Randi tampak sedang bertemu Pak Ramesh Singh, mantan Produsernya dulu.
Siang itu, Randi dipanggil untuk datang kerumah Mantan Boss nya , Tujuannya membicarakan rencana Pak Ramesh Singh untuk membuat Web Series dan meminta Randi untuk mengurus pelaksanaan produksi hingga pasca produksinya.Pak Ramesh Singh terkenal sebagai orang yang baik hati, dan selalu percaya kepada siapapun yang bekerjasama dengannya. Karena hal itu, tidak sedikit Pak Ramesh Singh dikecewakan dan gagal dalam produksinya karena dimanfaatkan oleh segelintir orang yang hanya ingin mendapatkan uang dari perusahaannya tanpa menjaga kualitas produksi film maupun sinetronnya.
Randi Ingat, saat dulu awal awal Randi menikah dan memutuskan hidup tinggal di Jogjakarta bersama istrinya Yana, Pak Ramesh Singh meminta Randi untuk membantunya, memperbaiki produksinya yang berantakan dan gagal. Namun karena dulu tekad dan niat Randi sangat kuat untuk berhenti sebagai Sutradara film , dan merintis dari awal untuk usaha berdagang, dengan berat hati Randi menolaknya.
Dan karena itu, Randi mendengar kabar dari Asistennya Bram, bahwa Pak Ramesh Singh menutup kantornya karena mengalami kerugian besar dalam produksinya yang terakhir.Kali ini, Setelah Randi kembali berada di Jakarta, Randi pun mencoba untuk menghubungi Pak Ramesh Singh, awalnya hanya sekedar basa basi menanyakan kabar, tak disangka, Pak Ramesh Singh langsung menyuruhnya untuk datang kerumahnya karena ada yang ingin di bahas oleh Pak Ramesh Singh bersamanya.
Randi yang masih ingat rumah Pak Ramesh Singh tentu saja menyambut niat baik mantan bos nya di rumah produksi dulu.
"Terima kasih Pak, Saya akan mempersiapkan skenarionya dan mengumpulkan seluruh tim untuk memulai project kita ini." Ujar Randi.
"Iya Bung, Saya serahkan pada Bung Randi untuk semuanya." Ujar Pak Ramesh Singh pada Randi.
"Baik Pak, saya akan berbuat yang terbaik buat bapak dan perusahaan." Ujar Randi.
"Saya yakin sama Bung, dari dulu, bung Randi yang bisa membuat sukses dan membesarkan rumah produksi kita ini." Ujar Pak Ramesh Singh, mereka pun berjabatan tangan. Randi tampak wajahnya senang.
Tampak Sebuah Cafe sedang di renovasi, Diantara tukang tukang yang sedang bekerja, terlihat Yana berdiri mengawasi , disebelahnya ada Herry yang merangkul tubuhnya dengan mesra.
"Sebentar lagi cafe ini udah bisa dibuka ya Mas."
"Terima kasih buat semuanya." Ujar Yana pada Herry yang tersenyum padanya. Herry mengeluarkan sebuah kotak cincin, membukanya dan memberikannya pada Yana."Cincin ini sebagai ikatan cinta kita untuk ke jenjang berikutnya nanti." Ujar Herry. Yana terlihat senang menerima cincin itu .
Herry memakaikan cincinnya ke jari manis Yana yang tersenyum bahagia.Ternyata selama ini, bukan permasalahan ekonomi yang terjadi dalam rumah tangga Randi dan Yana, namun masalah muncul akibat adanya Pria lain dalam hidup Yana yang menjadi selingkuhannya, dan sudah dijalani nya selama 1 tahun sebelum menggugat cerai Randi.
Cincin dilemparkan dilantai rumah, cincin itu berputar putar dilantai ruang tamu, tampak Randi kesal dan kecewa.
Cincin dan kalung perhiasan itu adalah, hadiah yang akan diberikan Randi rencananya saat tanggal hari pernikahan mereka, sengaja di pesan khusus untuk Yana.
"Kamu harus menerima hukuman atas perbuatanmu Yana." Ujar Randi marah.
Randi sebenarnya selama ini tahu perselingkuhan Yana dibelakangnya, namun dia ingin Yana jujur mengatakannya padanya, saat cerai pun Randi ingin Yana berkata jujur tentang perselingkuhannya, namun Yana malah memfitnah, menuduh, menjelek jelekkan dirinya serta menghina dan merendahkannya, itu yang membuat Randi sakit hati dan dendam.
"Aku tau apa yang kamu lakukan selama ini dibelakangku."
"Selamat bersenang senang Yana, sebelum satu persatu mimpi buruk menghampiri hidupmu." Ujar Randi sambil meremas kalung perhiasan, wajahnya tampak menahan amarah.Di dalam kamarnya, Sekar tampak menangis sedih meratapi nasibnya. Terngiang ucapan dokter padanya.
" Anak ibu positif hamil 2 bulan bu." Ujar Dokter kandungan kepada Yana dan Sekar.
Yana dan Sekar kaget mendengar itu."Hamil dok ?" Tanya Yana tak percaya melirik Sekar. Sekar hanya tertunduk diam menahan air matanya yang mau jatuh.
"Gimana saya bisa hamil kalo berhubungan intim saja tidak pernah ?" Ujar Sekar membantah.
"Dari pemeriksaan saya dan gejala yang mbaknya alami selama ini, mbak hamil." Jelas Dokter kandungan kembali. Sekar tampak menangis sedih, tertunduk, sementara Yana menatapnya tajam.
Didalam kamar Sekar masih terus menangis, terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar.
"Buka pintunya Sekar, mama mau bicara sama kamu." Ujar Yana dari depan pintu kamar luar Sekar. Pintu tidak juga dibuka, Yana mengetuk pintu kembali.
"Buka pintunya Sekar..." Ketuk Yana lagi,
Tak lama Pintu di buka Sekar, Yana langsung menerobos masuk kedalam kamar Sekar, memberondongnya dengan pertanyaan."Jawab dengan jujur pertanyaan mama, sudah berapa lama kamu melakukannya ? Sama siapa kamu melakukan hubungan intim ?" Tanya Yana.
"Sekar gak pernah ma." Ujar Sekar menangis.
"Gak pernah kok hamil ?! Jujur aja, gak apa, jadi mama tau dan bisa nyari solusinya." Ujar Yana pada Sekar yang terus menangis meratapi nasibnya yang hamil itu.
" Kamu melakukannya sama pacarmu si Arya ?" Tanya Yana.
"Jawab mama. Arya yang menghamili kamu ?" Tanya Yana lagi dengan tegas.
Sekar tetap diam dan menangis. Tak berani menatap wajah mamanya yang marah."Mama gak nyangka, kepercayaan mama sama kamu , Kamu salah gunakan."
"Mama membiarkan Arya datang kerumah ini bertemu kamu karena percaya kamu gak kan melakukan hal hal aneh.""Gak taunya hamil !" Ujar Yana.
Sekar semakin menangis, dia tak tahu harus bagaimana menyikapi kehamilannya itu."Mama akan panggil Arya kerumah, meminta pertanggung jawabannya ke kamu, kalo dia gak mau, mama datangi orang tuanya." Ujar Yana pada Sekar.
"Jangaan ma, bukan Arya yang melakukannya, Arya gak pernah menyentuhku." Ujar Sekar.
"Lantas siapa ??" Tanya Yana kesal karena Sekar tidak mau jujur.
"Sekar gak tau ma, Gak tau. Yang jelas Sekar gak pernah berhubungan intim dengan Arya atau laki laki lainnya." Ujar Sekar sambil menangis sedih, meratapi nasibnya. Mendengar itu Yana menarik nafasnya, terlihat wajah Yana bingung, kepalanya pusing memikirkan masalah Sekar itu.
"Ada ada aja kamu bikin masalah! Pantes beberapa minggu belakangan sikapmu aneh aneh dan sering muntah muntah, gak taunya hamil."
"Ya Sudah, biar mama yang urus dan nyelesaikan masalahmu ini." Ujar Yana meninggalkan Sekar sendiri dikamarnya yang menangis semakin sedih dan jiwanya tertekan.
Selama 2 bulan lebih di Jakarta, Akhirnya Randi menemukan kembali pekerjaannya yang dulu.
Tampak Randi sedang syuting web series di lokasi syuting, Randi bekerja dengan serius dan santai.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, Randi semakin sibuk menyutradarai web seriesnya, Serial yang ditayangkan online itu cukup sukses dan berhasil di garap Randi, hingga akhirnya Pak Ramesh Singh memutuskan untuk terus memperpanjang web series nya. Pak Ramesh Singh terlihat puas dengan hasil kerja Randi.
Beberapa bulan kemudian, Arya menemui Yana , Arya baru bisa menemui Yana karena baru kembali dari bandung sehabis melihat ibunya sakit stroke dan harus merawatnya karena keluarga yang lain belum bisa datang untuk menjaga dan merawat.
Yana menatap tajam mata Arya yang duduk dihadapannya. Mereka berada diruang tamu lantai atas yang berada dekat kamar Sekar.
"Tante sudah sabar nunggu kamu lama karena alasan menjaga dan merawat ibumu yang stroke, sekarang, tante cuma minta kamu jujur dan bertanggung jawab pada Sekar." Ujar Yana.
"Tanggung jawab dalam hal apa tante ?" Tanya Randi bingung.
"Sekar hamil, dan itu anakmu, jadi kamu harus menikahinya." Jelas Yana pada Arya.
"See..Sekar hamil tante ..?" Tanya Arya kaget.
"Iya, itu karena ulahmu kan? Saya gak mau nama baik keluarga saya tercoreng kalo semua orang tau Sekar hamil, apalagi perutnya semakin membesar, jadi kamu harus menikahinya secepatnya." Ujar Yana.
"Saya tidak pernah menghamili Sekar Tante." Ujar Arya.
"Demi Allah saya gak bisa jalan, Selama saya pacaran dengan Sekar, saya gak pernah menyentuhnya, apalagi berhubungan intim, saya tau batasan saya Tante." Jelas Arya pada Yana.
"Jangan bohong kamu, saya bisa masalahin hal ini nanti." Ancam Yana pada Arya.
"Silahkan saja tante, saya siap, karena saya memang gak pernah melakukan hal itu !"
"Tes DNA pun nanti saya siap." Ujar Arya menjawab perkataan Yana. Yana terdiam menatap Arya, dia menghela nafasnya. Sekar berdiri didepan pintu kamarnya.
"Arya gak salah Ma, dia gak melakukan apa apa ke Sekar." Jawab Sekar lemah.
"Jadi siapaa???" Ujar Yana panik.
"Mama bingung kalo begini Sekar, harus gimana ?" Ujar Yana.
Lantas Yana terdiam sejenak, menatap Arya yang tertunduk melirik Sekar.Ada kekecewaan dihati Arya pada Sekar karena mengetahui Sekar hamil. Dia melihat perut sekar yang membesar."Arya cinta dan sayang pada Sekarkan?" Tanya Yana pada Arya.
"Iya tante, saya cinta dan sayang sama Sekar." Jawab Arya.
"Kalo begitu, kamu mau kan bertanggung jawab menjadi suami Sekar dan bapak untuk bayinya ?" Ujar Yana menatap lekat pada Arya.
Arya kaget, dia bingung harus bagaimana, Arya terdiam berfikir."Bagaimana Arya ? kamu mau kan?" Tanya Yana lagi pada Arya.
Arya menarik nafasnya berat, berusaha memberanikan diri untuk tegar.
"Maafkan saya tante, Sekar, Saya gak bisa menerima permintaan tante." Ujar Arya.
Mendengar itu Yana kaget, sementara Sekar menangis sedih."Maaf Tante, saya memang cinta dan sayang sama Sekar, tapi, Saya gak bisa membohongi diri saya sendiri dan orang tua saya. Saya gak sanggup mengatakan kebohongan pada orang tua saya untuk menikah karena Sekar hamil dan bayi itu bukan darah daging saya." Ujar Arya menghela nafas.
"Saya gak mau orang tua saya berfikir buruk pada saya karena masalah ini, maafkan saya."
"Semoga tante dan Sekar memahami posisi saya. Terima kasih selama ini udah nerima Arya disini." Ujar Arya.
Mendengar itu Yana terduduk lesu di kursi bambu yang ada diruangan itu."Saya pamit tante, Sekar, semoga mendapatkan yang terbaik buat Sekar, sekali lagi, maafin saya." Pamit Arya meninggalkan Yana dan Sekar yang terduduk didepan pintu menangis tersedu sedu, sementara Yana terduduk diam dan lemah tak berdaya.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, Randi semakin mencapai kesuksesannya dalam pekerjaannya.
Randi mengendarai mobil sedan barunya, bonus mobil yang didapatnya dari bosnya.
Pak Ramesh Singh memang menjanjikan Randi untuk membelikannya Mobil untuk kendaraan Randi.Dulu pun waktu Randi bekerja di rumah produksi pak Ramesh Singh, Randi diberikan Mobil untuk aktifitasnya sehari hari.Randi membelokkan mobilnya dan berhenti di depan rumahnya, Randi membuka pintu garasi rumahnya.
Randi sudah pindah Rumah, Rumah itu lebih baik dan lebih bagus dari rumah yang di sewanya.Walau masih kredit, tapi paling tidak Randi sedikit demi sedikit sudah mulai menemukan kembali kesuksesannya.Randi keluar dari mobilnya, menutup pintu garasi, lalu Randi melangkah masuk kedalam rumahnya, menutup pintu rumah lalu menghempaskan tubuhnya di sofa yang ada di ruang tamu rumahnya.
Kucing kucingnya menyambut kedatangan Randi, kucing kucing itu berlari dan mendekati Randi, naik ke tubuh Randi dan duduk diperut Randi minta dielus manja. Randi tersenyum pada kucing kucingnya, mengelusnya penuh kasih sayang.
Yana menatap sedih kedalam ruangan Isolasi, dari kaca luar ruangan, Yana memandang ke arah Sekar yang duduk di sebuah ranjang didalam ruang isolasi, Sekar terdiam tampak wajahnya kosong.
Sudah 1 tahun lebih berlalu, Sekar berada di rumah sakit jiwa , Yana tidak ada pilihan lain selain memasukkan Sekar ke rumah sakit jiwa karena kondisi Sekar yang dari hari ke hari semakin memprihatinkan.
Yana menangis sedih melihat nasib anaknya itu. Yana teringat pada waktu yang lalu tentang Sekar.
Saat Masa Lalu, 1 tahun yang Lalu.
Tampak Sekar berjalan gontai naik ke sebuh kursi yang ada didalam kamarnya, seutas tali tampak menggantung.
Sekar meraih Tali itu, memasukkan lingkaran tali ke lehernya, tepat saat itu Dewi, Adiknya yang memang biasa masuk nyelonong ke kamarnya kaget."Mbaaak..." Dewi kaget histeris melihat itu.
"Maaa....Mamaaaa...toloongiiiin mbak Sekaaar." Teriak Dewi, Sekar mendorong kursi hingga jatuh, dan Sekar sudah tergantung ditali.
Sekar hendak bunuh diri.Mendengar teriakan Dewi, Yana lari tergopoh gopoh bersama Herry, pacarnya yang memang saat itu sedang ada di rumah.
"Sekaaaarrrr..." Teriak Yana memegangi tubuh Sekar yang bergelayut pada tali diatas plafon kamarnya.
"Toloongiiin Maaass." Teriak Yana pada Herry.
Herry lalu meraih kursi dan naik keatas kursi, mengangkat tubuh Sekar dan melepaskan tali yang mengikat leher Sekar.Sekar tampak terkulai lemah."Sekaaar, Sekaaar, bangun nak, banguunnn..." Ujar Yana menepuk nepuk pipi Sekar yang pingsan.
"Gimana ini Maas??" Ujar Yana pada Herry.
"Kamu tenang dulu, kita bawa ke rumah sakit." Herry lalu menggotong tubuh Sekar dan segera melarikan Sekar ke rumah Sakit.
Di ruang rawat tampak Sekar sedang terbaring lemah tak berdaya. Dia di rawat beberapa hari di rumah sakit.
Suatu hari , Setelah kejadian gantung diri Sekar yang gagal dilakukannya. Dikamar mandi lantai atas tampak Sekar terbaring dilantai kamar mandi dengan pergelangan tangannya mengeluarkan darah. Sekar mencoba memotong urat nadinya untuk bunuh diri.
Yana menemui Sekar, lantas berlari keluar rumah minta tolong pada warga sekitar rumahnya, warga berlari menolong Sekar dan membawanya segera kerumah sakit. Sekali lagi nyawa Sekar Selamat.
Kembali ke Masa Sekarang.
Yana menghapus air matanya, menatap Sekar yang diam dengan tatapan kosong, tak menyadari apa yang ada disekitar dirinya. Yana menghela nafasnya, air mata kembali menetes dipipinya.
"Maafin mama nak.." Ujar Yana pada Sekar. Yana pun teringat saat Sekar melahirkan bayinya.
"Saya titipkan bayi ini ke panti asuhan ini karena ibunya tidak bisa merawatnya bu."
"Karena bayi ini, anak saya terganggu kejiwaannya, jadi dengan berat hati saya menitipkan bayi ini di sini agar dirawat, karena saya tidak bisa merawatnya." Ujar Yana pada Ibu Pengasuh panti asuhan."Baik bu, kami akan merawat bayi ini sebaik mungkin hingga nanti mendapatkan orang tua asuh yang bersedia mengadopsinya sebagai anak." Jelas Ibu Pengasuh pada Yana.
"Iya bu, terima kasih. Saya pamit dulu." Ujar Yana pada Ibu Pengasuh panti Asuhan.
Yana pergi di iringin pandangan Ibu pengasuh yang menatap kepergian Yana, lalu Ibu Pengasuh mencium bayi itu dengan penuh kasih sayang.
Kembali Ke Masa Sekarang.
"Semoga kamu kuat anakku, bisa kembali seperti dulu." Ujar Yana pada Sekar yang masih terdiam duduk diranjang ruang isolasinya.
"Maafin mama, mama tinggal pulang dulu ya, besok besok mama pasti datang liat Sekar lagi." Ujar Yana pada Sekar, Yana menangis sedih sekali, lalu dengan langkah berat, Yana pergi meninggalkan ruangan itu.
Hari hari Randi di isi dengan aktifitasnya dilapangan dengan syuting, kali ini Randi sedang menggarap sebuah film thriller.Kesuksesan demi kesuksesan diraih Randi."Ok Cut ! Break !! Terima kasih all tim untuk kerjasama baiknya." Ujar Randi mengakhiri sesi syuting hari terakhirnya itu. Seluruh tim bersuka cita dan bersalam salaman, tampak wajah mereka menunjukkan kepuasan.Pimpinan Produksi menyalami Randi."Semoga film kita sukses dipasaran pak." Ujar Pimpinan Produksi."Ok Pak." Ujar Randi.Randi anti memakai istilah istilah agama. Untuk itu Randi cuma menjawab Ok saja dengan tersenyum santai."Oh ya pak Jay, sebelum masuk ke studio editing, saya mau cuti dulu , nanti sepulang saya dari jawa kita lanjut ngedit nya." Ujar Randi pada Jay, Pimpinan Produksi."Baik Pak." Ujar Pimpinan Produksi.Randi lalu melangkah menuju mobilnya, masuk kedalam mobil, menyalakan mesin mobil, kemudian pergi meninggalkan lokasi syut
Saat Randi hendak mengarahkan alat yang berupa gunting pagar itu, tangannya dipegang Sandi."Jangan terburu buru Ran..." Ujar Sandi pada Randi.Randi menoleh pada Sandi yang memegang tangannya , mencegahnya untuk melukai mulut Antok."Lepasin, biar ku habisin dia." Ujar Randi menghentakkan tangannya yang dipegang Sandi, Sandi melepaskan genggaman tangannya pada Randi.Melihat itu Antok terlihat semakin panik, dari wajahnya terlihat kebingungan dan rasa panik yang sangat tinggi melihat Randi begitu."Ada baiknya kita sedikit bermain main dengannya Ran..." Ujar Rahman, Randi menoleh ke Rahman."Aaahhh, kalian mengacaukan rencanaku." Teriak Randi kesal sambil memukulkan gunting pagar itu ke dengkul Antok.Antok kesakitan, dia semakin bingung dan ketakutan melihat tingkah Randi itu."Ttt...tt..ttoolloong Mas...lepaskan saya..." Rengek Antok ketakutan."Ssstt...kamu diam yaa.." Ujar Sandi pada Antok yang tampak k
Malam itu, di kamar ruang rawat inap rumah sakit, Antok tampak sedang tertidur. Sesosok bayangan masuk kedalam kamar, langkah kakinya pelan berjalan mendekati Antok yang terbaring di ranjang/rusbang rumah sakit. Sosok pria itu memakai topi dan masker yang menutupi mulut hingga hidungnya.Pria itu berdiri dihadapan Antok. Sorot matanya terlihat tajam menatap Antok. Lalu dengan cepat, Sosok pria itu mengambil bantal yang ada, melihat ada sosok pria berdiri didepannya Antok kaget berusaha meronta.Pria yang ternyata Randi itu dengan cepat menutup bantal ke wajah Antok, dengan menekannya sekuat tenaga dengan tangannya memakai sarung tangan latex, Antok berusaha meronta ronta, tak bisa bernafas. Randi terus menekan bantal yang menutup wajah Antok.Tak berapa lama, Antok terkulai lemah, tak bernafas, Randi melepaskan bantal , lalu cepat bergegas keluar dari ruang rawat inap tersebut.Dokter dan perawat berlari memasuki kamar ruang rawat inap yang d
Seorang Pria berdiri didepan cafe, membaca Plang tulisan cafe "Dewi sekar." Pria itu memakai topi dan berkumis serta berjambang dan sedikit berjenggot.Pria itu menatap kedalam cafe, membuka kaca matanya, melangkah mendekati selebaran kertas yang terpajang di dinding cafe.Pria itu ternyata Randi, yang sengaja menyamar untuk membedakan penampilannya agar tidak dikenali.Randi masuk kedalam cafe milik Yana, dipintu masuk, Randi mengambil selebaran kertas yang berisi Iklan " Di jual Rumah ", Melipat lembaran kertas itu lalu masuk kedalam cafe.Randi duduk disalah satu kursi meja yang ada didalam cafe tersebut, memandangi isi ruangan cafe, "cukup asri juga tempatnya" bathin Randi.Pelayan datang menghampiri Randi."Silahkan dipilih menu nya Pak." Ujar Pelayan pada Randi."Ah, saya pesan ayam geprek sama es teh aja ya, gulanya dikit aja." Ujar Randi."Baik Pak, mohon ditunggu." Ujar Pelayan, Randi mengangguk. P
Siang itu, dihari lainnya, Randi tampak berkunjung ke Panti Asuhan tempat dimana Yana menitipkan Bayi Sekar. Ibu Pengasuh panti asuhan menemui Randi.Melihat Randi yang datang, Ibu pengasuh panti asuhan tersenyum, karena mengenal Randi sebagai suami Yana dan sebagai donatur tetap panti asuhannya."Apa kabar pak Randi, lama gak kesini." Ujar Ibu Pengasuh panti asuhan pada Randi."Iya bu, saya sibuk kerja di Jakarta." Ujar Randi tersenyum."Bagaimana keadaan Ibu dan Panti asuhan ini ?" Tanya Randi."Alhamdulillah baik pak Randi, Bu Yana masih rutin memberikan sumbangan ke panti asuhan ini." Ujar Ibu Pengasuh panti asuhan dengan tersenyum."Oh begitu." Ujar Randi."Saya dengar dari Yana, kalau anaknya Sekar dititipkan di panti asuhan ini, boleh saya melihatnya bu ?" Ujar Randi."Aduh maaf pak, anaknya sudah di adopsi, 6 bulan lalu." Ujar Ibu asuh panti asuhan."Oh begitu." Ujar Randi menyembunyikan rasa kecewa
Randi sedang melakukan Radioterapi Eksternal diruangan khusus Radioterapi.Tampak Pemindaian CT Scan sedang berjalan.Radioterapi eksternal adalah jenis terapi radiasi yang dilakukan dengan mengarahkan sinar-X atau sinar proton ke bagian tubuh yang terserang kanker.Terapi ini tidak menimbulkan sakit dan pasien umumnya bisa langsung pulang setelah pengobatan selesai dilakukan.Radioterapi eksternal yang dilakukan Dokter pribadi Randi selesai, Pemindaian CT Scan itu berlangsung selama 30 menit.Randi duduk di kursi sebuah meja, dihadapannya Dokter pribadinya sedang menulis resep obat di secarik kertas resep."Radioterapi ini harus rutin bapak jalani, seminggu 2 kali." Ujar Dokter."Baik Dok." Jawab Randi."Saya akan memberikan beberapa obat untuk menetralkan efek samping yang akan muncul setelah Radioterapi eksternal dilakukan, bapak bisa minum obat obatannya nanti." Jelas Dokter pada Randi."Ingat pak Rand
Malam itu, dirumah Jetak, di dalam kamarnya, Yana termenung, dia berfikir, mengingat kembali wajah Randi (Sandi) yang dilihatnya di dalam mobil saat pergi dari cafe miliknya."Apa mungkin diaa...kalo dari samping seperti yang kuliat sepertinya iya." Ujar Yana pada dirinya sendiri. Yana lalu menepiskan pikirannya yang melintas."Ah, tapi ya gak mungkin, penampilannya aja beda, mungkin perasaanku aja ini." Gumam Yana menghela nafasnya. Yana mematikan lampu kamarnya, lalu merebahkan tubuhnya dikasur, berusaha untuk memejamkan matanya dan tidur. Siang itu, Yana tampak berada dipemakaman, Yana mengunjungi makam Sekar."Mama datang Sekar." Ujarnya pada makam Sekar sambil tersenyum memandang kepada batu nisan."Mama kangen sama kamu." Ujarnya sambil meneteskan air matanya menatap batu nisan sekar, Yana berjongkok didepan makam."Mama kangen dengan semua yang ada di kamu nak." Ujarnya lagi .Yana teringat akan keceri
Randy baru selesai melakukan Radioterapi keduanya, Randy duduk dihadapan Dokter."Obatnya masih ada kan pak Randy?" Tanya Dokter."Masih Dok, saya ngerasa kebantu dengan obat dari dokter, jadi kalo saya ngerasain efek samping setelah radioterapi seperti mual, sakit kepala atau gatal gatal saya langsung minum obatnya." Ujar Randy."Iya Pak, karena memang untuk itu fungsi obat yang saya berikan." Ujar Dokter pada Randy."Baik Dok, sampai bertemu di sesi terapi berikutnya minggu depan ya, saya pamit." Ujar Randy."Silahkan Pak." Ujar Dokter tersenyum pada Randy, Randy berdiri dari duduknya lalu pergi keluar dari ruangan dokter itu.Yana mengendarai mobil yang baru dibelinya, mobil itu masuk ke pekarangan halaman rumah mas Badrun yang sudah menunggunya .Yana memarkirkan mobilnya, lalu turun dari mobilnya menghampiri mas Badrun."Nyaman banget mobilnya mas. Gak salah milih aku." Ujar Yana tersenyum."Iyalah, Kelua
Para petugas polisi segera bergerak untuk memburu Via yang membunuh Yana, salah seorang petugas polisi mendobrak paksa pintu rumah kontrakan Via, polisi berhasil mencium jejak persembunyian Via selama ini, untuk itu mereka mendatangi rumah Via agar bisa segera menangkap Via yang telah ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan Yana.Setelah pintu terbuka karena di dobrak paksa, Manto beserta lima petugas kepolisian segera masuk ke dalam rumah, mereka segera bergerak memencar menyusuri seluruh ruangan untuk mencari Via.Di dalam rumah itu tidak mereka temukan Via yang lebih dulu sudah pergi melarikan diri, Manto masuk ke dalam kamar, dia melihat ada bekas genangan darah yang mengering di atas tempat tidur, ada juga pisau tergeletak di lantai kamar, Manto tahu, di kamar itulah Via menjalankan aksinya membunuh Yana, dengan keadaan terikat dan terbaring di atas tempat tidur, wajah Manto terlihat kesal karena dia tidak menemukan Via di dalam rumahnya.Seorang petugas
Kembali ke beberapa jam sebelum terjadinya pembunuhan Yana yang dilakukan Via. Via membuka pintu kamar setengah, semburat cahaya masuk ke dalam kamar saat pintu terbuka, mengenai wajah Yana yang terikat di atas tempat tidur, Yana cepat menoleh kearah datangnya Via yang berjalan santai dan tenang mendekatinya."Via...Viaa tolong, lepasin bunda, lepasin bunda, biarkan bunda pergi dari sini ya, tolong Via..." Ujar Yana memelas pada Via yang menatapnya dengan tatapan sorot mata yang dingin, wajah Yana terlihat penuh dengan rasa kecemasan dan ketakutan melihat sikap dingin Via."Kamu harus di hukum atas semua perbuatanmu pada papahku." Ujar Via dengan suara datar menatap dingin wajah Yana yang ketakutan, dia merasakan ada hal yang aneh pada diri Via saat melihat wajahnya, perasaan Yana menjadi semakin cemas, dia merasakan akan terjadi sesuatu hal yang tidak pernah dibayangkannya sebelumnya.Via mendekati Yana yang terikat diatas tempat
Via membaca pesan yang dikirimkan papahnya dengan ekspresi wajah datar dan tenang."Untuk putri papah. Terima kasih telah menjadi putri terbaik yang pernah aku miliki. Sebentar lagi papah akan pergi jauh darimu, Nak, Tetaplah menjadi putri papah yang baik, Waktu terbaik dalam hidupku adalah Ketika menjadi papahmu.papah mencintai Via melebihi cinta pada diriku sendiri.Nak, kamu adalah harta yang paling berharga milikku, Harapan terbesar papah adalah agar kamu selalu tahu bahwa papah sangat mencintai kamu. Selama ini papah sulit memahami seorang wanita, hanya satu wanita yang papah terus berusaha untuk memahami dirinya, ya, itu kamu anakku. Papah tahu, Via sosok perempuan hebat, kuat. Jangan pernah bersedih anakku. Jangan biarkan air matamu jatuh karena kepergian papah ini, tetaplah tersenyum, Berjuanglah dengan sungguh-sungguh, kelak kamu pasti mendapatkan apapun yang kamu inginkan.Papah pamit, jaga dirimu baik baik." Tulis Randi mengakhiri pesannya pada Via
Siang itu, di kantor kepolisian, Gunawan dan Manto sedang menemui seorang Dokter yang sengaja datang memberikan laporan kepada pihak kepolisian."Mengapa setelah berhari hari bapak baru datang melapor ?" Tanya Gunawan."Sebenarnya saya ragu dan takut, hanya saja, kok ya hati saya bergejolak terus, jadi saya niatkan diri untuk memberanikan diri melapor ke sini." Jelas sang Dokter."Bapak kenal dimana dengan Rizal?" Tanya Gunawan."Dia kawan baik adik saya pak, mereka satu profesi, kerja di kantor film yang sama sebagai editor, karena Rizal sering datang kerumah kalo pas liburan ke jogja, dia kenal saya." Ujar Dokter memberi penjelasan."Saat itu dia hubungi saya, minta tolong,abangnya katanya terluka di tusuk orang, saya suruh bawa kerumah sakit, dia bilang gak bisa, dia minta tolong terus ke saya, akhirnya saya datang menemuinya dan mengobati abangnya yang terluka." Ujar Dokter, Gunawan dan Manto mendengarkan penjelasannya."Saat saya
Dalam proses pemulihan dirinya, Randi mengisi hari harinya dengan tetap berada di dalam kamarnya yang sengaja gelap dan tidak diterangi lampu, diatas meja yang ada di kamar apartemen milik Rizal ada sepiring makanan dan buah buahan serta minuman di dalam gelas, ada juga obat obatan yang sengaja di beli Rizal untuk mengobati sakit lupa ingatan Randi. Hari itu, Randi terlihat berdiri di depan jendela kamar apartement yang terbuat dari kaca, dia menatap jauh keluar, dari dalam kamarnya yang berada di lantai 20 apartemen, terlihat bangunan bangunan gedung gedung perkantoran serta rumah rumah penduduk, awan bergerak beriringan, berkumpul menjadi satu dan membentuk gumpalan tebal di langit, cuaca mendung sore itu, matahari memasuki senja, berproses untuk tenggelam dan menghilangkan dirinya untuk digantikan bulan yang akan menentukan datangnya malam, tatapan mata Randi kosong, sekosong fikirannya saat itu, karena tak mampu mengingat apa yang sudah terjadi p
Via menghempaskan pantatnya di sofa yang ada diruang tamu rumah kontrakannya, dia tercenung, dari raut wajahnya terlihat perubahan pada air mukanya, terlihat ada rasa kecemasan yang begitu besar didalam dirinya, ada rasa ketakutan yang mendalam pada jiwanya tatkala ia membayangkan hal buruk terjadi pada papahnya."Semoga papah baik baik saja, cepat sadar pah." Gumam Via pada dirinya sendiri, dia memikirkan tentang kondisi papahnya saat ini yang dalam kondisi kritis, seperti yang dikabarkan Rizal padanya.Dalam kecemasan dan ketakutannya akan papahnya yang tak sadarkan diri karena luka parah yang dideritanya, Via terlihat resah, dia tak bisa menerima kenyataan bahwa papahnya terluka parah oleh Yana, orang yang berusaha di lindunginya dari kejahatan papahnya, ada kekecewaan membekas di jiwa Via jika membayangkan semua hal yang sudah terjadi itu.Via tiba tiba meringis menahan sakit, dia memegang kepalanya, merasakan sakit dan pusing, dia merasakan saa
Paman Mulyono terlihat wajahnya sedih, dia cemas sekali, menunggu dan berharap kabar baik dari Gunawan tentang Yana, keponakan yang sangat disayanginya itu, anak dari adik kandungnya."Mudah mudahan kamu baik baik saja Yana." Ujar paman Mulyono."Tuhan, tolong lindungi dan selamatkan Yana, jangan biarkan Randi membunuhnya, aku mohon Tuhan." Ujar paman Mulyono berdoa dengan cara yang dianut agamanya, ya, paman Mulyono seorang khatolik, berbeda agama dengan Yana yang menjadi mualaf dan menjadi muslim. Namun itu tidak membuat hubungan keluarga mereka pecah, walaupun banyak yang berbeda agama dan keyakinan dalam keluarga, mereka tetap hidup rukun, harmonis dan saling menyayangi satu sama lainnya, tidak ada permusuhan diantara mereka, seperti paman Mulyono yang begitu menyayangi Yana dan melindungi dirinya.Sementara itu, di tempat lain, Gunawan mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, melintas melewati mobil mobil yang ada dijalan raya, suara
Dengan cepat sosok Roni yang muncul dalam diri Randi berjalan dengan langkah cepat mendekati Yana yang teriak memaki, lalu dia memukuli wajah Yana sekuat kuatnya, dia mengamuk, menghajar wajah Yana hingga babak belur bengkak berdarah, lalu dia menendang Yana yang duduk terikat di kursi, tendangan Roni membuat Yana yang dalam posisi terikat di kursi jatuh terjerembab kebelakang, Roni yang mengamuk hendak menginjak tubuh Yana, tiba tiba secara refleks, dia terbanting dan terjatuh ke lantai, sosok Randi yang muncul kembali dalam dirinya mendorong Roni agar tidak memukuli Yana."Sudah cukup ! Hentikan Roni, Hentikan !! Dia bisa mati nanti !!" Teriak Randi membentak Roni, Randi cepat mendekati Yana, membangunkan Yana yang terjatuh, Yana kembali di dudukkan di kursi masih dalam keadaan terikat."Aku gak bisa melakukan ini, aku gak bisa ! Udah cukup, hentikan !" Teriak Randi memegangi kepalanya, Yana terlihat ketakutan melihat Randi, seakan seperti terjadi keributan pa
Setelah Randi yang saat itu telah berubah menjadi sosok Roni yang ada dalam dirinya melucuti seluruh pakaian Sekar dan juga melepaskan pakaiannya, hal yang selama ini tidak pernah di inginkan dan di duga pun terjadi pada diri Sekar.Malam itu, kesucian Sekar pun direnggut oleh Randi, yang memiliki kepribadian ganda dalam dirinya, hingga tidak perduli dengan Sekar sebagai anak sambungnya.Dalam keadaan pingsan terbius Sekar tertidur dan tidak mengetahui jika saat ini dirinya sedang disetubuhi bapak angkat yang selama ini dianggapnya sebagai bapak kandungnya sendiri, Randi yang berubah menjadi sosok Roni dengan menyeringai mengerikan sangat menikmati dirinya menyetubuhi Sekar, dalam melakukan itu, terlintas kilatan kilatan sekelebat bayang wajah Yana bergant ganti dengan wajah Sekar, seakan dia membayangkan sedang menyetubuhi Yana.Sekar tak berdaya, dia jatuh ke dalam pelukan Randi, malam itu Sekar di perkosa Randi hingga berkali kali, ke empat sosok kepribadian