Home / Romansa / Mother In-Love / 06. Makan Siang

Share

06. Makan Siang

Author: Asia July
last update Last Updated: 2021-08-13 23:11:47

Setelah meyakinkan dirinya cukup lama, Dahlia akhirnya keluar dari kamar dan turun untuk makan siang. Jantungnya berdetak dengan sangat kencang saat membayangkan wajah Kai Ronan. Dan dia juga merasakan perutnya seolah dijungkirbalikkan karena menyadari bahwa Brianna akan ada di sana bersama mereka.

Dahlia belum siap oleh pertanyaan apa pun. Dan kemungkinan Brianna akan bertanya ke mana Dahlia pergi selama pesta pernikahannya berlangsung.

“Maaf. Apa kalian menunggu lama?” kata Dahlia setelah dia menarik kursinya dan duduk. Kai tengah sibuk dengan layar ponselnya dan duduk dengan jarak satu kursi dari Dahlia, sementara Brianna ada di depannya.

“Aku tidak menunggumu. Makanannya belum siap,” sahut Brianna, suaranya terdengar dingin dan sikapnya tampak lebih acuh dari sebelumnya.

Dahlia menyadari, bahwa dia telah menyia-nyiakan usahanya selama ini untuk dekat dengan Brianna hanya karena satu hari yang dia kacaukan. Masalahnya, satu hari itu adalah hari terpenting bagi Brianna.

Mereka bertiga pun tidak lagi bersuara. Dahlia melirik Kai yang masih sibuk dengan ponselnya. Terdapat kerutan samar di dahi pria itu yang menandakan bahwa dia tengah tenggelam dengan pikirannya. Apa pun yang tengah pria itu pikirkan, Dahlia tidak akan peduli.

Kini dia harus fokus melawan rasa tidak nyamannya dan membangun hubungan yang baik dengan putrinya lagi, dengan mengesampingkan perasaan bersalah dan berdosanya yang besar.

“Hm, ngomong-ngomong aku belum sempat mengucapkannya. Selamat atas pernikahan kalian,” ucap Dahlia dengan tulus, tapi Brianna hanya melengos seolah tidak mendengar ucapannya.

Saat dia pikir bahwa dia sepenuhnya diabaikan, tiba-tiba saja Kai Ronan menyahut, “Terima kasih, Ibu Mertua. Itu sangat berarti bagi kami.”

Pria itu tersenyum, lesung pipit samar terdapat di samping bibirnya. Tapi tetap saja, baik ucapan mau pun senyuman pria itu, tidak ada yang tulus.

“Aku tidak melihatmu terlalu senang dengan pernikahan itu. Jadi tidak perlu repot-repot memberi selamat.”

Dahlia langsung menoleh pada Brianna yang tengah menatap dingin padanya dan Dahlia balas menatapnya tidak mengerti.

“Apa maksudmu, Brie? Tentu saja aku senang dan turut bahagia dengan pernikahanmu,” sanggah Dahlia.

Brianna tertawa mendengarnya. “Dari mana aku bisa tahu kau mengatakan yang sebenarnya, Ibu? Kau mungkin sibuk bermesraan di suatu tempat dengan kekasih gelapmu alih-alih menghadiri acara pernikahan putrimu sendiri.” 

Dahlia tersentak dengan ucapan Brianna itu. Apa maksudnya kekasih gelap? Jantung Dahlia yang semula sudah berdetak kencang kini semakin dendram mengetuk dadanya. Dia menoleh ke samping dan mendapati Kai Ronan juga tengah menatapnya dan pria itu seolah mengatakan tanpa kata; meminta penjelasan pada Dahlia.

Ini bukan pertama kalinya Brianna menuduhnya berselingkuh dari ayah wanita itu. Tapi entah kenapa, tuduhan kali ini terasa lebih menyakitkan dan lebih menohok dari yang Dahlia kira.

Bagaimana kalau sebenarnya Brianna sudah tahu? Dan yang dia maksud kekasih gelap itu adalah Kai Ronan?

Sekali lagi Dahlia menatap dua orang itu dan mempercayai instingnya; Brianna belum tahu dan Kai Ronan tidak memberi tahu siapa pun.

“Brianna, kau tidak seharusnya mengatakan itu kepada ibumu sendiri.” Kai Ronan menegur istrinya.

“Dan kau tidak seharusnya ikut campur,” sahut Brianna.

Kai menghela napas. Dia sudah mengenal Brianna selama lebih dari satu bulan dan sudah menyadari kalau sikap wanita itu terkadang memang sedikit kekanakkan, tapi Kai tidak pernah menaruh peduli sampai sekarang.

Sangat jelas terlihat bahwa Dahlia tersakiti oleh ucapan putri tirinya itu, dan Kai tidak suka melihatnya. Namun, alih-alih membalas Brianna dengan ucapan sinis lainnya, Dahlia justru memasang senyum. Itu membuat Kai tertegun.

“Tidak apa-apa, Sir Ronan. Sebenarnya alasan aku pergi dari pesta pernikahan kalian hari itu adalah karena aku sakit. Aku tidak ingin merepotkan siapa pun jadi aku meminta Kaira, asistenku, untuk mengantarku pulang ke apartemen. Sekali lagi, maafkan aku,” kata Dahlia, menjelaskan.

“Banyak rumor yang tercipta hari itu karena kepergianmu yang mendadak.”

“Oh, maafkan aku. Aku memang tidak seharusnya melakukan itu. Akan aku tangani semua rumor tidak mengenakkan itu dan aku-“

“Makanan sudah siap,” potong Kai Ronan, suaranya terdengar jengkel.

Dahlia menunduk. Dia tahu bahwa kebanyakan orang memang tidak suka mendengar alasan yang berbelit-belit. Jadi dia pun tidak lagi bersuara tepat ketika pelayan datang dan menyajikan makanan ke hadapannya.

Mendadak setelah itu suasana meja makan menjadi hening.

Dahlia memfokuskan diri menyantap makanannya agar cepat habis, tapi selera makannya telah hilang entah ke mana semenjak dia menginjakkan kaki ke ruangan ini.

Selama pernikahannya dengan Louis Harrison, Dahlia telah menerima banyak hinaan, cacian, dan berbagai macam tuduhan yang bahkan datang dari orang-orang terdekatnya seperti brianna. Hanya Louis seorang yang menerima kehadiran gadis miskin seperti Dahlia masuk ke dalam keluarga ini. Bagaimana Dahlia tidak menyayangi suaminya itu? Walau rasa sayangnya lebih seperti rasa sayang kepada keluarga, bukan kepada seorang pria.

Dan selama ini, Dahlia hanya mampu menahan semua itu dan lama kelamaan terbiasa untuk mengabaikannya. Kecuali, brianna. Karena selama ini Dahlia juga mencoba untuk menyayangi Brianna, ucapan wanita itu terdengar lebih menyakitkan di hatinya.

Tapi Dahlia tidak pernah menyerah untuk mengambil hati Brianna. Dia pernah melihat Brianna sakit, sedih, menangis, bahkan terpuruk. Dia pernah menyaksikan wanita itu di titik terendahnya, tapi Dahlia tidak melakukan apa pun selain melihat. Itu kenapa selama ini dia merasa bersalah dan berusaha untuk menebusnya dengan menyayangi wanita itu dengan tulus. Rasa sayang seorang ibu yang pasti sudah sangat Brianna rindukan.

Namun sepertinya, kini Dahlia telah gagal.

Karena ibu mana yang begitu tidak berhati tidur dengan menantunya sendiri? Sekalipun itu terjadi dengan ketidaksengajaan, tapi tetap saja tidak merubah fakta bahwa dia telah melakukannya dan kini merasa berdosa karenanya.

Brianna selesai lebih dulu dan langsung bangkit dari duduknya, tanpa mengatakan apa pun dia pergi begitu saja.

Dahlia juga memutuskan bahwa dia telah selesai. Dia hendak menyusul Brianna untuk membantunya merapikan isi koper yang pasti belum dia rapikan.

Saat Dahlia berdiri dari kursinya, tangannya ditahan oleh Kai Ronan. Dahlia menatap tempat pria itu menyentuhnya dan merasa seolah kulitnya terbakar. Dia buru-buru melepaskan diri.

“Apa?” tukasnya cepat.

Kai Ronan memberikannya tatapan dalam. “Kau akan menyusul Brianna?” tanyanya.

Tanpa pikir panjang, Dahlia mengangguk. Kai menghela napas, lalu menarik Dahlia kembali duduk di kursinya.

“Sebaiknya habiskan makananmu lebih dulu,” katanya.

Dahlia mengernyit. Dia tidak suka dengan nada memerintah yang terdengar di suara pria itu. Seolah mereka sudah cukup dekat dengan diri masing-masing, seolah Dahlia adalah miliknya. Dan sekalipun Kai Ronan memilikinya—yang tidak akan pernah terjadi—Dahlia tidak suka diperintah-perintah, terlebih oleh pria itu.

“Mungkin yang dikatakan oleh Brianna benar, bahwa kau sebaiknya tidak usah ikut campur.”

“Kenapa begitu?” tanya Kai tenang, sama sekali tidak terdengar tersinggung.

Dan oleh karena pertanyaannya, Dahlia tidak tahu harus menjawab apa. Tapi yang pasti, Dahlia tidak suka Kai bersikap seolah mereka begitu dekat dan seolah pria itu telah mengenalnya luar dalam.

Dan Dahlia juga tidak menyukai tatapan dalam dan intens pria itu, yang menatapnya seolah bisa langsung melihat ke dalam jiwanya.

Dahlia menghindar, berdiri dengan tatapan berang. “Sir Ronan, apa kau pikir bisa melakukan ini padaku hanya karena kita pernah—“

Menyadari apa yang hendak keluar dari mulutnya, Dahlia langsung menutup bibirnya karena terkejut dengan ucapannya sendiri yang hampir saja mengatakan rahasia tergelapnya secara lantang.

Dia lantas mengedarkan pandang, berharap tidak ada satu pun orang yang melihat apalagi mendengar.

“Apa? Hanya karena kita pernah melakukan apa?” Kai Ronan menyahut dengan nada tenang yang sama.

Dahlia lantas menunduk, menatap pria itu dan bertanya-tanya apa mendadak Kai lupa dengan apa yang telah mereka lakukan malam itu?

“Hal apa yang pernah kita lakukan bersama, Ibu Mertua?”

Dahlia menarik kembali pikirannya yang sempat mengira pria ini lupa. Dari cara Kai Ronan menyebutnya Ibu Mertua, Dahlia tahu bahwa dia tengah mempermainkannya. Jadi Dahlia pun memutuskan untuk meninggalkan pria itu.

Di luar pintu ruang makan, Weston berdiri bersama pelayan lain yang seolah sudah berdiri di sana selama beberapa saat untuk menunggu masuk.

Dahlia hampir dibuat tersentak karena saking terkejutnya. Apa Weston mendengar ucapannya di dalam bersama Kai? Apa pelayan-pelayan ini juga tahu? Rasa cemas Dahlia kembali bangkit ke permukaan.

Weston memberikan senyuman ramahnya kepada Dahlia. “Dessert sudah siap, Nyonya. Kami akan menyajikannya.”

Wajah Dahlia langsung memerah oleh rasa malu. Dia segera mengalihkan pandang dan menyahut, “Y-ya, letakkan saja di meja. Sir Ronan akan memakannya.”

Lalu setelah itu Dahlia buru-buru melangkah pergi.

***

Related chapters

  • Mother In-Love   07. Desakan Perasaan

    Dahlia benar-benar datang ke kamar Brianna dan seperti dugaannya, wanita itu tengah sibuk membereskan isi kopernya dibantu oleh seorang pelayan.Diketuknya pintu perlahan untuk menarik perhatian mereka.“Bolehkah aku bergabung membantu kalian?” ucap Dahlia, tersenyum ramah.Si pelayan mendongak diam-diam menatap ke arah sang nona, seolah untuk meminta persetujuan.“Yah, terserah kau saja,” sahut Brianna acuh.Dahlia pun masuk dan ikut duduk di lantai di mana Brianna tengah mengeluarkan pakaiannya dari koper yang kemudian dirapikan oleh pelayan yang membantunya.“Di mana Kai?”Dahlia melirik Brianna, terdiam sesaat sebelum menjawab, “Masih di ruang makan.”“Dia harus merapikan pakaiannya juga,” ucap Brianna.Dahlia mengernyit, lalu menoleh pada sebuah koper berwarna hitam yang terletak di dekat ranjang. “Kenapa tidak kau lakukan itu untuk suamimu?” ka

    Last Updated : 2021-08-13
  • Mother In-Love   08. Hadiah Untuk Istri

    Pergi.Itulah yang akan Dahlia lakukan.Pergi sejauhnya dari apa pun yang membuatnya terbelenggu di tempat ini. Hanya sesaat, lalu setelah itu dia akan kembali setelah berhasil menguasai dirinya.Saat Dahlia berjalan terburu-buru pada tengah malam dan disaksikan oleh Weston, Dahlia hanya berkata pada pria itu bahwa dia akan pergi.“Aku tidak ingin mengganggu pengantin baru. Mereka butuh waktu berdua untuk saling mengenal.”“Anda sangat bijaksana, Nyonya,” sahut Weston dengan rasa hormat yang tidak berkurang sekalipun usianya jauh lebih tua.Tidak ada orang rumah selain Weston yang tahu bahwa Dahlia pergi. Dan Dahlia juga yakin tidak akan ada yang peduli.Namun di lubuk hatinya yang terdalam, Dahlia bertanya-tanya, apakah Kai akan mencarinya? Besar kemungkinan jawabannya adalah ya. Tapi Dahlia juga tahu maksud pria itu mencarinya adalah untuk mengatakan hal-hal menyakitkan lagi padanya.Dahlia tidak akan

    Last Updated : 2021-08-16
  • Mother In-Love   09. Tidak Bisa Menghindar

    Dahlia duduk di sebuah restoran yang baru pertama kali ini dia lihat. Sebuah restoran Jepang dengan konsep kayu dan kesederhanaan seperti di daerah pedesaan. Belum lagi dengan pemandangan yang disuguhkan dari jendela lebar memenuhi satu sisi dinding dan sengaja dibuka sehingga angin sepoi musim panas masuk ke dalam. Dahlia tidak menyangka bahwa investor pentingnya kali ini memintanya untuk bertemu di sini. Sebuah restoran yang baru dibuka, sangat jauh dari kesan mewah yang Dahlia biasa lihat. Dia berada di sebuah bilik khusus yang telah dipesankan oleh Jaden Miles. Dahlia merasa pernah mendengar nama itu di suatu tempat, tapi dia lupa di mana tepatnya. Dan sembari menunggu pria itu datang, Dahlia memainkan ponsel, mengecek sosial media dan website-website favorit. Saat pikirannya tengah tenggelam di dunia maya, pintu bilik itu terbuka, seseorang masuk. Dahlia buru-buru mengangkat pandangan dan melihat sosok yang kemudian duduk di hadapannya. Ked

    Last Updated : 2021-08-24
  • Mother In-Love   10. Keluar Restoran

    Apa pun yang Kai Ronan katakan selama lima belas menit setelahnya, hanya Dahlia tanggapi seadanya saja. Saat Kai mulai lagi mencoba untuk menggodanya dengan kata-kata pria itu yang blak-blakkan, Dahlia memilih untuk diam.“Bisa kah kita makan makan malamnya dengan tenang?”Kai tersenyum, sadar apa yang coba Dahlia perjuangkan. “Kau ingin menghindariku.”Dahlia diam.“Kalau kau melakukannya, aku akan semakin tertarik padamu.”“Aku ibu mertuamu, Ronan. Kau tidak perlu mengejarku. Kita akan bertemu pada makan malam rutin di setiap akhir pekan.”“Apakah itu sebuah isyarat lampu hijau yang aku dengar?”“Itu peringatan,” tukas Dahlia dingin.“Tidak masalah. Kita bisa mengendap-ngendap setelahnya saat semua orang sudah tidur.”Tubuh Dahlia langsung meremang. Dia tidak mengharapkan dirinya akan bereaksi demikian karena siapa pun tahu … yan

    Last Updated : 2021-08-30
  • Mother In-Love   11. Sandiwara

    Langkah Dahlia terasa berat. Dia hanya berharap bahwa dia tidak terlihat aneh dengan langakh robot itu. Dan semoga saja tidak ada yang menyadari kegugupannya.Dahlia berhenti di dekat meja Brianna dan menatap putri tirinya itu diikuti senyum. “Brianna, aku tidak tahu bahwa kau akan ada di sini,” kata Dahlia, terdengar ramah.Namun respon Brianna justru sebaliknya. Dia mendelikkan mata dan melirik pria di belakang Dahlia. Tubuh Dahlia menegang. Apakah Brianna menyadarinya? Apakah Brianna curiga pada pertemuan mereka malam ini.“Pekerjaan lagi?” ucap wanita itu. Dia tidak menunjukkannya pada Dahlia yang lebih dulu menyapanya, melainkan pada suaminya di belakang wanita itu.Dahlia sangat malu, apalagi tatapan dari teman-teman Brianna mulai semakin tertuju padanya.“Ya. Aku sudah mendengar bahwa akan ada pesta di sini malam ini. Pemiliknya adalah salah satu teman kampusmu, benar?” kata Kai. Suaranya terdengar jauh le

    Last Updated : 2021-09-01
  • Mother In-Love   12. Antar Pulang

    Dahlia sampai di mobilnya dan masuk. Saat dia baru saja hendak menyalakan mesin mobilnya. Tiba-tiba saja seseorang mengetuk kaca jendela di sebelahnya membuat Dahlia terperanjat. Dia menoleh, dan lebih terkejut lagi melihat Kai Ronan berdiri di sana.Dahlia benar-benar mematung untuk beberapa saat. Apa yang pria itu lakukan di sini dan bukannya dia masih di dalam restoran tadi saat Dahlia meninggalkannya?Mungkin ada sesuatu yang terjadi dengan Brianna, pikir Dahlia.Dia lantas membuka kaca mobilnya dan bertanya cepat, “Ada apa?” tanyanya. Ada raut khawatir yang tampak di wajahnya. “Apa Brianna baik-baik saja?”Kai yang baru saja membuka mulut hendak menjawab kembali menutupnya lagi karena apa yang dikatakan oleh Dahlia. “Ini bukan tentang Brianna,” katanya.“Lalu?”Kai menatap ke area parkiran dan menyahut, “Bisa kau buka mobilnya dan kita bicara di dalam? Orang-orang akan melihat.&rdquo

    Last Updated : 2021-09-02
  • Mother In-Love   13. Tetangga

    MIL 13 – TetanggaBenar seperti dugaan Dahlia selama di perjalanan tadi. Bahwa arah apartemen Kai Ronan, persis sama seperti arah menuju apartemennya sendiri. Yang artinya, mereka tinggal di satu gedung apartemen yang sama. Saat mobil Dahlia telah sampai di pelataran apartemen itu, dia terdiam, mengetuk-ngetukkan jarinya di kemudi.“Kenapa diam?” tanya Kai. “Ayo masuk. Kau tidak mungkin menurunkanku di sini, kan?”Dahlia mendelik padanya. “Kau sengaja?”Kai terkekeh geli. “Ini hanya suatu kebetulan saja, Ibu Mertua. Atau kau mau aku menyebutnya takdir? Jarang sekali ada ibu mertua dan menantu yang kebetulan tinggal di satu apartemen yang sama.”“Di satu gedung apartemen yang sama,” Dahlia melarat, dengan nada penuh penekanan.Itu membuat Kai tertawa lagi. “Baiklah. Ayo masuk.”Dengan sangat berat hati, Dahlia menyalakan kembali mobilnya dan memasuki

    Last Updated : 2021-09-02
  • Mother In-Love   14. Jatuh Sakit

    “Ini tentang hubungan kita. Kalau kau setuju, aku akan melakukan apa yang kau inginkan, Dahlia,” kata Kai. Dan itu sukses membuat Dahlia berhenti.Tentu saja dia melihat ucapan Kai itu sebagai sebuah jalan keluar baginya mengakhiri semua masalah ini.Sehingga kedua tangan Dahlia pun melemas dan Kai Ronan berhasil mendorong benda keras itu. Dia masuk, lalu menutup pintu di belakangnya.Dahlia menatapnya, menunggu. “Katakan sekarang!”“Ck! Ck! Tidak sopan sekali,” gumam Kai, lalu masuk ke dalam tanpa menunggu Dahlia mempersilakannya, karena wanita itu tidak mungkin akan membiarkannya masuk lebih jauh.Kai duduk di sofa berwarna hijau tua yang terletak di tengah-tengah ruangan. Perpaduan hijau gelap, putih, dan beberapa ukiran dan benda hiasan berwarna emas dalam interior apartemen ini benar-benar membuat pandangan segar.“Aku mengerti. Kau menyukai kemewahan,” komentar Kai.“…

    Last Updated : 2021-09-02

Latest chapter

  • Mother In-Love   35. Menari Untuk Musik

    Terlalu ramai. Itu adalah pikiran pertama Dahlia sesaat setelah dia menapakkan kakinya di dalam, juga sedikit terkejut karena ternyata ruangan itu sangat luas dan diisi oleh manusia lebih banyak dari yang Dahlia kira.“Ada lagi di atas,” bisik Kai di dekat telinganya.Tapi tidak peduli seberapa ramai atau sesaknya tempat ini, entah kenapa Dahlia tidak merasa tertekan berada di sana. Dia menatap sekitarnya dengan penuh ketertarikan yang tampak dengan jelas di kedua mata hijaunya itu.Kai yang melihat Dahlia, tersenyum kecil. Dia menggiring Dahlia untuk duduk di meja bundar yang telah diisi oleh beberapa orang dan hanya terdapat tiga kursi kosong di sana dari tujuh. Dahlia tidak mengenal orang-orang ini, tapi suasana di sekitar mereka memberi tahu bahwa mereka tidak perlu saling mengenal untuk mendapatkan kesenangan bersama-sama, persis seperti yang Kai bilang.Dahlia duduk di sana, sementara Kai menunduk ke arahny

  • Mother In-Love   34. Pesisir Pantai

    Mereka berkendara menuju pesisir. Yang kemudian mempertemukan mereka dengan perbatasan jurang yang curam dan pantai. Kendaraan di sana semakin sedikit dan Dahlia tidak kuasa untuk tidak membuka kaca helmnya dan membiarkan angin yang kencang menerpa wajahnya.Senyum di bibir Dahlia melebar. Pelukannya pada Kai Ronan mengencang, merasakan perut rata dan keras milik pria itu di bawah tangannya.Motor melaju turun dari jalanan curam ke jalan tepat di dekat pantai, mereka hanya terpisah oleh birai besi di pinggir dan suara ombak mulai terdengar bersamaan dengan suara mesin motor.Dahlia terpaku menatap pemandangan di depannya, pada bulan dengan cahaya pucat yang menerpa air laut, seolah menebar bintang di bawahnya.Kai sepenuhnya mengerti dan segera memelankan laju motor supaya Dahlia bisa menikmati pemandangan indah itu lebih lama.Pemandangan yang mungkin bagi orang lain biasa saja, termasuk bagi Kai sendiri, tampak sangat berarti bagi wanita di belak

  • Mother In-Love   33. Pemandangan

    “Jadi maksudmu, kau bebas melakukan apa pun padaku?” Dahlia menatap pria di hadapannya penuh curiga.Dan Kai Ronan hanya menyengir. “Dan kau juga bebas melakukan apa pun padaku,” sahutnya dengan suara yang sengaja dipelankan seolah itu adalah rahasia mereka berdua.Mereka memang tengah menyimpan sebuah rahasia yang menurut Dahlia sangat berbahaya. Dan tidak ada yang bisa Dahlia lakukan untuk itu. Dia merasa seolah tidak memiliki kuasa apa pun mengenai hubungannya dengan Kai Ronan saat ini.Sejak awal memang hanya pria itu seorang yang memegang kendali.Dahlia terdiam cukup lama sembari mengalihkan pandang.Kai kemudian menangkupkan telapak tangannya yang besar dan hangat ke wajah Dahlia dan memaksa wanita itu untuk menatapnya. Manik mata zamrud dan hazel gelap itu saling menumbuk.Gestur lembut penuh afeksi tersebut membuat otak Dahlia tidak kuasa untuk tidak memikirkan hal apa yang akan terjadi pada mereka malam ini.

  • Mother In-Love   32. Kebebasan

    Bab 32 –“Aku rasa ini tidak benar, Ronan,” Dahlia berbisik rendah di belakang Kai Ronan yang dengan perlahan mengeluarkan motornya dari parkisan di bagasi. Pria itu naik dan memberikan Dahlia helm untuk wanita itu gunakan. Senyum miring tersemat di bibirnya kala melihat Dahlia memberengut tidak yakin.“Oh ayolah, kapan memang hal yang kita lakukan berdua itu benar?” cemoohnya.Itu adalah pernyataan telak yang tidak ingin Dahlia dengar, tapi memang faktanya begitu dan dia tidak bisa membantah. Dahlia menundukkan pandangannya menatap helm yang dia pegang. Keyakinannya untuk ikut tadi mendadak loncat entah ke mana.Kai Ronan yang menyadari itu menghela napas. Dia mengangkat dagu Dahlia agar tatapan mereka sejajar. Lalu Kai merunduk dan mengecup bibir wanita itu.“Untuk malam ini, mari kita lupakan siapa kita sebenarnya. Hubungan apa pun yang kita miliki, anggap tidak pernah ada. Aku, Kai Ronan, adalah orang asing b

  • Mother In-Love   31. Mengendap-ngendap

    Suara pekikan terkejut Dahlia memecah kesunyian malam.Kai yang mendarat dengan mulus langsung berdiri dan membekap mulut ibu mertuanya itu. “Ssst! Kau akan membangunkan para penghuni rumah.”“Nghmmmm!”“Apa?” Kai Ronan tersenyum geli dan mendekatkan telinganya ke wajah Dahlia.“Nghmm!”“Aku tidak mendengar—”Dahlia menepis tangan Kai Ronan darinya dan mendorong pria itu. “Apa yang kau lakukan?!” serunya dengan suara tertahan.Kai tertawa kecil, lalu bergerak mengambil alih cangkir di tangan Dahlia—yang isinya sudah tumpah ke lantai—dan meletakkan benda itu ke meja.Dahlia yang baru sadar hal itu segera mengelap tangannya yang basah ke baju tidurnya.“Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat,” kata Kai Ronan.“Ke mana?”“Kau mau ikut denganku?”Dahlia menggeleng tanpa pikir panjan

  • Mother In-Love   30. Di Balkon

    “Brianna.”“Ya, Mom?”“Kapan dia akan pergi dari sini?”Brianna mengernyit. bertanya-tanya apa maksud ibu mertuanya ini. “Siapa?” tanya Brianna heran.Dengan raut jijik di wajahnya, Mariska menjawab, “Ibu tirimu.”Brianna sontak menoleh ke belakang, melihat Dahlia berdiri di sana, yang ketika mata mereka bertemu wanita itu langsung memberikan senyum lebarnya.“Dia ....” Brianna mencoba menemukan kata-kata yang tepat untuk diucapkan. Dia memang berniat untuk menyingkirkan Dahlia, tapi kalau ditanya 'kapan', Brianna tidak bisa menjawab. “Untuk saat ini, dia akan tetap tinggal di kediaman Harrison, Mom.”“Oh, Ya Tuhan. Kau benar-benar kasihan, Anakku. Bagaimana bisa kau tahan dengan wanita dingin itu?”Entah kenapa, Brianna merasa sedikit disentil rasa jengkel oleh ucapan simpati ibu mertuanya itu. Karena bagaimana pun, Dahlia adalah ib

  • Mother In-Love   29. Perbedaan

    Memasang senyum ramah, Dahlia menghampiri Mariska."Mariska. Hai, selamat datang," sapa Dahlia dengan antusias. Dia membuka tangannya hendak melakukan salam basa basi untuk mengecup pipi wanita itu, tapi secara terang-terangan Mariska tidak menghiraukannya dan langsung menghampiri Brianna dengan antusias yang tidak dia tunjukkan saat berhadapan dengan Dahlia."Oh, lihatlah anak menantuku ini. Kau tampak cantik sekali.""Terima kasih, Mom," balas Brianna, kemudian memeluk ibu mertuanya pelan sebelum Mariska mengambil tempat duduk tepat di samping Dahlia.Dahlia juga kembali duduk di tempatnya tanpa mengatakan apa pun."Bagaimana perjalananmu kemari? Apa semuanya baik-baik saja?" Dahlia tidak menyerah dan mencoba menutupi rasa malunya dengan bertanya demikian, seolah apa yang Mariska lakukan tadi tidak mempermalukannya di hadapan Kai Ronan, Brianna, dan juga para pelayan yang ada di sana.Ah ya. Tidak hanya Dahlia, tapi juga anaknya sendiri Mariska

  • Mother In-Love   28. Makan Malam

    Penyesalan itu memang selalu datang di akhir. Tapi, karena Dahlia tahu bahwa tidak ada jalan keluar lain, dia mencoba untuk tidak terlalu memikirkannya. Apa yang dia dan Kai Ronan telah lakukan di perpustakaan tadi, biar saja menjadi rahasia gelapnya yang hanya mereka berdua tahu.Menyadari hal itu, menyadari dirinya kini telah melakukan sesuatu yang buruk secara sembunyi-sembunyi, membuat Dahlia merasa seperti sampah.Dia mencoba untuk berkonsentrasi pada makan malam ini dengan menarik napas dalam-dalam agar aroma makanan yang lezat tercium oleh hidungnya. Tapi bahkan dengan itu, nafsu makannya tidak meningkat."Ibuku akan sampai lima menit lagi."Tubuh Dahlia menegang saat mendengar suara itu di belakangnya. Dia tidak menoleh, tapi tahu bahwa Kai Ronan melangkah mendekat dan kemudian duduk di hadapannya. Dahlia menunduk, pura-pura memainkan ponselnya. Dia tidak kuasa menatap Kai lagi tanpa memikirkan kenikmatan yang telah pria itu berikan. Bahkan puncak dada Dahl

  • Mother In-Love   27. Penyerahan Dahlia

    Gairah dan adrenalinnya terpacu. Melakukan ini dengan Kai Ronan adalah sebuah kesalahan yang seharusnya dia hentikan. Tapi keyakinannya itu telah menghilang selama beberapa menit lalu sebelum ciuman pria itu menghilangkan pikiran rasionalnya yang ingin memberontak. Kini yang tersisa adalah penyerahan.Dahlia membalas perlakuan Kai Ronan sama besar. Mengecup bibirnya, melumatnya, dan memeluknya erat seolah kedekatan mereka saat ini tidak pernah cukup.Suara cecap bibir yang basah saling beradu memenuhi ruangan tempat mereka berada, buku-buku di perpustakaan itu seolah menjadi saksi bisu pada dua insan yang tengah dimabuk hasrat.Merasa tidak cukup hanya dengan menciumnya, Kai menggendong tubuh Dahlia dan membawanya ke sofa yang ada di sana. Sofa itu sedikit berdebu. Partikel-partikel kecil beterbangan di udara dan nampak di garis cahaya matahari sore yang masuk melalui jendela.Tubuhnya menindih Dahlia, meraup bibir ranum yang memerah dan terbuka

DMCA.com Protection Status