang melingkar di jari, dan memejamkan mata sebentar, Debora mendapat semangat, sekelibat bayangan wajah Gerald yang tersenyum yang menatapanya memuja menambah kepercayaan dirinya. “Jadi apa yang bisa saya bantu, teman-teman,” kata Debora memulai pembicaraan. “Terima kasih Nyonya sudah mengijinkan kami bertemu dengan anda,” jawab seorang satu-satunya wartawan wanita yang datang. Mereka pun memperkenalkan diri, si wanita bernama, Arini, empat pria yang bersamanya, ada Leo, Adi, Rahmat dan Sony yang membawa kamera. “Maaf sebelu
Penyataan Debora yang tidak menyangkal dan juga membenarkan pernyataan Dokter Irfan telah disiarkan di acara gosip yang tayang sore hari, juga di kanal berita online dan juga akun gosip bibir.Ditambah lagi pernyataan Gerald yang sudah melaporkan Dokter Irfan karena tindakan pencemaran nama baik, membuat jagad gosip makin heboh.Arum dan Bik War menonton acara gosip itu, di televisi yang ada di halaman belakang, berkali-kali wawancara yang di lakukan Debora di putar ulang di beberapa stasiun televisi ke esokan harinya.“Beritanya itu terus di ulang-ulang,” keluh Arum sambil membersihkan sayuran. “bagaimana dengan Dokter itu ya Bik, apa Bos akan masukkan dia ke penjara?”“Enggak tahu, aku juga penasaran Arum,” jawab bik War jujur.“Bibik tanya sama bos saja, sekalian minta biar itu Dokter di penjara lama-lama.”“Tenang saja Arum, aku sudah pastikan dia akan masuk penjara,&rdquo
Sakit hati Dokter Irfan pun makin bertambah melihat Debora seolah tidak perduli lagi padanya. Menyapa dirinya hanya sekedar basa-basi pun tidak dilakukan, dan berlalu begitu saja. Bahkan serasa tidak ada kesempatan untuk dirinya menyapa, karena sikap protektif Gerald pada Debora.Deheman Gerald menyadarkan Dokter Irfan, meratapi dirinya.“Jadi apa yang kamu lakukan di sini, apa kamu membuntuti istriku?” tanya Gerald dengan sinis pada Dokter Irfan yang masih menatap pada Debora.“Aku tidak tahu jika Bora ada di sini. Aku hanya ingin bertemu dengan kamu,” jawab Dokter Irfan mengalihkan pandangannya. “Apa kamu akan melanjutkan tuntutan kamu, apalagi yang ku katakana adalah benar bukan. Pernikahan kamu dengan Debora hanya sebatas pernikahan kontrak. Kamu memaksa dia untuk menjadi istri kamu, dengan imbalan kamu membiayai semua biaya Ibunya.”“Tahu apa kamu dengan pernikahan kami. Apa kamu bisa membuktikan perkataan ka
Gerald sudah berada di sebuah private room sebuah restoran bersama tamu pentingnya, keesokan paginya. Sedang Debora di damping pengacara Gerald memberi keterangan tentang laporan penculikan Ginny dan pelecehan terhadapnya.Meski Debora terlihat bisa menerima kesibukan Gerald yang belum bisa menemaninya, masih ada rasa bersalah di hati Gerald dan membuat dirinya tidak tenang.Tepat pukul sepuluh, Debora memberi kabar kalau dirinya sudah berada di kantor Polisi, bersama pengacara mereka.“Ada masalah Gerald?” tanya seorang pria paruh baya yang masih gagah di usia senjanya, pada Gerald yang terlihat gelisah setelah menerima pesan.Pria tua yang sejak beberapa hari lalu ingin Gerald temuia karena bisa membantu masalahnya dengan Namura.“Maaf Tuan Gideon, tidak ada apa-apa,” jawab Gerald menutupi kenyataan.“Jangan bohong sama orang tua, tidak mungkin kalau tidak ada masalah kamu gelisah begitu, tidak seperti tadi, b
Debora berhasil melewati tugasnya untuk memberi kesaksian atas penculikan yang di lakukan Dokter Irfan pada Ginny, dan juga pelecehan yang dialaminya. Meski berat untuk menceritakan apa yang terjadi saat itu, karena sama saja dengan mengingat lagi sesuatu yang ingin dia lupakan dengan susah payah.Dengan dukungan Gerald yang duduk di sampingnya, memberikan semangat tersendiri bagi Debora. Karena Debora sebagai korban, bukan tersangka, kesaksian di lakukan di ruangan yang cukup nyaman, dan bersahabat. Tidak seperti yang Debora bayangkan, petugas penyelidikan begitu professional, namun tetap menghargai Debora.Kini mereka sedang berada dalam mobil, Gerald segera membawa Debora pergi dari gedung berlantai lima itu.“Kita mau ke mana Gee, ini bukan jalan pulang?” tanya Debora bingung. Gerald mengarahkan mobilnya berlawanan arah untuk ke rumah mereka.“Kita makan dulu ya, ini sudah lewat jam makan siang,” jawab Gerald yang mengkhawatirk