Saat Randi hendak mengarahkan alat yang berupa gunting pagar itu, tangannya dipegang Sandi.
"Jangan terburu buru Ran..." Ujar Sandi pada Randi.
Randi menoleh pada Sandi yang memegang tangannya , mencegahnya untuk melukai mulut Antok.
"Lepasin, biar ku habisin dia." Ujar Randi menghentakkan tangannya yang dipegang Sandi, Sandi melepaskan genggaman tangannya pada Randi.
Melihat itu Antok terlihat semakin panik, dari wajahnya terlihat kebingungan dan rasa panik yang sangat tinggi melihat Randi begitu.
"Ada baiknya kita sedikit bermain main dengannya Ran..." Ujar Rahman, Randi menoleh ke Rahman.
"Aaahhh, kalian mengacaukan rencanaku." Teriak Randi kesal sambil memukulkan gunting pagar itu ke dengkul Antok.
Antok kesakitan, dia semakin bingung dan ketakutan melihat tingkah Randi itu.
"Ttt...tt..ttoolloong Mas...lepaskan saya..." Rengek Antok ketakutan.
"Ssstt...kamu diam yaa.." Ujar Sandi pada Antok yang tampak ketakutan.
" Gimana kalo kamu jadikan dia sparing partnermu dalam duel one by one ?" Ujar Rahman.
"Iya Ran... kan dia jagoan nantangin kamu duel dulu." Ujar Sanur yang juga ada di situ.
Randi melirik ke Antok yang ketakutan melihat Randi, Roni membuka tali yang melilit badan Antok. Randi mencegah Roni.
"Kenapa lu lepasin dia ?" Ujar Randi.
"Gimana bisa dia duel sama elu kalo terikat ?" Ujar Roni pada Randi.
Roni lalu melepaskan ikatan ditangan Antok, lalu melepaskan ikatan dikaki Antok. Saat itu Antok menendang Roni hingga terjatuh, lalu Antok berusaha lari dengan kaki nya yang pincang.
" Aaaaggghhh...dasar pecundaang." Teriak Randi melihat Antok yang lari. Randi melangkah berjalan santai mengejar Antok yang berusaha lari dengan tertatih tatih karena kakinya pincang terluka habis dipukul Randi.
"Larilaah sejauh lu bisaa...selamatin diri lu.." Ujar Randi sambil jalan menyeringai terus mengejar Antok yang berlari lari menyeret kakinya yang pincang.
Antok keluar dari Gudang itu, di halaman gudang yang gelap malam itu, Antok memaksakan kakinya untuk bisa berlari, saat hendak melanjutkan larinya Antok terjatuh, Antok berusaha bangun dan menoleh kebelakang, tak ada Randi, Antok lalu bergegas melanjutkan pelariannya dengan langkah terseok seok.
Saat berlari, Antok tersandung dan terjatuh direrumputan ilalang liar yang tumbuh tinggi disekitar gudang pabrik tak terpakai itu.Antok berusaha bangun dan berdiri, lalu melanjutkan larinya dengan langkah kaki tertatih tatih pincang.Antok berlari menerobos rumput ilalang liar yang tinggi tinggi itu, tak lama dia berhenti, mengatur nafasnya sejenak, melirik ke kanan dan ke kiri, lalu melihat kebelakang, tak ada Randi.
Dia lalu mencari tempat untuk bersembunyi. Sementara Randi masih tampak berjalan santai mencari Antok."Heeelll...looo..!! Lari kemana lu Tok...!!" Teriak Randi memanggil Antok. Antok yang bersembunyi tampak semakin ketakutan, Dia tak menyangka jika berurusan dengan Randi dapat mengancam nyawanya dan mengerikan begini.
Antok merangkak diantara rumput rumput ilalang liar, berusaha pindah mencari tempat persembunyian lain. Dia terus merangkak bersembunyi, tak terdengar suara Randi, tak ada langkah kaki, Antok terdiam sebentar, mengintip dari sela sela rerumputan liar, melihat keberadaan Randi, tidak terlihat Randi di sekitar itu.
Perlahan Antok berdiri, lalu berbalik hendak melangkah, saat dia berbalik, dia kaget melihat sosok yang berdiri dihadapannya.
"Heeelll..looo..." Ujar Sanur menyeringai seram pada Antok, Antok kaget lalu terjatuh dan terduduk di tanah.
" Dia di sini Randiii..." Teriak Sanur. Mendengar teriakan Sanur itu Antok ketakutan, menoleh ke kanan dan ke kiri, melihat kesana kesini.
"Lepasin aku...toloong biarkan aku pergii..." Antok sujud sujud menyembah pada Sanur yang tetap menyeringai pada Antok.
"Hell..loo..saatnya Lo ke Neraka ." Ujar Sanur memukulkan palu ke wajah Antok hingga berdarah, Antok terjerembab direrumputan, menahan sakit, berusaha untuk bangun. Sanur melotot tajam menyeramkan pada Antok.
"Hell..lo !" Sanur mencengkram kerah baju bagian belakang Antok, lalu menyeretnya.
Ditangan Sanur memegang Palu besar, Sanur berjalan sambil menyeret Antok ke arah gudang kembali.
Saat Antok diseret Sanur dirumputan liar itu, Antok meraih sebuah kayu yang didapatnya, tanpa pikir panjang Antok langsung memukulkan kayu itu ke Sanur.
Sanur terjatuh.Antok lalu berusaha berdiri dan kembali lari tertatih tatih, memaksakan lari walau kakinya pincang.
Sanur yang terjatuh di rerumputan karena dipukul Antok tampak wajahnya semakin marah. Sanur melihat ke arah Antok berlari, Sanur pun lari dan mengejarnya.
Antok terus memaksakan dirinya berlari, menerobos rumput ilalang liar, dia lari menuju pintu pagar pabrik yang ada disitu, membuka pintu pagar yang tak terkunci, keluar dari gudang pabrik tak terpakai itu lari kejalanan.
Sanur terus mengejar Antok yang berlari dijalanan sekitar gudang pabrik, Antok terjatuh, lalu berusaha bangun dan berlari lagi, Sebuah mobil melaju dijalanan itu, lampu mobil menyorot ke arah Antok yang berada di aspal jalanan mengangkat tangannya. Mobil langsung berhenti persis dihadapan Antok.
Sanur hendak keluar dari pagar gudang pabrik itu, melihat 2 orang turun dari mobil, Sanur mengurungkan niatnya untuk mengejar Antok.
Dua orang yang turun dari mobil, melihat Antok wajahnya terluka dan kaki terluka berdarah mendekati.
"Mas gak apa apa?" Tanya Sam, Supri mobil.
"Tolong...tolong saya..." Antok lalu pingsan.
Melihat Antok pingsan, dengan cepat Pepeng meminta temannya agar menolongnya.
"Cepat Sam, kita bawa kerumah sakit." Ujar Pepeng, Temannya.
Lalu mereka berdua menggotong Antok yang pingsan dan memasukkannya ke dalam mobil."Siiaaalll...!!" Ujar Sanur melihat kepergian mobil yang membawa Antok itu.
Wajah Sanur terlihat menahan amarah yang mendalam, karena Antok lolos darinya.
Di dalam Gudang pabrik tak terpakai itu, Randi membuang semua peralatan peralatan senjata tajam yang ada, meja dibuang Randi, kursi ditendangnya.
"Aaaagggghhhhhh....." Teriak Randi sangat marah.
"Lu harus matiiii...luu harus ke nerakaaaa...!!!" Teriak Randi pada Antok. Wajahnya menyeringai tajam, menahan emosi amarahnya, dendam tampak jelas diraut wajahnya itu.
Antok telah melewati masa kritis di ruang gawat darurat, saat ini Antok berada diruang ICU rumah sakit. Terbaring tak berdaya.
Ditempat kerjaannya, Via tampak sedang menerima telepon dari Randi.
"Papah pulang kapan jadinya ke Jakarta ?" Tanya Via ditelepon.
"Paling beberapa hari lagi nak, kalo urusan papah udah beres semua disini." Ujar Randi diteleponnya.
"Via mau dibeliin apa ?" Tanya Randi .
"Apa aja lah pah." Jawab Via pada Randi ditelepon.
"Ya udah , nanti Papah beliin oleh oleh dari Jogja ya." Ujar Randi.
"Ok pah, daahh.." Ujar Via di telepon.
Randi lalu tersenyum mematikan teleponnya. Randi tersenyum lega menatap pemandangan yang indah dari atas tebing breksi.Siang itu, Randi menghibur dirinya dan bermain ke tempat wisata Tebing Breksi Prambanan. Randi menikmati seluruh pemandangan yang ada, cukup bagus dan indah terlihat dari atas tebing.
Via mengikat rambutnya, bersiap hendak berangkat kerja. Mamanya mendekatinya.
"Telepon dari siapa ?" Tanya Sita mendekati Via, Sita ini mama nya Via, mantan Istri Randi pertama.
"Dari Papah ma." Ujar Via santai.
"Kamu sering kerumah papahmu?" Tanya Sita .
"Ya kalo pas libur kerja dan sempat aja ma."
"Kenapa ? Tumben nanya, mama mau ketemu papah ya..??" Goda Via pada mamanya."Diih, ngapain..nggaklah." Ujar Sita.
"Vi, Yang nyari rumah baru buat papah sampe papahmu beli rumah dekat kita siapa ?" Tanya Sita pada Via.
"Via sih cuma kasih tau, kalo diperumahaan baru dekat rumah kita ada dijual rumah, bisa kredit atau chas. Selanjutnya Papah sendiri yang survei dan beli." Jelas Via.
Tampak Wajah Sita menunjukkan kecemasan, namun berusaha disembunyikannya dari Via.
"Emang kenapa ma, gak biasanya mama nanyain. Lagian papah kan udah lama dirumah itu." Ujar Via.
"Ya nggak sih, cuma pengen tau aja." Ujar Sita.
"Ya udah, Via berangkat dulu ma." Pamit dan cium tangan Sita, lalu pergi meninggalkan Sita yang berdiri menatapnya. Sepeninggalnya Via kerja, Sita termenung. Jumirah, Ibu Sita, Nenek nya Via datang mendekati Sita.
"Ngapain kamu bengong disitu ?" Ujar Jumirah.
"Eeh mama.. nggak ma." Ujar Sita pada Jumirah.
Sita melangkah dan duduk di sofa ruang tamu. Jumirah mendekatinya lalu duduk didekat Sita."Ada apa? Wajahmu kayak keliatan cemas gitu?" Tanya Jumirah, Sita diam, menghela nafasnya, menatap wajah orang tuanya lekat.
"Papahnya Via ma, Sita khawatir." Ujar Sita.
"Khawatir sama Randi, papahnya Via? Tumben." Goda Jumirah.
"bukan khawatir itu maa.." Ujar Sita.
"Terus..?" Tanya Jumirah.
"Khawatir kalo Randi berulah lagi kayak dulu, aku trauma." Ujar Sita berat.
"Apalagi rumahnya berdekatan dengan kita, aku khawatir kalo tiba tiba Randi datang ke sini."
"Aku gak berani liat mukanya, apalagi ketemu." Ujar Sita.
Ya, Saat usia Via 10 tahun, Sita dan Randi bercerai, Setelah mereka menjalani 10 tahun pernikahan, Suka duka dan Lika liku dalam pernikahan mereka jalani.
Sita paham dan tahu betul watak dan karakter serta pribadi Randi, Sita memiliki trauma yang mendalam tentang Randi.
Karena itu, Kekhawatiran dalam dirinya muncul saat mengetahui Randi kembali ke Jakarta setelah 10 tahun lebih menghilang dari kehidupannya.
Apalagi Sita mendengar dari Via apa yang terjadi pada rumah tangga Randi dan Yana, Mengapa Randi tiba tiba ada di Jakarta, dan Sekarang kembali ke Jogjakarta. Kekhawatiran itu yang meresahkan jiwanya. Jumirah memegang tangan Sita.
"Randi gak kan berbuat hal yang tidak kamu inginkan."
"Bukannya Randi dulu udah tinggal dipesantren dan dirawat setelah kejadian dulu denganmu ?" Ujar Jumirah menenangkan Sita."Randi pastinya sudah berubah, tidak seperti dulu." Ujar Jumirah.
"Mudah mudahan aja ma. Sita cuma khawatir aja. Kasihan Via kalo tau papahnya..." Ujar Sita lalu terdiam, tidak melanjutkan bicaranya lagi.
"Berpikir positif aja." Ujar Jumirah.
"Iya ma, Mudah mudahan Randi bisa mengatasi masalahnya dengan bijak kali ini." Ujar Sita.
"Aamiin." Jawab Jumirah tersenyum.
Tampak Yana dan Herry ada di Cafe milik Yana. Yana mendekati Herry yang duduk didekat meja kasir.
" Kenapa rumahku itu belum laku laku juga ya mas, udah setahun lebih padahal." Ujar Yana.
"Ya, belum ada yang cocok aja mungkin sama lokasi dan harganya." Ujar Herry.
"Coba kamu tawar tawarin lagi, turunin 20 persen dari harga awal yang aku kasih juga ga apa deh mas, yang penting laku." Ujar Yana.
"Yakin, cuma mau kamu jual satu milyar ?" Tanya Herry.
"Gak rugi ?"
"Sama perabotan lengkap loh Yana." Ujar Herry."Gak apa deh mas, aku udah gak mau nempatin rumah itu. Sengaja aku kosongin karena aku gak mau ingat Sekar." Jelas Yana pada Herry.
"Paling aku datang kerumah itu sesekali buat bersih bersih rumah, gak pernah sampe nginap." Ujar Yana.
"Ya udah nanti coba aku tawarin lagi di grup grup jual beli rumah." Ujar Herry pada Yana.
Mobil Randi melintas dijalanan . Didepan Rumah erte Samsir, Mobil berhenti persis didepan Samsir yang tengah berdiri didepan rumah sedang menyiram kembang.
"Apa kabar pak erte Samsir." Sapa Randi tersenyum pada Samsir. Samsir menoleh pada Randi yang lantas keluar dari mobilnya menyalami erte Samsir.
" Wah, baru pulang pak Randi, lama gak ketemu." Ujar Erte Samsir.
"Iya ya, sejak saya merantau kerja ke Jakarta dan pindah ke Jetak jarang ke sini saya." Sambil tertawa.
"Ini habis nengokin rumah pak Randi ?" Tanya Erte Samsir.
"Iya pak." Ujar Randi.
"Iya, rumahnya belum laku juga pak, padahal udah coba saya tawar tawarin ke orang orang yang nyari rumah." Ujar erte Samsir.
"Mudah mudahan jodoh, ada yang mau beli." Ujar erte Samsir lagi.
"Santai aja pak." Ujar Randi tersenyum.
"Ngomong ngomong, rumahnya Almarhum Pak Riyadi kok sepi pak? Biasanya paling rame sendiri satu keluarga." Tanya Randi.
"Mungkin sedang jaga dirumah sakit pak." Jelas erte Samsir.
"Rumah sakit ? Siapa yang sakit ?" Tanya Randi pura pura tidak tahu.
"Antok, anak pertamanya. Kayaknya habis berantem luka luka, ditemuin dua orang dijalanan pingsan kalo gak salah dengar saya." Jelas erte Samsir.
"Oalaah, di rumah sakit mana pak?" Tanya Randi.
"Rumah sakit Satria Mandala Kamar Melati ruang C20." Jelas Erte Samsir menjelaskan dimana Antok dirawat.
Randi mengangguk tersenyum."Baiklah pak, kalo gitu saya permisi dulu." Ujar Randi.
"Gak mampir kedalam dulu, ngopi pak." Jawab Erte Samsir.
"Terima kasih, lain kali aja pak." Ujar Randi.
"Mari pak." Ujar Randi lalu naik ke mobilnya, erte Samsir mengangguk melihat kepergian Randi.
Didalam mobilnya, Randi tersenyum licik karena berhasil mendapatkan info lokasi Antok dirawat.
"Dapat juga infonya." Ujarnya tersenyum licik sambil terus menjalani mobilnya. Randi bersiul senang.
Dirumah Sakit, Antok tampak sudah dipindahkan ke ruang rawat sekarang, tampak Tatik, Ibunya, Istri dari almarhum Riyadi, tetangga rumah Yana dan Randi ada disitu bersama Irfan anak nomor duanya dan Sulis anak bungsunya yang sekolah SMA.
"Kamu di keroyok Mas ?" Tanya Irfan pada Antok.
"Kayak ada lima orang disitu, tapi terlihat satu." Ujar Antok lemah.
"Maksud kamu ?" Tanya Tatik.
Antok menghela nafasnya berat, mengingat kejadian itu. Dalam ingatan Antok waktu malam kejadian tersebut...---
Saat Randi hendak menggunting mulutnya dengan gunting pagar, tangannya dipegang Sandi, tidak ada siapa siapa selain Randi sendiri, lalu saat tiba tiba Randi menoleh ke arah Roni, tidak ada Roni, yang ada hanya Randi sendiri seperti bicara pada Roni, dan Randi yang bicara seolah dirinya Sanur, Roni , Rahman dan Sandi.
Tak ada siapa siapa di dalam gudang itu, hanya ada Antok dan Randi saja saat kejadian tersebut.
Semua yang dilihat Antok waktu itu adalah imajinasi Randi yang sedang bicara dengan ke empat teman teman hayalannya.
Yang melepas ikatan nya Randi, yang melarang melepas pun Randi, yang mengejar Antok pun Randi, tidak ada sosok Roni, Sandi, Sanur, Rahman yang mengejar dan menangkap ,yang menyeret Antok pun Randi. Randi juga yang dipukul Antok dengan kayu.
Mengetahui hal itu Tatik, Irfan dan Sulis kaget. Mereka seakan tak percaya dengan apa yang dikatakan Antok.
"Sakit jiwa, pribadi ganda dong kalo gitu." Ujar Irfan .
"Aku berpikir begitu." Ujar Antok lemah.
"Harus lapor polisi ini, gak bisa dibiarin, bahaya." Ujar Tatik.
"Kamu buat laporan ke polisi Fan, biar diselidiki." Ujar Tatik pada Irfan.
"Iya Bu." Jawab Irfan.
Tampak wajah Tatik menyiratkan ketakutan, mereka baru tahu kalau Randi memiliki penyakit psycho, punya kepribadian ganda yang mengerikan, hingga ada lima pribadi dengan dirinya didalam dirinya. Tatik bergidik seram.
Malam itu, di kamar ruang rawat inap rumah sakit, Antok tampak sedang tertidur. Sesosok bayangan masuk kedalam kamar, langkah kakinya pelan berjalan mendekati Antok yang terbaring di ranjang/rusbang rumah sakit. Sosok pria itu memakai topi dan masker yang menutupi mulut hingga hidungnya.Pria itu berdiri dihadapan Antok. Sorot matanya terlihat tajam menatap Antok. Lalu dengan cepat, Sosok pria itu mengambil bantal yang ada, melihat ada sosok pria berdiri didepannya Antok kaget berusaha meronta.Pria yang ternyata Randi itu dengan cepat menutup bantal ke wajah Antok, dengan menekannya sekuat tenaga dengan tangannya memakai sarung tangan latex, Antok berusaha meronta ronta, tak bisa bernafas. Randi terus menekan bantal yang menutup wajah Antok.Tak berapa lama, Antok terkulai lemah, tak bernafas, Randi melepaskan bantal , lalu cepat bergegas keluar dari ruang rawat inap tersebut.Dokter dan perawat berlari memasuki kamar ruang rawat inap yang d
Seorang Pria berdiri didepan cafe, membaca Plang tulisan cafe "Dewi sekar." Pria itu memakai topi dan berkumis serta berjambang dan sedikit berjenggot.Pria itu menatap kedalam cafe, membuka kaca matanya, melangkah mendekati selebaran kertas yang terpajang di dinding cafe.Pria itu ternyata Randi, yang sengaja menyamar untuk membedakan penampilannya agar tidak dikenali.Randi masuk kedalam cafe milik Yana, dipintu masuk, Randi mengambil selebaran kertas yang berisi Iklan " Di jual Rumah ", Melipat lembaran kertas itu lalu masuk kedalam cafe.Randi duduk disalah satu kursi meja yang ada didalam cafe tersebut, memandangi isi ruangan cafe, "cukup asri juga tempatnya" bathin Randi.Pelayan datang menghampiri Randi."Silahkan dipilih menu nya Pak." Ujar Pelayan pada Randi."Ah, saya pesan ayam geprek sama es teh aja ya, gulanya dikit aja." Ujar Randi."Baik Pak, mohon ditunggu." Ujar Pelayan, Randi mengangguk. P
Siang itu, dihari lainnya, Randi tampak berkunjung ke Panti Asuhan tempat dimana Yana menitipkan Bayi Sekar. Ibu Pengasuh panti asuhan menemui Randi.Melihat Randi yang datang, Ibu pengasuh panti asuhan tersenyum, karena mengenal Randi sebagai suami Yana dan sebagai donatur tetap panti asuhannya."Apa kabar pak Randi, lama gak kesini." Ujar Ibu Pengasuh panti asuhan pada Randi."Iya bu, saya sibuk kerja di Jakarta." Ujar Randi tersenyum."Bagaimana keadaan Ibu dan Panti asuhan ini ?" Tanya Randi."Alhamdulillah baik pak Randi, Bu Yana masih rutin memberikan sumbangan ke panti asuhan ini." Ujar Ibu Pengasuh panti asuhan dengan tersenyum."Oh begitu." Ujar Randi."Saya dengar dari Yana, kalau anaknya Sekar dititipkan di panti asuhan ini, boleh saya melihatnya bu ?" Ujar Randi."Aduh maaf pak, anaknya sudah di adopsi, 6 bulan lalu." Ujar Ibu asuh panti asuhan."Oh begitu." Ujar Randi menyembunyikan rasa kecewa
Randi sedang melakukan Radioterapi Eksternal diruangan khusus Radioterapi.Tampak Pemindaian CT Scan sedang berjalan.Radioterapi eksternal adalah jenis terapi radiasi yang dilakukan dengan mengarahkan sinar-X atau sinar proton ke bagian tubuh yang terserang kanker.Terapi ini tidak menimbulkan sakit dan pasien umumnya bisa langsung pulang setelah pengobatan selesai dilakukan.Radioterapi eksternal yang dilakukan Dokter pribadi Randi selesai, Pemindaian CT Scan itu berlangsung selama 30 menit.Randi duduk di kursi sebuah meja, dihadapannya Dokter pribadinya sedang menulis resep obat di secarik kertas resep."Radioterapi ini harus rutin bapak jalani, seminggu 2 kali." Ujar Dokter."Baik Dok." Jawab Randi."Saya akan memberikan beberapa obat untuk menetralkan efek samping yang akan muncul setelah Radioterapi eksternal dilakukan, bapak bisa minum obat obatannya nanti." Jelas Dokter pada Randi."Ingat pak Rand
Malam itu, dirumah Jetak, di dalam kamarnya, Yana termenung, dia berfikir, mengingat kembali wajah Randi (Sandi) yang dilihatnya di dalam mobil saat pergi dari cafe miliknya."Apa mungkin diaa...kalo dari samping seperti yang kuliat sepertinya iya." Ujar Yana pada dirinya sendiri. Yana lalu menepiskan pikirannya yang melintas."Ah, tapi ya gak mungkin, penampilannya aja beda, mungkin perasaanku aja ini." Gumam Yana menghela nafasnya. Yana mematikan lampu kamarnya, lalu merebahkan tubuhnya dikasur, berusaha untuk memejamkan matanya dan tidur. Siang itu, Yana tampak berada dipemakaman, Yana mengunjungi makam Sekar."Mama datang Sekar." Ujarnya pada makam Sekar sambil tersenyum memandang kepada batu nisan."Mama kangen sama kamu." Ujarnya sambil meneteskan air matanya menatap batu nisan sekar, Yana berjongkok didepan makam."Mama kangen dengan semua yang ada di kamu nak." Ujarnya lagi .Yana teringat akan keceri
Randy baru selesai melakukan Radioterapi keduanya, Randy duduk dihadapan Dokter."Obatnya masih ada kan pak Randy?" Tanya Dokter."Masih Dok, saya ngerasa kebantu dengan obat dari dokter, jadi kalo saya ngerasain efek samping setelah radioterapi seperti mual, sakit kepala atau gatal gatal saya langsung minum obatnya." Ujar Randy."Iya Pak, karena memang untuk itu fungsi obat yang saya berikan." Ujar Dokter pada Randy."Baik Dok, sampai bertemu di sesi terapi berikutnya minggu depan ya, saya pamit." Ujar Randy."Silahkan Pak." Ujar Dokter tersenyum pada Randy, Randy berdiri dari duduknya lalu pergi keluar dari ruangan dokter itu.Yana mengendarai mobil yang baru dibelinya, mobil itu masuk ke pekarangan halaman rumah mas Badrun yang sudah menunggunya .Yana memarkirkan mobilnya, lalu turun dari mobilnya menghampiri mas Badrun."Nyaman banget mobilnya mas. Gak salah milih aku." Ujar Yana tersenyum."Iyalah, Kelua
Dikamarnya, Yana tampak termenung, raut wajahnya tampak sedang berfikir, Yana terlihat resah, menghela nafasnya, Yana mengingat kembali Paket yang diterimanya di cafe, Sebuah hadiah kejutan yang diberikan Randi padanya.Saat itu, Yana tak menyangka jika Randi benar benar akan mewujudkan keinginannya dan memberikan hadiah berupa ukiran keramik patung kaca padanya.Yana mengingat kembali saat di pesta dansa dulu, ketika Yana dan Randi menghadiri undangan pesta dari teman Randi seorang Pengusaha terkenal di Jogjakarta.Dulu, Yana hanya spontan saja mengucapkan kalimat kepada Randi bahwa ia ingin mengabadikan moment kemesraan mereka dipesta itu untuk selamanya agar bisa di kenang dan dilihat setiap saat.Yana tak menyangka jika Randi akhirnya membuat sebuah cendera mata Souvenir yang indah sebenarnya terlihat, ukiran keramik bergambar patung dirinya dan Randi yang sedang berdansa dengan dibuat dari kaca bening yang berkilau.Tentu sangat mah
Randi yang melihat Sita berdiri diam dihadapannya lalu menunjukkan bungkusan yang dibawanya."Via ada? Aku mau kasih oleh oleh buatnya." Ujar Randi tersenyum."Siapa Sit ?" Tanya Jumirah, ibunya Sita dari dalam rumah mendekati Sita yang masih diam tertunduk.Jumirah yang melihat Randi berdiri didepan pintu rumah tersenyum ramah."Eh Randi, ayo masuk sini." Sapa Jumirah ramah pada Randi."Terima kasih bu, saya kesini cuma mau kasih oleh oleh buat Via." Ujar Randi."Via nya belum pulang kerja, lembur mungkin." Jawab Jumirah. Sita lalu bergegas pergi masuk kedalam rumahnya."Saya titip ini aja buat Via bu." Ujar Randi memberikan bungkusan bungkusan berisi oleh oleh makanan dan pakaian kepada Jumirah yang menerimanya lalu meletakkannya di sebuah sofa yang ada didekat pintu rumah."Saya pamit pulang bu." Ujar Randi."Loh, gak nunggu Via pulang, nanggung udah datang." Ujar Jumirah ."Lain kali aja bu. Mari
Para petugas polisi segera bergerak untuk memburu Via yang membunuh Yana, salah seorang petugas polisi mendobrak paksa pintu rumah kontrakan Via, polisi berhasil mencium jejak persembunyian Via selama ini, untuk itu mereka mendatangi rumah Via agar bisa segera menangkap Via yang telah ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan Yana.Setelah pintu terbuka karena di dobrak paksa, Manto beserta lima petugas kepolisian segera masuk ke dalam rumah, mereka segera bergerak memencar menyusuri seluruh ruangan untuk mencari Via.Di dalam rumah itu tidak mereka temukan Via yang lebih dulu sudah pergi melarikan diri, Manto masuk ke dalam kamar, dia melihat ada bekas genangan darah yang mengering di atas tempat tidur, ada juga pisau tergeletak di lantai kamar, Manto tahu, di kamar itulah Via menjalankan aksinya membunuh Yana, dengan keadaan terikat dan terbaring di atas tempat tidur, wajah Manto terlihat kesal karena dia tidak menemukan Via di dalam rumahnya.Seorang petugas
Kembali ke beberapa jam sebelum terjadinya pembunuhan Yana yang dilakukan Via. Via membuka pintu kamar setengah, semburat cahaya masuk ke dalam kamar saat pintu terbuka, mengenai wajah Yana yang terikat di atas tempat tidur, Yana cepat menoleh kearah datangnya Via yang berjalan santai dan tenang mendekatinya."Via...Viaa tolong, lepasin bunda, lepasin bunda, biarkan bunda pergi dari sini ya, tolong Via..." Ujar Yana memelas pada Via yang menatapnya dengan tatapan sorot mata yang dingin, wajah Yana terlihat penuh dengan rasa kecemasan dan ketakutan melihat sikap dingin Via."Kamu harus di hukum atas semua perbuatanmu pada papahku." Ujar Via dengan suara datar menatap dingin wajah Yana yang ketakutan, dia merasakan ada hal yang aneh pada diri Via saat melihat wajahnya, perasaan Yana menjadi semakin cemas, dia merasakan akan terjadi sesuatu hal yang tidak pernah dibayangkannya sebelumnya.Via mendekati Yana yang terikat diatas tempat
Via membaca pesan yang dikirimkan papahnya dengan ekspresi wajah datar dan tenang."Untuk putri papah. Terima kasih telah menjadi putri terbaik yang pernah aku miliki. Sebentar lagi papah akan pergi jauh darimu, Nak, Tetaplah menjadi putri papah yang baik, Waktu terbaik dalam hidupku adalah Ketika menjadi papahmu.papah mencintai Via melebihi cinta pada diriku sendiri.Nak, kamu adalah harta yang paling berharga milikku, Harapan terbesar papah adalah agar kamu selalu tahu bahwa papah sangat mencintai kamu. Selama ini papah sulit memahami seorang wanita, hanya satu wanita yang papah terus berusaha untuk memahami dirinya, ya, itu kamu anakku. Papah tahu, Via sosok perempuan hebat, kuat. Jangan pernah bersedih anakku. Jangan biarkan air matamu jatuh karena kepergian papah ini, tetaplah tersenyum, Berjuanglah dengan sungguh-sungguh, kelak kamu pasti mendapatkan apapun yang kamu inginkan.Papah pamit, jaga dirimu baik baik." Tulis Randi mengakhiri pesannya pada Via
Siang itu, di kantor kepolisian, Gunawan dan Manto sedang menemui seorang Dokter yang sengaja datang memberikan laporan kepada pihak kepolisian."Mengapa setelah berhari hari bapak baru datang melapor ?" Tanya Gunawan."Sebenarnya saya ragu dan takut, hanya saja, kok ya hati saya bergejolak terus, jadi saya niatkan diri untuk memberanikan diri melapor ke sini." Jelas sang Dokter."Bapak kenal dimana dengan Rizal?" Tanya Gunawan."Dia kawan baik adik saya pak, mereka satu profesi, kerja di kantor film yang sama sebagai editor, karena Rizal sering datang kerumah kalo pas liburan ke jogja, dia kenal saya." Ujar Dokter memberi penjelasan."Saat itu dia hubungi saya, minta tolong,abangnya katanya terluka di tusuk orang, saya suruh bawa kerumah sakit, dia bilang gak bisa, dia minta tolong terus ke saya, akhirnya saya datang menemuinya dan mengobati abangnya yang terluka." Ujar Dokter, Gunawan dan Manto mendengarkan penjelasannya."Saat saya
Dalam proses pemulihan dirinya, Randi mengisi hari harinya dengan tetap berada di dalam kamarnya yang sengaja gelap dan tidak diterangi lampu, diatas meja yang ada di kamar apartemen milik Rizal ada sepiring makanan dan buah buahan serta minuman di dalam gelas, ada juga obat obatan yang sengaja di beli Rizal untuk mengobati sakit lupa ingatan Randi. Hari itu, Randi terlihat berdiri di depan jendela kamar apartement yang terbuat dari kaca, dia menatap jauh keluar, dari dalam kamarnya yang berada di lantai 20 apartemen, terlihat bangunan bangunan gedung gedung perkantoran serta rumah rumah penduduk, awan bergerak beriringan, berkumpul menjadi satu dan membentuk gumpalan tebal di langit, cuaca mendung sore itu, matahari memasuki senja, berproses untuk tenggelam dan menghilangkan dirinya untuk digantikan bulan yang akan menentukan datangnya malam, tatapan mata Randi kosong, sekosong fikirannya saat itu, karena tak mampu mengingat apa yang sudah terjadi p
Via menghempaskan pantatnya di sofa yang ada diruang tamu rumah kontrakannya, dia tercenung, dari raut wajahnya terlihat perubahan pada air mukanya, terlihat ada rasa kecemasan yang begitu besar didalam dirinya, ada rasa ketakutan yang mendalam pada jiwanya tatkala ia membayangkan hal buruk terjadi pada papahnya."Semoga papah baik baik saja, cepat sadar pah." Gumam Via pada dirinya sendiri, dia memikirkan tentang kondisi papahnya saat ini yang dalam kondisi kritis, seperti yang dikabarkan Rizal padanya.Dalam kecemasan dan ketakutannya akan papahnya yang tak sadarkan diri karena luka parah yang dideritanya, Via terlihat resah, dia tak bisa menerima kenyataan bahwa papahnya terluka parah oleh Yana, orang yang berusaha di lindunginya dari kejahatan papahnya, ada kekecewaan membekas di jiwa Via jika membayangkan semua hal yang sudah terjadi itu.Via tiba tiba meringis menahan sakit, dia memegang kepalanya, merasakan sakit dan pusing, dia merasakan saa
Paman Mulyono terlihat wajahnya sedih, dia cemas sekali, menunggu dan berharap kabar baik dari Gunawan tentang Yana, keponakan yang sangat disayanginya itu, anak dari adik kandungnya."Mudah mudahan kamu baik baik saja Yana." Ujar paman Mulyono."Tuhan, tolong lindungi dan selamatkan Yana, jangan biarkan Randi membunuhnya, aku mohon Tuhan." Ujar paman Mulyono berdoa dengan cara yang dianut agamanya, ya, paman Mulyono seorang khatolik, berbeda agama dengan Yana yang menjadi mualaf dan menjadi muslim. Namun itu tidak membuat hubungan keluarga mereka pecah, walaupun banyak yang berbeda agama dan keyakinan dalam keluarga, mereka tetap hidup rukun, harmonis dan saling menyayangi satu sama lainnya, tidak ada permusuhan diantara mereka, seperti paman Mulyono yang begitu menyayangi Yana dan melindungi dirinya.Sementara itu, di tempat lain, Gunawan mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, melintas melewati mobil mobil yang ada dijalan raya, suara
Dengan cepat sosok Roni yang muncul dalam diri Randi berjalan dengan langkah cepat mendekati Yana yang teriak memaki, lalu dia memukuli wajah Yana sekuat kuatnya, dia mengamuk, menghajar wajah Yana hingga babak belur bengkak berdarah, lalu dia menendang Yana yang duduk terikat di kursi, tendangan Roni membuat Yana yang dalam posisi terikat di kursi jatuh terjerembab kebelakang, Roni yang mengamuk hendak menginjak tubuh Yana, tiba tiba secara refleks, dia terbanting dan terjatuh ke lantai, sosok Randi yang muncul kembali dalam dirinya mendorong Roni agar tidak memukuli Yana."Sudah cukup ! Hentikan Roni, Hentikan !! Dia bisa mati nanti !!" Teriak Randi membentak Roni, Randi cepat mendekati Yana, membangunkan Yana yang terjatuh, Yana kembali di dudukkan di kursi masih dalam keadaan terikat."Aku gak bisa melakukan ini, aku gak bisa ! Udah cukup, hentikan !" Teriak Randi memegangi kepalanya, Yana terlihat ketakutan melihat Randi, seakan seperti terjadi keributan pa
Setelah Randi yang saat itu telah berubah menjadi sosok Roni yang ada dalam dirinya melucuti seluruh pakaian Sekar dan juga melepaskan pakaiannya, hal yang selama ini tidak pernah di inginkan dan di duga pun terjadi pada diri Sekar.Malam itu, kesucian Sekar pun direnggut oleh Randi, yang memiliki kepribadian ganda dalam dirinya, hingga tidak perduli dengan Sekar sebagai anak sambungnya.Dalam keadaan pingsan terbius Sekar tertidur dan tidak mengetahui jika saat ini dirinya sedang disetubuhi bapak angkat yang selama ini dianggapnya sebagai bapak kandungnya sendiri, Randi yang berubah menjadi sosok Roni dengan menyeringai mengerikan sangat menikmati dirinya menyetubuhi Sekar, dalam melakukan itu, terlintas kilatan kilatan sekelebat bayang wajah Yana bergant ganti dengan wajah Sekar, seakan dia membayangkan sedang menyetubuhi Yana.Sekar tak berdaya, dia jatuh ke dalam pelukan Randi, malam itu Sekar di perkosa Randi hingga berkali kali, ke empat sosok kepribadian