Beranda / Romansa / Mother In-Love / 07. Desakan Perasaan

Share

07. Desakan Perasaan

Penulis: Asia July
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-13 23:13:10

Dahlia benar-benar datang ke kamar Brianna dan seperti dugaannya, wanita itu tengah sibuk membereskan isi kopernya dibantu oleh seorang pelayan.

Diketuknya pintu perlahan untuk menarik perhatian mereka.

“Bolehkah aku bergabung membantu kalian?” ucap Dahlia, tersenyum ramah.

Si pelayan mendongak diam-diam menatap ke arah sang nona, seolah untuk meminta persetujuan.

“Yah, terserah kau saja,” sahut Brianna acuh.

Dahlia pun masuk dan ikut duduk di lantai di mana Brianna tengah mengeluarkan pakaiannya dari koper yang kemudian dirapikan oleh pelayan yang membantunya.

“Di mana Kai?”

Dahlia melirik Brianna, terdiam sesaat sebelum menjawab, “Masih di ruang makan.”

“Dia harus merapikan pakaiannya juga,” ucap Brianna.

Dahlia mengernyit, lalu menoleh pada sebuah koper berwarna hitam yang terletak di dekat ranjang. “Kenapa tidak kau lakukan itu untuk suamimu?” kata Dahlia.

Sesaat setelah dia mengatakan itu, Brianna memberikannya pandangan tidak suka. “Aku istrinya, bukan pembantunya.”

“Ya, tapi tidak ada salahnya juga ‘kan?”

“….” Brianna tidak menjawab.

Menyadari ucapannya sendiri yang mungkin terdengar tidak mengenakkan, Dahlia segera mengoreksi. “Maksudku, tidak ada salahnya untuk seorang istri membahagiakan suaminya. Sekalipun pernikahan kalian tidak dilandasi cinta, kalian tetap pasangan suami istri di mata hukum dan agama.”

“Apa sekarang kau tengah mengajariku tentang pernikahan, Ibu? Aku sangat yakin tidak membutuhkan ilmu apa pun darimu mengenai hal itu,” sindir Brianna.

Dahlia menunduk, menyembunyikan senyum ironinya. “Kau benar,” ucapnya sembari terkekeh.

Bagaimana bisa dia yang selama ini tidak memiliki pernikahan yang normal memberikan nasihat semacam itu kepada orang lain? Dahlia malu sekali, tapi dia menenangkan dirinya.

Setidaknya kau pernah mencoba menghibur Louis selama masa hidupnya. Menemaninya membaca buku dan membuatkannya teh bunga yang sangat dia sukai juga termasuk kebahagiaan, batin Dahlia pada dirinya sendiri. Sekalipun dia tidak tahu apakah upaya itu berhasil atau tidak.

“Kenapa tidak kau saja yang merapikannya?”

Awalnya Dahlia mengira ucapan itu ditujukan Brianna kepada pelayan yang ada bersama mereka di sana, tapi ketika melihat pandangan Brianna tertuju padanya, Dahlia sadar bahwa dirinyalah yang wanita itu maksud.

Lantas diliriknya koper itu. “Sir Ronan …,” gumamnya, tidak tahu harus bagaimana mengatakannya bahwa dia tidak ingin menyentuh barang-barang pria itu, atau apa pun yang menyangkut milik pria itu.

Bagaimana kalau di dalamnya terdapat sesuatu yang pribadi? Bukankah sebaiknya istrinya yang melakukan itu?

“Kau ibu mertuanya, tidak ada salahnya juga membantu anak menantumu sendiri.”

Entah kenapa, Dahlia merasa tidak nyaman setiap kali panggilan ibu mertua dan menantu dibawa-bawa. Dia selalu teringat akan dosa yang telah dia lakukan.

“Itu terkesan tidak sopan. Sir Ronan pasti tidak akan suka,” jawab Dahlia pada akhirnya, memberikan Brianna senyuman lembut dan berharap semoga dia mengerti. “Tapi kau lain. Kau istrinya,” lanjut Dahlia.

Dengan gerakan kasar, Brianna melempar bajunya dengan kasar ke lantai, mengungkapkan rasa kesalnya, tapi dia tidak mengatakan apa-apa setelah itu.

Kai Ronan tiba-tiba saja masuk ke kamar dan langsung duduk di sofa yang ada di kamar itu, memperhatikan dua wanita yang mendadak senyap. Satu menundukkan wajahnya, satunya lagi berwajah masam.

Dia duduk di sana selama dua wanita itu—ditambah seorang gadis pelayan—merapikan baju-baju ke dalam kloset dan lemari.

Saat semuanya sudah selesai, Dahlia berdiri dengan canggung di tengah ruangan. Brianna masuk bersama pelayannya ke kloset, meninggalkan Dahlia berdua di kamar dengan Kai Ronan yang masih di sana.

Kai bertanya padanya, nada suaranya terdengar serius. “Kau membutuhkan sesuatu, Ibu Mertua?” Dan dapat dilihatnya bahu Dahlia sedikit menegang. Wanita itu meliriknya sekilas, kemudian menggeleng.

“Aku sudah selesai. Aku akan kembali ke kamar. Selamat siang,” ucapnya dan bergegas melangkah keluar dari kamar Brianna dan menantunya.

Namun, saat dia hampir mencapai kamarnya sendiri, tiba-tiba saja tangannya ditarik, dan dia didorong masuk ke kamarnya oleh tubuh kekar yang tidak bisa dia lawan sedikit pun.

“Lepaskan aku!” seru Dahlia pada Kai Ronan yang berdiri di hadapannya dengan tatapan dingin. Dahlia mengernyit marah sekaligus bingung akan maksud pria itu. “Apa maumu?!” tukasnya.

“Seharusnya kau berhenti mencoba mendekati anak tirimu yang bermulut pedas itu. Dia jelas-jelas lebih suka kau tidak ada di pandangannya,” ucap Kai, suaranya terdengar rendah dan berat, juga terdapat amarah yang terselip di sana.

Kernyitan di dahi Dahlia semakin dalam. “Kau tidak berhak mengaturku,” balasnya.

“Oh ya? Apakah kau lupa tentang apa yang kita lakukan malam itu? Secepat itukah kau melupakan kenikmatan yang kita bagi bersama?”

“Sir Ronan!”

“Kau memanggilku Sir Ronan sekarang, padahal saat itu kau meneriaki namaku dengan sangat lantang saat mencapai pelepasanmu. Apa kau ingat?” Kai semakin menipiskan jarak di antara mereka.

Sementara Dahlia langsung mengalihkan pandangnya dengan cepat saat tatapan pria itu terasa semakin intens tertuju padanya.

“Aku … tidak ingat,” cicit Dahlia pelan. “Malam itu aku mabuk berat dan bagaimana aku bisa tahu atau sadar siapa kau dan apa yang kita lakukan?” lanjutnya.

Sebuah senyum miring terbit di sudut bibir Kai Ronan. Dia memajukan wajahnya dan berbisik di telinga Dahlia, sengaja menyentukan bibirnya ke bagian itu dengan seringan bulu dan dia berbisik, “Apa kau yakin?”

Dahlia merasakan gelenyar aneh menyebar ke seluruh tubuhnya, dan membuat punggungnya nyaris memberontak untuk menjauh dari pintu dan mendekati pria itu, menempelkan tubuh mereka berdua.

Saat Dahlia sadar dengan pikirannya sendiri, dia mencoba untuk mendorong Kai dari hadapannya, tapi tenaganya yang tidak seberapa tidak berhasil membuat pria itu menjauh bahkan seinci pun.

Kai Ronan tertawa. “Perlukah kita melakukannya ulang untuk menyegarkan ingatanmu, Ibu Mertua?”

“Jangan macam-macam! Brianna ada di sini.”

Namun alih-alih menjauh, tatapan mata pria itu justru terasa semakin tegas dan dalam. Ada kernyitan samar di dahinya dan ekspresinya menyatakan seolah dia tengah memikirkan sesuatu yang rumit.

“Bagaimana perasaanmu saat berbicara dengan anakmu sendiri, yang suaminya telah kau tiduri itu, Dahlia?”

Dahlia menggigit bagian dalam bibirnya dengan keras. Pandangannya tidak beralih, dia ingin tahu apa maksud Kai Ronan menanyakan hal itu padanya.

“Bagaimana bisa kau menghadapinya setelah dosa kotor yang kau lakukan di belakangnya?” kata Kai lagi.

Dahlia melotot terkejut karena amarah dan juga rasa malu. “He-hentikan!”

Tapi Kai semakin mendesak. “Apakah kau senang? Apakah kau menyukai sensasi itu? Apakah puas rasanya menghukum anakmu yang tidak bisa diatur dengan tidur bersama suaminya?”

“Hentikan!” seru Dahlia dengan lebih lantang. Matanya berkaca-kaca dan kedua tangannya di dada Kai—yang dia gunakan untuk mendorong pria itu—terkepal dengan erat.

“Apa yang harus aku hentikan? Sekalipun aku tidak mengucapkannya lagi nyatanya kau masih memiliki fantasi itu dalam dirimu. Iya ‘kan, Dahlia?”

Air mata mengalir dengan deras di kedua pipi Dahlia yang memerah. Matanya terpejam, tidak kuasa menahan tekanan yang Kai berikan padanya.

Namun alih-alih menjauh, pria itu justru menariknya ke dalam pelukan dan berbisik dengan lembut di atas kepalanya. “Oh, ibu mertuaku yang manis. Apa yang harus aku lakukan padamu?”

***

Bab terkait

  • Mother In-Love   08. Hadiah Untuk Istri

    Pergi.Itulah yang akan Dahlia lakukan.Pergi sejauhnya dari apa pun yang membuatnya terbelenggu di tempat ini. Hanya sesaat, lalu setelah itu dia akan kembali setelah berhasil menguasai dirinya.Saat Dahlia berjalan terburu-buru pada tengah malam dan disaksikan oleh Weston, Dahlia hanya berkata pada pria itu bahwa dia akan pergi.“Aku tidak ingin mengganggu pengantin baru. Mereka butuh waktu berdua untuk saling mengenal.”“Anda sangat bijaksana, Nyonya,” sahut Weston dengan rasa hormat yang tidak berkurang sekalipun usianya jauh lebih tua.Tidak ada orang rumah selain Weston yang tahu bahwa Dahlia pergi. Dan Dahlia juga yakin tidak akan ada yang peduli.Namun di lubuk hatinya yang terdalam, Dahlia bertanya-tanya, apakah Kai akan mencarinya? Besar kemungkinan jawabannya adalah ya. Tapi Dahlia juga tahu maksud pria itu mencarinya adalah untuk mengatakan hal-hal menyakitkan lagi padanya.Dahlia tidak akan

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-16
  • Mother In-Love   09. Tidak Bisa Menghindar

    Dahlia duduk di sebuah restoran yang baru pertama kali ini dia lihat. Sebuah restoran Jepang dengan konsep kayu dan kesederhanaan seperti di daerah pedesaan. Belum lagi dengan pemandangan yang disuguhkan dari jendela lebar memenuhi satu sisi dinding dan sengaja dibuka sehingga angin sepoi musim panas masuk ke dalam. Dahlia tidak menyangka bahwa investor pentingnya kali ini memintanya untuk bertemu di sini. Sebuah restoran yang baru dibuka, sangat jauh dari kesan mewah yang Dahlia biasa lihat. Dia berada di sebuah bilik khusus yang telah dipesankan oleh Jaden Miles. Dahlia merasa pernah mendengar nama itu di suatu tempat, tapi dia lupa di mana tepatnya. Dan sembari menunggu pria itu datang, Dahlia memainkan ponsel, mengecek sosial media dan website-website favorit. Saat pikirannya tengah tenggelam di dunia maya, pintu bilik itu terbuka, seseorang masuk. Dahlia buru-buru mengangkat pandangan dan melihat sosok yang kemudian duduk di hadapannya. Ked

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-24
  • Mother In-Love   10. Keluar Restoran

    Apa pun yang Kai Ronan katakan selama lima belas menit setelahnya, hanya Dahlia tanggapi seadanya saja. Saat Kai mulai lagi mencoba untuk menggodanya dengan kata-kata pria itu yang blak-blakkan, Dahlia memilih untuk diam.“Bisa kah kita makan makan malamnya dengan tenang?”Kai tersenyum, sadar apa yang coba Dahlia perjuangkan. “Kau ingin menghindariku.”Dahlia diam.“Kalau kau melakukannya, aku akan semakin tertarik padamu.”“Aku ibu mertuamu, Ronan. Kau tidak perlu mengejarku. Kita akan bertemu pada makan malam rutin di setiap akhir pekan.”“Apakah itu sebuah isyarat lampu hijau yang aku dengar?”“Itu peringatan,” tukas Dahlia dingin.“Tidak masalah. Kita bisa mengendap-ngendap setelahnya saat semua orang sudah tidur.”Tubuh Dahlia langsung meremang. Dia tidak mengharapkan dirinya akan bereaksi demikian karena siapa pun tahu … yan

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-30
  • Mother In-Love   11. Sandiwara

    Langkah Dahlia terasa berat. Dia hanya berharap bahwa dia tidak terlihat aneh dengan langakh robot itu. Dan semoga saja tidak ada yang menyadari kegugupannya.Dahlia berhenti di dekat meja Brianna dan menatap putri tirinya itu diikuti senyum. “Brianna, aku tidak tahu bahwa kau akan ada di sini,” kata Dahlia, terdengar ramah.Namun respon Brianna justru sebaliknya. Dia mendelikkan mata dan melirik pria di belakang Dahlia. Tubuh Dahlia menegang. Apakah Brianna menyadarinya? Apakah Brianna curiga pada pertemuan mereka malam ini.“Pekerjaan lagi?” ucap wanita itu. Dia tidak menunjukkannya pada Dahlia yang lebih dulu menyapanya, melainkan pada suaminya di belakang wanita itu.Dahlia sangat malu, apalagi tatapan dari teman-teman Brianna mulai semakin tertuju padanya.“Ya. Aku sudah mendengar bahwa akan ada pesta di sini malam ini. Pemiliknya adalah salah satu teman kampusmu, benar?” kata Kai. Suaranya terdengar jauh le

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-01
  • Mother In-Love   12. Antar Pulang

    Dahlia sampai di mobilnya dan masuk. Saat dia baru saja hendak menyalakan mesin mobilnya. Tiba-tiba saja seseorang mengetuk kaca jendela di sebelahnya membuat Dahlia terperanjat. Dia menoleh, dan lebih terkejut lagi melihat Kai Ronan berdiri di sana.Dahlia benar-benar mematung untuk beberapa saat. Apa yang pria itu lakukan di sini dan bukannya dia masih di dalam restoran tadi saat Dahlia meninggalkannya?Mungkin ada sesuatu yang terjadi dengan Brianna, pikir Dahlia.Dia lantas membuka kaca mobilnya dan bertanya cepat, “Ada apa?” tanyanya. Ada raut khawatir yang tampak di wajahnya. “Apa Brianna baik-baik saja?”Kai yang baru saja membuka mulut hendak menjawab kembali menutupnya lagi karena apa yang dikatakan oleh Dahlia. “Ini bukan tentang Brianna,” katanya.“Lalu?”Kai menatap ke area parkiran dan menyahut, “Bisa kau buka mobilnya dan kita bicara di dalam? Orang-orang akan melihat.&rdquo

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • Mother In-Love   13. Tetangga

    MIL 13 – TetanggaBenar seperti dugaan Dahlia selama di perjalanan tadi. Bahwa arah apartemen Kai Ronan, persis sama seperti arah menuju apartemennya sendiri. Yang artinya, mereka tinggal di satu gedung apartemen yang sama. Saat mobil Dahlia telah sampai di pelataran apartemen itu, dia terdiam, mengetuk-ngetukkan jarinya di kemudi.“Kenapa diam?” tanya Kai. “Ayo masuk. Kau tidak mungkin menurunkanku di sini, kan?”Dahlia mendelik padanya. “Kau sengaja?”Kai terkekeh geli. “Ini hanya suatu kebetulan saja, Ibu Mertua. Atau kau mau aku menyebutnya takdir? Jarang sekali ada ibu mertua dan menantu yang kebetulan tinggal di satu apartemen yang sama.”“Di satu gedung apartemen yang sama,” Dahlia melarat, dengan nada penuh penekanan.Itu membuat Kai tertawa lagi. “Baiklah. Ayo masuk.”Dengan sangat berat hati, Dahlia menyalakan kembali mobilnya dan memasuki

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • Mother In-Love   14. Jatuh Sakit

    “Ini tentang hubungan kita. Kalau kau setuju, aku akan melakukan apa yang kau inginkan, Dahlia,” kata Kai. Dan itu sukses membuat Dahlia berhenti.Tentu saja dia melihat ucapan Kai itu sebagai sebuah jalan keluar baginya mengakhiri semua masalah ini.Sehingga kedua tangan Dahlia pun melemas dan Kai Ronan berhasil mendorong benda keras itu. Dia masuk, lalu menutup pintu di belakangnya.Dahlia menatapnya, menunggu. “Katakan sekarang!”“Ck! Ck! Tidak sopan sekali,” gumam Kai, lalu masuk ke dalam tanpa menunggu Dahlia mempersilakannya, karena wanita itu tidak mungkin akan membiarkannya masuk lebih jauh.Kai duduk di sofa berwarna hijau tua yang terletak di tengah-tengah ruangan. Perpaduan hijau gelap, putih, dan beberapa ukiran dan benda hiasan berwarna emas dalam interior apartemen ini benar-benar membuat pandangan segar.“Aku mengerti. Kau menyukai kemewahan,” komentar Kai.“…

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • Mother In-Love   15. Hadiah Istimewa

    Kai membawa Dahlia ke kamarnya. Menurunkan wanita itu ke atas ranjang. Lalu dia bergerak cepat untuk melakukan pertolongan pertama menurunkan demam pada tubuh wanita itu. Bagaimana bisa dia tidak menyadarinya sedari tadi.Padahal Dahlia sudah menunjukkannya dengan jelas. Kata-katanya di restoran tadi buktinya, dia bilang hendak istirahat karena merasa kelelahan, tapi Kai justru mengabaikannya.Mengambil air hangat menggunakan mangkuk dan handuk kecil di kamar mandi, Kai kembali ke ranjang, duduk di samping Dahlia dan mulai mengompres dahinya. Setelah itu, Kai bergerak melepaskan sepatu wanita itu.Tubuh seorang Kai Ronan mematung saat pandangannya berlabuh ke arah stoking hitam yang membalut kaki jenjang nan indah milik wanita di hadapannya. Dahlia mengenakan baju terusan berwarna krim, stoking hitam, dan sepatu berhak rendah. Penampilannya selalu tampak formal sekaligus anggun.Kai tidak terlalu memperhatikannya tadi, namun Dahlia malam ini tampak sangat

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02

Bab terbaru

  • Mother In-Love   35. Menari Untuk Musik

    Terlalu ramai. Itu adalah pikiran pertama Dahlia sesaat setelah dia menapakkan kakinya di dalam, juga sedikit terkejut karena ternyata ruangan itu sangat luas dan diisi oleh manusia lebih banyak dari yang Dahlia kira.“Ada lagi di atas,” bisik Kai di dekat telinganya.Tapi tidak peduli seberapa ramai atau sesaknya tempat ini, entah kenapa Dahlia tidak merasa tertekan berada di sana. Dia menatap sekitarnya dengan penuh ketertarikan yang tampak dengan jelas di kedua mata hijaunya itu.Kai yang melihat Dahlia, tersenyum kecil. Dia menggiring Dahlia untuk duduk di meja bundar yang telah diisi oleh beberapa orang dan hanya terdapat tiga kursi kosong di sana dari tujuh. Dahlia tidak mengenal orang-orang ini, tapi suasana di sekitar mereka memberi tahu bahwa mereka tidak perlu saling mengenal untuk mendapatkan kesenangan bersama-sama, persis seperti yang Kai bilang.Dahlia duduk di sana, sementara Kai menunduk ke arahny

  • Mother In-Love   34. Pesisir Pantai

    Mereka berkendara menuju pesisir. Yang kemudian mempertemukan mereka dengan perbatasan jurang yang curam dan pantai. Kendaraan di sana semakin sedikit dan Dahlia tidak kuasa untuk tidak membuka kaca helmnya dan membiarkan angin yang kencang menerpa wajahnya.Senyum di bibir Dahlia melebar. Pelukannya pada Kai Ronan mengencang, merasakan perut rata dan keras milik pria itu di bawah tangannya.Motor melaju turun dari jalanan curam ke jalan tepat di dekat pantai, mereka hanya terpisah oleh birai besi di pinggir dan suara ombak mulai terdengar bersamaan dengan suara mesin motor.Dahlia terpaku menatap pemandangan di depannya, pada bulan dengan cahaya pucat yang menerpa air laut, seolah menebar bintang di bawahnya.Kai sepenuhnya mengerti dan segera memelankan laju motor supaya Dahlia bisa menikmati pemandangan indah itu lebih lama.Pemandangan yang mungkin bagi orang lain biasa saja, termasuk bagi Kai sendiri, tampak sangat berarti bagi wanita di belak

  • Mother In-Love   33. Pemandangan

    “Jadi maksudmu, kau bebas melakukan apa pun padaku?” Dahlia menatap pria di hadapannya penuh curiga.Dan Kai Ronan hanya menyengir. “Dan kau juga bebas melakukan apa pun padaku,” sahutnya dengan suara yang sengaja dipelankan seolah itu adalah rahasia mereka berdua.Mereka memang tengah menyimpan sebuah rahasia yang menurut Dahlia sangat berbahaya. Dan tidak ada yang bisa Dahlia lakukan untuk itu. Dia merasa seolah tidak memiliki kuasa apa pun mengenai hubungannya dengan Kai Ronan saat ini.Sejak awal memang hanya pria itu seorang yang memegang kendali.Dahlia terdiam cukup lama sembari mengalihkan pandang.Kai kemudian menangkupkan telapak tangannya yang besar dan hangat ke wajah Dahlia dan memaksa wanita itu untuk menatapnya. Manik mata zamrud dan hazel gelap itu saling menumbuk.Gestur lembut penuh afeksi tersebut membuat otak Dahlia tidak kuasa untuk tidak memikirkan hal apa yang akan terjadi pada mereka malam ini.

  • Mother In-Love   32. Kebebasan

    Bab 32 –“Aku rasa ini tidak benar, Ronan,” Dahlia berbisik rendah di belakang Kai Ronan yang dengan perlahan mengeluarkan motornya dari parkisan di bagasi. Pria itu naik dan memberikan Dahlia helm untuk wanita itu gunakan. Senyum miring tersemat di bibirnya kala melihat Dahlia memberengut tidak yakin.“Oh ayolah, kapan memang hal yang kita lakukan berdua itu benar?” cemoohnya.Itu adalah pernyataan telak yang tidak ingin Dahlia dengar, tapi memang faktanya begitu dan dia tidak bisa membantah. Dahlia menundukkan pandangannya menatap helm yang dia pegang. Keyakinannya untuk ikut tadi mendadak loncat entah ke mana.Kai Ronan yang menyadari itu menghela napas. Dia mengangkat dagu Dahlia agar tatapan mereka sejajar. Lalu Kai merunduk dan mengecup bibir wanita itu.“Untuk malam ini, mari kita lupakan siapa kita sebenarnya. Hubungan apa pun yang kita miliki, anggap tidak pernah ada. Aku, Kai Ronan, adalah orang asing b

  • Mother In-Love   31. Mengendap-ngendap

    Suara pekikan terkejut Dahlia memecah kesunyian malam.Kai yang mendarat dengan mulus langsung berdiri dan membekap mulut ibu mertuanya itu. “Ssst! Kau akan membangunkan para penghuni rumah.”“Nghmmmm!”“Apa?” Kai Ronan tersenyum geli dan mendekatkan telinganya ke wajah Dahlia.“Nghmm!”“Aku tidak mendengar—”Dahlia menepis tangan Kai Ronan darinya dan mendorong pria itu. “Apa yang kau lakukan?!” serunya dengan suara tertahan.Kai tertawa kecil, lalu bergerak mengambil alih cangkir di tangan Dahlia—yang isinya sudah tumpah ke lantai—dan meletakkan benda itu ke meja.Dahlia yang baru sadar hal itu segera mengelap tangannya yang basah ke baju tidurnya.“Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat,” kata Kai Ronan.“Ke mana?”“Kau mau ikut denganku?”Dahlia menggeleng tanpa pikir panjan

  • Mother In-Love   30. Di Balkon

    “Brianna.”“Ya, Mom?”“Kapan dia akan pergi dari sini?”Brianna mengernyit. bertanya-tanya apa maksud ibu mertuanya ini. “Siapa?” tanya Brianna heran.Dengan raut jijik di wajahnya, Mariska menjawab, “Ibu tirimu.”Brianna sontak menoleh ke belakang, melihat Dahlia berdiri di sana, yang ketika mata mereka bertemu wanita itu langsung memberikan senyum lebarnya.“Dia ....” Brianna mencoba menemukan kata-kata yang tepat untuk diucapkan. Dia memang berniat untuk menyingkirkan Dahlia, tapi kalau ditanya 'kapan', Brianna tidak bisa menjawab. “Untuk saat ini, dia akan tetap tinggal di kediaman Harrison, Mom.”“Oh, Ya Tuhan. Kau benar-benar kasihan, Anakku. Bagaimana bisa kau tahan dengan wanita dingin itu?”Entah kenapa, Brianna merasa sedikit disentil rasa jengkel oleh ucapan simpati ibu mertuanya itu. Karena bagaimana pun, Dahlia adalah ib

  • Mother In-Love   29. Perbedaan

    Memasang senyum ramah, Dahlia menghampiri Mariska."Mariska. Hai, selamat datang," sapa Dahlia dengan antusias. Dia membuka tangannya hendak melakukan salam basa basi untuk mengecup pipi wanita itu, tapi secara terang-terangan Mariska tidak menghiraukannya dan langsung menghampiri Brianna dengan antusias yang tidak dia tunjukkan saat berhadapan dengan Dahlia."Oh, lihatlah anak menantuku ini. Kau tampak cantik sekali.""Terima kasih, Mom," balas Brianna, kemudian memeluk ibu mertuanya pelan sebelum Mariska mengambil tempat duduk tepat di samping Dahlia.Dahlia juga kembali duduk di tempatnya tanpa mengatakan apa pun."Bagaimana perjalananmu kemari? Apa semuanya baik-baik saja?" Dahlia tidak menyerah dan mencoba menutupi rasa malunya dengan bertanya demikian, seolah apa yang Mariska lakukan tadi tidak mempermalukannya di hadapan Kai Ronan, Brianna, dan juga para pelayan yang ada di sana.Ah ya. Tidak hanya Dahlia, tapi juga anaknya sendiri Mariska

  • Mother In-Love   28. Makan Malam

    Penyesalan itu memang selalu datang di akhir. Tapi, karena Dahlia tahu bahwa tidak ada jalan keluar lain, dia mencoba untuk tidak terlalu memikirkannya. Apa yang dia dan Kai Ronan telah lakukan di perpustakaan tadi, biar saja menjadi rahasia gelapnya yang hanya mereka berdua tahu.Menyadari hal itu, menyadari dirinya kini telah melakukan sesuatu yang buruk secara sembunyi-sembunyi, membuat Dahlia merasa seperti sampah.Dia mencoba untuk berkonsentrasi pada makan malam ini dengan menarik napas dalam-dalam agar aroma makanan yang lezat tercium oleh hidungnya. Tapi bahkan dengan itu, nafsu makannya tidak meningkat."Ibuku akan sampai lima menit lagi."Tubuh Dahlia menegang saat mendengar suara itu di belakangnya. Dia tidak menoleh, tapi tahu bahwa Kai Ronan melangkah mendekat dan kemudian duduk di hadapannya. Dahlia menunduk, pura-pura memainkan ponselnya. Dia tidak kuasa menatap Kai lagi tanpa memikirkan kenikmatan yang telah pria itu berikan. Bahkan puncak dada Dahl

  • Mother In-Love   27. Penyerahan Dahlia

    Gairah dan adrenalinnya terpacu. Melakukan ini dengan Kai Ronan adalah sebuah kesalahan yang seharusnya dia hentikan. Tapi keyakinannya itu telah menghilang selama beberapa menit lalu sebelum ciuman pria itu menghilangkan pikiran rasionalnya yang ingin memberontak. Kini yang tersisa adalah penyerahan.Dahlia membalas perlakuan Kai Ronan sama besar. Mengecup bibirnya, melumatnya, dan memeluknya erat seolah kedekatan mereka saat ini tidak pernah cukup.Suara cecap bibir yang basah saling beradu memenuhi ruangan tempat mereka berada, buku-buku di perpustakaan itu seolah menjadi saksi bisu pada dua insan yang tengah dimabuk hasrat.Merasa tidak cukup hanya dengan menciumnya, Kai menggendong tubuh Dahlia dan membawanya ke sofa yang ada di sana. Sofa itu sedikit berdebu. Partikel-partikel kecil beterbangan di udara dan nampak di garis cahaya matahari sore yang masuk melalui jendela.Tubuhnya menindih Dahlia, meraup bibir ranum yang memerah dan terbuka

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status