Home / Romansa / Mother In-Love / 04. Pengaman Yang Terlupakan

Share

04. Pengaman Yang Terlupakan

Author: Asia July
last update Last Updated: 2021-08-08 15:45:38

MIL 04 – Pengaman Yang Terlupakan

Pernikahan ini benar-benar absurd.

Brianna—gadis berusia 25 tahun yang baru saja terbangun di hari pertamanya menjadi istri orang lain—membatin.

Sarapan yang dia coba telan ke tenggorokannya terasa seperti segumpalan batu yang dijejalkan masuk ke dalam. Sekali lagi, dia menoleh ke arah pintu, seolah tengah menunggu seseorang. Dan dia memang tengah menunggu.

“Apa ucapanku semalam terlalu kasar baginya?” gumam Brianna dengan rasa sedikit bersalah.

Kemarin hujan, mereka yang seharusnya berangkat ke tempat bulan madu mereka harus menunggu sampai hujan reda, yang tidak juga reda-reda sehingga proses itu diundur sampai keesokan pagi; pagi ini.

Kemudian, pria yang baru saja menjadi suaminya memasuki kamar dalam keadaan mabuk. Teman-teman pria itu katanya merecokinya dengan minuman.

Brianna marah, tentu saja. Pernikahannya dengan Kai Ronan bukan karena cinta, hanya berlandaskan tanggung jawab dan janji yang dibuat oleh Louis Harrison, ayah Brianna. Dan kalau memang Kai Ronan hendak menagih kewajiban Brianna sebagai seorang istri malam kemarin, maka Brianna ingin melakukannya dalam keadaan sadar. Bukan dijajahi di bawah pengaruh alkohol.

Saat Brianna mengatakan pemikirannya itu, Kai Ronan marah dan pergi begitu saja.

Brianna tidak akan senang kalau orang lain tahu di malam pertama pernikahannya dia lalui seorang diri.

Itulah kenapa kini Brianna tampak begitu cemas.

Dan hal ini, Brianna juga tidak ingin ibu tirinya sampai tahu.

Wanita itu menghilang semalam seperti ditelan bumi. Para tamu menanyakannya dan Brianna benci harus menjadi orang yang dijadikan sasaran dari pertanyaan-pertanyaan itu. Ini hari pernikahannya, tapi mereka malah menggosipkan tentang ibu tirinya dengan lebih antusias.

Brianna tidak pernah menyukai Dahlia. Dan kepopuleran wanita itu di kalangan masyarakat adalah salah satu alasannya.

Pintu kamar tiba-tiba saja terbuka. Brianna nyaris tersentak karena terkejut. Dia menoleh dan mendapati seorang pria jangkung dan tampan melangkah mendekatinya.

“Bagaimana tidurmu semalam?” tanya Kai.

Brianna hanya memandangnya sampai pria itu duduk di hadapan Brianna. “Bagaimana denganmu?”

“Aku memiliki malam yang luar biasa.”

Brianna merasa jawaban pria itu adalah sarkas. “Maafkan aku, atas apa yang aku ucapkan semalam,” ucapnya setengah tulus.

“Tidak masalah. Aku mengerti.”

Kai Ronan tidak memiliki reputasi yang baik dalam hal komitmen dan wanita, tapi pria itu juga tidak seburuk yang dikatakan orang-orang.

“Kau mau sarapan?”

Tanpa pikir panjang, Kai Ronan menolak. “Aku sarapan lebih dulu sebelum kau bangun.”

Brianna terkejut. Dia menutup mulutnya dengan mata melebar. “Jangan bilang kau …!”

“Tenang saja, para tamu mungkin terlalu lelah untuk bangun sepagi itu. Tidak ada yang melihatku.”

“Dari mana kau tahu?”

“Aku hapal semua wajah tamumu.”

Brianna masih tidak percaya dan hendak menyalahkan Kai Ronan atas kecerobohan pria itu kepada reputasi pernikahannya. Atau setidaknya reputasi Brianna sebagai seorang wanita.

“Kapan kita akan berangkat?” tanya Kai seolah tidak merasa bersalah dengan apa yang baru saja dia lakukan.

Mendadak rasa nafsu makan Brianna surut. Dia menjawab singkat, “Pukul sepuluh nanti.”

“Hm. Berarti masih ada waktu,” ucap Kai Ronan sembari bangkit berdiri.

Brianna menatapnya tidak mengerti. “Waktu untuk apa?”

“Aku akan pergi bersama Jaden sebentar.”

“Urusan pekerjaan?”

“Ya.”

Lalu setelahnya, pria itu pun pergi. Brianna menghela napas. Dia tidak pernah memimpikan sebuah pernikahan yang harmonis dengan Kai Ronan. Brianna tidak menyukai pria itu, tapi sekarang dia diharuskan untuk menghormatinya sebagai seorang suami.

Suami yang lebih mementingkan pekerjaan ketimbang pernikahannya sendiri.

Beberapa saat dalam diam, interupsi kembali datang dari ponselnya. Brianna mengambil benda itu dan membaca sederet nama yang tertera di layar, senyumnya seketika merekah, dan jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Dia lantas mengangkat sambungan telepon itu tanpa menunggu lebih lama.

“Halo, Sera?”

***

Proses terakhir dari pernikahan itu pun dilangsungkan.

Para tamu lagi-lagi banyak yang mempertanyakan ketidakhadiran ibu tiri dari mempelai wanita. Keluarga besar Harrison juga bertanya-tanya ke mana perginya Dahlia dalam semalam. Mereka tidak bisa menghubunginya bahkan melihatnya dalam prosesi ini.

“Kupikir Dahlia Harrison mungkin malu untuk hadir,” gosip salah satu tamu kepada temannya..

“Kenapa kau berkata begitu?”

Yang lain menyahut, “Atau mungkin sang mempelai wanita tidak membiarkannya hadir. Kau tahu ‘kan kalau hubungan mereka tidak terlalu baik?”

“Itu gosip lama. Dahlia berkata padaku bahwa hubungannya dengan Brianna membaik bahkan sebelum kematian Louis Harrison.”

“Benarkah?”

“Gosip hanyalah gosip.”

“Kudengar Dahlia juga yang membayar semua ini, termasuk gaun pengantinnya. Kau percaya itu?”

“Dia berasal dari kalangan rendah. Dari mana kau pikir dia mendapat uang? Tentu saja dari saku Harrison. Jadi itu sama saja Dahlia tidak memberikan putrinya apa pun.”

“Kau benar.”

Kai Ronan yang berdiri tidak jauh dari empat wanita yang tengah bergosip itu mengepalkan tangannya kuat, menahan diri, dan berpura-pura seolah dia tidak mendengar apa pun.

Di samping Kai, berdiri istrinya, Brianna Harrison.

Oh, dia seharusnya sekarang memanggil nama wanita itu dengan nama akhiran namanya sendiri; Brianna Ronan.

Kai merasa nama itu terdengar tidak terlalu cocok.

Lalu tanpa sadar kepalanya mencetuskan sebuah nama lain yang terdengar lebih pas; Dahlia Ronan.

Senyum terbit di bibir Kai saat itu juga ketika mengingat kemarahan yang dia lihat pagi ini dari ibu mertuanya yang manis. Itu adalah ekspresi pertama yang Kai Ronan lihat darinya.

Dahlia selalu bersikap baik dan ramah kepada siapa pun. Tutur katanya baik dan lemah lembut. Semalam, sekalipun menahan sakit dia berjalan dengan anggun di atas sepatunya yang kata wanita itu kekecilan. Sekalipun menjadi ibu tiri muda yang hanya berbeda dua tahun dari anak tirinya sendiri, Dahlia tidak tampak kesulitan bergaul dengan kalangan atas.

Faktanya, banyak yang menyukai wanita itu karena keramahannya dan kerendahan hatinya.

Dia seperti malaikat. Tidak pernah melakukan kesalahan apa pun dan hanya tahu tentang kebaikan.

Tapi pemikiran itu segera tertepis dari kepala Kai karena mengingat apa yang dia dan wanita itu lakukan semalam. Kai salah mengiranya sebagai seorang wanita suci yang tidak pernah melakukan kesalahan.

Bukannya merasa bersalah, Kai justru merasa bangga. Dia tidak sabar untuk bertemu kembali dengan ibu mertuanya, dan membicarakan tentang apa yang terjadi pada mereka.

Besar kemungkinan wanita itu akan menghindarinya dengan gigih. Tapi itu tidaklah berarti bagi Kai Ronan. Yang menurut Dahlia mudah, akan Kai persulit. Sampai tidak ada lagi jalan keluar selain bertekuk lutut kepadanya.

***

“Kau siap?” tanya Georgia Harrison, bibi Brianna, di samping wanita itu.

Brianna memberikannya anggukan dengan senyuman sekilas.

Sebuah mobil berwarna putih yang telah dihias dengan dekorasi bebungaan yang indah terparkir di depan lobi hotel. Sekali lagi, Brianna menoleh ke sekitar, mencari keberadaan ibu tirinya yang benar-benar seperti menghilang ditelan bumi.

“Di mana Dahlia?” tanya Brianna. Dia memang tidak pernah memanggil Dahlia dengan sebutan Ibu atau Mama. Selain karena usia mereka yang memang terpaut jarak pendek, Brianna juga tidak sudi.

Georgia menggeleng, sama tidak tahunya. “Dia tidak memberitahumu atau menghubungimu?”

Brianna ikut menggeleng.

“Sudahlah, jangan pikirkan dia. Aku akan berbicara dengannya nanti. Berani sekali dia tidak muncul di prosesi pernikahan anaknya sendiri.”

Dengusan tawa lolos dari bibir Brianna. “Anak tiri,” koreksinya pelan.

Hanya Bibi Georgia yang selalu bisa Brianna andalkan. Hanya wanita itu yang peduli dan perhatian padanya, di saat ibu dan ayahnya kini sudah tidak ada dan menyisakan seorang ibu tiri dari antah berantah yang kini menggilai harta keluarganya.

Brianna merasakan sebuah sentuhan di tangannya. Dia pun menoleh, mendapati Kai Ronan berdiri di sampingnya. Para tamu sudah menunggu untuk kepergian kedua mempelai ke tempat mereka akan berbulan madu.

Saat Kai menggandengnya pergi ke arah mobil pengantin yang sudah disiapkan, Brianna menoleh ke belakang. Matanya bertemu pandang dengan seorang wanita berambut pendek yang menatapnya dari kejauhan dengan ekspresi datar. Wanita itu adalah Sera Vincent, sahabatnya.

Brianna tersenyum pada wanita itu dan melambai.

Namun Sera justru melengos dan berbalik pergi.

Brianna menatapnya tidak mengerti. Dia ingin melihat sahabatnya itu lagi, tapi tubuhnya telah lebih dulu ditarik lembut dan masuk ke dalam mobil.

Brianna masuk ke dalam mobil, melambai kepada tamu yang lain dan memaksa senyum. Dia masih kepikiran dengan perubahan Sera.

***

“Anda yakin tidak berniat untuk pergi ke dokter, Ma’am?” tanya Kaira kepada Dahlia saat mereka berdua berada di dalam lift menuju apartemen milik Dahlia.

Dahlia menggeleng. Menatap pada pantulan dirinya di dinding lift, lalu mengalihkan pandang.

“Tapi ….”

“Aku akan baik-baik saja setelah istirahat selama beberapa saat,” sahut Dahlia.

Kaira ingin membantah, tapi menahan dirinya sendiri. Sekalipun Dahlia tidak pernah marah padanya, tapi dia tetap merasa segan kepada bossnya tersebut. Namun Kaira merasa khawatir. Sangat jarang Dahlia mengeluh sakit. Apalagi ini adalah hari penting bagi wanita itu.

Sedikit banyak Kaira tahu mengenai hubungan tidak harmonis antara Dahlia dan putri tirinya. Mungkin itu kenapa dia memilih untuk pergi lebih dulu.

Setelah mengantar Dahlia ke apartemennya, Kaira pamit undur diri.

Pintu tertutup di belakang. Dahlia pun kini akhirnya seorang diri lagi di tempat teraman yang dia miliki. Punggungnya bersandar pada pintu, menghela napas.

Selama perjalanannya dengan Kaira tadi, Dahlia menahan rasa gugupnya dengan susah payah. Dia takut kalau memunculkan sedikit saja keanehan yang tidak biasa, Kaira atau orang lain akan tahu bahwa semalam dia telah melakukan dosa besar.

Itu konyol memang, bahkan Dahlia menyadarinya. Tapi dia tidak bisa menepis perasaan cemas itu.

Dia pun segera pergi ke kamar dan menjatuhkan dirinya ke atas ranjang.

“Akhirnya …,” desah Dahlia lega. Aroma kamarnya yang khas dan permukaan empuk ranjangnya membuat rasa pusing di kepala Dahlia sedikit terobati. Dia tidak sadar bahwa tubuhnya sangat kelelahan.

Selama beberapa hari ini, dia sibuk menyiapkan pernikahan Brianna. Lalu semalam, dia dan menantunya sendiri ….

Dahlia menggeleng, menepis pemikiran itu dari kepalanya. Lama kemudian, dia pun menutup mata.

Namun mendadak kemudian kedua netra bermanik hijau itu kembali terbuka. Dahlia terkesiap dan langsung duduk di ranjang. Dia tiba-tiba teringat bahwa semalam dia dan Kai Ronan melakukan hubungan intim tanpa pengaman.

Apa yang dia pikirkan? Kenapa dia membiarkan lelaki itu tidak mengenakan pengaman?

Dan yang lebih utama dari semua itu; kenapa dia membiarkan Kai Ronan menyentuhnya?

Kau mabuk, Dahlia. Jangan khawatir, semua akan baik-baik saja.

Dahlia mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. Ruangan mendadak terasa berputar di sekitarnya. Dia memejamkan mata dan menjatuhkan tubuhnya ke ranjang.

Jantung Dahlia kini berdentum dengan keras. Sebuah mimpi buruk terbayang-bayang di depan matanya yang terpejam.

Apakah dia akan hamil?

Hamil anak menantunya sendiri?

***

[to be continued]

Uwoowwh! Kalau Dahlia hamil anak menantunya, gimana tuh jadinya? Dia manggil apa ntar ke Dahlia? Ibu atau Nenek? Hihihi~

Penasaran nggak sama kelanjutannya? Nantikan terus yaaa~

Follow IG @deltaxia untuk info update dll.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nong Atet Channel
wah... ada apa dgn sera ya?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Mother In-Love   05. Keputusan Mendadak

    Bulan madu antara kedua mempelai akan berlangsung selama seminggu. Selama seminggu itu juga, Dahlia gunakan untuk membenah pikirannya yang sempat kacau.Saat dia pikir dia sudah lebih tenang dari sebelumnya, kini perasaannya kembali berantakan saat dia pulang ke rumah Keluarga Harrison dan mendapati bahwa barang-barang Brianna belum ada satupun yang dipindahkan ke rumah suaminya.“Ada apa ini, Sir Weston? Kenapa barang-barang Brianna masih di sini?” tanya Dahlia pada semua kotak-kotak yang sebelumnya sudah dikeluarkan dan siap untuk dibawa pergi, tapi kini malah kembali dimasukkan ke dalam dan dirapikan seperti semula.Thomas Weston, kepala pelayan Keluarga Harrison yang sudah bekerja selama puluhan tahun itu, menatap terkejut ke arah Dahlia yang baru saja sampai.“Nyonya, Anda sudah kembali?” katanya. Dia terlalu sibuk memberi arahan kepada pelayan sehingga tidak menyadari kepulangan sang nyonya rumah.“Ya,” jaw

    Last Updated : 2021-08-10
  • Mother In-Love   06. Makan Siang

    Setelah meyakinkan dirinya cukup lama, Dahlia akhirnya keluar dari kamar dan turun untuk makan siang. Jantungnya berdetak dengan sangat kencang saat membayangkan wajah Kai Ronan. Dan dia juga merasakan perutnya seolah dijungkirbalikkan karena menyadari bahwa Brianna akan ada di sana bersama mereka.Dahlia belum siap oleh pertanyaan apa pun. Dan kemungkinan Brianna akan bertanya ke mana Dahlia pergi selama pesta pernikahannya berlangsung.“Maaf. Apa kalian menunggu lama?” kata Dahlia setelah dia menarik kursinya dan duduk. Kai tengah sibuk dengan layar ponselnya dan duduk dengan jarak satu kursi dari Dahlia, sementara Brianna ada di depannya.“Aku tidak menunggumu. Makanannya belum siap,” sahut Brianna, suaranya terdengar dingin dan sikapnya tampak lebih acuh dari sebelumnya.Dahlia menyadari, bahwa dia telah menyia-nyiakan usahanya selama ini untuk dekat dengan Brianna hanya karena satu hari yang dia kacaukan. Masalahnya, satu hari

    Last Updated : 2021-08-13
  • Mother In-Love   07. Desakan Perasaan

    Dahlia benar-benar datang ke kamar Brianna dan seperti dugaannya, wanita itu tengah sibuk membereskan isi kopernya dibantu oleh seorang pelayan.Diketuknya pintu perlahan untuk menarik perhatian mereka.“Bolehkah aku bergabung membantu kalian?” ucap Dahlia, tersenyum ramah.Si pelayan mendongak diam-diam menatap ke arah sang nona, seolah untuk meminta persetujuan.“Yah, terserah kau saja,” sahut Brianna acuh.Dahlia pun masuk dan ikut duduk di lantai di mana Brianna tengah mengeluarkan pakaiannya dari koper yang kemudian dirapikan oleh pelayan yang membantunya.“Di mana Kai?”Dahlia melirik Brianna, terdiam sesaat sebelum menjawab, “Masih di ruang makan.”“Dia harus merapikan pakaiannya juga,” ucap Brianna.Dahlia mengernyit, lalu menoleh pada sebuah koper berwarna hitam yang terletak di dekat ranjang. “Kenapa tidak kau lakukan itu untuk suamimu?” ka

    Last Updated : 2021-08-13
  • Mother In-Love   08. Hadiah Untuk Istri

    Pergi.Itulah yang akan Dahlia lakukan.Pergi sejauhnya dari apa pun yang membuatnya terbelenggu di tempat ini. Hanya sesaat, lalu setelah itu dia akan kembali setelah berhasil menguasai dirinya.Saat Dahlia berjalan terburu-buru pada tengah malam dan disaksikan oleh Weston, Dahlia hanya berkata pada pria itu bahwa dia akan pergi.“Aku tidak ingin mengganggu pengantin baru. Mereka butuh waktu berdua untuk saling mengenal.”“Anda sangat bijaksana, Nyonya,” sahut Weston dengan rasa hormat yang tidak berkurang sekalipun usianya jauh lebih tua.Tidak ada orang rumah selain Weston yang tahu bahwa Dahlia pergi. Dan Dahlia juga yakin tidak akan ada yang peduli.Namun di lubuk hatinya yang terdalam, Dahlia bertanya-tanya, apakah Kai akan mencarinya? Besar kemungkinan jawabannya adalah ya. Tapi Dahlia juga tahu maksud pria itu mencarinya adalah untuk mengatakan hal-hal menyakitkan lagi padanya.Dahlia tidak akan

    Last Updated : 2021-08-16
  • Mother In-Love   09. Tidak Bisa Menghindar

    Dahlia duduk di sebuah restoran yang baru pertama kali ini dia lihat. Sebuah restoran Jepang dengan konsep kayu dan kesederhanaan seperti di daerah pedesaan. Belum lagi dengan pemandangan yang disuguhkan dari jendela lebar memenuhi satu sisi dinding dan sengaja dibuka sehingga angin sepoi musim panas masuk ke dalam. Dahlia tidak menyangka bahwa investor pentingnya kali ini memintanya untuk bertemu di sini. Sebuah restoran yang baru dibuka, sangat jauh dari kesan mewah yang Dahlia biasa lihat. Dia berada di sebuah bilik khusus yang telah dipesankan oleh Jaden Miles. Dahlia merasa pernah mendengar nama itu di suatu tempat, tapi dia lupa di mana tepatnya. Dan sembari menunggu pria itu datang, Dahlia memainkan ponsel, mengecek sosial media dan website-website favorit. Saat pikirannya tengah tenggelam di dunia maya, pintu bilik itu terbuka, seseorang masuk. Dahlia buru-buru mengangkat pandangan dan melihat sosok yang kemudian duduk di hadapannya. Ked

    Last Updated : 2021-08-24
  • Mother In-Love   10. Keluar Restoran

    Apa pun yang Kai Ronan katakan selama lima belas menit setelahnya, hanya Dahlia tanggapi seadanya saja. Saat Kai mulai lagi mencoba untuk menggodanya dengan kata-kata pria itu yang blak-blakkan, Dahlia memilih untuk diam.“Bisa kah kita makan makan malamnya dengan tenang?”Kai tersenyum, sadar apa yang coba Dahlia perjuangkan. “Kau ingin menghindariku.”Dahlia diam.“Kalau kau melakukannya, aku akan semakin tertarik padamu.”“Aku ibu mertuamu, Ronan. Kau tidak perlu mengejarku. Kita akan bertemu pada makan malam rutin di setiap akhir pekan.”“Apakah itu sebuah isyarat lampu hijau yang aku dengar?”“Itu peringatan,” tukas Dahlia dingin.“Tidak masalah. Kita bisa mengendap-ngendap setelahnya saat semua orang sudah tidur.”Tubuh Dahlia langsung meremang. Dia tidak mengharapkan dirinya akan bereaksi demikian karena siapa pun tahu … yan

    Last Updated : 2021-08-30
  • Mother In-Love   11. Sandiwara

    Langkah Dahlia terasa berat. Dia hanya berharap bahwa dia tidak terlihat aneh dengan langakh robot itu. Dan semoga saja tidak ada yang menyadari kegugupannya.Dahlia berhenti di dekat meja Brianna dan menatap putri tirinya itu diikuti senyum. “Brianna, aku tidak tahu bahwa kau akan ada di sini,” kata Dahlia, terdengar ramah.Namun respon Brianna justru sebaliknya. Dia mendelikkan mata dan melirik pria di belakang Dahlia. Tubuh Dahlia menegang. Apakah Brianna menyadarinya? Apakah Brianna curiga pada pertemuan mereka malam ini.“Pekerjaan lagi?” ucap wanita itu. Dia tidak menunjukkannya pada Dahlia yang lebih dulu menyapanya, melainkan pada suaminya di belakang wanita itu.Dahlia sangat malu, apalagi tatapan dari teman-teman Brianna mulai semakin tertuju padanya.“Ya. Aku sudah mendengar bahwa akan ada pesta di sini malam ini. Pemiliknya adalah salah satu teman kampusmu, benar?” kata Kai. Suaranya terdengar jauh le

    Last Updated : 2021-09-01
  • Mother In-Love   12. Antar Pulang

    Dahlia sampai di mobilnya dan masuk. Saat dia baru saja hendak menyalakan mesin mobilnya. Tiba-tiba saja seseorang mengetuk kaca jendela di sebelahnya membuat Dahlia terperanjat. Dia menoleh, dan lebih terkejut lagi melihat Kai Ronan berdiri di sana.Dahlia benar-benar mematung untuk beberapa saat. Apa yang pria itu lakukan di sini dan bukannya dia masih di dalam restoran tadi saat Dahlia meninggalkannya?Mungkin ada sesuatu yang terjadi dengan Brianna, pikir Dahlia.Dia lantas membuka kaca mobilnya dan bertanya cepat, “Ada apa?” tanyanya. Ada raut khawatir yang tampak di wajahnya. “Apa Brianna baik-baik saja?”Kai yang baru saja membuka mulut hendak menjawab kembali menutupnya lagi karena apa yang dikatakan oleh Dahlia. “Ini bukan tentang Brianna,” katanya.“Lalu?”Kai menatap ke area parkiran dan menyahut, “Bisa kau buka mobilnya dan kita bicara di dalam? Orang-orang akan melihat.&rdquo

    Last Updated : 2021-09-02

Latest chapter

  • Mother In-Love   35. Menari Untuk Musik

    Terlalu ramai. Itu adalah pikiran pertama Dahlia sesaat setelah dia menapakkan kakinya di dalam, juga sedikit terkejut karena ternyata ruangan itu sangat luas dan diisi oleh manusia lebih banyak dari yang Dahlia kira.“Ada lagi di atas,” bisik Kai di dekat telinganya.Tapi tidak peduli seberapa ramai atau sesaknya tempat ini, entah kenapa Dahlia tidak merasa tertekan berada di sana. Dia menatap sekitarnya dengan penuh ketertarikan yang tampak dengan jelas di kedua mata hijaunya itu.Kai yang melihat Dahlia, tersenyum kecil. Dia menggiring Dahlia untuk duduk di meja bundar yang telah diisi oleh beberapa orang dan hanya terdapat tiga kursi kosong di sana dari tujuh. Dahlia tidak mengenal orang-orang ini, tapi suasana di sekitar mereka memberi tahu bahwa mereka tidak perlu saling mengenal untuk mendapatkan kesenangan bersama-sama, persis seperti yang Kai bilang.Dahlia duduk di sana, sementara Kai menunduk ke arahny

  • Mother In-Love   34. Pesisir Pantai

    Mereka berkendara menuju pesisir. Yang kemudian mempertemukan mereka dengan perbatasan jurang yang curam dan pantai. Kendaraan di sana semakin sedikit dan Dahlia tidak kuasa untuk tidak membuka kaca helmnya dan membiarkan angin yang kencang menerpa wajahnya.Senyum di bibir Dahlia melebar. Pelukannya pada Kai Ronan mengencang, merasakan perut rata dan keras milik pria itu di bawah tangannya.Motor melaju turun dari jalanan curam ke jalan tepat di dekat pantai, mereka hanya terpisah oleh birai besi di pinggir dan suara ombak mulai terdengar bersamaan dengan suara mesin motor.Dahlia terpaku menatap pemandangan di depannya, pada bulan dengan cahaya pucat yang menerpa air laut, seolah menebar bintang di bawahnya.Kai sepenuhnya mengerti dan segera memelankan laju motor supaya Dahlia bisa menikmati pemandangan indah itu lebih lama.Pemandangan yang mungkin bagi orang lain biasa saja, termasuk bagi Kai sendiri, tampak sangat berarti bagi wanita di belak

  • Mother In-Love   33. Pemandangan

    “Jadi maksudmu, kau bebas melakukan apa pun padaku?” Dahlia menatap pria di hadapannya penuh curiga.Dan Kai Ronan hanya menyengir. “Dan kau juga bebas melakukan apa pun padaku,” sahutnya dengan suara yang sengaja dipelankan seolah itu adalah rahasia mereka berdua.Mereka memang tengah menyimpan sebuah rahasia yang menurut Dahlia sangat berbahaya. Dan tidak ada yang bisa Dahlia lakukan untuk itu. Dia merasa seolah tidak memiliki kuasa apa pun mengenai hubungannya dengan Kai Ronan saat ini.Sejak awal memang hanya pria itu seorang yang memegang kendali.Dahlia terdiam cukup lama sembari mengalihkan pandang.Kai kemudian menangkupkan telapak tangannya yang besar dan hangat ke wajah Dahlia dan memaksa wanita itu untuk menatapnya. Manik mata zamrud dan hazel gelap itu saling menumbuk.Gestur lembut penuh afeksi tersebut membuat otak Dahlia tidak kuasa untuk tidak memikirkan hal apa yang akan terjadi pada mereka malam ini.

  • Mother In-Love   32. Kebebasan

    Bab 32 –“Aku rasa ini tidak benar, Ronan,” Dahlia berbisik rendah di belakang Kai Ronan yang dengan perlahan mengeluarkan motornya dari parkisan di bagasi. Pria itu naik dan memberikan Dahlia helm untuk wanita itu gunakan. Senyum miring tersemat di bibirnya kala melihat Dahlia memberengut tidak yakin.“Oh ayolah, kapan memang hal yang kita lakukan berdua itu benar?” cemoohnya.Itu adalah pernyataan telak yang tidak ingin Dahlia dengar, tapi memang faktanya begitu dan dia tidak bisa membantah. Dahlia menundukkan pandangannya menatap helm yang dia pegang. Keyakinannya untuk ikut tadi mendadak loncat entah ke mana.Kai Ronan yang menyadari itu menghela napas. Dia mengangkat dagu Dahlia agar tatapan mereka sejajar. Lalu Kai merunduk dan mengecup bibir wanita itu.“Untuk malam ini, mari kita lupakan siapa kita sebenarnya. Hubungan apa pun yang kita miliki, anggap tidak pernah ada. Aku, Kai Ronan, adalah orang asing b

  • Mother In-Love   31. Mengendap-ngendap

    Suara pekikan terkejut Dahlia memecah kesunyian malam.Kai yang mendarat dengan mulus langsung berdiri dan membekap mulut ibu mertuanya itu. “Ssst! Kau akan membangunkan para penghuni rumah.”“Nghmmmm!”“Apa?” Kai Ronan tersenyum geli dan mendekatkan telinganya ke wajah Dahlia.“Nghmm!”“Aku tidak mendengar—”Dahlia menepis tangan Kai Ronan darinya dan mendorong pria itu. “Apa yang kau lakukan?!” serunya dengan suara tertahan.Kai tertawa kecil, lalu bergerak mengambil alih cangkir di tangan Dahlia—yang isinya sudah tumpah ke lantai—dan meletakkan benda itu ke meja.Dahlia yang baru sadar hal itu segera mengelap tangannya yang basah ke baju tidurnya.“Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat,” kata Kai Ronan.“Ke mana?”“Kau mau ikut denganku?”Dahlia menggeleng tanpa pikir panjan

  • Mother In-Love   30. Di Balkon

    “Brianna.”“Ya, Mom?”“Kapan dia akan pergi dari sini?”Brianna mengernyit. bertanya-tanya apa maksud ibu mertuanya ini. “Siapa?” tanya Brianna heran.Dengan raut jijik di wajahnya, Mariska menjawab, “Ibu tirimu.”Brianna sontak menoleh ke belakang, melihat Dahlia berdiri di sana, yang ketika mata mereka bertemu wanita itu langsung memberikan senyum lebarnya.“Dia ....” Brianna mencoba menemukan kata-kata yang tepat untuk diucapkan. Dia memang berniat untuk menyingkirkan Dahlia, tapi kalau ditanya 'kapan', Brianna tidak bisa menjawab. “Untuk saat ini, dia akan tetap tinggal di kediaman Harrison, Mom.”“Oh, Ya Tuhan. Kau benar-benar kasihan, Anakku. Bagaimana bisa kau tahan dengan wanita dingin itu?”Entah kenapa, Brianna merasa sedikit disentil rasa jengkel oleh ucapan simpati ibu mertuanya itu. Karena bagaimana pun, Dahlia adalah ib

  • Mother In-Love   29. Perbedaan

    Memasang senyum ramah, Dahlia menghampiri Mariska."Mariska. Hai, selamat datang," sapa Dahlia dengan antusias. Dia membuka tangannya hendak melakukan salam basa basi untuk mengecup pipi wanita itu, tapi secara terang-terangan Mariska tidak menghiraukannya dan langsung menghampiri Brianna dengan antusias yang tidak dia tunjukkan saat berhadapan dengan Dahlia."Oh, lihatlah anak menantuku ini. Kau tampak cantik sekali.""Terima kasih, Mom," balas Brianna, kemudian memeluk ibu mertuanya pelan sebelum Mariska mengambil tempat duduk tepat di samping Dahlia.Dahlia juga kembali duduk di tempatnya tanpa mengatakan apa pun."Bagaimana perjalananmu kemari? Apa semuanya baik-baik saja?" Dahlia tidak menyerah dan mencoba menutupi rasa malunya dengan bertanya demikian, seolah apa yang Mariska lakukan tadi tidak mempermalukannya di hadapan Kai Ronan, Brianna, dan juga para pelayan yang ada di sana.Ah ya. Tidak hanya Dahlia, tapi juga anaknya sendiri Mariska

  • Mother In-Love   28. Makan Malam

    Penyesalan itu memang selalu datang di akhir. Tapi, karena Dahlia tahu bahwa tidak ada jalan keluar lain, dia mencoba untuk tidak terlalu memikirkannya. Apa yang dia dan Kai Ronan telah lakukan di perpustakaan tadi, biar saja menjadi rahasia gelapnya yang hanya mereka berdua tahu.Menyadari hal itu, menyadari dirinya kini telah melakukan sesuatu yang buruk secara sembunyi-sembunyi, membuat Dahlia merasa seperti sampah.Dia mencoba untuk berkonsentrasi pada makan malam ini dengan menarik napas dalam-dalam agar aroma makanan yang lezat tercium oleh hidungnya. Tapi bahkan dengan itu, nafsu makannya tidak meningkat."Ibuku akan sampai lima menit lagi."Tubuh Dahlia menegang saat mendengar suara itu di belakangnya. Dia tidak menoleh, tapi tahu bahwa Kai Ronan melangkah mendekat dan kemudian duduk di hadapannya. Dahlia menunduk, pura-pura memainkan ponselnya. Dia tidak kuasa menatap Kai lagi tanpa memikirkan kenikmatan yang telah pria itu berikan. Bahkan puncak dada Dahl

  • Mother In-Love   27. Penyerahan Dahlia

    Gairah dan adrenalinnya terpacu. Melakukan ini dengan Kai Ronan adalah sebuah kesalahan yang seharusnya dia hentikan. Tapi keyakinannya itu telah menghilang selama beberapa menit lalu sebelum ciuman pria itu menghilangkan pikiran rasionalnya yang ingin memberontak. Kini yang tersisa adalah penyerahan.Dahlia membalas perlakuan Kai Ronan sama besar. Mengecup bibirnya, melumatnya, dan memeluknya erat seolah kedekatan mereka saat ini tidak pernah cukup.Suara cecap bibir yang basah saling beradu memenuhi ruangan tempat mereka berada, buku-buku di perpustakaan itu seolah menjadi saksi bisu pada dua insan yang tengah dimabuk hasrat.Merasa tidak cukup hanya dengan menciumnya, Kai menggendong tubuh Dahlia dan membawanya ke sofa yang ada di sana. Sofa itu sedikit berdebu. Partikel-partikel kecil beterbangan di udara dan nampak di garis cahaya matahari sore yang masuk melalui jendela.Tubuhnya menindih Dahlia, meraup bibir ranum yang memerah dan terbuka

DMCA.com Protection Status