Share

Sindiran

"Iya. Aku memang salah. Karena tidak menjelaskan sejak awal tentang Aini."

Dinda memalingkan wajah. Dia tahu, kelemahannya adalah menatap manik mata sang suami. Karena pasti ketebak akhirnya, dia bakal luluh.

"Tentu saja. Takut ketahuan 'kan?"

Zul diam-diam menyingkir. Tidak mau menjadi korban dari ledakan boom yang sewaktu-waktu meledak. Mending cari aman. Sekalian meratapi nasibnya sendiri.

Helaan napas berat terdengar. Juga, saat tangan kekar Haidar meraih tangannya. Ayolah, please, jangan sampai jebol pertahanan. Jangan terlihat lemah.

"Dia cuma masalalu. Jadi, aku tidak mau membahasnya."

Dinda terkekeh sinis.

"Sepertinya dia sering kesini. Sampai bawain makan siang segala."

"Dia baru dua kali ini."

"Em .... Dua kali ya. Yang di kantor. Entah kalau di luar."

"Aku tidak pernah menemuinya."

"Kenapa? Dia wanita idamanmu itu 'kan? Cantik. Kenapa gak nikah sama dia aja?" sindir Dinda setengah mengejek.

"Karena wanita yan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status