“Casandra? Kau kenapa?” Gio baru saja membuka pintu apartemennya, dikejutkan dengan sang kekasih di hadapannya menangis. Buru-buru pria itu memeluk erat kekasihnya itu yang nampak sangat rapuh dan lemah.
Tangis Casandra pecah dalam pelukan Gio. Tangis yang terdengar pilu. Bahu gadis itu bergetar akibat tak sanggup menahan perih di dada. Ya, Casandra menemui sang kekasih karena tak tahu ke mana dirinya harus melangkah.
“Kita masuk. Kita bicara di dalam.” Gio menutup pintu apartemennya, lalu membawa Casandra masuk ke dalam apartemen. Gio tahu bahwa Casandra memiliki masalah. Ini pertama kalinya, Gio melihat Casandra sampai menangis pilu.
Di kamar, Gio mengajak Casandra duduk di ranjang, dan menyandarkan punggung gadis itu di kepala ranjang. Pun Gio memberikan air putih untuk sang kekasih. Gio menyeka air mata Casandra menatap hangat kekasihnya itu.
“Terima kasih,” ucap Casandra seraya meletakan gelas ke atas meja.
“Ada apa, Sayang? Katakan padaku, kau kenapa?” tanya Gio seraya membelai pipi Casandra. “Jika kau memiliki masalah, ceritakan padaku. Aku akan selalu berusaha membantumu.” Gio sangat khawatir pada Casandra.
Casandra meletakan kepalanya di bahu Gio. “Aku lelah, Gio. Aku lelah.”
Casandra ingin sekali menceritakan semuanya pada Gio, termasuk tentang kegilaan Michael Yates Hutomo. Namun, Casandra terpaksa mengurungkan niatnya. Mengingat kekuasaan yang dimiliki Michael, membuat Casandra tak ingin Gio berada dalam masalah. Hal itu yang membuat Casandra memilih untuk menutupi masalah yang dihadapinya.
Gio menangkup kedua pipi Casandra. “Apa kau memiliki masalah di perusahaan?” tanyanya menduga. Sebelum memimpin perusahaan, kekasihnya itu baik-baik saja. Bahkan Casandra selalu cerita, tidak pernah sampai menangis seperti ini.
Casandra mengangguk lemah. “Iya, aku memiliki masalah di perusahaan.” Hanya ini yang bisa Casandra ceritakan. Gadis itu bisa menceritakan tentang keadaan perusahaannya, namun tidak dengan kegilaan Michael yang terobesi mendapatkannya.
Gio terdiam sejenak. “Boleh aku tahu masalah apa yang kau hadapi di perusahaan?” tanyanya ingin tahu lebih dalam masalah yang dialami oleh kekasihnya.
Casandra terisak pelan, berkata berusaha setegar mungkin, “Salah satu investor besar di perusahaanku menarik dananya, Gio. Kondisi perusahaanku saat ini sangat kacau. Aku belum menemukan investor baru.”
Gio memeluk erat Casandra. Hatinya merasa sakit melihat Casandra menangis “Kondisi perusahaanku belum stabil. Tiga tahun terakhir, perusahaanku mengalami kerugian yang cukup berdampak, karena ayahku salah mengambil keputusan. Tunggulah, aku akan memeriksa kondisi perusahaanku dulu. Jika memungkinkan, aku akan berupaya menginvestasikan uangku ke perusahaan keluargamu.”
Casandra melepaskan pelukan Gio, dan menatap lirih sang kekasih. “Sayang, aku tidak bermaksud memintamu untuk membantuku. Biarkan aku—”
Perkataan Casandra terpotong di kala Gio melumat bibirnya. Ciuman lembut yang membuat hati Casandra yang kacau mulai membaik. Casandra melingkarkan tangannya ke leher sang kekasih, membalas ciuman kekasihnya itu.
“Sebentar lagi kita akan menikah, Sayang.” Gio melepaskan ciumannya dan membelai pipi Casandra. “Masalahmu juga masalahku. Kita akan selesaikan ini bersama.” Mata Gio menatap hangat dan dalam Casandra.
Casandra tersenyum dan membenamkan wajahnya di dada bidang Gio. Memeluk erat kekasihnya itu. “Aku beruntung memilikimu yang selalu ada di sisiku, apa pun kondisi yang aku alami.”
Gio mengecup puncak kepala Casandra. “Aku jauh lebih beruntung memilikimu.” Lalu, Gio mengeratkan pelukannya dan menciumi aroma shampo di rambut indah kekasihnya itu.
***
“Apa Casandra sudah tiba di rumahnya?” Michael bertanya pada Erlan yang berdiri di hadapannya seraya menyesap wine perlahan. Sepulang Casandra meninggalkan penthouse-nya, Michael langsung meminta Erlan untuk mengawasi Casandra dari kejauhan. Pria itu khawatir Casandra mengalami sesuatu di jalan. Terlebih, Casandra pulang dalam keadaan menangis.
Erlan terdiam sebentar. “Nona Casandra tidak langsung pulang ke rumahnya, Tuan. Beliau ke apartemen Gio Redley, kekasihnya dulu.”
Michael tersenyum sinis. “Sudah sejauh mana persiapan pernikahan mereka?”
“Persiapan pernikahan Nona Casandra sudah rampung, Tuan. Hanya saja belakangan ini saya memeriksa Gio Redley sangat sibuk dengan pekerjaannya. Mungkin Gio Redley ingin memulihkan kondisi perusahaannya, karena ayahnya pernah salah langkah dalam mengambil keputusan besar di perusahaan,” terang Erlan memberi tahu Tuannya.
Michael menggerak-gerakan gelas di tangannya. “Good, tugasmu sekarang adalah menjalankan rencana selanjutnya.” Seringai tipis di wajah Michael terlukis.
Erlan nampak sangat ragu. “Hm … Tuan, Nona Casandra menjalin hubungan dengan kekasihnya sudah tujuh tahun. Saya rasa memisahkan—”
“Sejak awal Casandra milikku, Sialan!” bentak Michael memotong ucapan Erlan.
Erlan langsung menundukkan kepalanya di kala mendapatkan bentakan dari Tuannya itu. “B-baik, Tuan. S-saya akan segera menjalankan tugas dari Anda secepatnya. Kalau begitu saya permisi.” Buru-buru, Erlan pamit undur diri sebelum mendapat amukan lagi dari Michael.
Michael menenggak kasar vodka di tangannya. Emosi dalam dirinya menyulut seakan membakarnya. Napas pria itu berembus kasar. Sorot matanya tajam layaknya mata elang yang tengah mengincar mangsa. Aura dingin dan ketegasan begitu menonjol di wajah pria itu.
Casandra … sejak awal adalah gadis yang Michael inginkan.
***
Casandra duduk di tepi ranjang kamarnya dengan raut wajah muram. Gadis itu mengunci kamar, tak ingin diganggu oleh siapa pun. Sepulang dari apartemen Gio, Casandra memilih untuk menghindari bertemu dengan kedua orang tuanya.
TV yang ada di kamar Casandra dalam keadaan menyala. Tiba-tiba, chanel yang muncul di TV itu adalah berita dari reporter yang memberikan seorang pengusaha. Mata Casandra teralih ke sana dan melihat berita tersebut.
*Berita hari ini datang dari Billionaire muda, Michael Yates Hutomo. Pria berdarah campuran Amerika-Indoneia itu mampu membawa Yates Group berkembang jauh lebih pesat. Kabarnya, Michael Yates Hutomo sedang tak menjalin hubungan dengan wanita mana pun. Namun, meski demikian beberapa kali paparazzi melihat wanita cantik kerap ingin bertemu dengan Michael*
Casandra mematikan siaran TV, dan langsung membanting remotnya kasar. Kilat mata Casandra menajam di kala melihat pemberitaan di TV. Apa-apaan ini? Kenapa malah pria sialan itu muncul di TV? Shit! Casandra benci dan muak melihat pria sialan itu.
“Lebih baik kau mati saja, Sialan!” seru Casandra seraya melempar bantal ke arah TV.
Lalu, suara dering ponsel Casandra berbunyi. Dering yang menandakan pesan masuk. Refleks, Casandra mengambil ponselnya dan melihat ke layar nomor telepon tak dikenal mengirimkan pesan padanya.
Awalnya, Casandra ingin mengabaikan pesan itu, karena kondisi hatinya sedang tak baik, namun entah kenapa sesuatu hal mendorong Casandra untuk membaca pesan masuk tersebut.
*See you. -M.*
Raut wajah Casandra berubah membaca pesan masuk dari nomor asing. M? Who is M? Benak wanita itu berputar mencari kebenaran. Namun, seketika ingatan Casandra mengingat tentang sosok ‘M’.
“Bajingan kau, Michael!” geram Casandra seraya meremas kuat ponsel di tangannya. Ya, tanpa ragu, Casandra sudah tahu siapa pria berinisial M yang mengirimkan pesan padanya. Nasib buruknya membawanya kerap berhubungan dengan pria berengsek seperti Michael. Sungguh, Casandra membenci pria itu.
Pranggg
Casandra membanting ponselnya dengan keras dan kencang. Dia berteriak melampiaskan kemarahan dan emosinya akibat permainan gila Michael.
“Casandra, buka pintumu.” Devan menggedor pintu kamar Casandra, meminta putrinya itu untuk membuka pintu, tak lagi mengurung diri di kamar. Sudah satu hari lamanya, Casandra tak mau keluar dari kamar sama sekali. Bahkan putrinya itu tak berangkat ke perusahaan.“Casandra, buka pintunya, atau aku akan mendobrak pintumu kalau kau tidak membuka pintumu.” Devan yang mencemaskan putrinya terus memaksa putrinya untuk membuka pintu kamar. Devan tidak mau sampai terjadi sesuatu hal buruk pada putrinya itu.Pintu kamar terbuka. Casandra akhirnya mau membuka pintu setelah mendapatkan ancaman dari ayahnya. Tepat di kala pintu sudah terbuka, Devan segera masuk ke dalam kamar putrinya itu. “Maaf, Dad. Aku hari ini sedang malas sekali,” ucap Casandra pelan. Hingga detik ini, Casandra pun masih belum menceritakan pada ayahnya, tentang kegilaan Michael. Stress di kepalanya membuat rasanya Casandra sulit berbicara. “Casandra, kemarin kau menemui Michael, kan?” Devan duduk di samping putrinya.Casan
“Casandra? Kenapa kau lama di toilet?” Gio menatap Casandra yang melangkah menghampirinya dengan langkah terburu-buru. Tampak raut wajah Gio menatap bingung Casandra yang nampak sangat berbeda.“Tadi aku sakit perut, Sayang. Maafkan aku yang membuatmu menunggu.” Casandra mendekat, dan langsung memeluk sang kekasih. Casandra ingin sekali menangis kencang dalam pelukan sang kekasih, namun semua itu adalah hal yang tak mungkin. Casandra mengingat dirinya berada di tengah-tengah pesta.Gio menangkup kedua rahang Casandra, menatap khawatir sang kekasih. Dia bisa melihat dengan jelas kalau ada yang tak beres dengan kekasihnya itu. “Kau benar hanya sakit perut saja? Apa ada masalah yang membebani pikiranmu?” tanyanya sangat cemas.Casandra berusaha tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Manik mata cokelatnya memang menunjukkan kerapuhan. Namun, Casandra berusaha keras untuk menutupi itu. Tak mungkin dia memberi tahu Gio tentang kegilaan Michael.“Aku tidak apa-apa, Sayang. Jangan khawatir. A
Gio memutuskan untuk bekerja dari apartemennya, dan memilih untuk tak mendatangi kantor. Sepertinya pria itu enggan untuk datang ke kantor. Itu kenapa dia lebih memilih menyelesaikan pekerjaannya dari apartemennya.Suara dering telepon berbunyi. Refleks, Gio mengambil ponselnya yang ada di atas meja, dan menatap ke layar tertera nomor Toland—asisten pribadinya. Pria itu segera menjawab panggilan tersebut.“Ada apa, Toland?” jawab Gio kala panggilan terhubung.“T-Tuan, kita dalam masalah besar,” ujar Toland gugup dan panik dari seberang sana. Kening Gio mengerut dalam. “Masalah besar apa yang kau maksud?” “T-Tuan—” Toland terdengar sangat panik, sampai tak bisa berkata. Gio mengembuskan napas kasar. “Ada apa, Toland? Kenapa kau gugup dan ketakutan seperti itu.”Toland menelan saliva-nya susah payah. “T-Tuan, dua investor besar di perusahaan kita menarik dana mereka. Dan dalam satu malam, saham perusahaan kita terjun bebas, Tuan. Redley Group hampir menyentuh batas merah.” Raut waja
Casandra melangkahkan kaki gontai masuk ke dalam mansion-nya. Mata gadis itu sembab. Riasan wajahnya sudah tak lagi sempurna di wajahnya. Semua berantakan mencerminkan bahwa dia sangat putus asa.Casandra tetap bernapas, namun dia merasakan bahwa sudah tak lagi memiliki energy untuk melanjutkan kehidupan. Belum pernah Casandra merasakan selemah ini. Gadis itu yang selalu ceria dan kuat kini telah diterpa badai besar, hingga melumpuhkannya. Casandra ingin menangis sekencang mungkin, tapi rasanya air mata Casandra sudah mengering, hingga tak mampu lagi meneteskan air matanya. Jika dulu, dia memiliki ratusan cara untuk keluar dari masalah, kali ini Casandra merasa bahwa dirinya kalah sampai tak mampu melakukan apa pun.Ya, Casandra tahu sekeras apa pun dirinya berusaha, pada akhirnya hanya akan tetap kekalahan yang didapatkan. Kalau yang hanya terluka dirinya saja, maka Casandra tak peduli. Yang Casandra tak bisa terima adalah begitu banyak orang yang dirinya cintai harus terluka.Saat
Casandra mengurung diri di kamar selama satu hari penuh. Gadis itu bahkan tak mau mendatangi kantornya. Pun Casandra meminta Jean untuk tak mengganggunya lebih dulu. Selama satu hari, bisa dikatakan Casandra tak mau makan apa pun.Rasa lapar di perut Casandra telah hilang, digantikan dengan perasaan yang sangat kacau. Detik demi detik yang berjalan sama seperti malaikat maut menghampirinya. Jika saja dengan dirinya mati, ornag-orang yang dia cintai akan tetap bahagia, maka Casandra memilih untuk mengakhiri kehidupannya.Namun, bagaimana sebaliknya? Tidak ada jaminan orang-orang yang dia cintai tetap bahagia, di kala dirinya memilih untuk mengakhiri hidupnya. Michael Yates Hutomo adalah pria gila yang bisa saja berbuat nekat, kalau sampai dirinya mengambil keputusan untuk bunuh diri.Kemarin, Casandra sudah sedikit berbicara dengan ibunya, berusaha menenangkan ibunya itu, tetapi ibunya tak mau banyak bicara. Bahkan wajah ibunya hanya rapuh dan sedih. Casandra sudah menguatkan, tapi say
Casandra tak pernah mengira akan berada di titik terendah dalam hidupnya. Titik di mana dia telah putus asa, dan hanya satu jalan yang dia tempuh yaitu ‘Menyerah’. Casandra telah berada di ambang batas frustrasi. Tidak ada jalan lain untuk selamat selain menyerah.Akan ada orang yang terluka akibat keputusan yang dia ambil, namun jika dia tak mengambil keputusan sekarang, maka akan lebih banyak orang yang terluka. Apa yang dia putuskan pun telah melukai hatinya, tetapi Casandra tak memiliki jalan lain.“Nona Casandra.” Jean melangkah masuk ke dalam ruang kerja Casandra, dan menatap bosnya itu dengan raut wajah serius.“Ada apa lagi?” Casandra menatap Jean, dan bersuara dengan nada yang amat lemah.“Nona, dua investor kita yang kemarin ingin mencabut uangnya, telah membatalkan niat mereka. Sekarang mereka masih menginvestasikan uang mereka ke perusahaan kita. Kondisi perusahaan kita sedikit lebih baik, Nona. Tidak separah kemarin,” terang Jean melaporkan pada Casandra, tentang keadaan
Jantung Casandra seperti ingin berhenti berdetak melihat foto telanjang Gio bersama dengan wanita lain. Tangan Casandra gemetar menyentuh foto itu. Air matanya pun tak henti berlinang—dan kini menatap Michael.“Kau pasti mengedit foto ini, kan?!” seru Casandra menuduh Michael.Casandra tahu bahwa Michael adalah sosok pria yang sangat licik. Casandra yakin pasti Michael berusaha memfitnah Gio, agar di matanya Gio adalah sosok pria yang jahat. Casandra berusha untuk meyakinkan bahwa yang dia lihat ini adalah foto rekayasa.Michael tersenyum samat mendengar tuduhan Casandra. “Jika kau tidak percaya padaku, kau bisa meminta orangmu untuk menyelidiki ke aslian foto itu. Atau mungkin kau bisa langsung bertanya pada kekasihmu.”Tubuh Casandra melemah. Kakinya benar-benar tak sanggup berdiri. Casandra ingin tak memercayai ucapan Michael, namun entah kenapa sekarang hati dan logikanya memaksa dirinya untuk percaya pada Michael.“Gio tidak mungkin berselingkuh dariku. Dia sudah melamarku dan ki
Pelupuk mata Casandra mulai terbuka. Gadis itu memijat pelan pelipisnya, di kala rasa sakit di kepalanya muncul. Perlahan, saat mata Casandra sudah terbuka sepenuhnya—gadis itu mengendar ke sekitar—melihat dirinya berada di sebuah kamar yang tak asing. Aroma parfume maskulin dan tatanan di kamar itu, membuat Casandra yakin bahwa dia mengenali kamar ini. “Kau sudah sadar?” Michael melangkah menghampiri Casandra. Refleks, Casandra mengalihkan pandangannya pada sumber suara yang mendekat padanya.Seketika raut wajah Casandra berubah di kala melihat Michael berdiri di hadapannya. Kepingan memorinya mulai tersusun di otaknya. Memori perih yang langsung menusuk hatinya.Casandra mengingat semuanya. Kejadian di mana dirinya bertengkar dengan Gio, dan berakhir dengan keputusasaan hingga membuatnya nekat memilih untuk bunuh diri.Casandra mengumpat dalam hati. Gadis itu mengharapkan dirinya mati, dan tak lagi ada di dunia ini. Tapi semua harapannya pupus, karena Michael menyelamatkannya.Ca
Bern, Swiss. Pemandangan alam yang menakjubkan sudah tidak lagi asing untuk Casandra setiap kali mengunjungi Swiss. Sebuah negara yang kaya akan pemandangan alam—menjadi salah satu tempat favorite Casandra.Calista dan Jessica sampai berlari-lari menelusuri pinggir sungai Aar yang ada di Bern. Tentu, mereka tidak berenang. Mereka hanyalah berjalan-jalan ditemani oleh para pengasuh dan pengawal mereka. Sedangkan Maximilian yang masih bayi—tengah terlelap di stroller-nya.Casandra tersenyum melihat Calista dan Jessica begitu menikmati bermain di pinggir sungai Aar. Suara tawa Calista dan Jessica bahkan terdengar di telinganya. Itu adalah pemandangan yang paling menyejukkan.Casandra duduk di kursi bersama dengan Michael. Mereka sama-sama melihat pemandangan indah di hadapan mereka. Bukan hanya pemandangan alam dari kota Bern saja yang menakjubkan, tapi kebersamaan mereka yang sangatlah indah.Casandra tak pernah mengira kalau Michael mencari waktu untuk bisa quality time. Sungguh, Casa
Napas Gio sedikit memburu mendengar jeritan Casandra. Pria itu berdiri di luar ruang bersalin. Bingung, takut, cemas, dan khawatir melebur menjadi satu. Gio tak menemani Casandra di ruang bersalin, karena bagaimanapun yang wajib menemani Casandra adalah Michael, bukan dirinya.Tak dipungkiri mengantar Casandra ke rumah sakit dalam kondisi Casandra kontraksi membuat perasaan Gio campur aduk. Benaknya memikirkan—mungkin jika dirinya yang menikah dengan Casandra, maka hari ini akan menjadi hari di mana dirinya bukan hanya sekedar khawatir tapi juga sangat amat bahagia. Suara pintu ruang rawat terbuka. Dokter berdiri di ambang pintu. Refleks, Gio segera melangkah cepat menghampiri sang dokter.“Bagaimana keadaan Casandra? Kenapa dia terus berteriak kesakitan?” seru Gio bertanya dengan nada panik.“Tuan, kepala bayi sudah terlihat. Nyonya Yates bisa melahirkan sekarang. Apa Anda tidak ingin masuk menemani istri Anda?” balas sang dokter—yang seketika itu juga membuat Gio terdiam sebentar.
Casandra turun dari mobil masuk ke dalam supermarket bersama dengan dua orang pelayan. Kondisi supermarket terbilang tak terlalu ramai, karena memang posisinya ini bukanlah weekend atau hari libur. Setibanya di dalam supermarket, Casandra berjalan-jalan menuju ke tempat buah-buahan. Dua pelayan dengan sigap mengikuti ke mana pun langkah Casandra. Selain mereka harus berbelanja memenuhi dapur, mereka juga wajib menjaga istri dari bos mereka. Jika terjadi sesuatu hal buruk pada Casandra, maka sudah pasti dua pelayan tersebut sudah tidak tahu lagi bagaimana nasibnya.Berbagai aneka buah, daging segar, ayam, ikan, dan makanan ringan dipilih oleh Casandra. Makanan ringan sehat paling banyak karena Calista dan Jessica sering sekali mengemil di malam hari. Well, itu yang membuat tubuh Calista dan Jessica padat berisi—namun sangat menggemaskan.“Nyonya, apa Anda ingin membeli daging angsa?” tanya sang pelayan pada Casandra.“Hm, tidak usah. Itu saja. Nanti kalau ada yang kurang, pesan via on
Casandra melakukan gerakan perlahan pada jemari-jemarinya guna melatih kemampuan tangannya. Terakhir, dokter mengatakan pada Casandra untuk sering menggerak-gerakan jemari serta menggenggam sesuatu benda kecil.Kondisi tangan Casandra bisa dikatakan sudah pulih delapan puluh persen. Meski belum pulih sepenuhnya, tapi Casandra sudah sangat amat bersyukur. Setidaknya, Casandra sudah bisa menggendong anaknya, meskipun tak bisa terlalu lama. Dulu, saat Calista masih bayi, sempat Casandra kesulitan menggendong Calista di kala tubuh putrinya semakin gemuk. Akan tetapi, Casandra tidak menyerah. Dia selalu berusaha untuk sembuh.Memang, Casandra sempat putus asa tapi untungnya dia memiliki support system yang luar biasa yaitu suami tercintanya. Entah, bagaimana hidup Casandra jika tak mendapatkan dukungan dari sang suami tercinta.Waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi. Casandra duduk di taman seraya melihat keindahan bunga-bunga di taman mansion-nya yang begitu indah. Casandra selalu meminta
“Calista, kenapa kau pelit sekali. Ayo beri tahu aku, siapa yang memberimu gelang itu.” Jessica bertolak pinggang, memaksa Calista untuk bicara padanya. Dia tidak bisa tenang di kamarnya. Dia penasaran pada teman baru Calista.Calista mengembuskan napas panjang. “Kak, nanti saat aku dewasa, kau juga pasti akan tahu. Aku bukan tidak mau cerita. Tapi—”“Calista, menunggu kita dewasa itu lama. Ayo beri tahu aku. Aku janji tidak akan membocorkan pada Daddy dan Mommy.” Jessica terus mendesak Calista untuk cerita padanya.Calista nampak berpikir sejenak. Gadis kecil cantik itu tidak langsung menjawab apa yang Jessica katakan padanya. Dia masih ragu, karena takut kakak sepupunya itu akan membocorkan rahasianya.Akan tetapi, jika Calista menyimpan sendiri rahasianya, dan tak memberi tahu Jessica, maka pasti kakak sepupunya itu akan terus mendatangi kamarnya, menanyakan siapa yang memberikan gelang padanya. Sungguh, ini menyebalkan. Calista pun kesal sendiri. Lihat saja, sekarang bibir Calista
Casandra mengusap perut buncitnya yang semakin besar. Wanita itu duduk di ranjang seraya bersandar di kepala ranjang. Dia baru saja selesai makan malam dengan Calista dan Jessica.Michael belum pulang ke kantor. Itu yang membuat Casandra hanya makan bersama dengan Calista dan Jessica. Malam ini, Michael pulang sedikit terlambat. Tentu, Casandra sempat kesal bahkan hampir menangis. Akan tetapi, Michael sudah melakukan video call guna menenangkan Casandra.Malam ini, Michael memiliki meeting penting yang tak bisa ditinggal. Meeting tersebut adalah meeting di mana Michael menggantikan Casandra. Sejak di mana kedua tangan Casandra mengalami cedera, memang perusahaan Casandra di bawah pimipinan Michael. Bahkan sekarang setiap kali membutuhkan tanda tangan, maka tanda tangan Michael berlaku.Dulu, Casandra tidak bisa tanda tangan akibat cedera di tangannya, tapi sekarang keadaan tangannya sudah mulai membaik. Dia sudah bisa tanda tangan, namun meski sudah bisa tanda tangan, tetap Michael ta
“Na … na … na …” Calista berjalan sambil melompat-lompat kecil, menelusuri taman di mana gadis kecil itu berada. Dia senang tidak lagi diikuti oleh pengasuh dan pengawal. Para pengasuh dan pengawalnya hanya melihatnya dari kejauhan saja.Calista paling tidak suka jika diawasi oleh pengasuh dan pengawal. Gadis kecil cantik itu lebih menyukai berjalan-jalan sendiri. Akan tetapi, tentu dia tak bisa lepas dari pengawasan pengawal dan pengasuh, karena ayahnya begitu overprotective. Padahal Calista merasa bisa menjaga diri sendiri.“Bunga ini cantik sekali,” gumam Calista pelan sambil menyentuh bunga yang tumbuh di taman dengan sangat indah. Manik mata biru gadis kecil itu mengerjap beberapa kali, akibat kekagumannya pada bunga yang ada di hadapannya.“Bunga itu tidak secantik dirimu,” ucap seorang bocah laki-laki yang sangat tampan, menghampiri Calista.Calista mengalihkan pandangannya, menatap bocah laki-laki tampan yang ada di hadapannya. “Tadi kau bilang apa?” tanyanya polos.Bocah laki
Casandra melangkah perlahan masuk ke dalam kamar Calista. Tampak senyuman di wajah wanita itu terlukis melihat Calista tengah bermain dengan Jessica. Jessica memiliki kamar sendiri tepat di samping kamar Calista, namun terkadang memang Jessica tidur dengan Calista. Mereka berdua sepupu, tapi sudah seperti saudara kandung bahkan seperti sahabat.“Calista, Jessica,” panggil Casandra lembut.Calista dan Jessica mengalihkan pandangan mereka menatap Casandra dengan senyuman riang. “Mommy?”Casandra mendekat—dan Calista serta Jessica langsung memberikan pelukan ke tubuh Casandra. Tentu, Casandra membalas pelukan Calista dan Jessica. Kedua tangannya sudah membaik, membuatnya bisa memeluk kedua putrinya itu.“Mommy, jangan marah.” Calista dan Jessica mengucapkan kalimat kompak, sambil mengurai pelukan mereka.Casandra tersenyum. “Sayang, Mommy tidak marah. Maaf, tadi Mommy kesal karena perasaan Mommy sedang sensitive.”Calista membawa tangan mungilnya membelai pipi Casandra. “Mommy, maafkan a
Casandra masih diam dengan raut wajah yang menunjukkan jelas rasa kesal dan juga tak enak. Apa yang dikatakan oleh Michael memang fakta. Selama ini, Michael tidak pernah mengarahkan Calista untuk menyukai olahraga boxing.Hanya saja, memang Casandra kurang setuju jika Calista memilih olahraga boxing. Dia lebih menyukai olahraga yang dipilih Jessica yaitu balet dan sekolah modelling. Yang Casandra takutkan adalah saat besar Calista malah menjadi orang yang menyukai kekerasan.Michael menatap dalam manik mata cokelat gelap sang istri. Pria itu membawa tubuh istrinya itu duduk di pangkuannya, dan membelai pipi sang istri tercinta. “Casandra, aku tahu mana yang baik, dan tidak baik untuk putriku. Aku membiarkan Calista belajar bela diri sejak kecil, karena memang bela diri sangat penting. Kelak, Calista akan melindungi Jessica dan kau, jika kalian dalam keadaan bahaya dan aku sedang tidak ada. Calista juga bisa melindungi dirinya sendiri. Kemungkinan buruk mungkin saja terjadi, Sayang. It