Home / Romansa / Michael Obsession / Bab 6. Always be Mine

Share

Bab 6. Always be Mine

Author: Abigail Kusuma
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Kenapa bisa sampai sekacau ini, Jean?”

Casandra menatap frustrasi laporan perusahaan yang diberikan oleh sang asisten. Sungguh, gadis itu sama sekali tak menyangka kalau keadaan perusahaannya akan sampai sekacau ini.

Jean menundukan kepalanya. “Nona, jujur saya pun tidak mengerti kenapa sampai sekacau ini. Perusahaan kita benar-benar membutuhkan investor baru agar bisa bertahan. Jika tidak, pasti—”

“Aku akan menemukan investor baru untuk perusahaan kita. Singkirkan pikiran negative-mu. Aku yakin, aku mampu menemukan investor yang paling tepat untuk perusahaanku,” potong Casandra tegas.

Jean tak mampu mengatakan apa pun. Hanya cukup mengangguk saja. Sebelumnya, dia sudah menanyakan tentang Yates Group pada Casandra, namun bukannya jawaban yang didapatkan, malah Jean mendapatkan amukan. Itu kenapa Jean tak berani lagi menyinggung-nyinggung tentang Yates Group.

“Aku ingin pulang cepat. Kau urus pekerjaan. Kepalaku rasanya mau pecah.” Casandra bangkit berdiri seraya mengambil kunci mobilnya, lalu melangkah pergi meninggalkan ruang kerjanya. Tampak Jean menundukan kepala di kala melihat Casandra sudah pergi.  

Sepanjang perjalanan, Casandra terus meloloskan umpatan kasar. Sungguh, dia tak menyangka akan bertemu dengan pria seperti Michael. Dalam hidup, Casandra belum pernah merasakan sampai sesial ini.

Setibanya di rumah, Casandra segera masuk ke dalam hendak menuju kamarnya, namun langkah kakinya terhenti melihat sang ayah terduduk lesu di sofa ruang tengah. Raut wajah ayahnya itu sangat kacau seperti memiliki masalah berat.

“Dad? Ada apa?” Casandra menghampiri ayahnya.

Devan menatap Casandra. “Kau sudah pulang?”

Casandra duduk di samping ayahnya itu. “Iya, hari ini aku pulang cepat. Ada apa, Dad?” tanyanya lagi meminta ayahnya untuk berbicara.

Devan membelai pipi Casandra. “Tidak ada apa-apa, Sayang.”

“Dad, please jangan bohong padaku. Katakan ada apa?” tanya Casandra lagi.

Devan mengembuskan napas berat. “Kau sudah tahu kondisi perusahaan kita, kan?”

Casandra mengangguk.

“Tadi aku bertemu dengan Michael Yates,” jawab Devan dengan wajah nampak kesal.

Casandra terdiam dengan sorot mata tajam. “Apa yang dia katakan padamu?”

“Dia mengajukan syarat agar dia mau berinvestasi di perusahaan kita. Aku yakin kau sudah tahu syarat yang diminta Michael Yates.” Devan menatap Casandra penuh rasa bersalah. “Maafkan aku, Casandra. Kau jadi terseret masalah karena aku.”

Mata Casandra berkilat penuh amarah. “Berengsek!” umpatnya kasar.

“Casandra, kau tenanglah. Aku bisa mengurus ini.” Devan berusaha menenangkan putrinya.

“Dad, kau tunggu di sini. Biar aku yang mengurus masalah perusahaan,” ucap Casandra meyakinkan.

“Casandra—”

“Dad, aku sudah mengambil alih posisimu. Waktumu sekarang untuk kau beristirahat dan aku yang akan menyelesaikan masalahmu,” kata Casandra serius, lalu gadis itu langsung melangkah pergi meninggalkan rumah menuju ke mobilnya dengan langkah kaki terburu-buru.

Devan masih bergeming di tempatnya. Pria paruh baya itu memejamkan mata singkat, dengan raut wajah yang nampak sangat muram.

***

“Jean, cari tahu di mana keberadaan Michael Yates Hutomo.” Casandra memberikan perintah pada asistennya melalui via telepon. Kilat mata Casandra tajam, membendung amarah yang membakarnya.

“Nona, Anda ingin bertemu dengan Tuan Michael?” ujar Jean bertanya memastikan, dari seberang sana.

“Iya, aku ingin bertemu dengannya. Aku memiliki urusan dengan pria sialan itu. Cepat, kau cari tahu di mana dia sekarang berada!” titah Casandra tegas.

“B-baik, Nona,” jawab Jean gugup.

Casandra menutup panggilan secara sepihak, dan menepikan sebentar mobilnya.

Ya, bisa saja Casandra langsung menuju ke Yates Group. Namun, Casandra tak mau sampai tak menuaikan hasil apa pun. Mungkin saja Michael tak berada di kantor. Itu kenapa Casandra memilih untuk meminta asistennya mencari tahu keberadaan Michael.  

Tak selang lama, ponsel Casandra berdering. Refleks, Casandra segera menjawab panggilan telepon itu.

“Bagaimana? Kau sudah tahu di mana pria sialan itu berada?” tanya Casandra cepat kala panggilan terhubung.

“Sudah, Nona. Saya sudah tahu keberadaan Tuan Michael. Saat ini beliau ada di penthouse pribadinya. Saya juga sudah mendapatkan alamatnya,” jawab Jean.

“Segera berikan aku alamat pria sialan itu.”

“Baik, Nona. Dalam waktu satu menit, alamat akan dikirimkan.”

Casandra menutup panggilan teleponnya, lalu pesan masuk dari Jean muncul. Detik itu juga, Casandra membuka pesan masuk itu yang tertuliskan alamat penthouse pribadi Michael. Selanjutnya, Casandra memutar stir mobil, dan menuju ke alamat yang diberikan oleh sang asisten.

Mobil Casandra memasuki gedung apartemen mewah yang ada di pusat kota Los Angeles. Gadis itu memarkirkan mobilnya, dan segera masuk ke dalam lobby apartemen dan menuju ke lantai paling atas.

Saat Casandra tiba di penthouse yang terletak di lantai paling atas, dia melihat pintu terbuka. Pun tak sama sekali ada penjaga. Casandra bingung. Dia membaca lagi alamat Michael, dan apa yang tertulis adalah benar. Dia tidak salah.

Perlahan, Casandra melangkahkan kaki masuk ke dalam penthouse tersebut. Lampu kecil menerangi penthouse gelap itu. Meski sedikit sinar lampu, tapi Casandra sudah tahu bahwa penthouse ini tertata rapi dan sempurna.

“Hallo?” seru Casandra memanggil berharap ada pelayan, tapi alih-alih pelayan, malah yang ada hanya kesunyian. Tatapan mata Casandra teralih pada pintu yang terbuka yang ada di ujung. Casandra ragu, namun hatinya mendorongnya untuk melangkah menuju ke ruangan tersebut.

Casandra mulai menuruti perasaannya, melangkah masuk menuju ke ruangan tersebut. Lalu …

“Rupanya kau mampu menemukan penthouse-ku, Casandra.” Michael berdiri menyandarkan tubuhnya ke pinggir meja kerjanya, sambil menyesap wine perlahan. Pria itu sudah tahu kehadiran Casandra dari sang asisten yang memberi tahu bahwa asisten Casandra mencari alamatnya.

Casandra menatap dingin Michael. “Apa sebenarnya yang kau inginkan, Michael!”

Michael menggerak-gerakan gelas di tangannya. “Ah, kau marah pasti karena ayahmu sudah bercerita padamu.”

Emosi Casandra tersulut. Gadis itu melangkah mendekat pada Michael. “Kau benar-benar berengsek! Aku bahkan tidak mengenalmu, tapi kau memaksa masuk ke kehidupanku? Kau pikir siapa dirimu, hah! Uangmu tidak akan pernah bisa membeliku!” bentaknya dengan nada keras.

Michael tersenyum samar. “Really? Menurutmu uangku tidak bisa membuatku menang, Nona Stewart.”

Casandra menggeram. “Tidak akan pernah! Kau tidak akan pernah menang!”

Michael kembali tersenyum. “Sayangnya, aku selalu menang. Aku selalu mendapatkan apa pun yang aku inginkan.”

“Bajingan!” Casandra hendak melayangkan tamparan pada Michael, namun pria itu langsung menangkap tangan Casandra, dan mengangkat tubuh Casandra mendudukkan ke atas meja kerjanya—seraya menghimpit tubuh Casandra dengan tubuhnya.

“Lepaskan aku!” Casandra berontak di kala Michael menghimpit tubuhnya.

Michael membuka lebar paha Casandra dan melingkarkan paksa ke pinggangnya. Beberapa kali Casandra berontak, tetap saja tidak bisa karena tubuh Michael begitu gagah, dan tak mungkin Casandra bisa melawan.

“Michael! Lepaskan aku!” teriak Casandra keras.

Michael menangkup kasar kedua rahang Casandra dan mendekatkan bibir Casandra ke bibirnya. “Sejak awal, kau milikku, Casandra. Hanya milikku.”

Casandra tetap berusaha berontak meski tubuhnya terkunci. “Aku bahkan tidak mengenalmu, Berengsek! Pergi dari hidupku! Jangan pernah menggangguku!”

“Kau tidak mengenalku? Really?” Michael melumat paksa bibir Casandra. Sontak, mata Casandra melebar terkejut di kala Michael melumat paksa bibirnya. Gadis itu semakin berontak, tapi tetap tak bisa lepas dari jerat Michael.

Seketika di kala Michael mencium bibirnya, dia mulai merasakan seperti pernah mengenal Michael. Aroma parfume maskulin menonjol menyeruak ke indra penciuman Casandra.

Casandra mengenal ini. Dia tak asing dengan aroma tubuh Michael. Raut wajahnya berubah. Matanya melebar terkejut mengingat akan sosok pria asing yang mencumbunya di toilet klub malam.

Ciuman itu terlepas. Michael membelai bibir ranum Casandra. “Sekarang kau mengingatku, hm?” bisiknya serak.

Wajah Casandra menegang penuh terkejut. Mata gadis itu menatap iris mata biru Michael dengan penuh keterkejutan. “K-kau—” Lidahnya kelu. Tenggorokkannya tercekat, tak bisa lagi berkata-kata.

Michael tersenyum sambil mencium leher Casandra. “Aku tahu, sentuhanku malam itu, tidak akan kau lupakan.”

Sorot mata Casandra semakin tajam. “How dare you, Jerk!” geramnya. 

Michael terkekeh seraya mengambil dasi yang ada di atas meja dan mengikat kedua tangan Casandra menggunakan dasinya. “Aku sudah pernah mengatakan padamu, kalau sejak awal; kau adalah milikku.”

Casandra berontrak di kala tangannya diikat oleh Michael. “Aku bersumpah akan membunuhmu, Michael! Lepaskan aku!” serunya keras.

Michael membuka kancing depan dress Casandra dan menyelipkan tangan Casandra masuk ke dalam bra gadis itu, memainkan puting payudara Casandra yang sudah menegang. “Tubuhmu merespon sentuhanku, Casandra.”

Casandra menggigit bibir bawahnya di kala jemari Michael mengusap lembut puting payudaranya. “Lepaskan aku, Sialan!”

Michael tertawa rendah. “Bagaimana kalau aku tidak mau melepaskanmu, hm? Tanganku menyukai menyentuh tubuhmu.”

Casandra mati-matian menahan desahannya. “Aku akan membunuhmu, Michael!”

Michael menyeringai melihat wajah Casandra memerah. Pria itu tahu kalau Casandra tengah menahan desahan. “Aku menyukai ancamanmu, Nona Stewart.” Lalu, Michael menundukkan kepalanya seraya menarik cup bra Casandra.

Kilat mata biru Michael menatap memuja kedua payudara Casandra, yang berukuran padat dan menantang. Puting gadis itu berwarna merah muda seakan memintanya untuk segera melahap.

“Bajingan, lepaskan, akhhhh—” Casandra menjerit di kala Michael kini mengisap puting payudaranya. Sialnya, lidah pria itu menjilati ujung putingnya membuat seluruh bulu kuduk di tubuh Casandra meremang.

“Tandaku yang kemarin sudah hilang. Aku harus memberikan tanda baru.” Michael mengisap puting payudara Casandra lembut, dan meninggalkan jejak kemerahan di sana.

Casandra meringis seraya memejamkan mata menahan desahan di bibirnya. Berkali-kali Casandra berusaha berontak, tapi dia tetap tak bisa lepas dari jerat Michael. 

Casandra menundukan kepalanya melihat langsung Michael tengah mengisap payudara kirinya dan tangan pria itu mengusap-usap payudara kanannya. Air mata Casandra mulai berlinang. Gadis itu menangis karena merasa dilecehkan.

Michael puas memberikan tanda merah begitu banyak di kedua payudara Casandra. Pria itu melepaskan kulumannya dan kembali memakaikan dress Casandra. Senyuman di wajah Michael terlukis di kala mendengar isak tangis Casandra. Dia sama sekali tidak iba mendengar Casandra menangis.

Michael menarik dagu Casandra dan mengecup bibir gadis itu. “Aku ingin sekali memasukimu, tapi aku rasa ini bukan waktu yang tepat untuk memasukimu.” Lalu, pria itu melepaskan ikatan di pergelangan tangan Casandra.

Plakkkk

Sebuah tamparan mendarat di pipi Michael. Casandra turun dari meja dan menatap Michael dengan mata memerah akibat tangisnya yang belum mereda.

“Kau benar-benar bajingan, Michael! Kau bahkan tidak pernah tahu bagaimana cara menghormati seorang wanita!” teriak Casandra dengan tangis kencang. “Demi Tuhan, aku membencimu! Aku tidak sudi melihat wajahmu, Sialan!”

Casandra berlari menangis keras meninggalkan penthouse Michael. Seringai di wajah Michael terlukis melihat Casandra menangis. Pria itu mengusap pelan pipi kanannya yang ditampar oleh Casandra. Bagi Michael, tamparan itu tak sakit sama sekali.

‘Kau milikku, Casandra,’ batin Michael dengan seringai puas.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Arita Dhamayanti
jd penisirin michael kenal casandra ny kpn ya ... ampe casandra g sadar ad penggemar gelap ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Michael Obsession    Bab 7. See You!

    “Casandra? Kau kenapa?” Gio baru saja membuka pintu apartemennya, dikejutkan dengan sang kekasih di hadapannya menangis. Buru-buru pria itu memeluk erat kekasihnya itu yang nampak sangat rapuh dan lemah.Tangis Casandra pecah dalam pelukan Gio. Tangis yang terdengar pilu. Bahu gadis itu bergetar akibat tak sanggup menahan perih di dada. Ya, Casandra menemui sang kekasih karena tak tahu ke mana dirinya harus melangkah.“Kita masuk. Kita bicara di dalam.” Gio menutup pintu apartemennya, lalu membawa Casandra masuk ke dalam apartemen. Gio tahu bahwa Casandra memiliki masalah. Ini pertama kalinya, Gio melihat Casandra sampai menangis pilu.Di kamar, Gio mengajak Casandra duduk di ranjang, dan menyandarkan punggung gadis itu di kepala ranjang. Pun Gio memberikan air putih untuk sang kekasih. Gio menyeka air mata Casandra menatap hangat kekasihnya itu.“Terima kasih,” ucap Casandra seraya meletakan gelas ke atas meja.“Ada apa, Sayang? Katakan padaku, kau kenapa?” tanya Gio seraya membelai

  • Michael Obsession    Bab 8. The Party

    “Casandra, buka pintumu.” Devan menggedor pintu kamar Casandra, meminta putrinya itu untuk membuka pintu, tak lagi mengurung diri di kamar. Sudah satu hari lamanya, Casandra tak mau keluar dari kamar sama sekali. Bahkan putrinya itu tak berangkat ke perusahaan.“Casandra, buka pintunya, atau aku akan mendobrak pintumu kalau kau tidak membuka pintumu.” Devan yang mencemaskan putrinya terus memaksa putrinya untuk membuka pintu kamar. Devan tidak mau sampai terjadi sesuatu hal buruk pada putrinya itu.Pintu kamar terbuka. Casandra akhirnya mau membuka pintu setelah mendapatkan ancaman dari ayahnya. Tepat di kala pintu sudah terbuka, Devan segera masuk ke dalam kamar putrinya itu. “Maaf, Dad. Aku hari ini sedang malas sekali,” ucap Casandra pelan. Hingga detik ini, Casandra pun masih belum menceritakan pada ayahnya, tentang kegilaan Michael. Stress di kepalanya membuat rasanya Casandra sulit berbicara. “Casandra, kemarin kau menemui Michael, kan?” Devan duduk di samping putrinya.Casan

  • Michael Obsession    Bab 9. Jealousy

    “Casandra? Kenapa kau lama di toilet?” Gio menatap Casandra yang melangkah menghampirinya dengan langkah terburu-buru. Tampak raut wajah Gio menatap bingung Casandra yang nampak sangat berbeda.“Tadi aku sakit perut, Sayang. Maafkan aku yang membuatmu menunggu.” Casandra mendekat, dan langsung memeluk sang kekasih. Casandra ingin sekali menangis kencang dalam pelukan sang kekasih, namun semua itu adalah hal yang tak mungkin. Casandra mengingat dirinya berada di tengah-tengah pesta.Gio menangkup kedua rahang Casandra, menatap khawatir sang kekasih. Dia bisa melihat dengan jelas kalau ada yang tak beres dengan kekasihnya itu. “Kau benar hanya sakit perut saja? Apa ada masalah yang membebani pikiranmu?” tanyanya sangat cemas.Casandra berusaha tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Manik mata cokelatnya memang menunjukkan kerapuhan. Namun, Casandra berusaha keras untuk menutupi itu. Tak mungkin dia memberi tahu Gio tentang kegilaan Michael.“Aku tidak apa-apa, Sayang. Jangan khawatir. A

  • Michael Obsession    Bab 10. Sly Way

    Gio memutuskan untuk bekerja dari apartemennya, dan memilih untuk tak mendatangi kantor. Sepertinya pria itu enggan untuk datang ke kantor. Itu kenapa dia lebih memilih menyelesaikan pekerjaannya dari apartemennya.Suara dering telepon berbunyi. Refleks, Gio mengambil ponselnya yang ada di atas meja, dan menatap ke layar tertera nomor Toland—asisten pribadinya. Pria itu segera menjawab panggilan tersebut.“Ada apa, Toland?” jawab Gio kala panggilan terhubung.“T-Tuan, kita dalam masalah besar,” ujar Toland gugup dan panik dari seberang sana. Kening Gio mengerut dalam. “Masalah besar apa yang kau maksud?” “T-Tuan—” Toland terdengar sangat panik, sampai tak bisa berkata. Gio mengembuskan napas kasar. “Ada apa, Toland? Kenapa kau gugup dan ketakutan seperti itu.”Toland menelan saliva-nya susah payah. “T-Tuan, dua investor besar di perusahaan kita menarik dana mereka. Dan dalam satu malam, saham perusahaan kita terjun bebas, Tuan. Redley Group hampir menyentuh batas merah.” Raut waja

  • Michael Obsession    Bab 11. Hopeless

    Casandra melangkahkan kaki gontai masuk ke dalam mansion-nya. Mata gadis itu sembab. Riasan wajahnya sudah tak lagi sempurna di wajahnya. Semua berantakan mencerminkan bahwa dia sangat putus asa.Casandra tetap bernapas, namun dia merasakan bahwa sudah tak lagi memiliki energy untuk melanjutkan kehidupan. Belum pernah Casandra merasakan selemah ini. Gadis itu yang selalu ceria dan kuat kini telah diterpa badai besar, hingga melumpuhkannya. Casandra ingin menangis sekencang mungkin, tapi rasanya air mata Casandra sudah mengering, hingga tak mampu lagi meneteskan air matanya. Jika dulu, dia memiliki ratusan cara untuk keluar dari masalah, kali ini Casandra merasa bahwa dirinya kalah sampai tak mampu melakukan apa pun.Ya, Casandra tahu sekeras apa pun dirinya berusaha, pada akhirnya hanya akan tetap kekalahan yang didapatkan. Kalau yang hanya terluka dirinya saja, maka Casandra tak peduli. Yang Casandra tak bisa terima adalah begitu banyak orang yang dirinya cintai harus terluka.Saat

  • Michael Obsession    Bab 12. Hard Decision

    Casandra mengurung diri di kamar selama satu hari penuh. Gadis itu bahkan tak mau mendatangi kantornya. Pun Casandra meminta Jean untuk tak mengganggunya lebih dulu. Selama satu hari, bisa dikatakan Casandra tak mau makan apa pun.Rasa lapar di perut Casandra telah hilang, digantikan dengan perasaan yang sangat kacau. Detik demi detik yang berjalan sama seperti malaikat maut menghampirinya. Jika saja dengan dirinya mati, ornag-orang yang dia cintai akan tetap bahagia, maka Casandra memilih untuk mengakhiri kehidupannya.Namun, bagaimana sebaliknya? Tidak ada jaminan orang-orang yang dia cintai tetap bahagia, di kala dirinya memilih untuk mengakhiri hidupnya. Michael Yates Hutomo adalah pria gila yang bisa saja berbuat nekat, kalau sampai dirinya mengambil keputusan untuk bunuh diri.Kemarin, Casandra sudah sedikit berbicara dengan ibunya, berusaha menenangkan ibunya itu, tetapi ibunya tak mau banyak bicara. Bahkan wajah ibunya hanya rapuh dan sedih. Casandra sudah menguatkan, tapi say

  • Michael Obsession    Bab 13. A Betrayal

    Casandra tak pernah mengira akan berada di titik terendah dalam hidupnya. Titik di mana dia telah putus asa, dan hanya satu jalan yang dia tempuh yaitu ‘Menyerah’. Casandra telah berada di ambang batas frustrasi. Tidak ada jalan lain untuk selamat selain menyerah.Akan ada orang yang terluka akibat keputusan yang dia ambil, namun jika dia tak mengambil keputusan sekarang, maka akan lebih banyak orang yang terluka. Apa yang dia putuskan pun telah melukai hatinya, tetapi Casandra tak memiliki jalan lain.“Nona Casandra.” Jean melangkah masuk ke dalam ruang kerja Casandra, dan menatap bosnya itu dengan raut wajah serius.“Ada apa lagi?” Casandra menatap Jean, dan bersuara dengan nada yang amat lemah.“Nona, dua investor kita yang kemarin ingin mencabut uangnya, telah membatalkan niat mereka. Sekarang mereka masih menginvestasikan uang mereka ke perusahaan kita. Kondisi perusahaan kita sedikit lebih baik, Nona. Tidak separah kemarin,” terang Jean melaporkan pada Casandra, tentang keadaan

  • Michael Obsession    Bab 14. A Betrayal II

    Jantung Casandra seperti ingin berhenti berdetak melihat foto telanjang Gio bersama dengan wanita lain. Tangan Casandra gemetar menyentuh foto itu. Air matanya pun tak henti berlinang—dan kini menatap Michael.“Kau pasti mengedit foto ini, kan?!” seru Casandra menuduh Michael.Casandra tahu bahwa Michael adalah sosok pria yang sangat licik. Casandra yakin pasti Michael berusaha memfitnah Gio, agar di matanya Gio adalah sosok pria yang jahat. Casandra berusha untuk meyakinkan bahwa yang dia lihat ini adalah foto rekayasa.Michael tersenyum samat mendengar tuduhan Casandra. “Jika kau tidak percaya padaku, kau bisa meminta orangmu untuk menyelidiki ke aslian foto itu. Atau mungkin kau bisa langsung bertanya pada kekasihmu.”Tubuh Casandra melemah. Kakinya benar-benar tak sanggup berdiri. Casandra ingin tak memercayai ucapan Michael, namun entah kenapa sekarang hati dan logikanya memaksa dirinya untuk percaya pada Michael.“Gio tidak mungkin berselingkuh dariku. Dia sudah melamarku dan ki

Latest chapter

  • Michael Obsession    Bab 84. Ending Scene (TAMAT)

    Bern, Swiss. Pemandangan alam yang menakjubkan sudah tidak lagi asing untuk Casandra setiap kali mengunjungi Swiss. Sebuah negara yang kaya akan pemandangan alam—menjadi salah satu tempat favorite Casandra.Calista dan Jessica sampai berlari-lari menelusuri pinggir sungai Aar yang ada di Bern. Tentu, mereka tidak berenang. Mereka hanyalah berjalan-jalan ditemani oleh para pengasuh dan pengawal mereka. Sedangkan Maximilian yang masih bayi—tengah terlelap di stroller-nya.Casandra tersenyum melihat Calista dan Jessica begitu menikmati bermain di pinggir sungai Aar. Suara tawa Calista dan Jessica bahkan terdengar di telinganya. Itu adalah pemandangan yang paling menyejukkan.Casandra duduk di kursi bersama dengan Michael. Mereka sama-sama melihat pemandangan indah di hadapan mereka. Bukan hanya pemandangan alam dari kota Bern saja yang menakjubkan, tapi kebersamaan mereka yang sangatlah indah.Casandra tak pernah mengira kalau Michael mencari waktu untuk bisa quality time. Sungguh, Casa

  • Michael Obsession    Bab 83. Extra Part IX

    Napas Gio sedikit memburu mendengar jeritan Casandra. Pria itu berdiri di luar ruang bersalin. Bingung, takut, cemas, dan khawatir melebur menjadi satu. Gio tak menemani Casandra di ruang bersalin, karena bagaimanapun yang wajib menemani Casandra adalah Michael, bukan dirinya.Tak dipungkiri mengantar Casandra ke rumah sakit dalam kondisi Casandra kontraksi membuat perasaan Gio campur aduk. Benaknya memikirkan—mungkin jika dirinya yang menikah dengan Casandra, maka hari ini akan menjadi hari di mana dirinya bukan hanya sekedar khawatir tapi juga sangat amat bahagia. Suara pintu ruang rawat terbuka. Dokter berdiri di ambang pintu. Refleks, Gio segera melangkah cepat menghampiri sang dokter.“Bagaimana keadaan Casandra? Kenapa dia terus berteriak kesakitan?” seru Gio bertanya dengan nada panik.“Tuan, kepala bayi sudah terlihat. Nyonya Yates bisa melahirkan sekarang. Apa Anda tidak ingin masuk menemani istri Anda?” balas sang dokter—yang seketika itu juga membuat Gio terdiam sebentar.

  • Michael Obsession    Bab 82. Extra Part VIII

    Casandra turun dari mobil masuk ke dalam supermarket bersama dengan dua orang pelayan. Kondisi supermarket terbilang tak terlalu ramai, karena memang posisinya ini bukanlah weekend atau hari libur. Setibanya di dalam supermarket, Casandra berjalan-jalan menuju ke tempat buah-buahan. Dua pelayan dengan sigap mengikuti ke mana pun langkah Casandra. Selain mereka harus berbelanja memenuhi dapur, mereka juga wajib menjaga istri dari bos mereka. Jika terjadi sesuatu hal buruk pada Casandra, maka sudah pasti dua pelayan tersebut sudah tidak tahu lagi bagaimana nasibnya.Berbagai aneka buah, daging segar, ayam, ikan, dan makanan ringan dipilih oleh Casandra. Makanan ringan sehat paling banyak karena Calista dan Jessica sering sekali mengemil di malam hari. Well, itu yang membuat tubuh Calista dan Jessica padat berisi—namun sangat menggemaskan.“Nyonya, apa Anda ingin membeli daging angsa?” tanya sang pelayan pada Casandra.“Hm, tidak usah. Itu saja. Nanti kalau ada yang kurang, pesan via on

  • Michael Obsession    Bab 81. Extra Part VII

    Casandra melakukan gerakan perlahan pada jemari-jemarinya guna melatih kemampuan tangannya. Terakhir, dokter mengatakan pada Casandra untuk sering menggerak-gerakan jemari serta menggenggam sesuatu benda kecil.Kondisi tangan Casandra bisa dikatakan sudah pulih delapan puluh persen. Meski belum pulih sepenuhnya, tapi Casandra sudah sangat amat bersyukur. Setidaknya, Casandra sudah bisa menggendong anaknya, meskipun tak bisa terlalu lama. Dulu, saat Calista masih bayi, sempat Casandra kesulitan menggendong Calista di kala tubuh putrinya semakin gemuk. Akan tetapi, Casandra tidak menyerah. Dia selalu berusaha untuk sembuh.Memang, Casandra sempat putus asa tapi untungnya dia memiliki support system yang luar biasa yaitu suami tercintanya. Entah, bagaimana hidup Casandra jika tak mendapatkan dukungan dari sang suami tercinta.Waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi. Casandra duduk di taman seraya melihat keindahan bunga-bunga di taman mansion-nya yang begitu indah. Casandra selalu meminta

  • Michael Obsession    Bab 80. Extra Part VI

    “Calista, kenapa kau pelit sekali. Ayo beri tahu aku, siapa yang memberimu gelang itu.” Jessica bertolak pinggang, memaksa Calista untuk bicara padanya. Dia tidak bisa tenang di kamarnya. Dia penasaran pada teman baru Calista.Calista mengembuskan napas panjang. “Kak, nanti saat aku dewasa, kau juga pasti akan tahu. Aku bukan tidak mau cerita. Tapi—”“Calista, menunggu kita dewasa itu lama. Ayo beri tahu aku. Aku janji tidak akan membocorkan pada Daddy dan Mommy.” Jessica terus mendesak Calista untuk cerita padanya.Calista nampak berpikir sejenak. Gadis kecil cantik itu tidak langsung menjawab apa yang Jessica katakan padanya. Dia masih ragu, karena takut kakak sepupunya itu akan membocorkan rahasianya.Akan tetapi, jika Calista menyimpan sendiri rahasianya, dan tak memberi tahu Jessica, maka pasti kakak sepupunya itu akan terus mendatangi kamarnya, menanyakan siapa yang memberikan gelang padanya. Sungguh, ini menyebalkan. Calista pun kesal sendiri. Lihat saja, sekarang bibir Calista

  • Michael Obsession    Bab 79. Extra Part V

    Casandra mengusap perut buncitnya yang semakin besar. Wanita itu duduk di ranjang seraya bersandar di kepala ranjang. Dia baru saja selesai makan malam dengan Calista dan Jessica.Michael belum pulang ke kantor. Itu yang membuat Casandra hanya makan bersama dengan Calista dan Jessica. Malam ini, Michael pulang sedikit terlambat. Tentu, Casandra sempat kesal bahkan hampir menangis. Akan tetapi, Michael sudah melakukan video call guna menenangkan Casandra.Malam ini, Michael memiliki meeting penting yang tak bisa ditinggal. Meeting tersebut adalah meeting di mana Michael menggantikan Casandra. Sejak di mana kedua tangan Casandra mengalami cedera, memang perusahaan Casandra di bawah pimipinan Michael. Bahkan sekarang setiap kali membutuhkan tanda tangan, maka tanda tangan Michael berlaku.Dulu, Casandra tidak bisa tanda tangan akibat cedera di tangannya, tapi sekarang keadaan tangannya sudah mulai membaik. Dia sudah bisa tanda tangan, namun meski sudah bisa tanda tangan, tetap Michael ta

  • Michael Obsession    Bab 78. Extra Part IV

    “Na … na … na …” Calista berjalan sambil melompat-lompat kecil, menelusuri taman di mana gadis kecil itu berada. Dia senang tidak lagi diikuti oleh pengasuh dan pengawal. Para pengasuh dan pengawalnya hanya melihatnya dari kejauhan saja.Calista paling tidak suka jika diawasi oleh pengasuh dan pengawal. Gadis kecil cantik itu lebih menyukai berjalan-jalan sendiri. Akan tetapi, tentu dia tak bisa lepas dari pengawasan pengawal dan pengasuh, karena ayahnya begitu overprotective. Padahal Calista merasa bisa menjaga diri sendiri.“Bunga ini cantik sekali,” gumam Calista pelan sambil menyentuh bunga yang tumbuh di taman dengan sangat indah. Manik mata biru gadis kecil itu mengerjap beberapa kali, akibat kekagumannya pada bunga yang ada di hadapannya.“Bunga itu tidak secantik dirimu,” ucap seorang bocah laki-laki yang sangat tampan, menghampiri Calista.Calista mengalihkan pandangannya, menatap bocah laki-laki tampan yang ada di hadapannya. “Tadi kau bilang apa?” tanyanya polos.Bocah laki

  • Michael Obsession    Bab 77. Extra Part III

    Casandra melangkah perlahan masuk ke dalam kamar Calista. Tampak senyuman di wajah wanita itu terlukis melihat Calista tengah bermain dengan Jessica. Jessica memiliki kamar sendiri tepat di samping kamar Calista, namun terkadang memang Jessica tidur dengan Calista. Mereka berdua sepupu, tapi sudah seperti saudara kandung bahkan seperti sahabat.“Calista, Jessica,” panggil Casandra lembut.Calista dan Jessica mengalihkan pandangan mereka menatap Casandra dengan senyuman riang. “Mommy?”Casandra mendekat—dan Calista serta Jessica langsung memberikan pelukan ke tubuh Casandra. Tentu, Casandra membalas pelukan Calista dan Jessica. Kedua tangannya sudah membaik, membuatnya bisa memeluk kedua putrinya itu.“Mommy, jangan marah.” Calista dan Jessica mengucapkan kalimat kompak, sambil mengurai pelukan mereka.Casandra tersenyum. “Sayang, Mommy tidak marah. Maaf, tadi Mommy kesal karena perasaan Mommy sedang sensitive.”Calista membawa tangan mungilnya membelai pipi Casandra. “Mommy, maafkan a

  • Michael Obsession    Bab 76. Extra Part II

    Casandra masih diam dengan raut wajah yang menunjukkan jelas rasa kesal dan juga tak enak. Apa yang dikatakan oleh Michael memang fakta. Selama ini, Michael tidak pernah mengarahkan Calista untuk menyukai olahraga boxing.Hanya saja, memang Casandra kurang setuju jika Calista memilih olahraga boxing. Dia lebih menyukai olahraga yang dipilih Jessica yaitu balet dan sekolah modelling. Yang Casandra takutkan adalah saat besar Calista malah menjadi orang yang menyukai kekerasan.Michael menatap dalam manik mata cokelat gelap sang istri. Pria itu membawa tubuh istrinya itu duduk di pangkuannya, dan membelai pipi sang istri tercinta. “Casandra, aku tahu mana yang baik, dan tidak baik untuk putriku. Aku membiarkan Calista belajar bela diri sejak kecil, karena memang bela diri sangat penting. Kelak, Calista akan melindungi Jessica dan kau, jika kalian dalam keadaan bahaya dan aku sedang tidak ada. Calista juga bisa melindungi dirinya sendiri. Kemungkinan buruk mungkin saja terjadi, Sayang. It

DMCA.com Protection Status