Share

Part 3

Author: Ricny
last update Last Updated: 2025-01-05 15:05:15

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku

Part 3

"I-iya. Tapi apa kamu yakin anak kamu sebodoh itu, Mah?"

"Namanya anak remaja, otaknya masih polos, dia juga belum benar-benar tahu jati dirinya. Walau jujur, Mamah berharap ini cuma mimpi, tapi nyatanya kita menemukan buktinya 'kan? Lala kena iming-iming, Mamah yakin."

"Jadi Mamah yakin kalau hp ini dari si pelaku itu, Mah?"

Aku mengangguk.

"Tapi siapa, Mah? Siapa yang berani ngasih barang semahal ini? Kita tahu Lala bukan sekolah di sekolah orang-orang berada 'kan?"

"Itu dia, kalau Lala gak bergaul dengan anak orang-orang kaya di sekolahnya, cuma ada dua kemungkinan Pah, dia punya kenalan orang luar sekolah atau Lala kena iming-iming orang dewasa dalam sekolah yang secara finansial, dia bisa mengusahakan barang mewah ini untuk Lala."

Mata suami menyipit, "orang dewasa di sekolah? Siapa? Guru maksudnya?"

"Betul. Siapa lagi?"

"Astaga Mah, masa iya gurunya. Lala masih kecil loh dan Papah lihat di sana guru-gurunya juga udah pada tua, pada senior, gak mungkinlah kalau-"

"Pah, pelaku ped*fil itu otaknya gak kayak kita, justru dia lebih senang melakukannya sama anak kecil."

Suami diam.

"Pokoknya apa pun yang terjadi, kita harus larang supaya Lala gak masuk sekolah dulu, sembari itu, Mamah juga mau coba menyelidiki semua ini dengan bertanya ke teman-temannya," kataku lagi.

Dia mengangguk setuju. Setelah diskusi serius yang panjang itu, aku pun menemani suami makan siang.

"Pah, siang ini gak usah balik ke toko lagi ya, tolong jagain adek, Mamah mau langsung ke rumah temennya Lala."

"Oh ya udah, perlu Papah temenin gak, Mah? Mamah baru abis lahiran loh, gak apa-apa?"

"Gak apa-apa. Papah jaga adek aja, dan jaga si Lala, takutnya dia minggat dari rumah. Mamah udah kuat kemana-mana kok."

Suami mengangguk paham. Selepas makan siang aku langsung meluncur menggunakan sepeda motor ke rumahnya Sisi yang letaknya masih satu kelurahan.

"Eh Tante, gak datang sama Lala?" Anak itu menyambut ramah.

Yang kutahu sejauh ini, Sisi adalah sahabatnya Lala. Jadi kupikir dia tahu segalanya tentang Lala.

"Nggak Si, Tante ke sini cuma mau tanya sesuatu sama kamu."

"Boleh, mau tanya apa, Tan?"

"Soal Lala, apa akhir-akhir ini kamu lihat dia bertingkah aneh?"

Sisi diam sebentar sebelum akhirnya mengangguk. "Iya Tante, kok Tante bisa tahu? Sisi lihat akhir-akhir ini Lala emang jadi banyak diam. Entah di kelas, di kantin atau pun di jalan pulang, Lala gak seceria dulu."

Hmm. Benar 'kan dugaanku. Pasti ada yang gak beres.

"Emang sejak kapan Lala begitu, Si?"

"Emm kalau gak salah ... dari mulai bulan-bulan lalu dia udah gitu deh, Tan."

Aku bergeming. Berarti sikap Lala yang seperti itu bukan cuma di rumah tapi di sekolah juga. Astaghfirullah kenapa sebetulnya anak itu?

"Oh ya Si, Tante mau tanya lagi, apa kamu tahu sekarang Lala lagi deket sama siapa? Maksudnya ... apa kamu tahu Lala punya pacar?"

"Setahu Sisi sih kalau pacar nggak Tante, karena Sisi gak pernah lihat Lala sama laki-laki kecuali sama Pak Darwin, hehe." Dia cengengesan.

"Pak Darwin? Siapa itu Pak Darwin?"

"Dia wali kelas di sekolah kami, Tan."

Aku menarik napas panjang. Ooh jadi guru yang tadi datang ke rumah itu namanya Pak Darwin.

Kata Sisi, Lala gak deket sama siapa pun kecuali sama gurunya itu, astagfirullah apa jangan-jangan selama ini Lala kena iming-iming dia?

Kurang ajar, kalau sampai benar Lala kena iming-iming guru bernama Darwin itu, lihat saja, aku pasti akan menjebloskan dia ke dalam penjara.

"Oh ya Si, apa kamu tahu di mana rumah Pak Darwin?"

Sisi mengangguk, lalu menyebutkan sebuah alamat rumah yang ternyata tak terlalu jauh dari rumahnya Sisi.

"Oke Si, makasih banyak ya atas informasinya. Oh ya, jangan bilang-bilang Lala kalau hari ini Tante menemuimu. Oke?"

Sisi mengangguk lagi. Aku lalu bangkit dari sofa dan berniat pulang dari rumahnya, tapi saat akan beranjak aku ingat sesuatu.

"Oh ya Si, satu lagi."

Sisi mendelik.

"Kalau misal Tante minta bantuan kamu, apa kamu mau?"

"Bantuan? Bantuan apa, Tante?"

"Bisa gak kamu laporkan sama Tante apa pun yang Lala lakukan di sekolahnya?"

Anak itu bergeming.

"Kalau kamu bersedia bantu Tante, Tante akan tanggung uang jajanmu selama kamu mau membantu Tante."

Kedua bola mata anak itu mendadak berbinar. "Oh ya ya, bisa Tan, bisa."

"Bagus. Kamu bawa hp 'kan ke sekolah?"

"Bawa, Tan."

"Oke, simpan nomor, Tante."

Setelah menyalin nomor handphoneku di ponselnya Sisi, aku pamit dan langsung meluncur ke alamat rumahnya Pak Darwin.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 4

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 4"Bener kayaknya ini rumahnya." Aku mengedarkan pandang ke setiap sisi rumah bercat putih dengan halaman luas itu.Rumahnya memang tak terlalu bagus tapi aku lihat ada dua mobil mewah yang terparkir di halaman rumahnya yang menandakan bahwa guru ini adalah orang yang berada.Dan itu artinya bukan tak mungkin 'kan kalau dia yang memberikan ponsel mahal itu pada Lala?Awalnya rumah itu tampak terlihat sepi, tapi setelah mematung sekitar tiga menit lamanya di atas motor, tiba-tiba kudengar suara gaduh dari dalam rumah tersebut."Ngapain kamu balik ke rumahku? Bukankah kamu udah punya perempuan lain yang bisa membahagiakanmu? Pergi! Anak-anak bisa trauma melihatmu datang!"Kulihat seorang wanita paruh baya tengah teriak-teriak sambil mendorong guru bernama Darwin itu keluar.Sekilas aku merasa iba ketika guru tua itu hampir tersungkur ke lantai. Tapi jika kuperhatikan lagi ucapan istrinya, Pak Darwin sepertinya sudah melakukan kesalahan yang sanga

    Last Updated : 2025-01-05
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 5

    Misteri Uang di Tas Sekolah AnakkuPart 5"Coklat dari mana ini? Perasaan tadi aku gak lihat coklat di dalam tas Lala, buku-bukunya juga udah dia keluarin."Dengan rasa penasaran yang menggebu-gebu, aku kembali mengobrak-abrik tas sekolah Lala. Dan aku makin dibuat terkejut ketika aku menemukan setangkai bunga mawar di bagian tas paling dalam."Bunga mawar? Apa-apaan ini? Dari mana Lala mendapatkannya? Bukannya dari tadi dia gak pergi kemana-mana?" gumamku seraya membaca pesan singkat yang ditulis pada kertas kecil di tangkai bunga mawar tersebut. [Bunga yang cantik untuk Lala yang cantik. Jangan takut lagi dong, Sayang]Dengan rahang mengeras dan dada bergemuruh, refleks kulempar lagi benda-benda itu ke atas kasur. Lalu pergi ke luar kamar untuk mencari Lala."Lalaa! Lalaaa!""Mah ...." Anak itu muncul di belakangku.Aku berbalik dan mendapati wajah Lala yang sembab dengan mata yang sudah bengkak. "Mah ...." Dia tiba-tiba memelukku dengan erat."Kamu habis dari mana sih? Terus itu

    Last Updated : 2025-01-05
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 6

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 6Anak itu mengangguk lalu masuk ke dalam kamar mandi. Sementara aku juga bersiap-siap ke bawah."Pah, bangun, udah mau Magrib." Aku mengguncang punggung lelaki yang masih tertidur pulas itu."Eh Papah ketiduran ya, Mah?" katanya seraya duduk dan memijit pangkal matanya."Kebiasaan, suruh jagain adek malah tidur. Buru mandi, karena habis Maghrib Mamah mau pergi lagi, jadi Papah tolong jagain adek lagi ya.""Hah pergi lagi? Pergi kemana, Mah?""Ada pokoknya."Aku sengaja tak memberi tahu suami dulu kalau aku akan pergi membawa Lala ke satu tempat. Pasalnya, kalau dia tahu aku akan pergi membawa Lala ke tempat itu, suami pasti akan melarang dengan alasan ini dan itu.***Selepas Maghrib aku dan Lala meluncur menggunakan taksi online yang sudah kupesan sebelumnya."Kita mau kemana, Mah?"Tak kujawab pertanyaan itu sampai akhirnya kami berhenti di depan sebuah rumah sakit. "Ngapain kita kesini, Mah?" "Gak usah banyak tanya, ayo ikut."Aku menarik

    Last Updated : 2025-01-05
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 7

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 7Aku geram. Walau sudah kuperjelas masih saja anak itu berpura-pura polos. "Sadar Lala, sadar. Kamu itu lagi kena iming-iming dia. Guru itu bukan orang baik, kenapa sih kamu gak ngerti-ngerti?!" "Kena iming-iming?""Cukup! Mamah bosan lihat wajah kamu yang sok polos itu Lala. Mulai sekarang Mamah pertegas, kamu gak boleh deket-deket guru itu lagi, paham?"Lala menatapku tajam lalu berpaling sambil mendengus kesal. Aku melakukan hal yang sama._Sampai di rumah suami langsung menyambut kami ke teras."Mah, kalian pada kemana aja sih? Jam segini kok baru balik?""Dari rumah sakit.""Rumah sakit? Habis ngapain? Siapa yang sakit?""Habis periksa dia." Aku melirik pada Lala. Anak itu membuang muka."Periksa apa? Kamu sakit, La?" Suami memegang kedua bahu Lala. Tapi cepat ditepisnya lagi oleh Lala. Tanpa izin permisi anak itu pun melengos pergi."Lala sakit apa, Mah? Kok dia kayak kesel gitu?""Sakit otak," ketusku seraya masuk ke dalam.Suami men

    Last Updated : 2025-01-05
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 8

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 8"G-gak ada siapa-siapa, Mah.""Bohong!" Aku menyembulkan kepala pada tembok pojok balkon. Kupikir aku akan menemukan seseorang di sana, tapi nihil. "Kamu gak lagi bohong sama Mamah 'kan?"Lala menggeleng kepala."Terus ngomong sama siapa tadi kamu, hah?!""T-tadi ... Lala ngomong sendiri, Mah."Aku mendelik tajam. Lala tampak makin gugup."Maksud Lala ... tadi Lala lagi latihan akting buat nanti pentas akhir sekolah, Mah."Mataku menyipit, memberinya desakan untuk bicara jujur."Bohong! Terus tadi apa yang jatuh?""T-tadi ... itu ... pot bunga, Mah." Lala melirik ke bawah.Gegas saja aku keluar kamarnya lalu turun tanpa bicara apa-apa lagi. Kalau tadi benar ada orang, lalu di atas orangnya menghilang, aku yakin, orang itu pasti loncat ke bawah. Buktinya pot bungaku pecah."Maaah! Maah, mau kemana?" Lala ikut turun, mencoba menahanku lebih tepatnya."Diam kamu Lala! Mamah tahu kamu bohong dan kamu mencoba menyembunyikan laki-laki itu 'kan?!

    Last Updated : 2025-01-22
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 9

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 9Aku mengerling, "habisan pake nanya, ya siapa lagi, selain Pak Darwin si tua bangka itu, Pah," ralatku."Huuuh, Papah kira." Suami melepaskan napas lega. "Emang Mamah tadi lihat Pak Darwinnya, Mah?""Iya, tadi itu pas Mamah mau lihat keluar siapa orang yang udah kabur dari kamar Lala, tiba-tiba aja Pak Darwin muncul, itu artinya beneran dia 'kan orangnya?""Oh gitu." Suami manggut-manggut. "Terus gimana lagi, Mah?""Ya udah Mamah ancam aja, kalau sekali lagi dia datang atau kelihatan deketin Lala, bakal Mamah pastikan dia dipecat dari sekolah dan kehilangan pekerjaan seumur hidup dia."Suami menarik napas berat.***"Lala! Mau kemana kamu?"Pukul 23.59, hampir jam 12 malam. Aku yang baru saja mengambil air hangat untuk susu Arkan mendadak terhenti di dekat pintu kamar.Aku dengar suara suami yang sedang teriak memanggil Lala di luar.Gegas aku menghampirinya. "Pah, ada apa?"Dia terkejut, "eh, Mah. Kok bangun?""Mamah yang harusnya nanya, Pa

    Last Updated : 2025-01-22
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 10

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 10"Kamu yang ngapain di sini, hah?!""Mam ... anu ... itu ... Lala ....""Cukup. Jelasin di rumah." Kutarik anak itu ke motor.__"Ngaku kamu. Habis ngapain kamu semalam di hotel, hah?!" Emosiku kembali memuncak. Kulempar anak itu ke sofa."Ampun Mah, ampuun.""Mah, ada apa sih?" Suami langsung datang, seperti biasa, dia akan siaga membela anaknya."Lihat ini Pah, anak kesayangan Papah, bisa-bisanya Mamah temuin dia di depan hotel."Mata suami melebar, "di depan hotel? Bener itu, La?"Lala bergeming, dia malah membuang muka dari papahnya."Dasar anak gak tahu diuntung, makin ke sini makin ngelunjak kamu, ya." Aku baru akan menarik tangannya saat suami dengan cepat mencegah. "Mah udahlah, gak usah pakai kekerasan. Lala ada di hotel mungkin karena acaranya semalam di hotel, Mamah lupa kalau semalam Lala mau pergi ke acara ulang tahun temannya? Iya 'kan La?" Suami berjongkok, mendongakan wajah Lala padanya."Ya tapi acara ulang tahun tengah mal

    Last Updated : 2025-01-23
  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 11

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 11"Hati-hati dong, Pah." Kuberi dia minum."Ngapain Mamah ke sana lagi, Mah?""Mamah gak tenang, Mamah harus tahu apa yang dilakukan Lala di sana, Pah.""Oh, ya udah kalau gitu. Terserah Mamah aja, tapi bener Mamah mau pergi sendirian?""Iya Pah, kamu di rumah aja, Mamah berangkat sekarang ya."Aku buru-buru bangkit lalu menyambar kunci motor dan melesat pergi menuju hotel Narisa.Tapi sesampainya di sana aku malah dibuat kesal. Bagian resepsionis ternyata tak bisa memberiku informasi apa-apa dengan alasan itu adalah privasi tamu."Astaga Mbak, anak saya nginap di sini semalam, saya cuma mau tahu dia nginap sama siapa? Apa benar yang dikatakan anak saya bahwa dia nginap dengan teman-temannya juga?""Mohon maaf Ibu, sekali lagi kami tidak bisa memberi tahu informasi apa pun tentang tamu kami." Perempuan muda berparas cantik itu menangkupkan kedua tangannya depan dada.Argh persetan! Akhirnya aku keluar dengan wajah kesal."Heh, ngapain?" Aku te

    Last Updated : 2025-01-23

Latest chapter

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 95

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 95"Sudah Maura, yang penting sekarang kamu aman di rumah Uwa."Maura mengangguk dan tiba-tiba suara teriakan menggema dari luar rumah."Maura! Aku tahu kamu ada di dalam! Keluar, Maura!"Jantungku langsung berdegup kencang. Aku menoleh ke arah Maura yang duduk di kursi dengan wajah pucat pasi. Tangannya mencengkeram ujung bajunya dengan erat, tubuhnya gemetar hebat."Wa ... tolong, Wa. Tolong Maura. Maura takut!" isaknya dengan suara bergetar.Dari luar, suara pria itu semakin menjadi. "Aku melihat sendiri kamu lari ke sini! Jangan pikir bisa sembunyi dariku! Keluar! Dasar perempuan tidak tahu diri! Berani berselingkuh di belakangku, maka harus berani menerima akibatnya!"Maura menutup telinganya sambil menangis. "Wa, dia bakal masuk nggak? Jangan biarkan dia masuk, Wa! Maura takut!"Aku menggenggam tangannya yang dingin. "Tenang, Ra. Uwa nggak akan biarkan dia menyentuh kamu."Mas Halbi yang duduk di sebelahku langsung berdiri, wajahnya meneg

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 94

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 94Mas Halbi menghela napas lagi. "Iya, mereka nggak tahu yang sebenarnya. Itu sebabnya kamu nggak perlu ambil hati. Percuma. Kita nggak akan bisa mengubah cara mereka berpikir."Aku menggeleng. "Tapi sakit, Mas. Mereka ngomong tentang Lala seakan-akan dia itu barang bekas yang nggak pantas buat siapa-siapa."Mas Halbi menatapku penuh empati. "Lala bukan barang. Lala anak kita. Dan kita tahu siapa dia sebenarnya. Kita tahu bagaimana dia berjuang. Kita tahu dia bukan seperti yang mereka katakan."Aku terdiam, mencoba mencerna kata-kata suamiku."Yang penting kita ada buat dia. Jangan biarkan mereka membuat kita kehilangan kepercayaan pada anak kita sendiri," lanjut Mas Halbi.Aku menyandarkan kepala ke bahunya, berusaha mengambil kekuatan dari kehadirannya. "Aku cuma capek, Mas. Aku udah capek dengar orang ngomongin anak kita seolah-olah anak kita itu nggak ada harganya.""Aku tahu." Mas Halbi membalas dengan suara rendah. "Makanya kita gak usah

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 93

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 93Aku menarik napas dalam-dalam. Rasanya dada ini semakin sesak mendengar obrolan-obrolan yang terus diarahkan pada Lala. Kenapa sih orang-orang ini seperti tidak bisa berhenti membahas pernikahan? Seolah-olah hidup seseorang hanya akan dianggap sempurna kalau sudah menikah."Iya Ndri, lihat tuh si Maura, anak Bibi. Dia udah nikah di usia 17 tahun, sekarang anaknya usia 7 tahun, udah kayak bestie. Siapa yang bakal nyangka kalau dia ternyata udah punya anak," kata salah satu saudaraku lagi, seolah menambahkan beban di suasana yang sudah cukup berat.Aku melirik Maura yang sedang duduk di pojok ruangan. Dia tampak asyik dengan ponselnya, sesekali tertawa kecil sambil mengetik sesuatu. Sementara anaknya yang berusia 7 tahun tampak sibuk melahap sepiring nasi di dekatnya."Maura, coba kamu ceritakan sama saudaramu ini, Nak. Mbak Lala, biar dia cepat mau nikah," Bibiku menimpali lagi, seolah sengaja ingin mempermalukan Lala di depan banyak orang.M

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 92

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 92"Maaf loh, bukannya menghina. Tapi kan ini kenyataannya, Ndri."Aku mengangguk pelan, meskipun dalam hati aku merasa muak. "Iya, Bu. Nanti coba saya bicara sama Lala."Bu Atun tersenyum puas. "Iya. Mumpung Juragan Danu juga masih belum ada yang srek tuh. Kali aja kalau sama Lala, dia mau.""Iya, Bu," jawabku seadanya.Setelah membayar belanjaan, aku segera pulang dengan hati yang berat. Langkahku terasa lebih lambat dari biasanya, pikiranku dipenuhi dengan percakapan tadi di warung.Sesampainya di rumah, aku langsung menemui ibu yang sedang duduk di ruang tengah rumahnya, mengiris bawang untuk persiapan memasak."Kata mereka, apa lebih baik Lala dijodohin aja, Bu?" tanyaku, meletakkan belanjaan di meja.Ibu menghentikan kegiatannya dan menatapku dengan ekspresi tak percaya. "Dijodohin sama siapa?"Aku menghela napas. "Ya, sama siapa aja. Sama Juragan Danu misalnya."Ibu langsung melotot. "Husssh! Ngaco kamu, Ndri! Tua bangka begitu, masa mau

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 91

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 91Setelah mengucapkan kata-kata itu, ia berbalik dan pergi dengan langkah tergesa-gesa. Warga yang menyaksikan kejadian itu langsung saling berpandangan."Astaghfirullah, kok masih aja ada orang kayak gitu?" gumam salah seorang ibu yang berdiri tak jauh dariku."Iya, ya. Bukannya introspeksi, malah makin menjadi," timpal yang lain.Aku menarik napas panjang dan menoleh ke arah ibu. Jujur, aku selalu kepikiran kalau soal anak. Aku yang punya masalah dengan Bu Een, kenapa jadi Lala yang kena sumpah serapah? Ya Allah semoga saja, Engkau jauhkan anak hamba dari segala mata jahat.Mas Halbi, yang sedari tadi memperhatikan, akhirnya ikut bersuara. "Sudah, Ndri. Lanjutkan saja pembagian sembakonya. Jangan sampai hal tadi mengganggu niat baik kita."Aku mengangguk dan kembali fokus ke apa yang sedang kulakukan. Aku tidak ingin kejadian barusan merusak suasana.Satu per satu, warga kembali maju untuk mengambil sembako."Indri, kamu benar-benar perempua

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 90

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 90Aku terperangah dan menggeleng-gelengkan kepala. "Astagfirullah Bu Een. Jangan menuduh orang lain tanpa bukti Bu, fitnah keji itu namanya. Memangnya kapan saya pernah bicara seperti itu?" "Halah bilang aja kamu mau nyangkal.""Saya bukannya menyangkal Bu Een," sanggahku tegas. "Bahkan kalau Bu Een bersedia, ayo kita bersumpah atas nama Tuhan, siapa yang sumpahnya palsu, maka dia siap mendapatkan konsekuensinya."Bu Een menelan ludah. Sementara orang-orang yang hadir di sana makin ramai berbisik-bisik. "Kalau Bu Een berani bersumpah atas tuduhan yang dilontarkan oleh Bu Een itu, maka semua orang boleh percaya pada Bu Een dan semua orang boleh mengobrak-abrik toko saya. Tapi seandainya Bu Een bohong, maka konsekuensinya adalah berupa penderitaan hidup dan nikmat yang siap dicabut oleh Tuhan. Bagaimana?" tantangku.Semua orang saling lirik. Mereka lalu setuju tampak dengan usulku. Sampai akhirnya aku pun melakukan sumpah di bawah Alquran. Ka

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 89

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 89Pagi itu, aku duduk di depan toko bersama Mas Halbi. Matahari masih rendah, tapi udara sudah terasa hangat. Toko kami masih sepi. Tak ada satu pun pelanggan yang datang sejak kemarin. Semalam aku sudah cerita pada ibu, soal ini, aku pikir ibu tahu kira-kira kenapa penyebab toko kami bisa sepi seperti ini, tapi ibu bilang namanya jualan pasti ada masa rame dan sepinya. Tapi entah kenapa aku tetap merasa ada yang tak beres dengan tokoku ini.“Mas, aku kepikiran sesuatu."Mas Halbi menoleh. “Apa?”“Gimana kalau hari ini kita bagi-bagi sembako gratis lagi seperti awal kita buka?”Kening Mas Halbi berkerut. "Ya, anggap aja ini sedekah. Selain itu, ini bisa jadi cara buat narik orang-orang supaya mereka kembali belanja di toko kita.”Mas Halbi terdiam sebentar, lalu tersenyum kecil. “Boleh juga idenya. Ya udah, ayo kita siapin sekarang.”Tanpa menunda lagi, kami mulai mengemas sembako. Aku dan Mas Halbi bekerja dengan penuh semangat, berharap u

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 88

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 88Ah aku tidak peduli. Yang penting aku ingin yang terbaik untuk anakku.***Pagi-pagi sekali, aku sudah bersiap untuk pergi ke rumah Asep. Mas Halbi menyarankan agar aku tak pergi sendirian, tapi aku yakin ini adalah urusanku sebagai ibu. Aku ingin menyampaikan keputusan Lala dengan baik-baik. Bagaimanapun juga, hubungan baik harus tetap dijaga, meski harus membawa kabar yang mungkin mengecewakan mereka.Saat tiba di rumah Asep, aku melihat Asep sedang duduk di teras rumah, sepertinya baru saja selesai sarapan. Ia tersenyum sopan saat melihatku."Bibi. Silakan masuk, Bi," katanya ramah.Aku mengangguk dan melangkah masuk. Di ruang keluarga, Bu Een duduk di kursi roda dengan wajah yang jauh lebih segar dibandingkan terakhir kali aku melihatnya. Ia sudah bisa berbicara meskipun pelan, dan nenek Asep juga ada di sana, duduk bersisian sambil merajut sesuatu.Setelah berbasa-basi sebentar dan menanyakan kondisi Bu Een, aku pun menghela napas. Aku

  • Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku    Part 87

    Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 87Aku menarik napas dalam, "Bu Een sakit, La. Dia kena stroke sekarang, setelah mengalami stres berat akibat luka bakar yang dilakukan oleh majikannya di Arab. Sekarang dia cuma bisa duduk di kursi roda, dan Asep yang merawatnya."Mata Lala membulat. "Serius, Mah? Ya ampun ... Lala baru tahu. Kasihan banget. Lala harus jenguk Bu Een. Bisa antar Lala ke sana sekarang, Mah?"Aku mengangguk. "Tentu. Yuk, kita pergi sekarang."Kami segera berangkat ke rumah Bu Een. Saat sampai, aku melihat Bu Een duduk di kursi roda di halaman rumahnya, ditemani Asep. Dia tampak jauh lebih kurus dari sebelumnya, dan wajahnya penuh dengan kesedihan yang mendalam. Asep yang berdiri di sampingnya terlihat lebih dewasa dari terakhir kali aku melihatnya.Lala melangkah mendekat dengan hati-hati. "Assalamualaikum."Asep menoleh dan langsung tersenyum kecil. "Waalaikumsalam, La."Bu Een hanya menatap kami dengan mata yang tampak lelah. Aku bisa melihat ekspresi di wajahn

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status