Loid bersembunyi dibalik tubuh Aretha. Tamu tersebut adalah Gerald, Serchan, Dev, Jenny, River, Vanya, dan Morgan. Mereka adalah firasat buruk yang tidak membahagiakan.
"Sayang, bantu aku menyingkirkan mereka," pinta Loid."Kenapa? Bukankah kau senang karena bertemu dengan orang yang selalu kau rayu?" kata Aretha."Apa? Kau cemburu dengan pria?" pekik Loid."Pft…" Naura tidak tahan untuk terus menahan tawanya. "Gerald, kau tidak ingin memeluk Loid?" tanya Naura. "Kalian kekasih yang lama berpisah. Pasti saling rindu," ejek Naura."Ken, kau tidak ingin membantuku?" rengek Loid."Untuk apa aku membantumu?" Mereka semua masuk dan duduk. Gerald terlihat lebih tampan setelah ia berumur."Ken, kau cemburu?" celetuk Delice."Sial! Pertanyaan menjijikkan apa itu?" pekik Ken. Ia merasakan tubuhnya merinding dalam seketika."Ibu, apa dulu Ayah belok?" tanya Eren dengan polosnya."Gara-garaHari-hari sibuk dan suram dengan segala petunjuk, sudah berakhir. Kiana kembali sekolah seperti biasanya. Akan tetapi, ketika kakinya melangkah di tengah keributan yang terjadi, jiwanya kembali goyah."Apa kau teman dari wanita yang sok jagoan itu? Panggil temanmu itu!" bentak seorang pria yang mengenakan seragam Kakak kelas."Aku tidak akan memberitahu kalian!" ucap Kumey. Kiana mengepalkan tangannya. Dulu dia diam ketika melihat Meysha mengalami kekerasan karena permintaan Meysha itu sendiri. Akan tetapi, Kiana tidak akan membiarkan hal itu terjadi dua kali dalam hidupnya."Apa perlu aku menyeretmu, hah? Menelanjangiku ditengah lapangan supaya dia muncul?" bentak pria itu lagi."Sampai kapanpun, apa yang akan kalian lakukan, aku tidak akan memanggilnya.""Kenapa kau keras kepala hanya untuk melindunginya seperti itu?""Karena dia sahabatku!" Tatapan tulus Kumey sama
Berhari-hari Zeki tidak terlihat. Sejak ia kembali dari London bersama Kiana. Tidak ada yang tahu sebabnya. Ketika Sam atau Gracia ditanya, mereka hanya menjawab kalau Zeki sedang sibuk. Tidak ada yang menyadari kejanggalan apa yang terjadi. Pada kenyataannya, Zeki dikurung oleh Sam di dalam kamarnya. Karena cinta yang sedang Zeki perjuangkan, membuatnya dalam situasi yang menyedihkan. Sam tidak memukul Zeki. Ia hanya mengurung Zeki berhari-hari supaya tidak bertemu dengan Kiana. Entah apa yang Sam rencanakan. Mungkin untuk melihat reaksi Zeki setelah tidak berhubungan dengan Kiana berkali-kali.“Mandi dan bersiaplah. Kau harus pergi ke Jepang malam ini,” kata Sam sembari melempar semua data dan tiket di atas ranjang milik Zeki.“Kenapa mendadak sekali?&rdquo
Bulan depan, tepatnya di bulan januari, pertunangan resmi antara Eren dan Zavier akan dilaksanakan. Mereka tidak menggelar acara di New York, melainkan di Rusia. Umur mereka yang masih remaja, membuat keterbatasan dalam acara tersebut. Delice juga tidak menginginkan hubungan mereka diketahui oleh orang luar."Kiana, apa kau baik-baik saja?" tanya Leon. Ia membaringkan tubuhnya di atas sofa dengan paha Kiana yang menjadi bantalan kepalanya."Pergi sana! Aku sedang baca komik!" usir Kiana. "Jangan menggangguku," pinta Kiana."Kau itu cantik. Mudah saja cari pacar," kata Leon."Berisik!" ucap Kiana. Selain sibuk dengan acara di Rusia untuk pertunangan antara Zavier dan Eren, Delice juga sibuk dengan persiapan acara ulang tahun Kiana yang ke tujuh belas."Selama satu bulan dia berada di Jepang, dia sama sekali tidak menghubungimu?" tanya Leon."Kak, kau ini. Pe
Kiana sudah mengenakan gaun yang Renza pilihkan tempo hari. Ia duduk di kursi rias."Aku sudah belajar hal ini demi mendandaniku," kata Renza."Sungguh?" tanya Kiana. Renza mendandani Kiana. Ia belajar beberapa hari demi melakuka hal itu. Memberikan kesan terindah diusia Kiana yang tujuh belas tahun. Usia mereka sama, namun Renza ingin mengerahkan semuanya demi Kiana."Pelan-pelan. Awas saja kalau kau membuat rambutku rontok," ucap Kiana."Tenang saja. Aku akan membuatmu sangat cantik malam ini." Perlahan, sentuhan tangan Renza menyulap Kiana menjadi sangat cantik. Rambut yang dirias sangat indah."Lihatlah. Kau sangat cantik. Jika kau menikah nanti, aku bisa mengajari Ayah atau Daddy untuk merias rambutmu," kata Renza."Terima kasih! Kau memang yang terbaik.""Memujiku hanya ada maunya saja," kata Renza."Yang penting aku sudah memuji."
Zeki mendapatkan suatu masalah. Sejak ia menginjakkan kakinya di Jepang, ia sudah diserang oleh segerombolan orang yang tidak ia kenal. Zeki sempat lengah. Pertahanan dirinya berkurang. Itu sebabnya ia berjalan menahan sakit karena pahanya terkena luka tembak. Zeki tidak hidup dengan baik. Ia mengurus segala pekerjaan dan juga melanjutkan penyelidikan. Zeki pergi ke sebuah daerah yng tidak terlalu ramai. Sejak ia memutuskan untuk melepaskan Kiana, Zeki menyibukkan diri dengan segala sesuatu yang bisa ia lakukan. Zeki menginap di salah satu hotel. Malam itu, ada langkah kaki yang perlahan-lahan membuat Zeki waspada. Musuh yang ada di Jepang tidak seperti di New York. Mereka terlihat de
"Kau kembali?" Suara Gerald menyeruak masuk telinga menyambut kedatangan Zeki."Sedikit ada masalah tapi sudah berhasil aku hindari, Paman," kata Zeki. Zeki dua hari tidak kembali. Gerald khawatir, namun tanpa perintah dari atasan, ia tidak bisa melakukan suatu gerakan. Dena Group sengaja membuat semuanya seolah-olah tenang dan tidak saling peduli. Itu adalah sebuah jeratan yang akan membuat lawan menganggap romantisme diantara mereka telah mati."Obati lukamu dengan benar," kata Gerald."Luka seperti ini, tidak akan membunuhku." Gerald memberikan Zeki obat supaya tidak membuat lukanya infeksi lagi. Terlihat dari perban yang melilit pahanya, bercak darah segar masih terus keluar dari lukanya."Jangan kekanak-kanakan. Luka seperti ini tidak akan membuatmu mati saat ini, tapi bisa membunuhmu kemudian hari," kata Gerald."Terima kasih, sudah mengkhawtirka
Di lantai teratas, Tuan Don tengah memandangi dunia. Ia bisa melihat keindahan dunia yang tercakup oleh pandangannya. Ia bersama dengan Brian dan juga wanita yang berada di atas kursi roda. Wanita tersebut tampak linglung. Keadaannya tentu saja tidak baik-baik saja. Bahkan terbilang jauh dari kata itu."Brian, aku sudah mengatakan untuk melaporkan semuanya, bukan? Kenapa kau tidak mengatakan tentang kepergian Nick ke jepang? Apa yang dia lakukan di sana? Rencana? Rencana seperti apa, dan juga tujuannya. Apa kau bisa jelaskan?" tanya Tuan Don."Maaf, Tuan!" Brian menunduk dengan sopan."Apa dia sudah mulai meluncurkan rencananya untuk mengusik Exjen Vosaihe?" tanya Tuan Don. Entah apa hubungan Tuan Don dan Tuan Exjen. Mereka terlihat seperti memiliki dendam lama."Tidak, Tuan. Nick sedang menjaga anak perusahaan yang lain," jawab Brian. "Ada seseorang yang mulai mengusik dan dia harus segera diseles
Klub adalah tujuan pertama yang akan Delice datangi setelah ia membangunkan sebuah insting liar yang sudah lama terkubur dari dewa kematian. Ia akan menemui satu orang lagi yang bisa ia percaya. Di dalam klub, Delice juga sudah mendapatkan informasi tentang perkumpulan yang diadakan oleh para pengkhianat meski mereka hanyalah bawahan."Sampai kapan kita akan menunggu?""Kita tunggu saja perintah.""Apa kalian sudah bosan bersenang-senang?""Kita semua tentu saja sudah menunggu hari itu. Hari yang sudah ditentukan." Suara itu terdengar sampai luar ruangan. Delice berdiri tegap, berhadapan dengan dua orang yang tidak ia kenal. Dua orang tersebut terlihat sedang berjaga. Tidak selang lama, terdengar suara pertarungan yang sepi, senyap, tapi menggemparkan. Delice mengangguk dan tersenyum."Aku kalah cepat dari yang muda," gumam Delice.