Tubuh Casandra membeku melihat sosok pria yang duduk di hadapannya. Iris mata biru milik pria itu sukses membuat seluruh prgan tubuh Casandra bergejolak. Casandra meyakinkan dalam hatinya, bahwa apa yang dia lihat ini adalah salah, namun kenyataannya yang dia lihat adalah nyata. Mata Casandra masih berfungsi sangat baik dalam melakukan penglihatan.
“K-kau—” Casandra menelan saliva-nya susah payah. Otak Casandra seakan blank tak mampu berpikir jernih. God! Dia memang meminta untuk tak dipertemukan dengan pria tua, tapi juga jangan pria yang pernah bertengkar dengannya di tengah jalan tempo hari. Casandra mengumpati keadaannya yang kembali bertemu dengan pria menyebalkan itu.
“Well, dunia ini sempit sekali. Rupanya wanita ceroboh yang merusak mobilku adalah Casandra Stewart,” gumam Michael dengan senyuman sinis di wajahnya.
Casandra mengumpat dalam hati di kala Michael menyindirnya. “Aku ke sini atas nama perusahaan. Bersikaplah professional. Jika kau masih tidak terima dengan kejadian beberapa hari lalu, aku akan mengganti kerusakan mobilmu.”
Michael melangkah mendekat pada Casandra. “Relaks, Nona Stewart. Aku hanya sedikit terkejut melihatmu, bukan bermaksud meminta ganti rugi. Anyway, kau terlambat sepuluh menit. Sepertinya orangmu lupa memberi tahumu, kalau aku benci jika ada yang datang terlambat.”
Casandra berusaha mengendalikan dirinya. “Maaf, aku terjebak macet di jalan tol.”
Michael tersenyum. “Aku tidak suka ada orang yang mencari alasan. Harusnya kau bisa mengatur waktumu dan memperhitungkan agar tidak datang terlambat.”
Casandra mengepalkan tangannya dengan kuat. Dia ingin memaki pria yang ada di depannya ini, namun Casandra ingat akan tujuannya. Bisa-bisa ayahnya akan murka, kalau sampai dia mencari masalah.
“Aku tidak akan mengulangi kesalahanku. Lain kali aku akan memperhatikan waktu dengan baik,” jawab Casandra yang memilih untuk mengalah.
Michael mengangguk dan merasa menang. “Alright, maafmu aku terima untuk kali ini. Anggap saja ini perkenalan. Silahkan duduk, kita akan membahas tentang pekerjaan.”
Casandra menurut, dia duduk di kursi ruang meeting, bersamaan dengan Michael yang juga duduk di hadapan Casandra. Ruang meeting megah itu hanya ada mereka berdua, membuat Casandra sedikit canggung.
“Asistenku sudah banyak membahas tentang Stewart Group.” Michael mulai mengeluarkan suara. Lalu, dia mengambil dokumen yang ada di hadapannya, dan membuka perlahan. “Tapi tiga tahun terakhir ini, Stewart Group mengalami penurunan pendapatan.”
“Ya, aku mengakui tiga tahun terakhir Stewart Group mengalami penurunan pendapatan. Tapi, bukan berarti Stewart Group buruk. Angka pendapatan pertahun Stewart Group masih dikatakan cukup baik. Dengan adanya investor baru, pasti perusahaan akan memiliki inovasi baru untuk bisa lebih berkembang dengan baik.” Casandra menjawab dengan lugas, dan tegas, menunjukkan wibawanya.
Michael mengangguk-anggukan kepalanya. “Agree. Aku setuju dengan pendapatmu tentang perusahaan. Tapi di sini, aku ingin tahu bagaimana tindakanmu jika perusahaanmu mengalami kerugiaan? Sedangkan banyak investor yang menanamkan uang di perusahaanmu.” Michael balik bertanya. Pertanyaan yang tersirat seperti menjebak Casandra.
Casandra tak langsung menjawab pertanyaan Michael. Gadis itu sedikit kikuk di kala iris mata biru Michael tak lepas menatapnya. Namun, Casandra memilih untuk tetap bisa fokus dan mengabaikan iris mata biru itu.
“Jika sampai suatu saat perusahaan mengalami kerugian, maka yang paling utama aku lakukan adalah melakukan survey pasar. Lalu, dari sana aku akan menarik kesimpulan bagaimana mencari solusi yang paling tepat.” Casandra kembali menjawab dengan lugas.
Michael tersenyum samar. “Aku dengar hari ini kau baru saja menggantikan posisi ayahmu.” Pria itu menutup dokumen yang ada di tangannya, dan meletakan ke atas meja. “Untuk orang yang baru memimpin perusahaan, teori memang terdengar meyakinkan, tapi sering sekali teori dan praktek tidaklah sejalan.”
Casandra pun tersenyum. “Kau benar, Tuan. Tapi untuk berada di lantai atas yang memiliki segudang pengalaman, bukankah harus melewati lantai bawah dengan minim pengalaman?”
Michael terus melukiskan senyumannya, lalu mengambil wine yang ada di hadapannya, dan menyesap perlahan. “Jawaban yang bagus.” Michael bangkit berdiri melangkah mendekat pada Casandra. “Tapi, perusahaanmu itu mengajukan angka nominal yang fantastis pada perusahaanku.”
Casandra menoleh menatap Michael. “Jika perusahaanku sudah mengajukan angka fantastis, artinya kau dipercaya bisa menginvestasikan uangmu dalam jumlah besar ke perusahaanku. Orang-orang di perusahaanku tidaklah bodoh, kami akan menilai siapa investor kami. Kalau kami sudah mengeluarkan angka nominal, maka artinya sudut pandang kami pada Anda sangat bagus. Harusnya Anda bangga akan itu. Ah, kecuali memang Anda tidak memiliki dana sebanyak yang kami sebutkan, maka kami pun akan tetap menerima dengan angka lain yang Anda setujui.”
Michael terkekeh mendengar ucapan Casandra yang terkesan menyepelekannya. Pria itu menundukkan kepalanya, mendekatkan bibirnya ke telinga Casandra sambil berbisik, “Aku bahkan bisa memberikan perusahaanmu dana jauh lebih banyak yang kalian sebutkan. Tapi … aku tidak ingin gratis.”
“Apa maksudmu? Kau menginvestasikan uangmu tentu akan mendapatkan untung. Tidak gratis,” seru Casandra bingung bercampur kesal.
Michael menyeringai. “Aku tidak membutuhkan keuntungan yang kau maksud. Aku menginginkan keuntungan yang lain.”
Mata Casandra menyipit tajam. “Apa yang kau inginkan?”
Michael kian mendekat, dan berbisik tepat di depan bibir Casandra. “Aku menginginkanmu sebagai bayaran keuntungan uang yang aku investasikan,” bisiknya.
Mata Casandra melebar mendengar ucapan gila Michael. Gadis itu bangkit berdiri dan menyalang menatap tajam Michael. “Berengsek! Aku bukan pelacur! Jika kau ingin mencari pelacur, cari wanita lain!” serunya dengan nada tinggi.
Michael tersenyum samar sambil menggerakan gelas berkaki tinggi di tangannya. “Aku tidak bilang kalau aku mencari pelacur, Casandra.”
“Lalu apa dari ucapanmu itu, Sialan!” bentak Casandra keras.
Michael melangkah mendekat. Refleks, Casandra mundur, namun sayangnya dinding menjadi penghalangnya. Punggung gadis itu terbentur ke dinding, dan Michael menghimpitnya hingga membuat Casandra tak bisa bergerak sedikit pun.
“Menjauh dariku!” Mata Casandra menatap tajam Michel.
Michael menarik dagu Casandra, membalas tatapan gadis itu sambil berbisik serak, “Aku menginginkanmu, bukan sebagai pelacurku, Casandra. Tapi, aku menginginkanmu menjadi milikku seutuhnya.”
“Kau sudah gila!” bentak Casandra keras dan kencang seraya hendak menampar Michael, namun gerak tangan Casandra terhenti karena Michael menahan kasar tangan Casandra.
“Lepaskan aku, Sialan!” Casandra berontak sekuat tenaga, tapi sayangnya gadis itu tetap tak bisa terlepas dari cengkraman Michael.
Michael mencium leher Casandra dan berbisik, “Kau tahu? Aku sangat menyukai setiap kau emosi. You’re so fucking hot.”
Tubuh Casandra meremang merasakan embusan napas Michael menerpa kulitnya. Mati-matian, gadis itu terus berusaha berontak. “Menyingkir dariku, Bajingan! Aku sudah memiliki calon suami!”
Perkataan Casandra membuat Michael akhirnya melepaskan Casandra. Seringai di wajah Michael terlukis mendengar apa yang diucapkan oleh gadis itu. Pengakuan memiliki calon suami membuatnya ingin tertawa.
“Dalam pernikahan, ada yang namanya perceraian. Begitu juga dalam hubungan yang masih dalam sebatas kekasih, pasti tentu ada namanya perpisahan,” ucap Michael santai tanpa dosa.
Casandra kian menatap tajam Michael. “Enyahkan itu dalam mimpimu, karena aku tidak akan pernah berpisah dari calon suamiku!” Lalu, Casandra melangkah pergi meninggalkan tempat itu dengan emosi yang terbakar.
Michael tersenyum tipis melihat Casandra pergi dengan emosinya. “Kita lihat nanti, sebatas mana kau mampu mempertahankan hubunganmu.” Michael mengambil ponselnya, dan menghubungi seseorang. “Lakukan pekerjaanmu sekarang.”
“Pria sialan! Bajingan! Berengsek!” Casandra menghempaskan tubuhnya ke ranjang seraya meloloskan umpatan kasar. Emosi meluap mengingat tentang pertemuan gilanya dengan Michael. Entah apa yang ada di dalam pikiran pria sialan itu.Tujuan Casandra menemui Michael karena untuk membahas pekerjaan. Namun, alih-alih membahas pekerjaan, dia malah terbakar emosi akan penawaran gila pria itu. No! Itu bukan sama sekali penawaran. Malah yang ada Michael ingin membeli harga dirinya. Shit! Mengingat itu membuat emosi Casandra semakin menjadi.Suara ketukan pintu terdengar…“Masuk!” seru Casandra memerintah orang yang mengetuk pintu untuk masuk ke dalam.“Nona Casandra.” Seorang pelayan melangkah masuk ke dalam kamar Casandra.Casandra menatap dingin pelayan itu. “Ada apa kau ke sini?” “Nona, Tuan Gio sudah datang, dan menunggu Anda di depan,” jawab sang pelayan sontak membuat Casandra terkejut.“Gio datang?” ulang Casandra lagi.Sang pelayan mengangguk. “Benar, Nona.”Casandra langsung mengumpat
“Kenapa bisa sampai sekacau ini, Jean?”Casandra menatap frustrasi laporan perusahaan yang diberikan oleh sang asisten. Sungguh, gadis itu sama sekali tak menyangka kalau keadaan perusahaannya akan sampai sekacau ini.Jean menundukan kepalanya. “Nona, jujur saya pun tidak mengerti kenapa sampai sekacau ini. Perusahaan kita benar-benar membutuhkan investor baru agar bisa bertahan. Jika tidak, pasti—”“Aku akan menemukan investor baru untuk perusahaan kita. Singkirkan pikiran negative-mu. Aku yakin, aku mampu menemukan investor yang paling tepat untuk perusahaanku,” potong Casandra tegas.Jean tak mampu mengatakan apa pun. Hanya cukup mengangguk saja. Sebelumnya, dia sudah menanyakan tentang Yates Group pada Casandra, namun bukannya jawaban yang didapatkan, malah Jean mendapatkan amukan. Itu kenapa Jean tak berani lagi menyinggung-nyinggung tentang Yates Group.“Aku ingin pulang cepat. Kau urus pekerjaan. Kepalaku rasanya mau pecah.” Casandra bangkit berdiri seraya mengambil kunci mobil
“Casandra? Kau kenapa?” Gio baru saja membuka pintu apartemennya, dikejutkan dengan sang kekasih di hadapannya menangis. Buru-buru pria itu memeluk erat kekasihnya itu yang nampak sangat rapuh dan lemah.Tangis Casandra pecah dalam pelukan Gio. Tangis yang terdengar pilu. Bahu gadis itu bergetar akibat tak sanggup menahan perih di dada. Ya, Casandra menemui sang kekasih karena tak tahu ke mana dirinya harus melangkah.“Kita masuk. Kita bicara di dalam.” Gio menutup pintu apartemennya, lalu membawa Casandra masuk ke dalam apartemen. Gio tahu bahwa Casandra memiliki masalah. Ini pertama kalinya, Gio melihat Casandra sampai menangis pilu.Di kamar, Gio mengajak Casandra duduk di ranjang, dan menyandarkan punggung gadis itu di kepala ranjang. Pun Gio memberikan air putih untuk sang kekasih. Gio menyeka air mata Casandra menatap hangat kekasihnya itu.“Terima kasih,” ucap Casandra seraya meletakan gelas ke atas meja.“Ada apa, Sayang? Katakan padaku, kau kenapa?” tanya Gio seraya membelai
“Casandra, buka pintumu.” Devan menggedor pintu kamar Casandra, meminta putrinya itu untuk membuka pintu, tak lagi mengurung diri di kamar. Sudah satu hari lamanya, Casandra tak mau keluar dari kamar sama sekali. Bahkan putrinya itu tak berangkat ke perusahaan.“Casandra, buka pintunya, atau aku akan mendobrak pintumu kalau kau tidak membuka pintumu.” Devan yang mencemaskan putrinya terus memaksa putrinya untuk membuka pintu kamar. Devan tidak mau sampai terjadi sesuatu hal buruk pada putrinya itu.Pintu kamar terbuka. Casandra akhirnya mau membuka pintu setelah mendapatkan ancaman dari ayahnya. Tepat di kala pintu sudah terbuka, Devan segera masuk ke dalam kamar putrinya itu. “Maaf, Dad. Aku hari ini sedang malas sekali,” ucap Casandra pelan. Hingga detik ini, Casandra pun masih belum menceritakan pada ayahnya, tentang kegilaan Michael. Stress di kepalanya membuat rasanya Casandra sulit berbicara. “Casandra, kemarin kau menemui Michael, kan?” Devan duduk di samping putrinya.Casan
“Casandra? Kenapa kau lama di toilet?” Gio menatap Casandra yang melangkah menghampirinya dengan langkah terburu-buru. Tampak raut wajah Gio menatap bingung Casandra yang nampak sangat berbeda.“Tadi aku sakit perut, Sayang. Maafkan aku yang membuatmu menunggu.” Casandra mendekat, dan langsung memeluk sang kekasih. Casandra ingin sekali menangis kencang dalam pelukan sang kekasih, namun semua itu adalah hal yang tak mungkin. Casandra mengingat dirinya berada di tengah-tengah pesta.Gio menangkup kedua rahang Casandra, menatap khawatir sang kekasih. Dia bisa melihat dengan jelas kalau ada yang tak beres dengan kekasihnya itu. “Kau benar hanya sakit perut saja? Apa ada masalah yang membebani pikiranmu?” tanyanya sangat cemas.Casandra berusaha tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Manik mata cokelatnya memang menunjukkan kerapuhan. Namun, Casandra berusaha keras untuk menutupi itu. Tak mungkin dia memberi tahu Gio tentang kegilaan Michael.“Aku tidak apa-apa, Sayang. Jangan khawatir. A
Gio memutuskan untuk bekerja dari apartemennya, dan memilih untuk tak mendatangi kantor. Sepertinya pria itu enggan untuk datang ke kantor. Itu kenapa dia lebih memilih menyelesaikan pekerjaannya dari apartemennya.Suara dering telepon berbunyi. Refleks, Gio mengambil ponselnya yang ada di atas meja, dan menatap ke layar tertera nomor Toland—asisten pribadinya. Pria itu segera menjawab panggilan tersebut.“Ada apa, Toland?” jawab Gio kala panggilan terhubung.“T-Tuan, kita dalam masalah besar,” ujar Toland gugup dan panik dari seberang sana. Kening Gio mengerut dalam. “Masalah besar apa yang kau maksud?” “T-Tuan—” Toland terdengar sangat panik, sampai tak bisa berkata. Gio mengembuskan napas kasar. “Ada apa, Toland? Kenapa kau gugup dan ketakutan seperti itu.”Toland menelan saliva-nya susah payah. “T-Tuan, dua investor besar di perusahaan kita menarik dana mereka. Dan dalam satu malam, saham perusahaan kita terjun bebas, Tuan. Redley Group hampir menyentuh batas merah.” Raut waja
Casandra melangkahkan kaki gontai masuk ke dalam mansion-nya. Mata gadis itu sembab. Riasan wajahnya sudah tak lagi sempurna di wajahnya. Semua berantakan mencerminkan bahwa dia sangat putus asa.Casandra tetap bernapas, namun dia merasakan bahwa sudah tak lagi memiliki energy untuk melanjutkan kehidupan. Belum pernah Casandra merasakan selemah ini. Gadis itu yang selalu ceria dan kuat kini telah diterpa badai besar, hingga melumpuhkannya. Casandra ingin menangis sekencang mungkin, tapi rasanya air mata Casandra sudah mengering, hingga tak mampu lagi meneteskan air matanya. Jika dulu, dia memiliki ratusan cara untuk keluar dari masalah, kali ini Casandra merasa bahwa dirinya kalah sampai tak mampu melakukan apa pun.Ya, Casandra tahu sekeras apa pun dirinya berusaha, pada akhirnya hanya akan tetap kekalahan yang didapatkan. Kalau yang hanya terluka dirinya saja, maka Casandra tak peduli. Yang Casandra tak bisa terima adalah begitu banyak orang yang dirinya cintai harus terluka.Saat
Casandra mengurung diri di kamar selama satu hari penuh. Gadis itu bahkan tak mau mendatangi kantornya. Pun Casandra meminta Jean untuk tak mengganggunya lebih dulu. Selama satu hari, bisa dikatakan Casandra tak mau makan apa pun.Rasa lapar di perut Casandra telah hilang, digantikan dengan perasaan yang sangat kacau. Detik demi detik yang berjalan sama seperti malaikat maut menghampirinya. Jika saja dengan dirinya mati, ornag-orang yang dia cintai akan tetap bahagia, maka Casandra memilih untuk mengakhiri kehidupannya.Namun, bagaimana sebaliknya? Tidak ada jaminan orang-orang yang dia cintai tetap bahagia, di kala dirinya memilih untuk mengakhiri hidupnya. Michael Yates Hutomo adalah pria gila yang bisa saja berbuat nekat, kalau sampai dirinya mengambil keputusan untuk bunuh diri.Kemarin, Casandra sudah sedikit berbicara dengan ibunya, berusaha menenangkan ibunya itu, tetapi ibunya tak mau banyak bicara. Bahkan wajah ibunya hanya rapuh dan sedih. Casandra sudah menguatkan, tapi say
Bern, Swiss. Pemandangan alam yang menakjubkan sudah tidak lagi asing untuk Casandra setiap kali mengunjungi Swiss. Sebuah negara yang kaya akan pemandangan alam—menjadi salah satu tempat favorite Casandra.Calista dan Jessica sampai berlari-lari menelusuri pinggir sungai Aar yang ada di Bern. Tentu, mereka tidak berenang. Mereka hanyalah berjalan-jalan ditemani oleh para pengasuh dan pengawal mereka. Sedangkan Maximilian yang masih bayi—tengah terlelap di stroller-nya.Casandra tersenyum melihat Calista dan Jessica begitu menikmati bermain di pinggir sungai Aar. Suara tawa Calista dan Jessica bahkan terdengar di telinganya. Itu adalah pemandangan yang paling menyejukkan.Casandra duduk di kursi bersama dengan Michael. Mereka sama-sama melihat pemandangan indah di hadapan mereka. Bukan hanya pemandangan alam dari kota Bern saja yang menakjubkan, tapi kebersamaan mereka yang sangatlah indah.Casandra tak pernah mengira kalau Michael mencari waktu untuk bisa quality time. Sungguh, Casa
Napas Gio sedikit memburu mendengar jeritan Casandra. Pria itu berdiri di luar ruang bersalin. Bingung, takut, cemas, dan khawatir melebur menjadi satu. Gio tak menemani Casandra di ruang bersalin, karena bagaimanapun yang wajib menemani Casandra adalah Michael, bukan dirinya.Tak dipungkiri mengantar Casandra ke rumah sakit dalam kondisi Casandra kontraksi membuat perasaan Gio campur aduk. Benaknya memikirkan—mungkin jika dirinya yang menikah dengan Casandra, maka hari ini akan menjadi hari di mana dirinya bukan hanya sekedar khawatir tapi juga sangat amat bahagia. Suara pintu ruang rawat terbuka. Dokter berdiri di ambang pintu. Refleks, Gio segera melangkah cepat menghampiri sang dokter.“Bagaimana keadaan Casandra? Kenapa dia terus berteriak kesakitan?” seru Gio bertanya dengan nada panik.“Tuan, kepala bayi sudah terlihat. Nyonya Yates bisa melahirkan sekarang. Apa Anda tidak ingin masuk menemani istri Anda?” balas sang dokter—yang seketika itu juga membuat Gio terdiam sebentar.
Casandra turun dari mobil masuk ke dalam supermarket bersama dengan dua orang pelayan. Kondisi supermarket terbilang tak terlalu ramai, karena memang posisinya ini bukanlah weekend atau hari libur. Setibanya di dalam supermarket, Casandra berjalan-jalan menuju ke tempat buah-buahan. Dua pelayan dengan sigap mengikuti ke mana pun langkah Casandra. Selain mereka harus berbelanja memenuhi dapur, mereka juga wajib menjaga istri dari bos mereka. Jika terjadi sesuatu hal buruk pada Casandra, maka sudah pasti dua pelayan tersebut sudah tidak tahu lagi bagaimana nasibnya.Berbagai aneka buah, daging segar, ayam, ikan, dan makanan ringan dipilih oleh Casandra. Makanan ringan sehat paling banyak karena Calista dan Jessica sering sekali mengemil di malam hari. Well, itu yang membuat tubuh Calista dan Jessica padat berisi—namun sangat menggemaskan.“Nyonya, apa Anda ingin membeli daging angsa?” tanya sang pelayan pada Casandra.“Hm, tidak usah. Itu saja. Nanti kalau ada yang kurang, pesan via on
Casandra melakukan gerakan perlahan pada jemari-jemarinya guna melatih kemampuan tangannya. Terakhir, dokter mengatakan pada Casandra untuk sering menggerak-gerakan jemari serta menggenggam sesuatu benda kecil.Kondisi tangan Casandra bisa dikatakan sudah pulih delapan puluh persen. Meski belum pulih sepenuhnya, tapi Casandra sudah sangat amat bersyukur. Setidaknya, Casandra sudah bisa menggendong anaknya, meskipun tak bisa terlalu lama. Dulu, saat Calista masih bayi, sempat Casandra kesulitan menggendong Calista di kala tubuh putrinya semakin gemuk. Akan tetapi, Casandra tidak menyerah. Dia selalu berusaha untuk sembuh.Memang, Casandra sempat putus asa tapi untungnya dia memiliki support system yang luar biasa yaitu suami tercintanya. Entah, bagaimana hidup Casandra jika tak mendapatkan dukungan dari sang suami tercinta.Waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi. Casandra duduk di taman seraya melihat keindahan bunga-bunga di taman mansion-nya yang begitu indah. Casandra selalu meminta
“Calista, kenapa kau pelit sekali. Ayo beri tahu aku, siapa yang memberimu gelang itu.” Jessica bertolak pinggang, memaksa Calista untuk bicara padanya. Dia tidak bisa tenang di kamarnya. Dia penasaran pada teman baru Calista.Calista mengembuskan napas panjang. “Kak, nanti saat aku dewasa, kau juga pasti akan tahu. Aku bukan tidak mau cerita. Tapi—”“Calista, menunggu kita dewasa itu lama. Ayo beri tahu aku. Aku janji tidak akan membocorkan pada Daddy dan Mommy.” Jessica terus mendesak Calista untuk cerita padanya.Calista nampak berpikir sejenak. Gadis kecil cantik itu tidak langsung menjawab apa yang Jessica katakan padanya. Dia masih ragu, karena takut kakak sepupunya itu akan membocorkan rahasianya.Akan tetapi, jika Calista menyimpan sendiri rahasianya, dan tak memberi tahu Jessica, maka pasti kakak sepupunya itu akan terus mendatangi kamarnya, menanyakan siapa yang memberikan gelang padanya. Sungguh, ini menyebalkan. Calista pun kesal sendiri. Lihat saja, sekarang bibir Calista
Casandra mengusap perut buncitnya yang semakin besar. Wanita itu duduk di ranjang seraya bersandar di kepala ranjang. Dia baru saja selesai makan malam dengan Calista dan Jessica.Michael belum pulang ke kantor. Itu yang membuat Casandra hanya makan bersama dengan Calista dan Jessica. Malam ini, Michael pulang sedikit terlambat. Tentu, Casandra sempat kesal bahkan hampir menangis. Akan tetapi, Michael sudah melakukan video call guna menenangkan Casandra.Malam ini, Michael memiliki meeting penting yang tak bisa ditinggal. Meeting tersebut adalah meeting di mana Michael menggantikan Casandra. Sejak di mana kedua tangan Casandra mengalami cedera, memang perusahaan Casandra di bawah pimipinan Michael. Bahkan sekarang setiap kali membutuhkan tanda tangan, maka tanda tangan Michael berlaku.Dulu, Casandra tidak bisa tanda tangan akibat cedera di tangannya, tapi sekarang keadaan tangannya sudah mulai membaik. Dia sudah bisa tanda tangan, namun meski sudah bisa tanda tangan, tetap Michael ta
“Na … na … na …” Calista berjalan sambil melompat-lompat kecil, menelusuri taman di mana gadis kecil itu berada. Dia senang tidak lagi diikuti oleh pengasuh dan pengawal. Para pengasuh dan pengawalnya hanya melihatnya dari kejauhan saja.Calista paling tidak suka jika diawasi oleh pengasuh dan pengawal. Gadis kecil cantik itu lebih menyukai berjalan-jalan sendiri. Akan tetapi, tentu dia tak bisa lepas dari pengawasan pengawal dan pengasuh, karena ayahnya begitu overprotective. Padahal Calista merasa bisa menjaga diri sendiri.“Bunga ini cantik sekali,” gumam Calista pelan sambil menyentuh bunga yang tumbuh di taman dengan sangat indah. Manik mata biru gadis kecil itu mengerjap beberapa kali, akibat kekagumannya pada bunga yang ada di hadapannya.“Bunga itu tidak secantik dirimu,” ucap seorang bocah laki-laki yang sangat tampan, menghampiri Calista.Calista mengalihkan pandangannya, menatap bocah laki-laki tampan yang ada di hadapannya. “Tadi kau bilang apa?” tanyanya polos.Bocah laki
Casandra melangkah perlahan masuk ke dalam kamar Calista. Tampak senyuman di wajah wanita itu terlukis melihat Calista tengah bermain dengan Jessica. Jessica memiliki kamar sendiri tepat di samping kamar Calista, namun terkadang memang Jessica tidur dengan Calista. Mereka berdua sepupu, tapi sudah seperti saudara kandung bahkan seperti sahabat.“Calista, Jessica,” panggil Casandra lembut.Calista dan Jessica mengalihkan pandangan mereka menatap Casandra dengan senyuman riang. “Mommy?”Casandra mendekat—dan Calista serta Jessica langsung memberikan pelukan ke tubuh Casandra. Tentu, Casandra membalas pelukan Calista dan Jessica. Kedua tangannya sudah membaik, membuatnya bisa memeluk kedua putrinya itu.“Mommy, jangan marah.” Calista dan Jessica mengucapkan kalimat kompak, sambil mengurai pelukan mereka.Casandra tersenyum. “Sayang, Mommy tidak marah. Maaf, tadi Mommy kesal karena perasaan Mommy sedang sensitive.”Calista membawa tangan mungilnya membelai pipi Casandra. “Mommy, maafkan a
Casandra masih diam dengan raut wajah yang menunjukkan jelas rasa kesal dan juga tak enak. Apa yang dikatakan oleh Michael memang fakta. Selama ini, Michael tidak pernah mengarahkan Calista untuk menyukai olahraga boxing.Hanya saja, memang Casandra kurang setuju jika Calista memilih olahraga boxing. Dia lebih menyukai olahraga yang dipilih Jessica yaitu balet dan sekolah modelling. Yang Casandra takutkan adalah saat besar Calista malah menjadi orang yang menyukai kekerasan.Michael menatap dalam manik mata cokelat gelap sang istri. Pria itu membawa tubuh istrinya itu duduk di pangkuannya, dan membelai pipi sang istri tercinta. “Casandra, aku tahu mana yang baik, dan tidak baik untuk putriku. Aku membiarkan Calista belajar bela diri sejak kecil, karena memang bela diri sangat penting. Kelak, Calista akan melindungi Jessica dan kau, jika kalian dalam keadaan bahaya dan aku sedang tidak ada. Calista juga bisa melindungi dirinya sendiri. Kemungkinan buruk mungkin saja terjadi, Sayang. It