Kiana membutuhkan ketenangan. Ia sampai di rumah duka tapi Meysha sudah dikuburkan. Kiana akhirnya melihat dari kejauhan. Menunggu semua orang pergi, lalu ia mendekati tanah merah yang bertaburan bunga dan tertulis nama Meysha.
"Hiks … Hiks … Hiks … Mey!" gumam Kiana.Kiana didampingi oleh Naura. Kiana sangat kacau. Ia terus saja menangis membuat Ken juga harus turun tangan. Sayangnya, Delice, Naura, Ken, bahkan saudaranya yang lain, tidak dapat menenangkan Kiana dengan baik.
"Sayang, ini sudah hampir pagi. Ayo kita pulang." Naura mendampingi Kiana yang tidak beranjak dari matahari terik, matahari tenggelam dan sampai sekarang matahari sudah terbit.
"Ibu pulang dulu saja. Aku masih mau di sini sebentar lagi," gumam Kiana.
"Kiana sayang, dengarkan Ibu! Duniamu tidak akan berakhir. Ibu pasti akan membuat orang yang membuat kesayangan Ibu menjadi seperti ini, mendapatkan hukumannya!"
&
Senyum terukir dari bibirnya. Namun, derai airmata membasahi pipinya. Tidak henti-hentinya isak tangis itu Son luapkan bersama rasa rindunya."Siapa? Siapa yang mengganti bunga untukmu setiap hari? Maaf! Aku terlalu pengecut dan tidak menerima kenyataan hingga aku baru datang sekarang," gumam Son. Son memeluk erat makam Meysha. Ia meluapkan segala rindunya. Ia tidak pernah datang. Sekalipun tidak pernah. Sore ini, untuk pertama kalinya dia datang menemui Meysha ditempat istirahat terakhirnya."Aku berharap berita kematianmu adalah mimpi buruk. Sayangnya, berapa lama waktu yang aku biarkan berlalu tanpamu, tidak membuatku terbangun dari mimpi itu." Son menangis seorang diri. Seolah-olah Meysha sedang ada di depan matanya. Son ingin sekali memeluknya. Ia yang menolak kenyataan sampai hampir gila, mengutuk dirinya sendiri yang sudah menjadi pengecut."Sayang, apa kau meninggalkanku de
Keluarga Exjen Vosaihe, memiliki kebijakan tersendiri. Amarah tidak akan bisa membuat Meysha hidup kembali. Akan tetapi, bukan berarti mereka melupakan kejadian itu. Peristiwa yang sudah menewaskan keturunannya. Keluarga Exjen menyelidiki dalam diam. Tidak ada emosi di dalamnya karena hanya bertujuan untuk menghukum siapa saja yang harus memetik dari bibit yang mereka tanam. Keputusan itu sudah diresmikan oleh keluarga besar.“Meysha tidak menyukai kekerasan. Itu alasan utama, kenapa kami semua tidak menggunakan hal itu. Termasuk dalam menghadapimu,” kata Zaila.“Ayah, serahkan urusan Son pada kami. Ayah dan Ibu silahkan lakukan hal lain,” ujar Rai. Ia berusaha membuat ruang menjadi lebih lega.&nb
Mansion Kaleid sedang sibuk dengan sebuah acara yang akan dimulai beberapa menit lagi. Naura mengenakan gaun panjang berwarna coklat muda. Delice mengenakan pakaian formal yang senada."Sayang, kemeja ini sudah sesak. Padahal belum pernah aku pakai," keluh Delice."Mungkin kemejanya menyusut," jawab Naura sembari terkekeh."Sayang, kau mengejlekku lagi?" Delice merajuk."Siapa? Aku tidak melakukan apa-apa," elak Naura. "Kemarilah! Aku akan merapikan dasimu," pinta Naura. Di dalam kamar Naura, terdapat kursi kecil yang fungsinya khusus untuk dipakai Naura ketika Naura mau memakaikan Delice dasi. Tinggi badan yang sangat berbeda, membuat Naura sedikit kesulitan."Melihatmu dari dekat, kenapa wajahmu tidak menua?" tanya Delice."Karena aku mendapatkan pria yang mencintaiku. Tentu saja aku awet muda," jawab Naura."Intinya, aku adalah pria tepat sebagai pilihan?" tanya Delice. Ia berharap mendap
Loid bersembunyi dibalik tubuh Aretha. Tamu tersebut adalah Gerald, Serchan, Dev, Jenny, River, Vanya, dan Morgan. Mereka adalah firasat buruk yang tidak membahagiakan."Sayang, bantu aku menyingkirkan mereka," pinta Loid."Kenapa? Bukankah kau senang karena bertemu dengan orang yang selalu kau rayu?" kata Aretha."Apa? Kau cemburu dengan pria?" pekik Loid."Pft…" Naura tidak tahan untuk terus menahan tawanya. "Gerald, kau tidak ingin memeluk Loid?" tanya Naura. "Kalian kekasih yang lama berpisah. Pasti saling rindu," ejek Naura."Ken, kau tidak ingin membantuku?" rengek Loid."Untuk apa aku membantumu?" Mereka semua masuk dan duduk. Gerald terlihat lebih tampan setelah ia berumur."Ken, kau cemburu?" celetuk Delice."Sial! Pertanyaan menjijikkan apa itu?" pekik Ken. Ia merasakan tubuhnya merinding dalam seketika."Ibu, apa dulu Ayah belok?" tanya Eren dengan polosnya."Gara-gara
Hari-hari sibuk dan suram dengan segala petunjuk, sudah berakhir. Kiana kembali sekolah seperti biasanya. Akan tetapi, ketika kakinya melangkah di tengah keributan yang terjadi, jiwanya kembali goyah."Apa kau teman dari wanita yang sok jagoan itu? Panggil temanmu itu!" bentak seorang pria yang mengenakan seragam Kakak kelas."Aku tidak akan memberitahu kalian!" ucap Kumey. Kiana mengepalkan tangannya. Dulu dia diam ketika melihat Meysha mengalami kekerasan karena permintaan Meysha itu sendiri. Akan tetapi, Kiana tidak akan membiarkan hal itu terjadi dua kali dalam hidupnya."Apa perlu aku menyeretmu, hah? Menelanjangiku ditengah lapangan supaya dia muncul?" bentak pria itu lagi."Sampai kapanpun, apa yang akan kalian lakukan, aku tidak akan memanggilnya.""Kenapa kau keras kepala hanya untuk melindunginya seperti itu?""Karena dia sahabatku!" Tatapan tulus Kumey sama
Berhari-hari Zeki tidak terlihat. Sejak ia kembali dari London bersama Kiana. Tidak ada yang tahu sebabnya. Ketika Sam atau Gracia ditanya, mereka hanya menjawab kalau Zeki sedang sibuk. Tidak ada yang menyadari kejanggalan apa yang terjadi. Pada kenyataannya, Zeki dikurung oleh Sam di dalam kamarnya. Karena cinta yang sedang Zeki perjuangkan, membuatnya dalam situasi yang menyedihkan. Sam tidak memukul Zeki. Ia hanya mengurung Zeki berhari-hari supaya tidak bertemu dengan Kiana. Entah apa yang Sam rencanakan. Mungkin untuk melihat reaksi Zeki setelah tidak berhubungan dengan Kiana berkali-kali.“Mandi dan bersiaplah. Kau harus pergi ke Jepang malam ini,” kata Sam sembari melempar semua data dan tiket di atas ranjang milik Zeki.“Kenapa mendadak sekali?&rdquo
Bulan depan, tepatnya di bulan januari, pertunangan resmi antara Eren dan Zavier akan dilaksanakan. Mereka tidak menggelar acara di New York, melainkan di Rusia. Umur mereka yang masih remaja, membuat keterbatasan dalam acara tersebut. Delice juga tidak menginginkan hubungan mereka diketahui oleh orang luar."Kiana, apa kau baik-baik saja?" tanya Leon. Ia membaringkan tubuhnya di atas sofa dengan paha Kiana yang menjadi bantalan kepalanya."Pergi sana! Aku sedang baca komik!" usir Kiana. "Jangan menggangguku," pinta Kiana."Kau itu cantik. Mudah saja cari pacar," kata Leon."Berisik!" ucap Kiana. Selain sibuk dengan acara di Rusia untuk pertunangan antara Zavier dan Eren, Delice juga sibuk dengan persiapan acara ulang tahun Kiana yang ke tujuh belas."Selama satu bulan dia berada di Jepang, dia sama sekali tidak menghubungimu?" tanya Leon."Kak, kau ini. Pe
Kiana sudah mengenakan gaun yang Renza pilihkan tempo hari. Ia duduk di kursi rias."Aku sudah belajar hal ini demi mendandaniku," kata Renza."Sungguh?" tanya Kiana. Renza mendandani Kiana. Ia belajar beberapa hari demi melakuka hal itu. Memberikan kesan terindah diusia Kiana yang tujuh belas tahun. Usia mereka sama, namun Renza ingin mengerahkan semuanya demi Kiana."Pelan-pelan. Awas saja kalau kau membuat rambutku rontok," ucap Kiana."Tenang saja. Aku akan membuatmu sangat cantik malam ini." Perlahan, sentuhan tangan Renza menyulap Kiana menjadi sangat cantik. Rambut yang dirias sangat indah."Lihatlah. Kau sangat cantik. Jika kau menikah nanti, aku bisa mengajari Ayah atau Daddy untuk merias rambutmu," kata Renza."Terima kasih! Kau memang yang terbaik.""Memujiku hanya ada maunya saja," kata Renza."Yang penting aku sudah memuji."