Bulan depan, tepatnya di bulan januari, pertunangan resmi antara Eren dan Zavier akan dilaksanakan. Mereka tidak menggelar acara di New York, melainkan di Rusia.
Umur mereka yang masih remaja, membuat keterbatasan dalam acara tersebut. Delice juga tidak menginginkan hubungan mereka diketahui oleh orang luar."Kiana, apa kau baik-baik saja?" tanya Leon. Ia membaringkan tubuhnya di atas sofa dengan paha Kiana yang menjadi bantalan kepalanya."Pergi sana! Aku sedang baca komik!" usir Kiana. "Jangan menggangguku," pinta Kiana."Kau itu cantik. Mudah saja cari pacar," kata Leon."Berisik!" ucap Kiana. Selain sibuk dengan acara di Rusia untuk pertunangan antara Zavier dan Eren, Delice juga sibuk dengan persiapan acara ulang tahun Kiana yang ke tujuh belas."Selama satu bulan dia berada di Jepang, dia sama sekali tidak menghubungimu?" tanya Leon."Kak, kau ini. PeKiana sudah mengenakan gaun yang Renza pilihkan tempo hari. Ia duduk di kursi rias."Aku sudah belajar hal ini demi mendandaniku," kata Renza."Sungguh?" tanya Kiana. Renza mendandani Kiana. Ia belajar beberapa hari demi melakuka hal itu. Memberikan kesan terindah diusia Kiana yang tujuh belas tahun. Usia mereka sama, namun Renza ingin mengerahkan semuanya demi Kiana."Pelan-pelan. Awas saja kalau kau membuat rambutku rontok," ucap Kiana."Tenang saja. Aku akan membuatmu sangat cantik malam ini." Perlahan, sentuhan tangan Renza menyulap Kiana menjadi sangat cantik. Rambut yang dirias sangat indah."Lihatlah. Kau sangat cantik. Jika kau menikah nanti, aku bisa mengajari Ayah atau Daddy untuk merias rambutmu," kata Renza."Terima kasih! Kau memang yang terbaik.""Memujiku hanya ada maunya saja," kata Renza."Yang penting aku sudah memuji."
Zeki mendapatkan suatu masalah. Sejak ia menginjakkan kakinya di Jepang, ia sudah diserang oleh segerombolan orang yang tidak ia kenal. Zeki sempat lengah. Pertahanan dirinya berkurang. Itu sebabnya ia berjalan menahan sakit karena pahanya terkena luka tembak. Zeki tidak hidup dengan baik. Ia mengurus segala pekerjaan dan juga melanjutkan penyelidikan. Zeki pergi ke sebuah daerah yng tidak terlalu ramai. Sejak ia memutuskan untuk melepaskan Kiana, Zeki menyibukkan diri dengan segala sesuatu yang bisa ia lakukan. Zeki menginap di salah satu hotel. Malam itu, ada langkah kaki yang perlahan-lahan membuat Zeki waspada. Musuh yang ada di Jepang tidak seperti di New York. Mereka terlihat de
"Kau kembali?" Suara Gerald menyeruak masuk telinga menyambut kedatangan Zeki."Sedikit ada masalah tapi sudah berhasil aku hindari, Paman," kata Zeki. Zeki dua hari tidak kembali. Gerald khawatir, namun tanpa perintah dari atasan, ia tidak bisa melakukan suatu gerakan. Dena Group sengaja membuat semuanya seolah-olah tenang dan tidak saling peduli. Itu adalah sebuah jeratan yang akan membuat lawan menganggap romantisme diantara mereka telah mati."Obati lukamu dengan benar," kata Gerald."Luka seperti ini, tidak akan membunuhku." Gerald memberikan Zeki obat supaya tidak membuat lukanya infeksi lagi. Terlihat dari perban yang melilit pahanya, bercak darah segar masih terus keluar dari lukanya."Jangan kekanak-kanakan. Luka seperti ini tidak akan membuatmu mati saat ini, tapi bisa membunuhmu kemudian hari," kata Gerald."Terima kasih, sudah mengkhawtirka
Di lantai teratas, Tuan Don tengah memandangi dunia. Ia bisa melihat keindahan dunia yang tercakup oleh pandangannya. Ia bersama dengan Brian dan juga wanita yang berada di atas kursi roda. Wanita tersebut tampak linglung. Keadaannya tentu saja tidak baik-baik saja. Bahkan terbilang jauh dari kata itu."Brian, aku sudah mengatakan untuk melaporkan semuanya, bukan? Kenapa kau tidak mengatakan tentang kepergian Nick ke jepang? Apa yang dia lakukan di sana? Rencana? Rencana seperti apa, dan juga tujuannya. Apa kau bisa jelaskan?" tanya Tuan Don."Maaf, Tuan!" Brian menunduk dengan sopan."Apa dia sudah mulai meluncurkan rencananya untuk mengusik Exjen Vosaihe?" tanya Tuan Don. Entah apa hubungan Tuan Don dan Tuan Exjen. Mereka terlihat seperti memiliki dendam lama."Tidak, Tuan. Nick sedang menjaga anak perusahaan yang lain," jawab Brian. "Ada seseorang yang mulai mengusik dan dia harus segera diseles
Klub adalah tujuan pertama yang akan Delice datangi setelah ia membangunkan sebuah insting liar yang sudah lama terkubur dari dewa kematian. Ia akan menemui satu orang lagi yang bisa ia percaya. Di dalam klub, Delice juga sudah mendapatkan informasi tentang perkumpulan yang diadakan oleh para pengkhianat meski mereka hanyalah bawahan."Sampai kapan kita akan menunggu?""Kita tunggu saja perintah.""Apa kalian sudah bosan bersenang-senang?""Kita semua tentu saja sudah menunggu hari itu. Hari yang sudah ditentukan." Suara itu terdengar sampai luar ruangan. Delice berdiri tegap, berhadapan dengan dua orang yang tidak ia kenal. Dua orang tersebut terlihat sedang berjaga. Tidak selang lama, terdengar suara pertarungan yang sepi, senyap, tapi menggemparkan. Delice mengangguk dan tersenyum."Aku kalah cepat dari yang muda," gumam Delice.
“Orangtua gila! Cepat turun, sialan!” hardik Renza. “Hahaha... kalau hanya seperti ini, seharusnya kau mampu. Kau pria atau bukan? Dasar bocah lemah!” Tuan Dogan duduk di atas sofa yang berada dipunggung Renza. Renza berlatih mati-matian padanya meski Tuan Dogan berpihak pada yang namanya uang. Artinya, ia hanya bergerak jika uang yang ia dapatkan jauh lebih besar. Renza menjadikannya guru karena kelebihan yang bisa Renza lihat. Renza tidak pernah meminta informasi karena ia tahu kalau hal itu tidak akan mungkin ia dapatkan. Renza tidak dekat dengan Tuan Dogam karena ia hanya mengambil ilmu yang berguna darinya. “Sudah berapa kali kau berlatih tapi liar yang ada dalam dirimu sama sekali tidak ada,” kat
Dua pria paruh baya, sama-sama menikmati pembicaraan diantara mereka berdua. Mereka bicara santai sembari menikmati hidangan yang menemani mereka. Sajian makanan lezat memenuhi meja bundar yang menjadi penyekat diantara mereka.“Bagaimana cara saya harus menghadapi putri Anda, Tuan?”“Kenapa Anda terlihat gelisah? Apa Anda mulai terusik, Tuan Don?” Pria tersebut menjawab pertanyaan dengan pertanyaan yang lain.“Siapa yang bisa mengusik saya?”“Entahlah!” jawab pria paruh baya yang ada di depan Tuan Don.“Anda boleh melakukan apapun kalau pasar gelap bisnis antara kita selesai, tapi Anda tidak boleh menyentuh putri saya.”“Jangan khawatir, Tuan Dexel. Tidak akan ada yang terjadi karena saya sudah menempatkan orang-orang terhebat yang selama ini ikut masuk ke dalam kategori j
Anak perusahaan ketiga dari HG Group, lebih sulit digapai dibandingkan dua anak perusahaan yang sudah dihancurkan. Akan tetapi, mereka yang memiliki misi tidak kehilangan akal. Seorang pria memberikan ancaman kepada Naura. Namun, Naura tetap terlihat sangat tenang. Seperti segala kendali ada pada tangannya."Hei, Tuan! Apa kau tahu, kenapa aku mencari bocah yang sedang bersamaku?" tanya Naura."Pasti kau khawatir kalau bocah itu kenapa-kenapa." Pria tersebut bicara dengan sangat percaya diri."Salah!" Naura menengadah. Ia menatap atap gedung yang memiliki tingkat lebih rendah dibandingkan dengan gedung lainnya. "Karena aku sedang mengkhawatirkan kalian!" imbuhnya. Naura menunjuk ke atas. Eren sedang berdiri di atas atap. Menunjukkan kotornya kemeja putih yang melekat ditubuhnya karena darah. Pria yang meremehkan kekuatan wanita, langsung terbelalak."Tidak! Tidak mungkin! B
Generasi pertama naik ke atas panggung. Mereka jalan gontai tanpa membawa kesadaran seolah-olah mata mereka terpaksa terbuka dan seluruh tubuh mereka dipaksa untuk bergerak.Mereka mendekati Kiana dengan senjata yang mereka genggam. Tubuh mereka tercabik-cabik, hancur dan darah segar masih mengucur dari luka yang mereka dapatkan.'Bajingan itu menyiksa mereka sampai seperti ini?' batin Kiana.Kiana memenangkan pertandingan pertama. Para VVIP lemah lunglai tergeletak penuh luka di atas panggung.Kiana menggigit bibirnya sendiri. Ia merasa terlambat dan sangat berdosa. Seharusnya, dalam permainan gila tersebut tidak seharusnya melibatkan banyak orang. Jika HG Group menginginkannya, Kiana tidak akan menolaknya.Melihat generasi pertama yang kokoh dan kuat menjadi ternoda, hati Kiana sangat terluka. Tubuhnya yang sudah lelah, juga luka lama yang terbuka kembali, membuatnya semakin memanas.Pertarungan tersebut membuatnya gila dan semakin bergairah. Kiana yang menghadapi VVIP tidak serius,
Kiana mengerutkan keningnya. Bau amis darah segar dari celine membuatnya sedikit mual. Kiana memperhatikan tangan Celine yang membekas darah kering."Mora, acara sebentar lagi di mulai. Seharusnya kau sudah bersiap. Kenapa kau belum mengenakan seragammu?" tanya Celine sembari menghempaskan tubuhnya di atas sofa yang berada di dalam ruang ganti khusus untuk Kiana."Saya hanya sedikit bingung," jawab Kiana."Apa yang kau bingung kan?" tanya Celine. Ia membersihkan pisau lipat tersebut. "Apa kau ingin membuatku marah?" lanjutnya sembari memberikan tatapan tajam yang tak terkontrol."Maafkan saya, Nona Celine."Di depan mata Kiana, ada beberapa kalung berlian, anting, gelang dan jumlahnya cukup banyak. Perhiasan untuk pria dan wanita yang jika di pakai akan menutupi tubuh Kiana.'Apa yang harus aku lakukan dengan ini?' batin Kiana."Kau kenakan berlian itu tanpa terkecuali. Tidak ada yang boleh tertinggal," ujar Celine. "Aku tidak menyewa model untuk memperagakannya karena acara malam ini
Sam tidak mungkin menentang elitisan Gracia. Ia tidak mungkin membiarkan Gracia melewati pedihnya jalan hidup yang akan membakar telapak kakinya setiap ia melangkah maju."Lakukan apa yang kau inginkan. Aku akan berada di belakangmu sebagai pendukung," ucap Sam.Gracia beranjak dari tempatnya. Ia menghampiri Tuan Don yang terkekang oleh rantai yang melilit pada tangan dan kakinya. Mereka bertiga berada di ruangan yang sama sehingga mudah untuk mencari celah kabur."Hei, Pak tua!" teriak Gracia. "Kalau kau membohongiku, aku pastikan kepalamu langsung terlepas dari lehermu!" ancam Gracia."Hahaha ..." Tuan Don terkekeh geli. Ia menertawakan dirinya yang sudah dibodohi oleh Naura, juga dua orang yang menjaga kepercayaan tapi menjadi tertuduh. Bukankah itu konyol? Pikir Tuan Don."Aku akan menempatkan kalian berdua di posisi tertinggi perusahaanku. Kalian bisa melakukan apa saja untuk dendam atau membuktikan kualitas kalian," ucap Tuan Don."Kali ini, aku percaya padamu. Kalau kau membuatk
Rael keluar dari perusahaan miliknya. Ia mendapatkan sebuah kesan pribadi tanpa nama. Sejenak, kisah-kisah kelam kembali terlihat Dan terkenang dalam benaknya."Apa yang akan akan Anda lakukan, Tuan?" tanya Tuan Aaron. Meski ia menilai semuanya rumit, tapi Tuan Aaron sama sekali tidak memiliki pikiran untuk pindah kepercayaan atau Tuan."Alu harus menyelesaikan tugasku dengan baik sampai akhir," jawab Rael."Anda akan bergabung lagi dengan tujuh jenius yang Anda besarkan?" tanya Tuan Vidor. "Bukankah mereka sudah sudah mengkhianati Anda? Bagaimana mungkin Anda masih masih percaya pada mereka?" imbuhnya."Aku tidak berpikir kalau mereka berkhianat. Mereka hanya melakukan apapun yang membuat hati mereka senang. Lagi pula, berTuankan aku yang cacat seperti ini, tidak akan mendapatkan keunggulan dan juga nama baik." Santai, tapi terdengar ada kekecewaan di dalam kalimat Rael. Di tambah lagi dengan dengan ekspresi wajah Rael yang tersakiti."Saya mengerti. Saya akan mengikuti Anda sampai a
Ugh ... Ugh ... Ugh ...Uhuk ... Uhuk ... Uhuk ...Generasi pertama yang dijebak oleh Jordan karena menolak, mereka dijadikan tawanan yang akan memeriahkan puncak acara yang akan menghina harga diri mereka.Mereka semua terbatuk-batuk. Tubuhnya lebam-lebam bahkan ada punggung mereka hampir dibuat meleleh karena disulut oleh besi panas.Argh! Argh! Argh!Teriakan kesakitan itu menjadi nilai plus bagi Jordan. Ia puas karena mereka yang tidak menurut pada akhirnya bisa menjadi mainannya yang berharga."Bajingan kau, Jordan!" teriak Gerald yang tertangkap.Jordan hanya melepaskan Serchan meski Serchan menolak. Ia tidak ingin mengambil resiko karena yang Jordan tawarkan adalah kerjasama dengan bangsawan Inggris, bukan pengamdian dari Serchan. Dua hal tersebut sudah berbeda. Jika Jordan menangkap bangsawan Serchan, tentu saja ia akan dimusuhi oleh Inggris dan itu adalah sesuatu yang bisa dikatakan sebagai mimpi buruk."Bedebah sialan! Meski kau menjadikan kami meleleh bersama api, kami tida
Naura mendapatkan pesan singkat dari Delice. Ia harus memecahkan kode supaya bisa membaca pesan dari Delice.Naura menyipitkan matanya. "Dum? Siapa?" gumam Naura.Naura mendengarkan pesan suara yang terkirim melalui pesan pribadi yang akan otomatis terhapus beberapa detik setelah selesai di dengarkan.Naura tidak bisa melakukannya sendiri. Demi Rael, Delice menelusuri seluk beluk keberadaan Tuan Don. Untuk meruntuhkan sebuah menara, Delice harus menghancurkan pondasinya.Naura mendengarkan dengan saksama. Semua hal yang Delice sampaikan. Delice tidak akan membuat pesan pribadi hapus otomatis jika apa yang ia sampaikan tidaklah penting."Sayang, aku akan menjelaskan intinya secara singkat. Aku harap kau bisa mengerti. Aku tidak memiliki waktu untuk menjelaskannya secara langsung padamu. Yakinlah! Kalau kau melakukan sesuai yang aku rencanakan, kau akan berhasil hingga akhir tanpa terluka."Delice menjelaskan dengan rinci apa yang terjadi. Bagaimana awal mulanya sampai ia bertekad selam
Gedung tua yang ada di Rusia menjadi tempat pilihan yang cukup akurat untuk menjalankan semua rencana Jordan. Satu per satu tamu yang ia undang sudah mulai berdatangan.Tamu-tamu tersebut menatap heran ke arah gedung yang setengah rusak karena akibat kebakaran hebat beberapa bulan yang lalu.Mereka terdiri dari generasi awal yang membentuk organisasi damai. Jordan mengusik kedamaian yang sudah mereka perjuangkan."Mereka sudah datang tanpa terkecuali. Hah! Tingkat keyakinan yang aku miliki mencapai batasannya," ujar Jordan.Rion menjadi pengikut Jordan, begitu juga dengan Brandon. Mereka memiliki perhitungannya sendiri karena tali kekang HG Group sepenuhnya berada di tangan Jordan."Aku tidak tahu siapa yang menolak dan siapa yang menerima," ucap Jordan."Ah!" pekik Brandon tiba-tiba.Jordan mengundang mereka hanya mengandalkan persiapan insting dadakan. Tidak ada rencana bahkan persentase yang dibayangkan saja tidak ada. Bukankah Jordan terlalu berani untuk mempertaruhkan nyawanya se
Brak!"Kiana!" teriak Leon.Kiana melirik tajam. Ia sangat menunjukkan rasa tidak sukanya pada Leon yang masuk ke dalam kamar pribadinya saat Kiana baru saja merebahkan tubuhnya."Apa kau tidak memiliki sopan santun?" Kiana membalas bentakan Leon dengan kalimat pertanyaan yang tidak kalah sadis."Aku dengar kalau membunuh Zaila dan Rai, bahkan kau memberikan kelingking Rai sebagai bukti. Kiana, apa kau sudah gila?" bentak Rai.Kiana menyibakkan selimut yang baru saja menutupi tubuhnya. Kiana ingin istirahat sejenak untuk memulihkan diri dari beberapa darah yang keluar dari luka barunya."Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau kesulitan berdiri?" tanya Leon. Ia langsung mendekati Kiana untuk mengecek kondisinya.Kiana menepis tangan Leon. "Singkirkan tanganmu itu!" ujar Kiana."Aku memang tidak bisa memaksamu untuk bercerita, tapi aku yakin kalau kau bertarung hebat dengan Rai sebelum berhasil membunuh Zaila dan Rai. Kenapa kau membunuhnya?" tanya Leon lirih.Leon duduk di atas ranjang Ki
Tubuh Delice seperti menggigil kedinginan. Aura yang terpancar dari orang bertopi yang menyerangnya seperti tidak asing. Orang tersebut bahkan hanya diam dan tidak menyerang Delice lagi setelah Celine meninggalkannya."Kenapa tidak menyerang lagi? Kenapa hanya mematung, hah?" tantang Delice."Kenapa aku harus menyerang saat aku tidak ingin?" balas Kiana.Suara Kiana memang tidak asing bagi Delice. Sejenak, ingatan Kiana mulai merasukinya. Namun, Kiana menahan rasa sakit yang saat ini menyerangnya.Sret!Delice membuka paksa topi yang menutupi wajah Kiana. Rambut Kiana yang tertutup oleh topi juga menjadi tergerai karena penyangga hilang.Delice seperti diberikan kejutan yang tidak bisa ia bayangkan. Kiana, putri tercinta yang sedang ia cari ternyata berada di depan matanya."Kiana!" pekik Delice.Delice tidak ingat kalau beberapa menit yang lalu Kiana melukainya dengan luka yang cukup dalam. Meski luka tersebut bukan apa-apa bagi Delice, tapi tentu saja lukanya terasa berbeda karena p