Malam itu, di kamar ruang rawat inap rumah sakit, Antok tampak sedang tertidur. Sesosok bayangan masuk kedalam kamar, langkah kakinya pelan berjalan mendekati Antok yang terbaring di ranjang/rusbang rumah sakit. Sosok pria itu memakai topi dan masker yang menutupi mulut hingga hidungnya.
Pria itu berdiri dihadapan Antok. Sorot matanya terlihat tajam menatap Antok. Lalu dengan cepat, Sosok pria itu mengambil bantal yang ada, melihat ada sosok pria berdiri didepannya Antok kaget berusaha meronta.
Pria yang ternyata Randi itu dengan cepat menutup bantal ke wajah Antok, dengan menekannya sekuat tenaga dengan tangannya memakai sarung tangan latex, Antok berusaha meronta ronta, tak bisa bernafas. Randi terus menekan bantal yang menutup wajah Antok.
Tak berapa lama, Antok terkulai lemah, tak bernafas, Randi melepaskan bantal , lalu cepat bergegas keluar dari ruang rawat inap tersebut.
Dokter dan perawat berlari memasuki kamar ruang rawat inap yang ditempati Antok. Dokter dengan sigap memeriksa kondisi Antok, mengeceknya.
Tak lama Dokter menghela nafas dan menggelengkan kepalanya.Antok tak dapat diselamatkan, Antok meninggal, Perawat menutup seluruh tubuh hingga wajah Antok dengan selimut rumah sakit yang ada diranjang itu.
Malam itu , terlihat sepi. Suasana di lingkungan rumah Yana dan Randi memang selalu sepi jika sudah diatas jam 9 malam.
Sekelebat bayangan muncul diatas atap taman belakang rumah Yana yang berlantai dua, berjalan menuju pintu teras samping lantai atas rumah Yana, membuka pintunya dengan mudah.
Sosok itu ternyata Randi, Randi dengan mudah membuka kunci pintu samping rumah dilantai atas rumah Yana itu karena mempunyai kunci cadangan, dan selama ini Randi tau kalau pintu itu tidak pernah dikunci dari dalam rumah memakai slot kunci lagi.
Pintu terbuka, Randi melangkah pelan masuk kedalam rumah, lalu kemudian dengan langkah pelan, Randi berdiri tepat dibawah cctv yang tergantung disudut ruangan.
Randi memutar arah cctv ke posisi atas, ke atap rumah. Agar dirinya tak terekam cctv.
Kemudian, Randi melangkahkan kakinya dalam ruangan itu menuju satu kamar kosong . Randi masuk ke kamar yang tak pernah terkunci itu, didalam kamar kosong itu Randi melangkah ke dinding kamar.
Perlahan dia mencongkel bilik papan triplex yang menempel dan menutupi dinding itu, dia berhasil membuka papan triplex tipis yang menutup dinding rumah, terlihat dari lubang yang ditutupi itu kamar rumah almarhum Riyadi yang menempel menyatu tepat dengan dinding rumah Yana dan Randi.Dulu saat sebelum Yana dan Randi membeli rumah mereka itu, Riyadi membangun sebuah kamar dilantai atas rumahnya untuk kamar anaknya, karena posisi kamar dirumah Yana ada jendela, mau gak mau Riyadi pun akhirnya menutup jendela dikamar rumah Yana.
Riyadi dengan mudah menutup jendela kamar itu dengan mudah karena Riyadi sebagai tukang bangun rumah ditugaskan pemilik rumah untuk merenovasi rumah tersebut sebelum di beli Yana dan Randi. Dan Randi tahu karena di kasih tahu Riyadi.
Randi melangkah perlahan masuk kedalam kamar, tampak Irfan tidur dikamar itu, dengan cepat Randi melangkah dan lantas menghujamkan pisau yang digenggamnya itu kedada Irfan, 7 tusukan menghujam di dadanya, bersimbah darah dan mati.
Randi lalu melanjutkan aksinya, pelan melangkah, membuka kunci pintu kamar dan keluar dari kamar itu.
Randi pelan melangkah menuruni anak tangga rumah itu, berjalan menuju kesalah satu kamar, kamar anak Riyadi yang cewek, Sulis. Randi masuk kedalam kamar itu, mendekati Sulis yang tidur nyenyak, dengan cepat Randi berjalan ke arah Sulis lalu menghujamkan pisau ke tubuh Sulis 7 kali, Sulispun mati bersimbah darah, Randi menghapus darah yang mengenai masker penutup wajahnya itu, lalu melangkah keluar kamar.
Randi berjalan masuk kedalam kamar Tatik, didalam kamar, Tatik, istri Riyadi, Ibu dari Antok tampak tertidur juga, dengan cepat Randi mendekati tubuhnya, menggorok leher Tatik dan menghujamkan pisau berkali kali ketubuh Tatik, Tatik sempat tersadar dan membuka matanya melihat mata Randi yang tampak menyeramkan terus menghujamkan pisau ketubuhnya.
Tatik mati tak berdaya dengan seluruh tubuhnya dibasahi darah segarnya. Randi berdiri menatap tubuh kaku Tatik yang ada diranjang, Randi menyeringai puas. Lalu, diambilnya darah Tatik yang mengalir ditubuhnya itu, mengoleskannya ke telapak tangannya yang memakai sarung tangan Latex.
Randi melangkah ke dinding kamar, menuliskan sesuatu di dinding kamar itu dengan darah Tatik.
"Hell...Lo " Tulis Randi, Lalu menulis dibawah tulisan itu lagi.
"Lo ke neraka, akibat mulut sampah lo ! " Tulis Randi di dinding itu dengan darah sebagai tintanya. Kemudian Randi cepat keluar kamar, melangkah menaiki tangga rumah, masuk ke kamar Irfan, kembali menuju lubang yang terbuka dan masuk kedalam kamar rumah Yana. menutup lubang itu kembali dengan papan triplex yang dibukanya tadi.
Randi lalu melangkah menuju pintu samping ruangan itu, sebentar Randi berhenti, lalu memperbaiki kembali letak posisi cctv yang tergantung disudut ruangan ke posisi awal kembali. Randi membuka pintu, lalu keluar melangkah ke teras samping rumah dilantai atas rumah Yana itu.
Posisi di luar samping lantai atas rumah Yana tidak dipasangi cctv hingga ke atas atap taman, itu membuat Randi leluasa melangkah diatas atap, kemudian dari atap samping rumah, diatap taman rumahnya, Randi pun melompat turun kebelakang rumah, lalu berlari meninggalkan tempat itu.
Malam yang hening dan sepi itu, hujan turun tiba tiba dengan derasnya, hujan deras itu mengiringi kematian Tatik sekeluarga malam itu.
Dikamar Hotel yang gelap, Randi tampak berdiri menari nari mengikuti musik klasik yang dinyalakannya dari ponselnya. Menari nari memutar mutar tubuhnya dilantai kamar, tampak wajah Randi menunjukkan kepuasan dan kesenangan. Suara petir menggelegar malam itu bersama dengan turunnya hujan, seakan mengiringi suasana hati Randi malam itu.
Di Rumah sakit 2 polisi tampak sedang menyelidiki kematian Antok, polisi polisi itu sedang berbicara dengan kepala perawat, perawat yang berjaga malam itu serta dokter yang memeriksa kondisi Antok di detik terakhir Antok meninggal.
Dua Polisi itu lalu masuk ke ruangan cctv yang ada didalam rumah sakit itu, meminta petugas cctv untuk mengecek rekaman cctv saat malam kejadian berlangsung.
Petugas mencari tanggal dan waktu rekaman kejadian, Polisi mengamati cctv.
Dari rekaman Cctv itu terlihat saat itu, Tatik, Irfan, Sulis melangkah keluar dari kamar ruang rawat inap Antok, setelah kepergian mereka ruangan disekitar koridor itu sepi, terlihat hanya ada satu dua perawat dan suster yang melangkah disekitar koridor rumah sakit itu.
Sesaat kemudian, saat rekaman cctv menunjukkan sesosok orang melangkah dikoridor itu dan masuk kekamar rawat inap Antok, Polisi perintahkan petugas untuk hentikan rekaman itu.
"Pause Pak, coba mundur sedikit." Ujar Polisi 1. Petugas menurut, lalu mempause rekaman itu, kemudian memutar ke gambar rekaman sebelumnya, saat sesosok pria muncul digambar mendekati kamar ruang rawat Antok, dan hendak membuka pintu kamar itu, Polisi menyuruh berhenti.
"Pause Pak." Ujar Polisi 1.
Polisi dan petugas itu memperhatikan gambar dari rekaman cctv itu.
"Bisa diperbesar dan diperjelas gambarnya pak ?" Tanya Polisi 2 pada Petugas.
Petugas mengangguk, lalu menzoom in gambar itu hingga membesar dan terlihat jelas sosok yang terekam itu.Terlihat sosok pria itu memakai topi dan masker yang menutupi wajahnya , memakai jaket kulit berwarna gelap. Kedua Polisi itu memperhatikan gambar tersebut.
"Kami minta rekamannya untuk kami selidiki lebih lanjut Pak." Ujar Polisi 1.
"Baik pak." Ujar Petugas diruang control cctv rumah sakit itu.
Orang orang sekampung dilingkungan rumah Yana geger karena Tatik sekeluarga ditemui telah menjadi mayat. Mayat Tatik sekeluarga itu ditemui oleh saudaranya yang memang tinggal dilingkungan itu, hanya beberapa rumah dari rumah mereka.
Di Lingkungan itu memang dikelilingi oleh keluarga dan saudara saudara almarhum Riyadi, jadi tidak heran jika Riyadi dan keluarga semasa hidupnya petantang petenteng seperti jawara kampung dilingkungan itu pada tiap warga dimasa hidupnya karena merasa mereka warga asli dilingkungan itu dan dikelilingi oleh keluarga dan saudaranya.
Hingga mereka sering terlibat keributan dengan warga warga sekitar jika mereka tidak senang dengan warga itu.Mayat Tatik, Irfan dan Sulis dibawa keluar dengan tandu oleh petugas paramedis, memasukkannya ke dalam mobil ambulance, garis pembatas dari Kepolisian terpasang, polisi mengamankan warga warga untuk tidak mendekat.
"Kok makin kesini, makin sering pembunuhan terjadi dilingkungan kita ya, makin serem jadinya." Ujar Wiwin , warga lingkungan itu.
"Iya yaa, padahal udah setahun lebih gak pernah ada kejadian seperti ini lagi." Ujar Lastri, warga lain yang ada dilingkungan itu.
Tampak Erte Samsir sedang bicara dengan petugas polisi didepan rumah almarhum Riyadi.
"Apa malam itu diadakan ronda pak?" Tanya Polisi.
"Ya tiap malam ada ronda dari warga yang dapat giliran mengambil jimpitan kerumah rumah warga Pak, masing masing 4 orang mendapat giliran ronda tiap malam." Jelas Erte Samsir.
Jimpitan itu artinya mengambil uang yang diletakkan tiap warga didepan rumah disebuah wadah untuk diambil petugas ronda sebagai uang kas erte setiap malamnya.
"Malam itu saya sendiri yang bertugas meronda bersama satu warga bernama Selamet Pak, karena yang dua berhalangan hadir." Ujar Erte Samsir.
"Seperti biasa kalo ronda, setelah mengambil jimpitan, kami pasti nongkrong di depan aula pertemuan erte dan menghitung uang hasil jimpitan, lalu kemudian pulang kerumah masing masing." Ujar Erte Samsir.
"Sampai jam berapa pak ?" Tanya Polisi lagi.
"Malam itu sampai jam satu malam pak, kami pulang karena mulai hujan." Jelas Erte Samsir.
Polisi mengangguk mengerti, dan mencatat semua keterangan dari erte Samsir tersebut.
"Baiklah Pak, untuk sementara cukup, terima kasih atas kerjasamanya, jika kami membutuhkan keterangan bapak, Bapak bersedia kan datang ke kantor ?" Ujar Polisi pada erte Samsir.
"Siap Pak, kapan saja saya siap jika dibutuhkan." Ujar Erte Samsir pada Polisi. Mobil ambulance pergi dari tempat itu membawa jenazah Tatik, Irfan dan Sulis di iringi para warga yang ramai menonton.
Setelah kepergian mobil ambulance, beberapa petugas polisi pun pergi dari situ, warga warga pun mulai membubarkan diri mereka.
Dirumah Riyadi, masih ada petugas polisi yang berjaga didepan rumah dan petugas Forensik yang ada didalam rumah Riyadi sedang memeriksa tempat kejadian perkara.
Salah satu petugas polisi yang berkeliling disekitar gang rumah Riyadi mendekati erte Samsir yang masih ada disitu.
"Pak Samsir, Apa Bapak tahu pemilik rumah itu?" Petugas Polisi bertanya pada erte Samsir sambil menunjuk rumah Yana yang tepat berada disamping rumah Riyadi.
"Oh, itu rumah bu Yana Pak, salah satu warga saya, cuma udah setahun ini rumah itu kosong karena beliau sekeluarga pindah ke daerah Jetak, suaminya merantau kerja di Jakarta." Jelas erte Samsir.
"Memang kenapa Pak ?" Tanya erte Samsir lagi.
"Saya cuma mau cek rekaman cctv yang ada dirumah itu, Saya lihat rumah itu dipasangi cctv dibagian luar rumah, mungkin dari rekaman cctv bisa ada hasil untuk kasus ini." Jelas Polisi pada erte Samsir.
"Oh, baik pak, coba saya hubungi bu Yana nya dulu ya, biar beliau datang ke sini." Ujar erte Samsir.
"Siap Pak." Ujar Polisi, Lalu erte Samsir mengambil ponselnya dan menelpon Yana.
Di Cafe nya, Yana tampak sedang menerima telepon dari Pak erte Samsir.
"Baik Pak erte, segera saya kesana." Ujar Yana menutup teleponnya.
"Aku kerumah lama dulu mas, erte Samsir nyuruh aku datang." Ujar Yana pada Herry yang ada disitu sedang merapikan makanan makanan dietalase Cafe.
"Ada apa ? Tumben tuh erte." Tanya Herry.
"Gak tau, kayaknya penting." Ujar Yana menggelengkan kepalanya.
"Aku pegi dulu mas." Pamit Yana pada Herry.
"Iya." Herry menjawab.
Yana lalu pergi , naik ke motornya, memakai masker dan helm, lalu menyalakan mesin motornya, untuk kemudian menjalankan motornya dan pergi meninggalkan Herry yang ada di Cafe itu.Petugas Forensik yang bertugas ditempat kejadian perkara sudah selesai menjalani tugasnya, mereka keluar dari dalam rumah membawa semua peralatan mereka, masuk kedalam mobil mereka , Lalu pergi meninggalkan tempat tersebut.
Erte Samsir dan Polisi tampak duduk di teras rumah Yana menunggu kedatangan Yana .
Tak berapa lama tampak motor Yana masuk ke gang lingkungan rumahnya.
"itu bu Yana Pak." Ujar erte Samsir pada Polisi, mereka lalu berdiri melihat kedatangan Yana.
Yana menghentikan motornya didepan Polisi dan erte Samsir, lalu melepaskan helm dan maskernya turun dari motor, melangkah mendekat.
Melihat ada Polisi disamping erte Samsir dan ada garis pembatas kepolisian disekitar rumah Riyadi, Yana bingung."Maaf lama nunggu Pak." Ujar Yana.
"Nggak kok bu." Jawab erte Samsir tersenyum.
"Sebenarnya ada apa ya Pak ?" Tanya Yana tidak mengerti yang terjadi.
"Maaf bu, saya dari kepolisian ingin meminta tolong kerjasama ibu dengan kami." Jelas Polisi.
"Dalam hal apa Pak ?" Tanya Yana pada Polisi.
"Boleh saya melihat rekaman cctv rumah ibu ?" Ujar Polisi pada Yana. Yana melirik erte Samsir.
"Bu Tatik sekeluarga mati dibunuh tadi malam bu, untuk itu Polisi datang menyelidiki kasus ini." Jelas erte Samsir pada Yana.
Yana yang mendengar Tatik sekeluarga dibunuh kaget tak percaya."Apaa ??"
"Jaa..di...Bu Tatik sekeluarga dibunuh ??" Tanya Yana kaget sekaget kagetnya tidak menyangka hal itu terjadi pada keluarga Riyadi.
"Iya bu, Polisi sedang menyelidikinya." Jelas erte Samsir pada Yana yang terdiam termangu tak percaya dengan apa yang terjadi, tampak dari wajahnya menunjukkan kebingungan dan kecemasan, Yana menarik nafasnya berat menatap erte Samsir dan Polisi yang bediri dihadapannya.
Seorang Pria berdiri didepan cafe, membaca Plang tulisan cafe "Dewi sekar." Pria itu memakai topi dan berkumis serta berjambang dan sedikit berjenggot.Pria itu menatap kedalam cafe, membuka kaca matanya, melangkah mendekati selebaran kertas yang terpajang di dinding cafe.Pria itu ternyata Randi, yang sengaja menyamar untuk membedakan penampilannya agar tidak dikenali.Randi masuk kedalam cafe milik Yana, dipintu masuk, Randi mengambil selebaran kertas yang berisi Iklan " Di jual Rumah ", Melipat lembaran kertas itu lalu masuk kedalam cafe.Randi duduk disalah satu kursi meja yang ada didalam cafe tersebut, memandangi isi ruangan cafe, "cukup asri juga tempatnya" bathin Randi.Pelayan datang menghampiri Randi."Silahkan dipilih menu nya Pak." Ujar Pelayan pada Randi."Ah, saya pesan ayam geprek sama es teh aja ya, gulanya dikit aja." Ujar Randi."Baik Pak, mohon ditunggu." Ujar Pelayan, Randi mengangguk. P
Siang itu, dihari lainnya, Randi tampak berkunjung ke Panti Asuhan tempat dimana Yana menitipkan Bayi Sekar. Ibu Pengasuh panti asuhan menemui Randi.Melihat Randi yang datang, Ibu pengasuh panti asuhan tersenyum, karena mengenal Randi sebagai suami Yana dan sebagai donatur tetap panti asuhannya."Apa kabar pak Randi, lama gak kesini." Ujar Ibu Pengasuh panti asuhan pada Randi."Iya bu, saya sibuk kerja di Jakarta." Ujar Randi tersenyum."Bagaimana keadaan Ibu dan Panti asuhan ini ?" Tanya Randi."Alhamdulillah baik pak Randi, Bu Yana masih rutin memberikan sumbangan ke panti asuhan ini." Ujar Ibu Pengasuh panti asuhan dengan tersenyum."Oh begitu." Ujar Randi."Saya dengar dari Yana, kalau anaknya Sekar dititipkan di panti asuhan ini, boleh saya melihatnya bu ?" Ujar Randi."Aduh maaf pak, anaknya sudah di adopsi, 6 bulan lalu." Ujar Ibu asuh panti asuhan."Oh begitu." Ujar Randi menyembunyikan rasa kecewa
Randi sedang melakukan Radioterapi Eksternal diruangan khusus Radioterapi.Tampak Pemindaian CT Scan sedang berjalan.Radioterapi eksternal adalah jenis terapi radiasi yang dilakukan dengan mengarahkan sinar-X atau sinar proton ke bagian tubuh yang terserang kanker.Terapi ini tidak menimbulkan sakit dan pasien umumnya bisa langsung pulang setelah pengobatan selesai dilakukan.Radioterapi eksternal yang dilakukan Dokter pribadi Randi selesai, Pemindaian CT Scan itu berlangsung selama 30 menit.Randi duduk di kursi sebuah meja, dihadapannya Dokter pribadinya sedang menulis resep obat di secarik kertas resep."Radioterapi ini harus rutin bapak jalani, seminggu 2 kali." Ujar Dokter."Baik Dok." Jawab Randi."Saya akan memberikan beberapa obat untuk menetralkan efek samping yang akan muncul setelah Radioterapi eksternal dilakukan, bapak bisa minum obat obatannya nanti." Jelas Dokter pada Randi."Ingat pak Rand
Malam itu, dirumah Jetak, di dalam kamarnya, Yana termenung, dia berfikir, mengingat kembali wajah Randi (Sandi) yang dilihatnya di dalam mobil saat pergi dari cafe miliknya."Apa mungkin diaa...kalo dari samping seperti yang kuliat sepertinya iya." Ujar Yana pada dirinya sendiri. Yana lalu menepiskan pikirannya yang melintas."Ah, tapi ya gak mungkin, penampilannya aja beda, mungkin perasaanku aja ini." Gumam Yana menghela nafasnya. Yana mematikan lampu kamarnya, lalu merebahkan tubuhnya dikasur, berusaha untuk memejamkan matanya dan tidur. Siang itu, Yana tampak berada dipemakaman, Yana mengunjungi makam Sekar."Mama datang Sekar." Ujarnya pada makam Sekar sambil tersenyum memandang kepada batu nisan."Mama kangen sama kamu." Ujarnya sambil meneteskan air matanya menatap batu nisan sekar, Yana berjongkok didepan makam."Mama kangen dengan semua yang ada di kamu nak." Ujarnya lagi .Yana teringat akan keceri
Randy baru selesai melakukan Radioterapi keduanya, Randy duduk dihadapan Dokter."Obatnya masih ada kan pak Randy?" Tanya Dokter."Masih Dok, saya ngerasa kebantu dengan obat dari dokter, jadi kalo saya ngerasain efek samping setelah radioterapi seperti mual, sakit kepala atau gatal gatal saya langsung minum obatnya." Ujar Randy."Iya Pak, karena memang untuk itu fungsi obat yang saya berikan." Ujar Dokter pada Randy."Baik Dok, sampai bertemu di sesi terapi berikutnya minggu depan ya, saya pamit." Ujar Randy."Silahkan Pak." Ujar Dokter tersenyum pada Randy, Randy berdiri dari duduknya lalu pergi keluar dari ruangan dokter itu.Yana mengendarai mobil yang baru dibelinya, mobil itu masuk ke pekarangan halaman rumah mas Badrun yang sudah menunggunya .Yana memarkirkan mobilnya, lalu turun dari mobilnya menghampiri mas Badrun."Nyaman banget mobilnya mas. Gak salah milih aku." Ujar Yana tersenyum."Iyalah, Kelua
Dikamarnya, Yana tampak termenung, raut wajahnya tampak sedang berfikir, Yana terlihat resah, menghela nafasnya, Yana mengingat kembali Paket yang diterimanya di cafe, Sebuah hadiah kejutan yang diberikan Randi padanya.Saat itu, Yana tak menyangka jika Randi benar benar akan mewujudkan keinginannya dan memberikan hadiah berupa ukiran keramik patung kaca padanya.Yana mengingat kembali saat di pesta dansa dulu, ketika Yana dan Randi menghadiri undangan pesta dari teman Randi seorang Pengusaha terkenal di Jogjakarta.Dulu, Yana hanya spontan saja mengucapkan kalimat kepada Randi bahwa ia ingin mengabadikan moment kemesraan mereka dipesta itu untuk selamanya agar bisa di kenang dan dilihat setiap saat.Yana tak menyangka jika Randi akhirnya membuat sebuah cendera mata Souvenir yang indah sebenarnya terlihat, ukiran keramik bergambar patung dirinya dan Randi yang sedang berdansa dengan dibuat dari kaca bening yang berkilau.Tentu sangat mah
Randi yang melihat Sita berdiri diam dihadapannya lalu menunjukkan bungkusan yang dibawanya."Via ada? Aku mau kasih oleh oleh buatnya." Ujar Randi tersenyum."Siapa Sit ?" Tanya Jumirah, ibunya Sita dari dalam rumah mendekati Sita yang masih diam tertunduk.Jumirah yang melihat Randi berdiri didepan pintu rumah tersenyum ramah."Eh Randi, ayo masuk sini." Sapa Jumirah ramah pada Randi."Terima kasih bu, saya kesini cuma mau kasih oleh oleh buat Via." Ujar Randi."Via nya belum pulang kerja, lembur mungkin." Jawab Jumirah. Sita lalu bergegas pergi masuk kedalam rumahnya."Saya titip ini aja buat Via bu." Ujar Randi memberikan bungkusan bungkusan berisi oleh oleh makanan dan pakaian kepada Jumirah yang menerimanya lalu meletakkannya di sebuah sofa yang ada didekat pintu rumah."Saya pamit pulang bu." Ujar Randi."Loh, gak nunggu Via pulang, nanggung udah datang." Ujar Jumirah ."Lain kali aja bu. Mari
Yana tampak terduduk dikursi cafenya, wajahnya menunjukkan kekecewaan, sekilas Yana menatap lagi kelembaran photo photo yang berserakan diatas meja, menarik nafasnya.Yana berdiri dari duduknya, lalu melangkah gontai mendekati karyawati cafe nya yang berada di tempat kasir."Apa ada wanita yang sering datang ke cafe ini menemui pak Herry ?"Tanya Yana kepada Kasir."Beberapa waktu lalu bu, keliatannya pak Herry dan wanita itu ribut omongan." Ujar Kasir."Terus?" Tanya Yana lagi."Pak Herry nyeret wanita itu keluar dari cafe, selanjutnya pak Herry ngobrol sama wanita itu diluar cafe, terus pergi." Jelas Kasir.Yana berfikir. Siapa Wanita itu, dan apa tujuannya datang ke cafe menemui Herry."Maaf bu, Saya gak lapor ke ibu, saya takut jadi masalah." Ujar Kasir pada Yana ."Gak apa. terima kasih info kamu." Jawab Yana lalu berbalik melangkah keluar dari cafenya. Yana melangkah menuju motornya yang terparkir di t
Para petugas polisi segera bergerak untuk memburu Via yang membunuh Yana, salah seorang petugas polisi mendobrak paksa pintu rumah kontrakan Via, polisi berhasil mencium jejak persembunyian Via selama ini, untuk itu mereka mendatangi rumah Via agar bisa segera menangkap Via yang telah ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan Yana.Setelah pintu terbuka karena di dobrak paksa, Manto beserta lima petugas kepolisian segera masuk ke dalam rumah, mereka segera bergerak memencar menyusuri seluruh ruangan untuk mencari Via.Di dalam rumah itu tidak mereka temukan Via yang lebih dulu sudah pergi melarikan diri, Manto masuk ke dalam kamar, dia melihat ada bekas genangan darah yang mengering di atas tempat tidur, ada juga pisau tergeletak di lantai kamar, Manto tahu, di kamar itulah Via menjalankan aksinya membunuh Yana, dengan keadaan terikat dan terbaring di atas tempat tidur, wajah Manto terlihat kesal karena dia tidak menemukan Via di dalam rumahnya.Seorang petugas
Kembali ke beberapa jam sebelum terjadinya pembunuhan Yana yang dilakukan Via. Via membuka pintu kamar setengah, semburat cahaya masuk ke dalam kamar saat pintu terbuka, mengenai wajah Yana yang terikat di atas tempat tidur, Yana cepat menoleh kearah datangnya Via yang berjalan santai dan tenang mendekatinya."Via...Viaa tolong, lepasin bunda, lepasin bunda, biarkan bunda pergi dari sini ya, tolong Via..." Ujar Yana memelas pada Via yang menatapnya dengan tatapan sorot mata yang dingin, wajah Yana terlihat penuh dengan rasa kecemasan dan ketakutan melihat sikap dingin Via."Kamu harus di hukum atas semua perbuatanmu pada papahku." Ujar Via dengan suara datar menatap dingin wajah Yana yang ketakutan, dia merasakan ada hal yang aneh pada diri Via saat melihat wajahnya, perasaan Yana menjadi semakin cemas, dia merasakan akan terjadi sesuatu hal yang tidak pernah dibayangkannya sebelumnya.Via mendekati Yana yang terikat diatas tempat
Via membaca pesan yang dikirimkan papahnya dengan ekspresi wajah datar dan tenang."Untuk putri papah. Terima kasih telah menjadi putri terbaik yang pernah aku miliki. Sebentar lagi papah akan pergi jauh darimu, Nak, Tetaplah menjadi putri papah yang baik, Waktu terbaik dalam hidupku adalah Ketika menjadi papahmu.papah mencintai Via melebihi cinta pada diriku sendiri.Nak, kamu adalah harta yang paling berharga milikku, Harapan terbesar papah adalah agar kamu selalu tahu bahwa papah sangat mencintai kamu. Selama ini papah sulit memahami seorang wanita, hanya satu wanita yang papah terus berusaha untuk memahami dirinya, ya, itu kamu anakku. Papah tahu, Via sosok perempuan hebat, kuat. Jangan pernah bersedih anakku. Jangan biarkan air matamu jatuh karena kepergian papah ini, tetaplah tersenyum, Berjuanglah dengan sungguh-sungguh, kelak kamu pasti mendapatkan apapun yang kamu inginkan.Papah pamit, jaga dirimu baik baik." Tulis Randi mengakhiri pesannya pada Via
Siang itu, di kantor kepolisian, Gunawan dan Manto sedang menemui seorang Dokter yang sengaja datang memberikan laporan kepada pihak kepolisian."Mengapa setelah berhari hari bapak baru datang melapor ?" Tanya Gunawan."Sebenarnya saya ragu dan takut, hanya saja, kok ya hati saya bergejolak terus, jadi saya niatkan diri untuk memberanikan diri melapor ke sini." Jelas sang Dokter."Bapak kenal dimana dengan Rizal?" Tanya Gunawan."Dia kawan baik adik saya pak, mereka satu profesi, kerja di kantor film yang sama sebagai editor, karena Rizal sering datang kerumah kalo pas liburan ke jogja, dia kenal saya." Ujar Dokter memberi penjelasan."Saat itu dia hubungi saya, minta tolong,abangnya katanya terluka di tusuk orang, saya suruh bawa kerumah sakit, dia bilang gak bisa, dia minta tolong terus ke saya, akhirnya saya datang menemuinya dan mengobati abangnya yang terluka." Ujar Dokter, Gunawan dan Manto mendengarkan penjelasannya."Saat saya
Dalam proses pemulihan dirinya, Randi mengisi hari harinya dengan tetap berada di dalam kamarnya yang sengaja gelap dan tidak diterangi lampu, diatas meja yang ada di kamar apartemen milik Rizal ada sepiring makanan dan buah buahan serta minuman di dalam gelas, ada juga obat obatan yang sengaja di beli Rizal untuk mengobati sakit lupa ingatan Randi. Hari itu, Randi terlihat berdiri di depan jendela kamar apartement yang terbuat dari kaca, dia menatap jauh keluar, dari dalam kamarnya yang berada di lantai 20 apartemen, terlihat bangunan bangunan gedung gedung perkantoran serta rumah rumah penduduk, awan bergerak beriringan, berkumpul menjadi satu dan membentuk gumpalan tebal di langit, cuaca mendung sore itu, matahari memasuki senja, berproses untuk tenggelam dan menghilangkan dirinya untuk digantikan bulan yang akan menentukan datangnya malam, tatapan mata Randi kosong, sekosong fikirannya saat itu, karena tak mampu mengingat apa yang sudah terjadi p
Via menghempaskan pantatnya di sofa yang ada diruang tamu rumah kontrakannya, dia tercenung, dari raut wajahnya terlihat perubahan pada air mukanya, terlihat ada rasa kecemasan yang begitu besar didalam dirinya, ada rasa ketakutan yang mendalam pada jiwanya tatkala ia membayangkan hal buruk terjadi pada papahnya."Semoga papah baik baik saja, cepat sadar pah." Gumam Via pada dirinya sendiri, dia memikirkan tentang kondisi papahnya saat ini yang dalam kondisi kritis, seperti yang dikabarkan Rizal padanya.Dalam kecemasan dan ketakutannya akan papahnya yang tak sadarkan diri karena luka parah yang dideritanya, Via terlihat resah, dia tak bisa menerima kenyataan bahwa papahnya terluka parah oleh Yana, orang yang berusaha di lindunginya dari kejahatan papahnya, ada kekecewaan membekas di jiwa Via jika membayangkan semua hal yang sudah terjadi itu.Via tiba tiba meringis menahan sakit, dia memegang kepalanya, merasakan sakit dan pusing, dia merasakan saa
Paman Mulyono terlihat wajahnya sedih, dia cemas sekali, menunggu dan berharap kabar baik dari Gunawan tentang Yana, keponakan yang sangat disayanginya itu, anak dari adik kandungnya."Mudah mudahan kamu baik baik saja Yana." Ujar paman Mulyono."Tuhan, tolong lindungi dan selamatkan Yana, jangan biarkan Randi membunuhnya, aku mohon Tuhan." Ujar paman Mulyono berdoa dengan cara yang dianut agamanya, ya, paman Mulyono seorang khatolik, berbeda agama dengan Yana yang menjadi mualaf dan menjadi muslim. Namun itu tidak membuat hubungan keluarga mereka pecah, walaupun banyak yang berbeda agama dan keyakinan dalam keluarga, mereka tetap hidup rukun, harmonis dan saling menyayangi satu sama lainnya, tidak ada permusuhan diantara mereka, seperti paman Mulyono yang begitu menyayangi Yana dan melindungi dirinya.Sementara itu, di tempat lain, Gunawan mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, melintas melewati mobil mobil yang ada dijalan raya, suara
Dengan cepat sosok Roni yang muncul dalam diri Randi berjalan dengan langkah cepat mendekati Yana yang teriak memaki, lalu dia memukuli wajah Yana sekuat kuatnya, dia mengamuk, menghajar wajah Yana hingga babak belur bengkak berdarah, lalu dia menendang Yana yang duduk terikat di kursi, tendangan Roni membuat Yana yang dalam posisi terikat di kursi jatuh terjerembab kebelakang, Roni yang mengamuk hendak menginjak tubuh Yana, tiba tiba secara refleks, dia terbanting dan terjatuh ke lantai, sosok Randi yang muncul kembali dalam dirinya mendorong Roni agar tidak memukuli Yana."Sudah cukup ! Hentikan Roni, Hentikan !! Dia bisa mati nanti !!" Teriak Randi membentak Roni, Randi cepat mendekati Yana, membangunkan Yana yang terjatuh, Yana kembali di dudukkan di kursi masih dalam keadaan terikat."Aku gak bisa melakukan ini, aku gak bisa ! Udah cukup, hentikan !" Teriak Randi memegangi kepalanya, Yana terlihat ketakutan melihat Randi, seakan seperti terjadi keributan pa
Setelah Randi yang saat itu telah berubah menjadi sosok Roni yang ada dalam dirinya melucuti seluruh pakaian Sekar dan juga melepaskan pakaiannya, hal yang selama ini tidak pernah di inginkan dan di duga pun terjadi pada diri Sekar.Malam itu, kesucian Sekar pun direnggut oleh Randi, yang memiliki kepribadian ganda dalam dirinya, hingga tidak perduli dengan Sekar sebagai anak sambungnya.Dalam keadaan pingsan terbius Sekar tertidur dan tidak mengetahui jika saat ini dirinya sedang disetubuhi bapak angkat yang selama ini dianggapnya sebagai bapak kandungnya sendiri, Randi yang berubah menjadi sosok Roni dengan menyeringai mengerikan sangat menikmati dirinya menyetubuhi Sekar, dalam melakukan itu, terlintas kilatan kilatan sekelebat bayang wajah Yana bergant ganti dengan wajah Sekar, seakan dia membayangkan sedang menyetubuhi Yana.Sekar tak berdaya, dia jatuh ke dalam pelukan Randi, malam itu Sekar di perkosa Randi hingga berkali kali, ke empat sosok kepribadian