Share

Bab 87 Bayang-bayang Perpisahan

Malam semakin larut, tapi mataku enggan untuk terpejam. Yang aku lakukan saat ini hanyalah memandangi wajah tua Mama yang terbaring di ranjang.

Sedangkan di sofa, Bang Ben sudah menjelajahi mimpi setelah tadi memastikan istrinya baik-baik saja.

Berulang kali aku menarik napas, menghirup udara yang kian terasa sedikit. Sesak. Kala kuingat permintaan Mama, dadaku seperti diinjak.

"Kenapa tidak tidur?" Usapan lembut di pundak membuatku menoleh.

Papa. Ia beridiri di belakangku dengan sebelah tangan dimasukkan ke dalam kantong celananya.

"Nggak bisa tidur," jawabku.

"Istirahat. Kalau tidak, kamu akan sakit."

"Papa tidak pulang?" Bukannya menjawab ucapan Papa, aku malah bertanya.

"Mana mungkin Papa bisa pulang dan tidur di rumah, jika di sini wanita yang Papa cintai sedang tidak baik-baik saja."

Aku tersenyum kecil mendengar penuturan Papa. Entahlah, setelah melihat dengan jelas dan mendapatkan kepastian tentang kelakuan Papa, aku merasa ucapannya barusan hanyalah bualan semata.

Cinta
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status