Anak perusahaan ketiga dari HG Group, lebih sulit digapai dibandingkan dua anak perusahaan yang sudah dihancurkan. Akan tetapi, mereka yang memiliki misi tidak kehilangan akal.
Seorang pria memberikan ancaman kepada Naura. Namun, Naura tetap terlihat sangat tenang. Seperti segala kendali ada pada tangannya."Hei, Tuan! Apa kau tahu, kenapa aku mencari bocah yang sedang bersamaku?" tanya Naura."Pasti kau khawatir kalau bocah itu kenapa-kenapa." Pria tersebut bicara dengan sangat percaya diri."Salah!" Naura menengadah. Ia menatap atap gedung yang memiliki tingkat lebih rendah dibandingkan dengan gedung lainnya. "Karena aku sedang mengkhawatirkan kalian!" imbuhnya. Naura menunjuk ke atas. Eren sedang berdiri di atas atap. Menunjukkan kotornya kemeja putih yang melekat ditubuhnya karena darah. Pria yang meremehkan kekuatan wanita, langsung terbelalak. "Tidak! Tidak mungkin! BNaura dan Eren berdiri saling membelakangi. Mereka dikepung layaknya mangsa yang empuk untuk dijadikan makanan yang mengenyangkan perut. Naura tidak langsung bertindak. Dia hanya berdiri mematung tanpa senjata apapun. Ben dan yang lain mulai mendekat. Mereka tidak sabar ingin menguji kemampuan Nyonya yang selama ini diangungkan, tapi terlihat lemah."Apa kalian sudah selesai berbisik? Bisa kita mulai?" ujar Ben dengan nada suara yang sangat arrogant."Eh? Kau belum tahu?" balas Naura. Ia mendelik karena terkejut. "Permainannya sudah dimulai," sambungnya."Ka--kapan?" pekik Ben."Lima belas menit yang lalu," jawab Naura."Apa? Hei, Nyonya! Karena aku bersikap sopan padamu, kau jadi seenaknya bicara, ya?" teriak Ben."Tidak. Aku tidak asal bicara," kata Naura."Jangan bercanda!" bentak Ben. Eren melirik tajam. Ia yang biasanya liar
Wanita yang dipanggil dengan Nona muda oleh seseorang yang bicara dengannya dipanggilan telpon, terlihat sangat buru-buru bergegas keluar dari president suite. Wanita tersebut keluar dari hotel yang ia pilih sebagai tempat bernaung yang sangat aman untuk sementara waktu. Akan tetapi, ia belum menginjakkan kakinya di lobby, pria muda mendatanginya dengan membawa dua orang bodyguard bersamanya."Apa Anda sangat sibuk? Sepertinya saya datang diwaktu yang kurang tepat, Nona," ujar pria tersebut."Minggir! Saya terlalu sibuk untuk bicara dengan orang asing!" tolak Nona muda."Ternyata Anda memang sangat dingin seperti rumor yang saya dengar, Nona muda Dexel."Deg! Nona muda tersebut terbelalak. Ia baru menyadari kalau pria yang ada di hadapannya, bukanlah orang sembarangan. Selain orang terdekat dan terpercaya, tidak ada yang mengetahui kalau dirinya putri dari Tuan Dexel
Naura dan Eren benar-benar siap menghadapi apapun yang akan terjadi. Masalah sebesar apapun itu, tetap membuat mereka berdua tetap tenang. Padahal, sudah jelas kalau tubuh mereka seperti madu yang dikelilingi oleh semut. Tatapan Eren begitu jijik melihat orang-orang itu memandang rendah dirinya. Aneh. Mereka seperti menunggu suatu perintah dari seseorang karena sampai kaki lelah berdiri, mereka tidak melakukan tindakan apapun.“Aku lelah, bangsat!” teriak Eren yang sudah tidak sabar. Naura menepuk keningnya sendiri. ‘Sial! Padahal aku menunggu dua orang lagi untuk datang, tapi sepertinya putriku ini tidak sabar,’ batin Naura.&n
Tuan Dexel menjadi sasaran utama dari tiga kelompok yang sedang mencarinya. Kelompok Naura, kelompok Arta, dan kelompok Rai. Sebenarnya, hanya Naura yang berkelompok karena ia langsung mendatangi markas utama Tuan Dexel. Sedangkan Loid dan Arta, mereka mendatangi tempat yang diduga sebagai persembunyian kedok perusahaan ketiga. Lalu Rai, ia berkelana untuk menghabisi orang-orang yang sudah membunuh Meysha. Delice mendapatkan laporan kalau Naura aman setelah Jenny dan Vanya datang. Setidaknya, Delice bisa bernapas lega."Ayah, bagaimana dengan Ibu?" tanya Kiana."Semua lancar sesuai dengan rencana," jawab Delice."Apa Kak Zeki akan kembali bersama ibu?" tanya Kiana. Untuk menenangkan Kiana, Delice mengusap ujung kepalanya. Memberikan kecupan kening yang begitu hangat. Senyum dibibir yang menyembunyikan sebuah jawaban yang juga tidak ia
Delice sedang mengurus segala hal di New York. Selain lelah, ia juga benci terhadap sikap yang seseorang yang hanya terpaku dalam satu penilaian. Hingga Delice tidak mampu lagi menahan emosinya. Sam terkulai tidak berdaya. Ia akhirnya merestui hubungan antara Zeki dan Kiana. Akan tetapi, sepertinya restu itu datang terlambat karena saat ini, Zeki membawa Zea bersamanya untuk melindunginya dari dua orng asing yang ingin menusuknya."Zeki, apa yang sedang kau lakukan?" tanya Gerald."Maaf, Paman. Zea terlibat karena menolongku.""Oh, dia wanita yang kau ceritakan itu?" tanya Gerald. Zeki mengangguk. Terlihat kekhawatiran dari wajah Zea. Ia takut kehadirannya tidak diterima. Sedangkan rumah yang ia gunakan untuk bersembunyi dari dunia, sudah diketahui oleh orang yang sangat berbahaya."Namamu, Zea?" tanya Gerald. Ia mengulurkan tangannya. "Selamat bergabung. Semoga kau nyaman t
Dua puluh enam tahun yang lalu, Loid dan Sien memiliki sebuah cerita yang menarik, keji, dan terlewat sadis. Hubungan Loid dengan Delice yang begitu kental seperti darah, membuatnya murka ketika Sien menganggap semua anggota Naga Hitam bodoh. Sien membuat acara palsu yang melibatkan beberapa rekan bisnis. Acara yang didanai oleh Hamid Gul. Meski itu adalah kisah masa lalu yang sudah teramat lampau, tapi mereka berdua masih menyimpan dendam yang sama. Berkat tipuan yang dibuat oleh Sien begitu rapi karena Sien merupakan salah satu orang yang memegang anak perusahaan milik Delice di Jepang, Sien bisa membuat Delice kehilangan satu ginjalnya. Saat itu, Loid yang teramat marah, membunuh semua keluarga Sien tanpa terkecuali termasuk keturunan dan istrinya. Akan tetapi, Loid menyisakan nyawa Sien karena ia ingin membuat Sien hidup dalam amarah
Buagh! Entahlah. Arta yang santai langsung menyilangkan kedua tangannya. Ia terpukul mundur setelah mendapatkan satu tinju dari dua tangan yang tiba-tiba menyerangnya tanpa persiapan."Kau!" hardik Arta."Kenapa? Orangtua itu jelas kalah, jadi tugasku untuk menyeret kalian, akan aku lakukan sekarang.""Menyeret katamu? Sepertinya aku terlihat kurang tampan," ujar Arta."Apa hubungannya dengan tampan, sialan?""Ada. Ingin tahu? Biar aku perlihatkan."Buagh!Buagh!Buagh! Arta menyerang mereka. Akan tetapi, ia bergerak sangat lamban seperti orang yang tidak terlatih. Bahkan pukulannya sama sekali tidak terasa sakit. Dalam situasi yang membuatnya terjebak dalam lingkaran lawan yang kuat, Arta masih membuat candaan yang membuat hatinya puas sebelum menggila."Kenapa pukulanmu mengecewakan sekali? Aku kira set
"Kalian kembalilah ke markas," pinta Naura."Tapi, Nyonya…" kata Vanya tanpa melanjutkan kalimatnya."Kita memang harus bertemu langsung dengan Dexel. Tapi, sepertinya sistem mereka sedang kacau. Itu sebabnya aku meminta kalian untuk kembali. Perburuan kita sudah selesai," jelas Naura. Perburuan sudah selesai, akan tetapi Naura tidak mendapatkan apapun. Bahkan Ben bisa kabur dari kejarannya."Kalau sistem mereka sedang kacau, tentu saja tidak akan seru kalau mereka menyambut kita dengan panik. Aku sudah mengirimkan signal pada kelompok lain," ujar Naura lagi."Baik, Nyonya. Mari kita kembali," ujar Jenny."Hanya kalian. Urusanku masih belum selesai," jawab Naura."Saya tidak akan membiarkan Nyonya seorang diri," kata Vanya."Bibi, setidaknya biarkan aku yang menemani Bibi," sahut Eren."Kalian tidak perlu khawatir. Aku hanya akan menarik paksa hasil buruanku yang tidak patuh." &n
Generasi pertama naik ke atas panggung. Mereka jalan gontai tanpa membawa kesadaran seolah-olah mata mereka terpaksa terbuka dan seluruh tubuh mereka dipaksa untuk bergerak.Mereka mendekati Kiana dengan senjata yang mereka genggam. Tubuh mereka tercabik-cabik, hancur dan darah segar masih mengucur dari luka yang mereka dapatkan.'Bajingan itu menyiksa mereka sampai seperti ini?' batin Kiana.Kiana memenangkan pertandingan pertama. Para VVIP lemah lunglai tergeletak penuh luka di atas panggung.Kiana menggigit bibirnya sendiri. Ia merasa terlambat dan sangat berdosa. Seharusnya, dalam permainan gila tersebut tidak seharusnya melibatkan banyak orang. Jika HG Group menginginkannya, Kiana tidak akan menolaknya.Melihat generasi pertama yang kokoh dan kuat menjadi ternoda, hati Kiana sangat terluka. Tubuhnya yang sudah lelah, juga luka lama yang terbuka kembali, membuatnya semakin memanas.Pertarungan tersebut membuatnya gila dan semakin bergairah. Kiana yang menghadapi VVIP tidak serius,
Kiana mengerutkan keningnya. Bau amis darah segar dari celine membuatnya sedikit mual. Kiana memperhatikan tangan Celine yang membekas darah kering."Mora, acara sebentar lagi di mulai. Seharusnya kau sudah bersiap. Kenapa kau belum mengenakan seragammu?" tanya Celine sembari menghempaskan tubuhnya di atas sofa yang berada di dalam ruang ganti khusus untuk Kiana."Saya hanya sedikit bingung," jawab Kiana."Apa yang kau bingung kan?" tanya Celine. Ia membersihkan pisau lipat tersebut. "Apa kau ingin membuatku marah?" lanjutnya sembari memberikan tatapan tajam yang tak terkontrol."Maafkan saya, Nona Celine."Di depan mata Kiana, ada beberapa kalung berlian, anting, gelang dan jumlahnya cukup banyak. Perhiasan untuk pria dan wanita yang jika di pakai akan menutupi tubuh Kiana.'Apa yang harus aku lakukan dengan ini?' batin Kiana."Kau kenakan berlian itu tanpa terkecuali. Tidak ada yang boleh tertinggal," ujar Celine. "Aku tidak menyewa model untuk memperagakannya karena acara malam ini
Sam tidak mungkin menentang elitisan Gracia. Ia tidak mungkin membiarkan Gracia melewati pedihnya jalan hidup yang akan membakar telapak kakinya setiap ia melangkah maju."Lakukan apa yang kau inginkan. Aku akan berada di belakangmu sebagai pendukung," ucap Sam.Gracia beranjak dari tempatnya. Ia menghampiri Tuan Don yang terkekang oleh rantai yang melilit pada tangan dan kakinya. Mereka bertiga berada di ruangan yang sama sehingga mudah untuk mencari celah kabur."Hei, Pak tua!" teriak Gracia. "Kalau kau membohongiku, aku pastikan kepalamu langsung terlepas dari lehermu!" ancam Gracia."Hahaha ..." Tuan Don terkekeh geli. Ia menertawakan dirinya yang sudah dibodohi oleh Naura, juga dua orang yang menjaga kepercayaan tapi menjadi tertuduh. Bukankah itu konyol? Pikir Tuan Don."Aku akan menempatkan kalian berdua di posisi tertinggi perusahaanku. Kalian bisa melakukan apa saja untuk dendam atau membuktikan kualitas kalian," ucap Tuan Don."Kali ini, aku percaya padamu. Kalau kau membuatk
Rael keluar dari perusahaan miliknya. Ia mendapatkan sebuah kesan pribadi tanpa nama. Sejenak, kisah-kisah kelam kembali terlihat Dan terkenang dalam benaknya."Apa yang akan akan Anda lakukan, Tuan?" tanya Tuan Aaron. Meski ia menilai semuanya rumit, tapi Tuan Aaron sama sekali tidak memiliki pikiran untuk pindah kepercayaan atau Tuan."Alu harus menyelesaikan tugasku dengan baik sampai akhir," jawab Rael."Anda akan bergabung lagi dengan tujuh jenius yang Anda besarkan?" tanya Tuan Vidor. "Bukankah mereka sudah sudah mengkhianati Anda? Bagaimana mungkin Anda masih masih percaya pada mereka?" imbuhnya."Aku tidak berpikir kalau mereka berkhianat. Mereka hanya melakukan apapun yang membuat hati mereka senang. Lagi pula, berTuankan aku yang cacat seperti ini, tidak akan mendapatkan keunggulan dan juga nama baik." Santai, tapi terdengar ada kekecewaan di dalam kalimat Rael. Di tambah lagi dengan dengan ekspresi wajah Rael yang tersakiti."Saya mengerti. Saya akan mengikuti Anda sampai a
Ugh ... Ugh ... Ugh ...Uhuk ... Uhuk ... Uhuk ...Generasi pertama yang dijebak oleh Jordan karena menolak, mereka dijadikan tawanan yang akan memeriahkan puncak acara yang akan menghina harga diri mereka.Mereka semua terbatuk-batuk. Tubuhnya lebam-lebam bahkan ada punggung mereka hampir dibuat meleleh karena disulut oleh besi panas.Argh! Argh! Argh!Teriakan kesakitan itu menjadi nilai plus bagi Jordan. Ia puas karena mereka yang tidak menurut pada akhirnya bisa menjadi mainannya yang berharga."Bajingan kau, Jordan!" teriak Gerald yang tertangkap.Jordan hanya melepaskan Serchan meski Serchan menolak. Ia tidak ingin mengambil resiko karena yang Jordan tawarkan adalah kerjasama dengan bangsawan Inggris, bukan pengamdian dari Serchan. Dua hal tersebut sudah berbeda. Jika Jordan menangkap bangsawan Serchan, tentu saja ia akan dimusuhi oleh Inggris dan itu adalah sesuatu yang bisa dikatakan sebagai mimpi buruk."Bedebah sialan! Meski kau menjadikan kami meleleh bersama api, kami tida
Naura mendapatkan pesan singkat dari Delice. Ia harus memecahkan kode supaya bisa membaca pesan dari Delice.Naura menyipitkan matanya. "Dum? Siapa?" gumam Naura.Naura mendengarkan pesan suara yang terkirim melalui pesan pribadi yang akan otomatis terhapus beberapa detik setelah selesai di dengarkan.Naura tidak bisa melakukannya sendiri. Demi Rael, Delice menelusuri seluk beluk keberadaan Tuan Don. Untuk meruntuhkan sebuah menara, Delice harus menghancurkan pondasinya.Naura mendengarkan dengan saksama. Semua hal yang Delice sampaikan. Delice tidak akan membuat pesan pribadi hapus otomatis jika apa yang ia sampaikan tidaklah penting."Sayang, aku akan menjelaskan intinya secara singkat. Aku harap kau bisa mengerti. Aku tidak memiliki waktu untuk menjelaskannya secara langsung padamu. Yakinlah! Kalau kau melakukan sesuai yang aku rencanakan, kau akan berhasil hingga akhir tanpa terluka."Delice menjelaskan dengan rinci apa yang terjadi. Bagaimana awal mulanya sampai ia bertekad selam
Gedung tua yang ada di Rusia menjadi tempat pilihan yang cukup akurat untuk menjalankan semua rencana Jordan. Satu per satu tamu yang ia undang sudah mulai berdatangan.Tamu-tamu tersebut menatap heran ke arah gedung yang setengah rusak karena akibat kebakaran hebat beberapa bulan yang lalu.Mereka terdiri dari generasi awal yang membentuk organisasi damai. Jordan mengusik kedamaian yang sudah mereka perjuangkan."Mereka sudah datang tanpa terkecuali. Hah! Tingkat keyakinan yang aku miliki mencapai batasannya," ujar Jordan.Rion menjadi pengikut Jordan, begitu juga dengan Brandon. Mereka memiliki perhitungannya sendiri karena tali kekang HG Group sepenuhnya berada di tangan Jordan."Aku tidak tahu siapa yang menolak dan siapa yang menerima," ucap Jordan."Ah!" pekik Brandon tiba-tiba.Jordan mengundang mereka hanya mengandalkan persiapan insting dadakan. Tidak ada rencana bahkan persentase yang dibayangkan saja tidak ada. Bukankah Jordan terlalu berani untuk mempertaruhkan nyawanya se
Brak!"Kiana!" teriak Leon.Kiana melirik tajam. Ia sangat menunjukkan rasa tidak sukanya pada Leon yang masuk ke dalam kamar pribadinya saat Kiana baru saja merebahkan tubuhnya."Apa kau tidak memiliki sopan santun?" Kiana membalas bentakan Leon dengan kalimat pertanyaan yang tidak kalah sadis."Aku dengar kalau membunuh Zaila dan Rai, bahkan kau memberikan kelingking Rai sebagai bukti. Kiana, apa kau sudah gila?" bentak Rai.Kiana menyibakkan selimut yang baru saja menutupi tubuhnya. Kiana ingin istirahat sejenak untuk memulihkan diri dari beberapa darah yang keluar dari luka barunya."Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau kesulitan berdiri?" tanya Leon. Ia langsung mendekati Kiana untuk mengecek kondisinya.Kiana menepis tangan Leon. "Singkirkan tanganmu itu!" ujar Kiana."Aku memang tidak bisa memaksamu untuk bercerita, tapi aku yakin kalau kau bertarung hebat dengan Rai sebelum berhasil membunuh Zaila dan Rai. Kenapa kau membunuhnya?" tanya Leon lirih.Leon duduk di atas ranjang Ki
Tubuh Delice seperti menggigil kedinginan. Aura yang terpancar dari orang bertopi yang menyerangnya seperti tidak asing. Orang tersebut bahkan hanya diam dan tidak menyerang Delice lagi setelah Celine meninggalkannya."Kenapa tidak menyerang lagi? Kenapa hanya mematung, hah?" tantang Delice."Kenapa aku harus menyerang saat aku tidak ingin?" balas Kiana.Suara Kiana memang tidak asing bagi Delice. Sejenak, ingatan Kiana mulai merasukinya. Namun, Kiana menahan rasa sakit yang saat ini menyerangnya.Sret!Delice membuka paksa topi yang menutupi wajah Kiana. Rambut Kiana yang tertutup oleh topi juga menjadi tergerai karena penyangga hilang.Delice seperti diberikan kejutan yang tidak bisa ia bayangkan. Kiana, putri tercinta yang sedang ia cari ternyata berada di depan matanya."Kiana!" pekik Delice.Delice tidak ingat kalau beberapa menit yang lalu Kiana melukainya dengan luka yang cukup dalam. Meski luka tersebut bukan apa-apa bagi Delice, tapi tentu saja lukanya terasa berbeda karena p