Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku
Part 1 "Ada uang sebanyak 500 ribu yang udah ketiga kalinya Mamah temuin di tas sekolah kamu dalam sebulan ini Lala, jujur, ini uang kamu dapat dari mana sebenarnya?" Aku menggebrak meja makan dan menatapnya tajam. Anak sulungku yang masih berusia 15 tahun dan masih duduk di kelas 3 SMP itu hanya terdiam di depan piring makan siangnya. "Kalau Mamah lagi nanya itu dijawab, punya mulut 'kan kamu?" "Lala gak tahu itu uang dari mana, kalau Mamah butuh ambil aja," katanya kemudian. Mataku melotot. "Mamah gak butuh uang ini, Mamah cuma pengen tahu, dari mana asal muasal uang yang selalu Mamah temuin di tas sekolah kamu ini, Lala?!" Aku makin geram. Pasalnya, setiap kali kutanya perihal uang yang akhir-akhir ini kutemukan di dalam tasnya itu, dia selalu menjawab dengan jawaban yang sama. Siapa yang gak naik darah? "Ada uang di dalam tas sekolah kamu, kok bisa-bisanya kamu gak tahu? Jangan sampai Mamah berpikir yang nggak-nggak, ya!" lanjutku dengan suara yang semakin meninggi. Dia yang tak terima refleks menjatuhkan sendoknya. "Emang Mamah berpikir yang nggak-nggak gimana sih, Mah? Lala 'kan udah jawab gak tahu, ya gak tahu, kok Mamah gak percaya?" "Jelas aja Mamah gak percaya, jawaban kamu gak menyakinkan. Ada uang 500 ribu dan ini udah ketiga kalinya, masa iya kamu gak tahu. Punya pacar kamu, hah? Atau maling? Atau-" "Atau apa? Mamah mau nuduh Lala apa lagi?" potongnya, lalu bangkit dan melengos pergi dengan raut kecewa. Astaghfirullah anak itu. Dia yang salah dia juga yang merasa tertuduh. Stres banget rasanya aku, makin besar Lala makin susah aja diatur. Tring! Ponselku dering. Panggilan telepon dari Mas Darma, suamiku. "Hallo, Pah. Kenapa?" "Lala udah balik, Mah? Mau Papah jemput dia kalau belu, sekalian Papah balik dari toko." "Udah, nih barusan Mamah marahin dia." "Loh kenapa dimarahin, Mah?" "Mamah nemu uang lagi di tasnya." "Astaga Mah, tapi 'kan gak perlu Mamah marahin dia tiap hari. Coba bicara baik-baik dulu. Sabar ngadepin dia itu." "Auk ah." Tut! Malas meladeninya aku langsung mematikan sambungan telepon. Kepalaku makin pusing rasanya kalau suamiku nyuruh aku sabar, sabar dan sabar ngadepin si Lala. Udah tahu itu anak makin hari makin ngeyel, tapi suamiku selalu aja nyuruh aku sabar. Apa gak gila lama-lama aku di sini? "Biarin aja, bodo amatlah mau mereka apa." Sambil menggerutu aku kembali membuka ponsel, menyekrol media sosial untuk menghilangkan kepenatan dengan sedikit mencari hiburan. Tapi yang kutemukan justru berita-berita yang membuat kepala ini makin terasa pusing dan berat. Barusan aku lihat berita seorang siswi SMP di Gorontalo yang jadi korban Grooming dan tindak asusila gurunya sendiri sejak 2022 lalu. "Astaghfirullah, gak ada berita yang bikin seneng emak-emak apa? Kalau gak soal sembako naik, ini berita pasti soal tindakan asusila, pele*han, kekerasan, terus ...." Tiba-tiba mulut ini berhenti mengomel, baca berita siswi SMP barusan aku jadi teringat pada Lala. "Astaghfirullah apa jangan-jangan Lala ...? Duit itu duit dari ...." Tok tok tok. Aku mengerjap, seseorang mengetuk pintu di depan. "Siapa yang dateng? Si Papah apa?" "Assalamualaikum." "Waalaikumsalam," balasku, seraya gegas beranjak ke depan. Seorang pria usia paruh baya, berambut klimis dan memakai kemeja batik panjang ternyata yang datang. "Iya, cari siapa ya?" "Benar ini rumah Lala?" Dia balik bertanya. "Iya. Bapak ini siapa ya?" "Oh saya wali kelasnya Lala, Bu." Dia mengulurkan tangan kanannya. Teg teg teg! Entah kenapa, perasaanku mendadak tak karuan. Wali kelasnya Lala, buat apa dia datang kesini? "Mohon maaf kalau saya mengganggu waktunya. Saya cuma mau mengembalikan ini pada Lala, Bu." Pria itu menyodorkan ponsel berwarna pink dengan lambang apel tergigit. "Hah? Maksudnya ini milik siapa, Pak?" Aku yang terkejut refleks bertanya. Terkejut karena aku tahu, Lala tidak punya ponsel seperti itu. "Loh, bukannya ini milik Lala? Saya lihat tadi ponsel ini jatuh dari dalam tas Lala saat dia buru-buru pergi dari mejanya." "Hah? Apa iya?" Pelan kuambil benda itu, lalu menelitinya dengan seksama. "Coba saja Ibu buka, kalau itu benar punya Lala pasti ada foto Lala di dalamnya," usul guru tersebut. Aku tak membuang waktu, cepat kutekan layar ponsel seharga puluhan juta tersebut. "Astaghfirullah!"Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 2Baru saja sampai di menu galeri, aku sudah dibuat syok bukan main."Kenapa, Bu?" Guru itu ikut cemas ketika melihat ekspresiku.Cepat kumasukan ponsel itu ke dalam saku daster. "Gak apa-apa Pak, ini ponselnya saya simpan dulu ya, kalau misal bukan milik Lala pasti saya kembalikan.""Oh baik kalau gitu, Bu. Saya permisi.""Iya, Pak."Guru itu pergi, sementara aku cepat naik ke atas. Menghampiri Lala di kamarnya.Dor dor dor!"Lala, buka!" Aku teriak kencang."Apa sih, Mah?" Dia menyembulkan kepalanya dengan raut kesal.Kudorong pintu yang hanya dibukanya sedikit itu sambil menerobos masuk."Ada apa sih?""Milik siapa ini?" Kuangkat ponsel tadi. Menampakkannya tepat di depan wajah Lala.Seketika wajah anak itu pucat. "L-Lala ... gak tahu, Mah.""Jangan bohong."Dia menelan ludah, ekspresinya berubah tegang."Bener 'kan ini punya kamu?"Dia menggeleng, "nggak Mah, sumpah itu bukan punya Lala.""Terus kenapa ada foto kamu di dalamnya? Dan apa ini
Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 3"I-iya. Tapi apa kamu yakin anak kamu sebodoh itu, Mah?""Namanya anak remaja, otaknya masih polos, dia juga belum benar-benar tahu jati dirinya. Walau jujur, Mamah berharap ini cuma mimpi, tapi nyatanya kita menemukan buktinya 'kan? Lala kena iming-iming, Mamah yakin.""Jadi Mamah yakin kalau hp ini dari si pelaku itu, Mah?"Aku mengangguk."Tapi siapa, Mah? Siapa yang berani ngasih barang semahal ini? Kita tahu Lala bukan sekolah di sekolah orang-orang berada 'kan?""Itu dia, kalau Lala gak bergaul dengan anak orang-orang kaya di sekolahnya, cuma ada dua kemungkinan Pah, dia punya kenalan orang luar sekolah atau Lala kena iming-iming orang dewasa dalam sekolah yang secara finansial, dia bisa mengusahakan barang mewah ini untuk Lala."Mata suami menyipit, "orang dewasa di sekolah? Siapa? Guru maksudnya?""Betul. Siapa lagi?""Astaga Mah, masa iya gurunya. Lala masih kecil loh dan Papah lihat di sana guru-gurunya juga udah pada tua, pada seni
Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 4"Bener kayaknya ini rumahnya." Aku mengedarkan pandang ke setiap sisi rumah bercat putih dengan halaman luas itu.Rumahnya memang tak terlalu bagus tapi aku lihat ada dua mobil mewah yang terparkir di halaman rumahnya yang menandakan bahwa guru ini adalah orang yang berada.Dan itu artinya bukan tak mungkin 'kan kalau dia yang memberikan ponsel mahal itu pada Lala?Awalnya rumah itu tampak terlihat sepi, tapi setelah mematung sekitar tiga menit lamanya di atas motor, tiba-tiba kudengar suara gaduh dari dalam rumah tersebut."Ngapain kamu balik ke rumahku? Bukankah kamu udah punya perempuan lain yang bisa membahagiakanmu? Pergi! Anak-anak bisa trauma melihatmu datang!"Kulihat seorang wanita paruh baya tengah teriak-teriak sambil mendorong guru bernama Darwin itu keluar.Sekilas aku merasa iba ketika guru tua itu hampir tersungkur ke lantai. Tapi jika kuperhatikan lagi ucapan istrinya, Pak Darwin sepertinya sudah melakukan kesalahan yang sanga
Misteri Uang di Tas Sekolah AnakkuPart 5"Coklat dari mana ini? Perasaan tadi aku gak lihat coklat di dalam tas Lala, buku-bukunya juga udah dia keluarin."Dengan rasa penasaran yang menggebu-gebu, aku kembali mengobrak-abrik tas sekolah Lala. Dan aku makin dibuat terkejut ketika aku menemukan setangkai bunga mawar di bagian tas paling dalam."Bunga mawar? Apa-apaan ini? Dari mana Lala mendapatkannya? Bukannya dari tadi dia gak pergi kemana-mana?" gumamku seraya membaca pesan singkat yang ditulis pada kertas kecil di tangkai bunga mawar tersebut. [Bunga yang cantik untuk Lala yang cantik. Jangan takut lagi dong, Sayang]Dengan rahang mengeras dan dada bergemuruh, refleks kulempar lagi benda-benda itu ke atas kasur. Lalu pergi ke luar kamar untuk mencari Lala."Lalaa! Lalaaa!""Mah ...." Anak itu muncul di belakangku.Aku berbalik dan mendapati wajah Lala yang sembab dengan mata yang sudah bengkak. "Mah ...." Dia tiba-tiba memelukku dengan erat."Kamu habis dari mana sih? Terus itu
Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 6Anak itu mengangguk lalu masuk ke dalam kamar mandi. Sementara aku juga bersiap-siap ke bawah."Pah, bangun, udah mau Magrib." Aku mengguncang punggung lelaki yang masih tertidur pulas itu."Eh Papah ketiduran ya, Mah?" katanya seraya duduk dan memijit pangkal matanya."Kebiasaan, suruh jagain adek malah tidur. Buru mandi, karena habis Maghrib Mamah mau pergi lagi, jadi Papah tolong jagain adek lagi ya.""Hah pergi lagi? Pergi kemana, Mah?""Ada pokoknya."Aku sengaja tak memberi tahu suami dulu kalau aku akan pergi membawa Lala ke satu tempat. Pasalnya, kalau dia tahu aku akan pergi membawa Lala ke tempat itu, suami pasti akan melarang dengan alasan ini dan itu.***Selepas Maghrib aku dan Lala meluncur menggunakan taksi online yang sudah kupesan sebelumnya."Kita mau kemana, Mah?"Tak kujawab pertanyaan itu sampai akhirnya kami berhenti di depan sebuah rumah sakit. "Ngapain kita kesini, Mah?" "Gak usah banyak tanya, ayo ikut."Aku menarik
Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 7Aku geram. Walau sudah kuperjelas masih saja anak itu berpura-pura polos. "Sadar Lala, sadar. Kamu itu lagi kena iming-iming dia. Guru itu bukan orang baik, kenapa sih kamu gak ngerti-ngerti?!" "Kena iming-iming?""Cukup! Mamah bosan lihat wajah kamu yang sok polos itu Lala. Mulai sekarang Mamah pertegas, kamu gak boleh deket-deket guru itu lagi, paham?"Lala menatapku tajam lalu berpaling sambil mendengus kesal. Aku melakukan hal yang sama._Sampai di rumah suami langsung menyambut kami ke teras."Mah, kalian pada kemana aja sih? Jam segini kok baru balik?""Dari rumah sakit.""Rumah sakit? Habis ngapain? Siapa yang sakit?""Habis periksa dia." Aku melirik pada Lala. Anak itu membuang muka."Periksa apa? Kamu sakit, La?" Suami memegang kedua bahu Lala. Tapi cepat ditepisnya lagi oleh Lala. Tanpa izin permisi anak itu pun melengos pergi."Lala sakit apa, Mah? Kok dia kayak kesel gitu?""Sakit otak," ketusku seraya masuk ke dalam.Suami men
Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 8"G-gak ada siapa-siapa, Mah.""Bohong!" Aku menyembulkan kepala pada tembok pojok balkon. Kupikir aku akan menemukan seseorang di sana, tapi nihil. "Kamu gak lagi bohong sama Mamah 'kan?"Lala menggeleng kepala."Terus ngomong sama siapa tadi kamu, hah?!""T-tadi ... Lala ngomong sendiri, Mah."Aku mendelik tajam. Lala tampak makin gugup."Maksud Lala ... tadi Lala lagi latihan akting buat nanti pentas akhir sekolah, Mah."Mataku menyipit, memberinya desakan untuk bicara jujur."Bohong! Terus tadi apa yang jatuh?""T-tadi ... itu ... pot bunga, Mah." Lala melirik ke bawah.Gegas saja aku keluar kamarnya lalu turun tanpa bicara apa-apa lagi. Kalau tadi benar ada orang, lalu di atas orangnya menghilang, aku yakin, orang itu pasti loncat ke bawah. Buktinya pot bungaku pecah."Maaah! Maah, mau kemana?" Lala ikut turun, mencoba menahanku lebih tepatnya."Diam kamu Lala! Mamah tahu kamu bohong dan kamu mencoba menyembunyikan laki-laki itu 'kan?!
Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 9Aku mengerling, "habisan pake nanya, ya siapa lagi, selain Pak Darwin si tua bangka itu, Pah," ralatku."Huuuh, Papah kira." Suami melepaskan napas lega. "Emang Mamah tadi lihat Pak Darwinnya, Mah?""Iya, tadi itu pas Mamah mau lihat keluar siapa orang yang udah kabur dari kamar Lala, tiba-tiba aja Pak Darwin muncul, itu artinya beneran dia 'kan orangnya?""Oh gitu." Suami manggut-manggut. "Terus gimana lagi, Mah?""Ya udah Mamah ancam aja, kalau sekali lagi dia datang atau kelihatan deketin Lala, bakal Mamah pastikan dia dipecat dari sekolah dan kehilangan pekerjaan seumur hidup dia."Suami menarik napas berat.***"Lala! Mau kemana kamu?"Pukul 23.59, hampir jam 12 malam. Aku yang baru saja mengambil air hangat untuk susu Arkan mendadak terhenti di dekat pintu kamar.Aku dengar suara suami yang sedang teriak memanggil Lala di luar.Gegas aku menghampirinya. "Pah, ada apa?"Dia terkejut, "eh, Mah. Kok bangun?""Mamah yang harusnya nanya, Pa
Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 9Aku mengerling, "habisan pake nanya, ya siapa lagi, selain Pak Darwin si tua bangka itu, Pah," ralatku."Huuuh, Papah kira." Suami melepaskan napas lega. "Emang Mamah tadi lihat Pak Darwinnya, Mah?""Iya, tadi itu pas Mamah mau lihat keluar siapa orang yang udah kabur dari kamar Lala, tiba-tiba aja Pak Darwin muncul, itu artinya beneran dia 'kan orangnya?""Oh gitu." Suami manggut-manggut. "Terus gimana lagi, Mah?""Ya udah Mamah ancam aja, kalau sekali lagi dia datang atau kelihatan deketin Lala, bakal Mamah pastikan dia dipecat dari sekolah dan kehilangan pekerjaan seumur hidup dia."Suami menarik napas berat.***"Lala! Mau kemana kamu?"Pukul 23.59, hampir jam 12 malam. Aku yang baru saja mengambil air hangat untuk susu Arkan mendadak terhenti di dekat pintu kamar.Aku dengar suara suami yang sedang teriak memanggil Lala di luar.Gegas aku menghampirinya. "Pah, ada apa?"Dia terkejut, "eh, Mah. Kok bangun?""Mamah yang harusnya nanya, Pa
Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 8"G-gak ada siapa-siapa, Mah.""Bohong!" Aku menyembulkan kepala pada tembok pojok balkon. Kupikir aku akan menemukan seseorang di sana, tapi nihil. "Kamu gak lagi bohong sama Mamah 'kan?"Lala menggeleng kepala."Terus ngomong sama siapa tadi kamu, hah?!""T-tadi ... Lala ngomong sendiri, Mah."Aku mendelik tajam. Lala tampak makin gugup."Maksud Lala ... tadi Lala lagi latihan akting buat nanti pentas akhir sekolah, Mah."Mataku menyipit, memberinya desakan untuk bicara jujur."Bohong! Terus tadi apa yang jatuh?""T-tadi ... itu ... pot bunga, Mah." Lala melirik ke bawah.Gegas saja aku keluar kamarnya lalu turun tanpa bicara apa-apa lagi. Kalau tadi benar ada orang, lalu di atas orangnya menghilang, aku yakin, orang itu pasti loncat ke bawah. Buktinya pot bungaku pecah."Maaah! Maah, mau kemana?" Lala ikut turun, mencoba menahanku lebih tepatnya."Diam kamu Lala! Mamah tahu kamu bohong dan kamu mencoba menyembunyikan laki-laki itu 'kan?!
Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 7Aku geram. Walau sudah kuperjelas masih saja anak itu berpura-pura polos. "Sadar Lala, sadar. Kamu itu lagi kena iming-iming dia. Guru itu bukan orang baik, kenapa sih kamu gak ngerti-ngerti?!" "Kena iming-iming?""Cukup! Mamah bosan lihat wajah kamu yang sok polos itu Lala. Mulai sekarang Mamah pertegas, kamu gak boleh deket-deket guru itu lagi, paham?"Lala menatapku tajam lalu berpaling sambil mendengus kesal. Aku melakukan hal yang sama._Sampai di rumah suami langsung menyambut kami ke teras."Mah, kalian pada kemana aja sih? Jam segini kok baru balik?""Dari rumah sakit.""Rumah sakit? Habis ngapain? Siapa yang sakit?""Habis periksa dia." Aku melirik pada Lala. Anak itu membuang muka."Periksa apa? Kamu sakit, La?" Suami memegang kedua bahu Lala. Tapi cepat ditepisnya lagi oleh Lala. Tanpa izin permisi anak itu pun melengos pergi."Lala sakit apa, Mah? Kok dia kayak kesel gitu?""Sakit otak," ketusku seraya masuk ke dalam.Suami men
Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 6Anak itu mengangguk lalu masuk ke dalam kamar mandi. Sementara aku juga bersiap-siap ke bawah."Pah, bangun, udah mau Magrib." Aku mengguncang punggung lelaki yang masih tertidur pulas itu."Eh Papah ketiduran ya, Mah?" katanya seraya duduk dan memijit pangkal matanya."Kebiasaan, suruh jagain adek malah tidur. Buru mandi, karena habis Maghrib Mamah mau pergi lagi, jadi Papah tolong jagain adek lagi ya.""Hah pergi lagi? Pergi kemana, Mah?""Ada pokoknya."Aku sengaja tak memberi tahu suami dulu kalau aku akan pergi membawa Lala ke satu tempat. Pasalnya, kalau dia tahu aku akan pergi membawa Lala ke tempat itu, suami pasti akan melarang dengan alasan ini dan itu.***Selepas Maghrib aku dan Lala meluncur menggunakan taksi online yang sudah kupesan sebelumnya."Kita mau kemana, Mah?"Tak kujawab pertanyaan itu sampai akhirnya kami berhenti di depan sebuah rumah sakit. "Ngapain kita kesini, Mah?" "Gak usah banyak tanya, ayo ikut."Aku menarik
Misteri Uang di Tas Sekolah AnakkuPart 5"Coklat dari mana ini? Perasaan tadi aku gak lihat coklat di dalam tas Lala, buku-bukunya juga udah dia keluarin."Dengan rasa penasaran yang menggebu-gebu, aku kembali mengobrak-abrik tas sekolah Lala. Dan aku makin dibuat terkejut ketika aku menemukan setangkai bunga mawar di bagian tas paling dalam."Bunga mawar? Apa-apaan ini? Dari mana Lala mendapatkannya? Bukannya dari tadi dia gak pergi kemana-mana?" gumamku seraya membaca pesan singkat yang ditulis pada kertas kecil di tangkai bunga mawar tersebut. [Bunga yang cantik untuk Lala yang cantik. Jangan takut lagi dong, Sayang]Dengan rahang mengeras dan dada bergemuruh, refleks kulempar lagi benda-benda itu ke atas kasur. Lalu pergi ke luar kamar untuk mencari Lala."Lalaa! Lalaaa!""Mah ...." Anak itu muncul di belakangku.Aku berbalik dan mendapati wajah Lala yang sembab dengan mata yang sudah bengkak. "Mah ...." Dia tiba-tiba memelukku dengan erat."Kamu habis dari mana sih? Terus itu
Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 4"Bener kayaknya ini rumahnya." Aku mengedarkan pandang ke setiap sisi rumah bercat putih dengan halaman luas itu.Rumahnya memang tak terlalu bagus tapi aku lihat ada dua mobil mewah yang terparkir di halaman rumahnya yang menandakan bahwa guru ini adalah orang yang berada.Dan itu artinya bukan tak mungkin 'kan kalau dia yang memberikan ponsel mahal itu pada Lala?Awalnya rumah itu tampak terlihat sepi, tapi setelah mematung sekitar tiga menit lamanya di atas motor, tiba-tiba kudengar suara gaduh dari dalam rumah tersebut."Ngapain kamu balik ke rumahku? Bukankah kamu udah punya perempuan lain yang bisa membahagiakanmu? Pergi! Anak-anak bisa trauma melihatmu datang!"Kulihat seorang wanita paruh baya tengah teriak-teriak sambil mendorong guru bernama Darwin itu keluar.Sekilas aku merasa iba ketika guru tua itu hampir tersungkur ke lantai. Tapi jika kuperhatikan lagi ucapan istrinya, Pak Darwin sepertinya sudah melakukan kesalahan yang sanga
Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 3"I-iya. Tapi apa kamu yakin anak kamu sebodoh itu, Mah?""Namanya anak remaja, otaknya masih polos, dia juga belum benar-benar tahu jati dirinya. Walau jujur, Mamah berharap ini cuma mimpi, tapi nyatanya kita menemukan buktinya 'kan? Lala kena iming-iming, Mamah yakin.""Jadi Mamah yakin kalau hp ini dari si pelaku itu, Mah?"Aku mengangguk."Tapi siapa, Mah? Siapa yang berani ngasih barang semahal ini? Kita tahu Lala bukan sekolah di sekolah orang-orang berada 'kan?""Itu dia, kalau Lala gak bergaul dengan anak orang-orang kaya di sekolahnya, cuma ada dua kemungkinan Pah, dia punya kenalan orang luar sekolah atau Lala kena iming-iming orang dewasa dalam sekolah yang secara finansial, dia bisa mengusahakan barang mewah ini untuk Lala."Mata suami menyipit, "orang dewasa di sekolah? Siapa? Guru maksudnya?""Betul. Siapa lagi?""Astaga Mah, masa iya gurunya. Lala masih kecil loh dan Papah lihat di sana guru-gurunya juga udah pada tua, pada seni
Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 2Baru saja sampai di menu galeri, aku sudah dibuat syok bukan main."Kenapa, Bu?" Guru itu ikut cemas ketika melihat ekspresiku.Cepat kumasukan ponsel itu ke dalam saku daster. "Gak apa-apa Pak, ini ponselnya saya simpan dulu ya, kalau misal bukan milik Lala pasti saya kembalikan.""Oh baik kalau gitu, Bu. Saya permisi.""Iya, Pak."Guru itu pergi, sementara aku cepat naik ke atas. Menghampiri Lala di kamarnya.Dor dor dor!"Lala, buka!" Aku teriak kencang."Apa sih, Mah?" Dia menyembulkan kepalanya dengan raut kesal.Kudorong pintu yang hanya dibukanya sedikit itu sambil menerobos masuk."Ada apa sih?""Milik siapa ini?" Kuangkat ponsel tadi. Menampakkannya tepat di depan wajah Lala.Seketika wajah anak itu pucat. "L-Lala ... gak tahu, Mah.""Jangan bohong."Dia menelan ludah, ekspresinya berubah tegang."Bener 'kan ini punya kamu?"Dia menggeleng, "nggak Mah, sumpah itu bukan punya Lala.""Terus kenapa ada foto kamu di dalamnya? Dan apa ini
Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 1"Ada uang sebanyak 500 ribu yang udah ketiga kalinya Mamah temuin di tas sekolah kamu dalam sebulan ini Lala, jujur, ini uang kamu dapat dari mana sebenarnya?" Aku menggebrak meja makan dan menatapnya tajam.Anak sulungku yang masih berusia 15 tahun dan masih duduk di kelas 3 SMP itu hanya terdiam di depan piring makan siangnya."Kalau Mamah lagi nanya itu dijawab, punya mulut 'kan kamu?""Lala gak tahu itu uang dari mana, kalau Mamah butuh ambil aja," katanya kemudian. Mataku melotot. "Mamah gak butuh uang ini, Mamah cuma pengen tahu, dari mana asal muasal uang yang selalu Mamah temuin di tas sekolah kamu ini, Lala?!" Aku makin geram. Pasalnya, setiap kali kutanya perihal uang yang akhir-akhir ini kutemukan di dalam tasnya itu, dia selalu menjawab dengan jawaban yang sama. Siapa yang gak naik darah?"Ada uang di dalam tas sekolah kamu, kok bisa-bisanya kamu gak tahu? Jangan sampai Mamah berpikir yang nggak-nggak, ya!" lanjutku dengan suara