Di lantai teratas, Tuan Don tengah memandangi dunia. Ia bisa melihat keindahan dunia yang tercakup oleh pandangannya. Ia bersama dengan Brian dan juga wanita yang berada di atas kursi roda.
Wanita tersebut tampak linglung. Keadaannya tentu saja tidak baik-baik saja. Bahkan terbilang jauh dari kata itu."Brian, aku sudah mengatakan untuk melaporkan semuanya, bukan? Kenapa kau tidak mengatakan tentang kepergian Nick ke jepang? Apa yang dia lakukan di sana? Rencana? Rencana seperti apa, dan juga tujuannya. Apa kau bisa jelaskan?" tanya Tuan Don."Maaf, Tuan!" Brian menunduk dengan sopan."Apa dia sudah mulai meluncurkan rencananya untuk mengusik Exjen Vosaihe?" tanya Tuan Don. Entah apa hubungan Tuan Don dan Tuan Exjen. Mereka terlihat seperti memiliki dendam lama. "Tidak, Tuan. Nick sedang menjaga anak perusahaan yang lain," jawab Brian. "Ada seseorang yang mulai mengusik dan dia harus segera diselesKlub adalah tujuan pertama yang akan Delice datangi setelah ia membangunkan sebuah insting liar yang sudah lama terkubur dari dewa kematian. Ia akan menemui satu orang lagi yang bisa ia percaya. Di dalam klub, Delice juga sudah mendapatkan informasi tentang perkumpulan yang diadakan oleh para pengkhianat meski mereka hanyalah bawahan."Sampai kapan kita akan menunggu?""Kita tunggu saja perintah.""Apa kalian sudah bosan bersenang-senang?""Kita semua tentu saja sudah menunggu hari itu. Hari yang sudah ditentukan." Suara itu terdengar sampai luar ruangan. Delice berdiri tegap, berhadapan dengan dua orang yang tidak ia kenal. Dua orang tersebut terlihat sedang berjaga. Tidak selang lama, terdengar suara pertarungan yang sepi, senyap, tapi menggemparkan. Delice mengangguk dan tersenyum."Aku kalah cepat dari yang muda," gumam Delice.
“Orangtua gila! Cepat turun, sialan!” hardik Renza. “Hahaha... kalau hanya seperti ini, seharusnya kau mampu. Kau pria atau bukan? Dasar bocah lemah!” Tuan Dogan duduk di atas sofa yang berada dipunggung Renza. Renza berlatih mati-matian padanya meski Tuan Dogan berpihak pada yang namanya uang. Artinya, ia hanya bergerak jika uang yang ia dapatkan jauh lebih besar. Renza menjadikannya guru karena kelebihan yang bisa Renza lihat. Renza tidak pernah meminta informasi karena ia tahu kalau hal itu tidak akan mungkin ia dapatkan. Renza tidak dekat dengan Tuan Dogam karena ia hanya mengambil ilmu yang berguna darinya. “Sudah berapa kali kau berlatih tapi liar yang ada dalam dirimu sama sekali tidak ada,” kat
Dua pria paruh baya, sama-sama menikmati pembicaraan diantara mereka berdua. Mereka bicara santai sembari menikmati hidangan yang menemani mereka. Sajian makanan lezat memenuhi meja bundar yang menjadi penyekat diantara mereka.“Bagaimana cara saya harus menghadapi putri Anda, Tuan?”“Kenapa Anda terlihat gelisah? Apa Anda mulai terusik, Tuan Don?” Pria tersebut menjawab pertanyaan dengan pertanyaan yang lain.“Siapa yang bisa mengusik saya?”“Entahlah!” jawab pria paruh baya yang ada di depan Tuan Don.“Anda boleh melakukan apapun kalau pasar gelap bisnis antara kita selesai, tapi Anda tidak boleh menyentuh putri saya.”“Jangan khawatir, Tuan Dexel. Tidak akan ada yang terjadi karena saya sudah menempatkan orang-orang terhebat yang selama ini ikut masuk ke dalam kategori j
Anak perusahaan ketiga dari HG Group, lebih sulit digapai dibandingkan dua anak perusahaan yang sudah dihancurkan. Akan tetapi, mereka yang memiliki misi tidak kehilangan akal. Seorang pria memberikan ancaman kepada Naura. Namun, Naura tetap terlihat sangat tenang. Seperti segala kendali ada pada tangannya."Hei, Tuan! Apa kau tahu, kenapa aku mencari bocah yang sedang bersamaku?" tanya Naura."Pasti kau khawatir kalau bocah itu kenapa-kenapa." Pria tersebut bicara dengan sangat percaya diri."Salah!" Naura menengadah. Ia menatap atap gedung yang memiliki tingkat lebih rendah dibandingkan dengan gedung lainnya. "Karena aku sedang mengkhawatirkan kalian!" imbuhnya. Naura menunjuk ke atas. Eren sedang berdiri di atas atap. Menunjukkan kotornya kemeja putih yang melekat ditubuhnya karena darah. Pria yang meremehkan kekuatan wanita, langsung terbelalak."Tidak! Tidak mungkin! B
Naura dan Eren berdiri saling membelakangi. Mereka dikepung layaknya mangsa yang empuk untuk dijadikan makanan yang mengenyangkan perut. Naura tidak langsung bertindak. Dia hanya berdiri mematung tanpa senjata apapun. Ben dan yang lain mulai mendekat. Mereka tidak sabar ingin menguji kemampuan Nyonya yang selama ini diangungkan, tapi terlihat lemah."Apa kalian sudah selesai berbisik? Bisa kita mulai?" ujar Ben dengan nada suara yang sangat arrogant."Eh? Kau belum tahu?" balas Naura. Ia mendelik karena terkejut. "Permainannya sudah dimulai," sambungnya."Ka--kapan?" pekik Ben."Lima belas menit yang lalu," jawab Naura."Apa? Hei, Nyonya! Karena aku bersikap sopan padamu, kau jadi seenaknya bicara, ya?" teriak Ben."Tidak. Aku tidak asal bicara," kata Naura."Jangan bercanda!" bentak Ben. Eren melirik tajam. Ia yang biasanya liar
Wanita yang dipanggil dengan Nona muda oleh seseorang yang bicara dengannya dipanggilan telpon, terlihat sangat buru-buru bergegas keluar dari president suite. Wanita tersebut keluar dari hotel yang ia pilih sebagai tempat bernaung yang sangat aman untuk sementara waktu. Akan tetapi, ia belum menginjakkan kakinya di lobby, pria muda mendatanginya dengan membawa dua orang bodyguard bersamanya."Apa Anda sangat sibuk? Sepertinya saya datang diwaktu yang kurang tepat, Nona," ujar pria tersebut."Minggir! Saya terlalu sibuk untuk bicara dengan orang asing!" tolak Nona muda."Ternyata Anda memang sangat dingin seperti rumor yang saya dengar, Nona muda Dexel."Deg! Nona muda tersebut terbelalak. Ia baru menyadari kalau pria yang ada di hadapannya, bukanlah orang sembarangan. Selain orang terdekat dan terpercaya, tidak ada yang mengetahui kalau dirinya putri dari Tuan Dexel
Naura dan Eren benar-benar siap menghadapi apapun yang akan terjadi. Masalah sebesar apapun itu, tetap membuat mereka berdua tetap tenang. Padahal, sudah jelas kalau tubuh mereka seperti madu yang dikelilingi oleh semut. Tatapan Eren begitu jijik melihat orang-orang itu memandang rendah dirinya. Aneh. Mereka seperti menunggu suatu perintah dari seseorang karena sampai kaki lelah berdiri, mereka tidak melakukan tindakan apapun.“Aku lelah, bangsat!” teriak Eren yang sudah tidak sabar. Naura menepuk keningnya sendiri. ‘Sial! Padahal aku menunggu dua orang lagi untuk datang, tapi sepertinya putriku ini tidak sabar,’ batin Naura.&n
Tuan Dexel menjadi sasaran utama dari tiga kelompok yang sedang mencarinya. Kelompok Naura, kelompok Arta, dan kelompok Rai. Sebenarnya, hanya Naura yang berkelompok karena ia langsung mendatangi markas utama Tuan Dexel. Sedangkan Loid dan Arta, mereka mendatangi tempat yang diduga sebagai persembunyian kedok perusahaan ketiga. Lalu Rai, ia berkelana untuk menghabisi orang-orang yang sudah membunuh Meysha. Delice mendapatkan laporan kalau Naura aman setelah Jenny dan Vanya datang. Setidaknya, Delice bisa bernapas lega."Ayah, bagaimana dengan Ibu?" tanya Kiana."Semua lancar sesuai dengan rencana," jawab Delice."Apa Kak Zeki akan kembali bersama ibu?" tanya Kiana. Untuk menenangkan Kiana, Delice mengusap ujung kepalanya. Memberikan kecupan kening yang begitu hangat. Senyum dibibir yang menyembunyikan sebuah jawaban yang juga tidak ia