“Silakan duduk,” kata Debora dengan ramah pada kelima wartawan yang nampak begitu kompak tersenyum senang, memamerkan deretan gigi mereka.
Pak Yanto memberikan tambahan kursi yang diambil dari pos jaga, agar para wartawan itu bisa duduk semua.
Dengan tenang Debora duduk dan menghadapi para tamunya. Meski jantungnya yang ada dalam tubuhnya berdetak kencang, Debora berusaha setenang mungkin. Dengan memainkan cincin nikahnya yang melingkar di jari, dan memejamkan mata sebentar, Debora mendapat semangat, sekelibat bayangan wajah Gerald yang tersenyum yang menatapanya memuja menambah kepercayaan dirinya.
“Jadi apa yang bisa saya bantu, teman-teman,” kata Debora memulai pembicaraan.
“Terima kasih Nyonya sudah mengijinkan kami bertemu dengan anda,” jawab seorang satu-satunya wartawan wanita yang datang. Mereka pun memperkenalkan diri, si wanita bernama, Arini, empat pria yang bersamanya, ada Leo, Adi, Rahmat dan Sony yang membawa kamera.
“Maaf sebelu
Penyataan Debora yang tidak menyangkal dan juga membenarkan pernyataan Dokter Irfan telah disiarkan di acara gosip yang tayang sore hari, juga di kanal berita online dan juga akun gosip bibir.Ditambah lagi pernyataan Gerald yang sudah melaporkan Dokter Irfan karena tindakan pencemaran nama baik, membuat jagad gosip makin heboh.Arum dan Bik War menonton acara gosip itu, di televisi yang ada di halaman belakang, berkali-kali wawancara yang di lakukan Debora di putar ulang di beberapa stasiun televisi ke esokan harinya.“Beritanya itu terus di ulang-ulang,” keluh Arum sambil membersihkan sayuran. “bagaimana dengan Dokter itu ya Bik, apa Bos akan masukkan dia ke penjara?”“Enggak tahu, aku juga penasaran Arum,” jawab bik War jujur.“Bibik tanya sama bos saja, sekalian minta biar itu Dokter di penjara lama-lama.”“Tenang saja Arum, aku sudah pastikan dia akan masuk penjara,&rdquo
Sakit hati Dokter Irfan pun makin bertambah melihat Debora seolah tidak perduli lagi padanya. Menyapa dirinya hanya sekedar basa-basi pun tidak dilakukan, dan berlalu begitu saja. Bahkan serasa tidak ada kesempatan untuk dirinya menyapa, karena sikap protektif Gerald pada Debora.Deheman Gerald menyadarkan Dokter Irfan, meratapi dirinya.“Jadi apa yang kamu lakukan di sini, apa kamu membuntuti istriku?” tanya Gerald dengan sinis pada Dokter Irfan yang masih menatap pada Debora.“Aku tidak tahu jika Bora ada di sini. Aku hanya ingin bertemu dengan kamu,” jawab Dokter Irfan mengalihkan pandangannya. “Apa kamu akan melanjutkan tuntutan kamu, apalagi yang ku katakana adalah benar bukan. Pernikahan kamu dengan Debora hanya sebatas pernikahan kontrak. Kamu memaksa dia untuk menjadi istri kamu, dengan imbalan kamu membiayai semua biaya Ibunya.”“Tahu apa kamu dengan pernikahan kami. Apa kamu bisa membuktikan perkataan ka
Gerald sudah berada di sebuah private room sebuah restoran bersama tamu pentingnya, keesokan paginya. Sedang Debora di damping pengacara Gerald memberi keterangan tentang laporan penculikan Ginny dan pelecehan terhadapnya.Meski Debora terlihat bisa menerima kesibukan Gerald yang belum bisa menemaninya, masih ada rasa bersalah di hati Gerald dan membuat dirinya tidak tenang.Tepat pukul sepuluh, Debora memberi kabar kalau dirinya sudah berada di kantor Polisi, bersama pengacara mereka.“Ada masalah Gerald?” tanya seorang pria paruh baya yang masih gagah di usia senjanya, pada Gerald yang terlihat gelisah setelah menerima pesan.Pria tua yang sejak beberapa hari lalu ingin Gerald temuia karena bisa membantu masalahnya dengan Namura.“Maaf Tuan Gideon, tidak ada apa-apa,” jawab Gerald menutupi kenyataan.“Jangan bohong sama orang tua, tidak mungkin kalau tidak ada masalah kamu gelisah begitu, tidak seperti tadi, b
Debora berhasil melewati tugasnya untuk memberi kesaksian atas penculikan yang di lakukan Dokter Irfan pada Ginny, dan juga pelecehan yang dialaminya. Meski berat untuk menceritakan apa yang terjadi saat itu, karena sama saja dengan mengingat lagi sesuatu yang ingin dia lupakan dengan susah payah.Dengan dukungan Gerald yang duduk di sampingnya, memberikan semangat tersendiri bagi Debora. Karena Debora sebagai korban, bukan tersangka, kesaksian di lakukan di ruangan yang cukup nyaman, dan bersahabat. Tidak seperti yang Debora bayangkan, petugas penyelidikan begitu professional, namun tetap menghargai Debora.Kini mereka sedang berada dalam mobil, Gerald segera membawa Debora pergi dari gedung berlantai lima itu.“Kita mau ke mana Gee, ini bukan jalan pulang?” tanya Debora bingung. Gerald mengarahkan mobilnya berlawanan arah untuk ke rumah mereka.“Kita makan dulu ya, ini sudah lewat jam makan siang,” jawab Gerald yang mengkhawatirk
Gerald sangat senang, Debora makan dengan lahapnya di dalam mobil di depan gerobak penjual bubur ayam, yang berjualan dari pukul enam sampai pukul sepuluh, itupun jika masih ada. Dari sekian banyak penjual bubur ayam di kawasan pusat bisnis di ibu kota, Debora meminta untuk di antar ke lapak yang berada di pinggil jalan di depan sebuah ruko tempat Fitnes dan sebuah anjungan tunai mandiri.Nafsu makan Gerald pun terpancing melihat Debora begitu bersemangat. Hal pertama bagi Gerald makan di pinggir jalan. Pengorbanan seorang suami dan calon ayah untuk istri yang sedang mengidam.Saat Gerald bertanya kenapa di sana, Debora hanya menjawab, sering datang ke sana jika pulang dari dinas.“Gee, aku tetap ikut kamu kerja ya. Meski kita pulang sekarang,” pinta Debora saat mereka sudah dalam perjalanan pulang ke rumah.“Nanti kamu capek Babe, tidak bisa tiduran kalau di kantor,” jawab Gerald yang sebenarnya senang jika di temani Debora, namun
Usaha Gerald mencari bantuan untuk menghadapi Namura mendapatkan hasil. Anak buah Gideon berhasil menggertak Namura. Para eksportir yang awalnya memutuskan hubungan kerja dengan GENOBE mendadak mengajukan proposal kerja sama lagi, dengan pembagian hasil yang lebih besar dari perjanjian sebelumnya. Mereka berlomba untuk dapat memasarkan produk mereka lewat GENOBE, membuat tim Gerald kewalahan untuk mengambil keputusan..Berita bisnis dan trading pun mengabarkan penurunan harga saham dari usaha yang di miliki keluarga Namura. Kabar yang membahagiakan bagi Gerald.Gerald pun berinisiatif mengirim hadiah untuk Gideon yang telah bersedia membantunya. Meskipun tak sedikit uang yang harus Gerald keluarkan untuk membayar jasa Hoo Ping, orang kepercayaan Gideon.Tapi uang bukan masalah bagi Gerald jika keluarganya aman.Dan malam ini Gerald kembali lembur dengan proposal-proposal penawaran produk baru dari eksportir Tokyo yang sempat meninggalkan dirinya.
Gerald tetap berangkat bekerja, begitu pun dengan Ginny juga ke sekolah, karena hari ini tugas Ginny untuk menjadi ketua kelas. Ginny akan menjadi siswa yang paling awal datang, menyiapkan kebutuhan guru kelas, seperti penghapus, spidol dengan dua warna, dan secangkir teh, yang akan di siapkan oleh petugas, dan Ginny tinggal mengambilnya di kantin. Saat pulang pun Ginny akan pulang paling akhir, mengembalikan cangkir teh, dan merapikan kelas.Ginny sangat bersemangat hari itu, dan menunggu-menunggu satu hari di mana dia akan mendapat perhatian guru satu hari full. Karena guru kelas hanya akan memanggil dirinya jika membutuhkan pertolonngan. Untuk siswa lain hal itu sama saja dengan menjadi pesuruh, tapi bagi Ginny itu adalah sesuatu yang baru, dan bisa membuatnya lebih di kenal oleh orang lain. Sebagai siswi baru seperti Ginny, mendapat sekecil apapun perhatian akan sangat berarti.Suatu kebanggan bagi Ginny, bisa keluar masuk ke ruang guru yang jarang bisa di masuki o
*Rumah Sakit MedikaSopir Luis Bernado terlambat datang ke rumah Gerald. Rumah sudah dalam keadaan sepi, hanya satpam dan bik War yang ada di rumah.“Mas Jo. Mbak Debora sudah tidak ada di rumah, tadi pergi bersama Yantodan istrinya, baru saja pergi kata bik Warti,” kata Soleh sopir dari sang mama.“Kamu sekarang di mana?” tanya Joshua panic.“Saya sambil jalan Mas, siapa tahu masih kelihatan mobilnya. Kata satpam tadi pakai mobil biasanya,” jawab Soleh. “Mas, sudah dulu ya, kayanya kelihatan mobilnya,” kata Soleh kemudian menutup teleponnya.Gerald yang masih harus menunggu cairan infusnya menatap tanya pada Joshua. Namun belum juga mendapat penjelasan dari Joshua, karena Joshua menelepon temannya untuk meminta tolong mencari mobil yang di pakai Yanto biasanya.“Jo,” bentak Gerald yang tidak sabar lagi.Joshua yang masih berpikir, terkejut dengan suara lantang Gerald. Gerald