Share

Bab 3. Fated

Penulis: Abigail Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Michael duduk di kursi kebesarannya, seraya mengetuk-ngetuk meja kerjanya dengan jemari kokohnya. Sepasang iris mata biru Michael menajam menatap lurus ke depan, dengan jutaan hal ada di dalam benaknya.

Seringai tipis di wajah Michael terlukis. Tampak kepuasan di wajahnya muncul seakan dia telah memiliki sesuatu rencana. Sebuah rencana terpendam yang sejak lama pria itu ingin jalankan.

Suara ketukan pintu terdengar. Refleks, Michael mengalihkan pandangannya pada sumber suara itu, dan langsung meminta orang yang mengetuk pintu untuk masuk ke dalam ruang kerjanya.

“Tuan Michael,” sapa Erlan—asisten Michael—melangkah mendekat pada Michael.

Michael menatap dingin asistennya itu. “Ada apa, Erlan?”

Erlan terdiam sebentar, dengan raut wajah serius. “Tuan, rencana yang Anda inginkan sudah berjalan.”

Sudut bibir Michael terangkat, membentuk seringai kejam. Iris mata birunya menujukkan jelas kepuasan seperti menang dalam permainan. “Good, mulai besok aku bisa bersenang-senang.”

Lalu, tatapan Michael teralih pada sebuah foto gadis cantik dengan rambut cokelat tebal di ikat ke atas. Kulit putih layaknya porselen. Tubuh yang indah dan seksi. Semua yang ada pada gadis itu sempurna.

‘See you, Baby Girl,’ batin Micahel dengan seringai di wajahnya.

***

“Ck! Kenapa para pria tua itu menyebalkan sekali?” Casandra menghempaskan tubuhnya ke kursi kebesarannya. Raut wajah gadis itu nampak kesal dan marah setelah selesai meeting dengan jajaran para direksi.

Hari ini adalah hari pertama Casandra memegang alih Stewar Group. Well, tentu tak sepenuhnya, karena Devan, ayahnya masih kerap mengawasi Casandra. Di usia yang masih menginjak 23 tahun, sebenarnya Casandra belum siap memegang posisi tinggi di perusahaan keluarganya ini, namun apa boleh buat jika sang ayah sudah mengambil keputusan. Mau tak mau Casandra harus menurut, daripada terkena masalah baru.

Jean meringis mendengar omelan Casandra. “Nona, pria tua yang Anda maksud adalah para jajaran direksi.”

Casandra menyambar wine di atas meja, dan menenggaknya. “I don’t fucking care. Mereka terlalu banyak bertanya membuat kepalaku pusing.” 

“Nona, hari ini adalah hari pertama Anda di perusahaan. Wajar kalau Anda mendapatkan pertanyaan yang cukup membuat Anda tersudut,” ujar Jean berusaha menenangkan Casandra.

Casandra mendesah kasar. “Ya, kau benar. Aku—”

“Apa aku mengganggu, Nona Stewart?” seorang pria masuk ke dalam ruang kerja Casandra, menginterupsi percakapan antara Casandra dan Jean. Refleks, Casandra dan Jean mengalihkan pandangan pada sumber suara itu.

“Tuan Gio.” Jean menundukkan kepalanya menyapa Gio dengan sopan.  

 Gio tersenyum dan mengangguk merespon sapaan Jean.

“Tuan, Nona. Saya permisi.” Jean segera pamit undur diri dari hadapan Gio dan Casandra.

Gio melangkah mendekat pada Casandra di kala Jean sudah pergi. Tampak raut wajah Casandra dingin seperti enggan bertemu dengan Gio. Casandra sama sekali tak mengira kalau Gio akan datang.

“Untuk apa kau ke sini?” tanya Casandra dingin.

“Aku merindukanmu, Sayang.” Gio hendak memeluk Casandra, namun Casandra melengos menghindari pelukan kekasihnya itu.

Gio mengembuskan napas panjang. “Aku tahu aku salah. Aku minta maaf, tapi kemarin benar-benar mendesak. Ayahku tidak mungkin pergi ke Cordoba karena dia harus mengurus pekerjaannya di sini.”

Casandra bangkit berdiri. “Aku sudah mendengar penjelasanmu, sekarang kau bisa pergi. Aku sibuk. Jangan ganggu aku.” Nada bicara Casandra ketus kala mengatakan ini.

Gio tak peduli dengan penolakan Casandra, dia mendekat dan tetap memeluk Casandra. Beberapa kali Casandra memberontak dari pelukan Gio, namun pria itu kian mengeratkan pelukannya seakan tak mau terpisah.

“Maaf, Sayang. Aku mohon maafkan aku. Aku berjanji tidak akan mengulangi kesalahanku lagi.” Gio mencium tengkuk leher Casandra. “Sebagai gantinya, malam ini aku akan mengajakmu berkencan.”

Luluh. Hati Casandra luluh di kala Gio sudah meminta maaf padanya. Gadis itu kini berbalik menghadap Gio sambil menekuk bibirnya. “Aku kesal karena kau tidak pernah mengutamakanku. Padahal sebentar lagi kita akan menikah.”

Gio menarik dagu Casandra mencium dan melumat bibir gadis itu. “Kau tentu yang utama bagiku, Sayang. Aku berjanji lain kali akan mengatur waktuku dengan baik.”

Casandra membenamkan wajahnya di dada bidang Gio. “Aku sangat mencintaimu.”

Gio tersenyum mendengar pengakuan Casandra. Pria itu menangkup kedua pipi Casandra dan memberikan kecupan bertubi-tubi. “Aku juga sangat mencintaimu. Bagaimana hari pertamamu bekerja?”

Casandra mendengkus kesal. “Sangat menyebalkan. Para direksi sering sekali memberikan pertanyaan rumit yang membuatku sakit kepala.”

Gio terkekeh melihat wajah kesal Casandra. “Jangan diambil pusing. Para direksi memang kerap mengajukan pertanyaan yang membuat kita tersudut. Nanti kau pun mulai terbiasa. Sekarang lebih baik kita makan siang bersama. Kau mau, kan?”

Casandra mengangguk dan langsung memeluk lengan Gio. Berikutnya, gadis itu melangkah keluar dari ruang kerjanya bersama dengan sang kekasih. Terlihat raut wajah Casandra sudah tak lagi kesal. Malah sekarang, Casandra begitu mesra dengan kekasihnya itu.

***

Waktu menunjukkan pukul tiga sore. Casandra melambaikan tangan ke arah mobil Gio yang kini mulai meninggakan perusahaannya. Sang kekasih tak bisa terlalu lama berada di sisinya, karena sang kekasih harus kembali bekerja. Namun, meski demikian Casandra bahagia karena malam ini dirinya akan berkencan dengan sang pujaan hati.

“Nona Casandra?” Jean melangkah menghampiri Casandra yang ada di lobby, dengan langkah begitu terburu-buru.

Casandra mengalihkan pandangannya, menatap Jean. “Ada apa, Jen?” tanyanya.

“Nona, saya baru saja mendapatkan informasi dari asisten Tuan Devan. Sore ini Anda memiliki meeting dengan pemilik Yates Group,” jawab Jean memberi tahu.

“Yates Group?” sebelah alis Casandra terangkat, menatap bingung Jean.

Jean mengangguk. “Benar, Nona. Meeting ini sangat penting, karena Yates Group akan menjadi investor terbesar di perusahaan kita.”

Casandra berdecak pelan. “Apa harus aku?”

Jean menggaruk tengkuk lehernya tak gatal. “Anda sekarang sudah memiliki posisi penting di Stewart Group. Jadi memang harus Anda yang menemui para investor.”

Casandra mendengkus tak suka. “Padahal hari ini aku ingin pulang lebih awal.”

“Nona, meeting ini tidak lama. Setelah Anda meeting, Anda bisa langsung pulang,” ujar Jean berusaha membujuk Casandra.

“Baiklah. Aku berangkat sekarang. Tapi aku harus ke ruang kerjaku untuk mengambil tas dan kunci mobilku,” jawab Casandra penuh terpaksa.

Jean menundukan kepalanya, di kala Casandra melangkah pergi.

Casandra mengambil tas, ponsel, dan kunci mobilnya yang ada di atas meja, dan segera menuju mobilnya. Sebenarnya, Casandra ingin pulang cepat agar bisa memilih gaun yang tepat untuk dipakainya malam ini, tapi karena dirinya memiliki meeting dengan pemilik Yates Group, maka mau tak mau Casandra harus menghadiri meeting lebih dulu.

Di perjalanan, Casandra terjebak macet karena ada kecelakaan lalu lintas di depan. Raut wajah Casandra berubah menjadi kesal. Dia sudah terlambat, tapi dia tak bisa berbuat apa pun, karena mobilnya terjebak macet di tol.

“Ck! Kenapa polisi lambat sekali?” gerutu Casandra kesal.

Casandra memukul stir mobilnya, dan berusaha mengatasi rasa kesalnya. Perlahan-lahan, mobil di depan Casandra sudah mulai bergerak maju. Casandra sedikit lega. Paling tidak dia tak hanya berdiam di tengah jalan.

Setibanya di Yates Group, Casandra masuk ke dalam perusahaan megah itu dan menuju ke ruang meeting. Sebelumnya resepsionis sudah mengizinkannya masuk setelah dirinya memperkenalkan diri.

Oh, God. Semoga pemilik Yates Group bukan pria tua. Aku sudah bosan sekali melihat pria tua,” gumam Casandra pelan di kala dia keluar dari pintu lift—dan segera menuju ke ruang meeting.

“Maaf, aku terlambat—”” Casandra melangkah masuk ke dalam ruang meeting, namun tiba-tiba raut wajah Casandra terkejut melihat sosok pria yang duduk di sana. Iris mata biru pria itu membuat seluruh tubuh Casandra membeku dan tak bisa bergerak sedikit pun.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Arita Dhamayanti
beuuuh ketemu michael lg tuh ... waaaah michael mo pelan2 narik casandra lewat krj sama neh ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Michael Obsession    Bab 4. Such a Crazy Man!

    Tubuh Casandra membeku melihat sosok pria yang duduk di hadapannya. Iris mata biru milik pria itu sukses membuat seluruh prgan tubuh Casandra bergejolak. Casandra meyakinkan dalam hatinya, bahwa apa yang dia lihat ini adalah salah, namun kenyataannya yang dia lihat adalah nyata. Mata Casandra masih berfungsi sangat baik dalam melakukan penglihatan.“K-kau—” Casandra menelan saliva-nya susah payah. Otak Casandra seakan blank tak mampu berpikir jernih. God! Dia memang meminta untuk tak dipertemukan dengan pria tua, tapi juga jangan pria yang pernah bertengkar dengannya di tengah jalan tempo hari. Casandra mengumpati keadaannya yang kembali bertemu dengan pria menyebalkan itu.“Well, dunia ini sempit sekali. Rupanya wanita ceroboh yang merusak mobilku adalah Casandra Stewart,” gumam Michael dengan senyuman sinis di wajahnya. Casandra mengumpat dalam hati di kala Michael menyindirnya. “Aku ke sini atas nama perusahaan. Bersikaplah professional. Jika kau masih tidak terima dengan kejadian

  • Michael Obsession    Bab 5. A Warning

    “Pria sialan! Bajingan! Berengsek!” Casandra menghempaskan tubuhnya ke ranjang seraya meloloskan umpatan kasar. Emosi meluap mengingat tentang pertemuan gilanya dengan Michael. Entah apa yang ada di dalam pikiran pria sialan itu.Tujuan Casandra menemui Michael karena untuk membahas pekerjaan. Namun, alih-alih membahas pekerjaan, dia malah terbakar emosi akan penawaran gila pria itu. No! Itu bukan sama sekali penawaran. Malah yang ada Michael ingin membeli harga dirinya. Shit! Mengingat itu membuat emosi Casandra semakin menjadi.Suara ketukan pintu terdengar…“Masuk!” seru Casandra memerintah orang yang mengetuk pintu untuk masuk ke dalam.“Nona Casandra.” Seorang pelayan melangkah masuk ke dalam kamar Casandra.Casandra menatap dingin pelayan itu. “Ada apa kau ke sini?” “Nona, Tuan Gio sudah datang, dan menunggu Anda di depan,” jawab sang pelayan sontak membuat Casandra terkejut.“Gio datang?” ulang Casandra lagi.Sang pelayan mengangguk. “Benar, Nona.”Casandra langsung mengumpat

  • Michael Obsession    Bab 6. Always be Mine

    “Kenapa bisa sampai sekacau ini, Jean?”Casandra menatap frustrasi laporan perusahaan yang diberikan oleh sang asisten. Sungguh, gadis itu sama sekali tak menyangka kalau keadaan perusahaannya akan sampai sekacau ini.Jean menundukan kepalanya. “Nona, jujur saya pun tidak mengerti kenapa sampai sekacau ini. Perusahaan kita benar-benar membutuhkan investor baru agar bisa bertahan. Jika tidak, pasti—”“Aku akan menemukan investor baru untuk perusahaan kita. Singkirkan pikiran negative-mu. Aku yakin, aku mampu menemukan investor yang paling tepat untuk perusahaanku,” potong Casandra tegas.Jean tak mampu mengatakan apa pun. Hanya cukup mengangguk saja. Sebelumnya, dia sudah menanyakan tentang Yates Group pada Casandra, namun bukannya jawaban yang didapatkan, malah Jean mendapatkan amukan. Itu kenapa Jean tak berani lagi menyinggung-nyinggung tentang Yates Group.“Aku ingin pulang cepat. Kau urus pekerjaan. Kepalaku rasanya mau pecah.” Casandra bangkit berdiri seraya mengambil kunci mobil

  • Michael Obsession    Bab 7. See You!

    “Casandra? Kau kenapa?” Gio baru saja membuka pintu apartemennya, dikejutkan dengan sang kekasih di hadapannya menangis. Buru-buru pria itu memeluk erat kekasihnya itu yang nampak sangat rapuh dan lemah.Tangis Casandra pecah dalam pelukan Gio. Tangis yang terdengar pilu. Bahu gadis itu bergetar akibat tak sanggup menahan perih di dada. Ya, Casandra menemui sang kekasih karena tak tahu ke mana dirinya harus melangkah.“Kita masuk. Kita bicara di dalam.” Gio menutup pintu apartemennya, lalu membawa Casandra masuk ke dalam apartemen. Gio tahu bahwa Casandra memiliki masalah. Ini pertama kalinya, Gio melihat Casandra sampai menangis pilu.Di kamar, Gio mengajak Casandra duduk di ranjang, dan menyandarkan punggung gadis itu di kepala ranjang. Pun Gio memberikan air putih untuk sang kekasih. Gio menyeka air mata Casandra menatap hangat kekasihnya itu.“Terima kasih,” ucap Casandra seraya meletakan gelas ke atas meja.“Ada apa, Sayang? Katakan padaku, kau kenapa?” tanya Gio seraya membelai

  • Michael Obsession    Bab 8. The Party

    “Casandra, buka pintumu.” Devan menggedor pintu kamar Casandra, meminta putrinya itu untuk membuka pintu, tak lagi mengurung diri di kamar. Sudah satu hari lamanya, Casandra tak mau keluar dari kamar sama sekali. Bahkan putrinya itu tak berangkat ke perusahaan.“Casandra, buka pintunya, atau aku akan mendobrak pintumu kalau kau tidak membuka pintumu.” Devan yang mencemaskan putrinya terus memaksa putrinya untuk membuka pintu kamar. Devan tidak mau sampai terjadi sesuatu hal buruk pada putrinya itu.Pintu kamar terbuka. Casandra akhirnya mau membuka pintu setelah mendapatkan ancaman dari ayahnya. Tepat di kala pintu sudah terbuka, Devan segera masuk ke dalam kamar putrinya itu. “Maaf, Dad. Aku hari ini sedang malas sekali,” ucap Casandra pelan. Hingga detik ini, Casandra pun masih belum menceritakan pada ayahnya, tentang kegilaan Michael. Stress di kepalanya membuat rasanya Casandra sulit berbicara. “Casandra, kemarin kau menemui Michael, kan?” Devan duduk di samping putrinya.Casan

  • Michael Obsession    Bab 9. Jealousy

    “Casandra? Kenapa kau lama di toilet?” Gio menatap Casandra yang melangkah menghampirinya dengan langkah terburu-buru. Tampak raut wajah Gio menatap bingung Casandra yang nampak sangat berbeda.“Tadi aku sakit perut, Sayang. Maafkan aku yang membuatmu menunggu.” Casandra mendekat, dan langsung memeluk sang kekasih. Casandra ingin sekali menangis kencang dalam pelukan sang kekasih, namun semua itu adalah hal yang tak mungkin. Casandra mengingat dirinya berada di tengah-tengah pesta.Gio menangkup kedua rahang Casandra, menatap khawatir sang kekasih. Dia bisa melihat dengan jelas kalau ada yang tak beres dengan kekasihnya itu. “Kau benar hanya sakit perut saja? Apa ada masalah yang membebani pikiranmu?” tanyanya sangat cemas.Casandra berusaha tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Manik mata cokelatnya memang menunjukkan kerapuhan. Namun, Casandra berusaha keras untuk menutupi itu. Tak mungkin dia memberi tahu Gio tentang kegilaan Michael.“Aku tidak apa-apa, Sayang. Jangan khawatir. A

  • Michael Obsession    Bab 10. Sly Way

    Gio memutuskan untuk bekerja dari apartemennya, dan memilih untuk tak mendatangi kantor. Sepertinya pria itu enggan untuk datang ke kantor. Itu kenapa dia lebih memilih menyelesaikan pekerjaannya dari apartemennya.Suara dering telepon berbunyi. Refleks, Gio mengambil ponselnya yang ada di atas meja, dan menatap ke layar tertera nomor Toland—asisten pribadinya. Pria itu segera menjawab panggilan tersebut.“Ada apa, Toland?” jawab Gio kala panggilan terhubung.“T-Tuan, kita dalam masalah besar,” ujar Toland gugup dan panik dari seberang sana. Kening Gio mengerut dalam. “Masalah besar apa yang kau maksud?” “T-Tuan—” Toland terdengar sangat panik, sampai tak bisa berkata. Gio mengembuskan napas kasar. “Ada apa, Toland? Kenapa kau gugup dan ketakutan seperti itu.”Toland menelan saliva-nya susah payah. “T-Tuan, dua investor besar di perusahaan kita menarik dana mereka. Dan dalam satu malam, saham perusahaan kita terjun bebas, Tuan. Redley Group hampir menyentuh batas merah.” Raut waja

  • Michael Obsession    Bab 11. Hopeless

    Casandra melangkahkan kaki gontai masuk ke dalam mansion-nya. Mata gadis itu sembab. Riasan wajahnya sudah tak lagi sempurna di wajahnya. Semua berantakan mencerminkan bahwa dia sangat putus asa.Casandra tetap bernapas, namun dia merasakan bahwa sudah tak lagi memiliki energy untuk melanjutkan kehidupan. Belum pernah Casandra merasakan selemah ini. Gadis itu yang selalu ceria dan kuat kini telah diterpa badai besar, hingga melumpuhkannya. Casandra ingin menangis sekencang mungkin, tapi rasanya air mata Casandra sudah mengering, hingga tak mampu lagi meneteskan air matanya. Jika dulu, dia memiliki ratusan cara untuk keluar dari masalah, kali ini Casandra merasa bahwa dirinya kalah sampai tak mampu melakukan apa pun.Ya, Casandra tahu sekeras apa pun dirinya berusaha, pada akhirnya hanya akan tetap kekalahan yang didapatkan. Kalau yang hanya terluka dirinya saja, maka Casandra tak peduli. Yang Casandra tak bisa terima adalah begitu banyak orang yang dirinya cintai harus terluka.Saat

Bab terbaru

  • Michael Obsession    Bab 84. Ending Scene (TAMAT)

    Bern, Swiss. Pemandangan alam yang menakjubkan sudah tidak lagi asing untuk Casandra setiap kali mengunjungi Swiss. Sebuah negara yang kaya akan pemandangan alam—menjadi salah satu tempat favorite Casandra.Calista dan Jessica sampai berlari-lari menelusuri pinggir sungai Aar yang ada di Bern. Tentu, mereka tidak berenang. Mereka hanyalah berjalan-jalan ditemani oleh para pengasuh dan pengawal mereka. Sedangkan Maximilian yang masih bayi—tengah terlelap di stroller-nya.Casandra tersenyum melihat Calista dan Jessica begitu menikmati bermain di pinggir sungai Aar. Suara tawa Calista dan Jessica bahkan terdengar di telinganya. Itu adalah pemandangan yang paling menyejukkan.Casandra duduk di kursi bersama dengan Michael. Mereka sama-sama melihat pemandangan indah di hadapan mereka. Bukan hanya pemandangan alam dari kota Bern saja yang menakjubkan, tapi kebersamaan mereka yang sangatlah indah.Casandra tak pernah mengira kalau Michael mencari waktu untuk bisa quality time. Sungguh, Casa

  • Michael Obsession    Bab 83. Extra Part IX

    Napas Gio sedikit memburu mendengar jeritan Casandra. Pria itu berdiri di luar ruang bersalin. Bingung, takut, cemas, dan khawatir melebur menjadi satu. Gio tak menemani Casandra di ruang bersalin, karena bagaimanapun yang wajib menemani Casandra adalah Michael, bukan dirinya.Tak dipungkiri mengantar Casandra ke rumah sakit dalam kondisi Casandra kontraksi membuat perasaan Gio campur aduk. Benaknya memikirkan—mungkin jika dirinya yang menikah dengan Casandra, maka hari ini akan menjadi hari di mana dirinya bukan hanya sekedar khawatir tapi juga sangat amat bahagia. Suara pintu ruang rawat terbuka. Dokter berdiri di ambang pintu. Refleks, Gio segera melangkah cepat menghampiri sang dokter.“Bagaimana keadaan Casandra? Kenapa dia terus berteriak kesakitan?” seru Gio bertanya dengan nada panik.“Tuan, kepala bayi sudah terlihat. Nyonya Yates bisa melahirkan sekarang. Apa Anda tidak ingin masuk menemani istri Anda?” balas sang dokter—yang seketika itu juga membuat Gio terdiam sebentar.

  • Michael Obsession    Bab 82. Extra Part VIII

    Casandra turun dari mobil masuk ke dalam supermarket bersama dengan dua orang pelayan. Kondisi supermarket terbilang tak terlalu ramai, karena memang posisinya ini bukanlah weekend atau hari libur. Setibanya di dalam supermarket, Casandra berjalan-jalan menuju ke tempat buah-buahan. Dua pelayan dengan sigap mengikuti ke mana pun langkah Casandra. Selain mereka harus berbelanja memenuhi dapur, mereka juga wajib menjaga istri dari bos mereka. Jika terjadi sesuatu hal buruk pada Casandra, maka sudah pasti dua pelayan tersebut sudah tidak tahu lagi bagaimana nasibnya.Berbagai aneka buah, daging segar, ayam, ikan, dan makanan ringan dipilih oleh Casandra. Makanan ringan sehat paling banyak karena Calista dan Jessica sering sekali mengemil di malam hari. Well, itu yang membuat tubuh Calista dan Jessica padat berisi—namun sangat menggemaskan.“Nyonya, apa Anda ingin membeli daging angsa?” tanya sang pelayan pada Casandra.“Hm, tidak usah. Itu saja. Nanti kalau ada yang kurang, pesan via on

  • Michael Obsession    Bab 81. Extra Part VII

    Casandra melakukan gerakan perlahan pada jemari-jemarinya guna melatih kemampuan tangannya. Terakhir, dokter mengatakan pada Casandra untuk sering menggerak-gerakan jemari serta menggenggam sesuatu benda kecil.Kondisi tangan Casandra bisa dikatakan sudah pulih delapan puluh persen. Meski belum pulih sepenuhnya, tapi Casandra sudah sangat amat bersyukur. Setidaknya, Casandra sudah bisa menggendong anaknya, meskipun tak bisa terlalu lama. Dulu, saat Calista masih bayi, sempat Casandra kesulitan menggendong Calista di kala tubuh putrinya semakin gemuk. Akan tetapi, Casandra tidak menyerah. Dia selalu berusaha untuk sembuh.Memang, Casandra sempat putus asa tapi untungnya dia memiliki support system yang luar biasa yaitu suami tercintanya. Entah, bagaimana hidup Casandra jika tak mendapatkan dukungan dari sang suami tercinta.Waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi. Casandra duduk di taman seraya melihat keindahan bunga-bunga di taman mansion-nya yang begitu indah. Casandra selalu meminta

  • Michael Obsession    Bab 80. Extra Part VI

    “Calista, kenapa kau pelit sekali. Ayo beri tahu aku, siapa yang memberimu gelang itu.” Jessica bertolak pinggang, memaksa Calista untuk bicara padanya. Dia tidak bisa tenang di kamarnya. Dia penasaran pada teman baru Calista.Calista mengembuskan napas panjang. “Kak, nanti saat aku dewasa, kau juga pasti akan tahu. Aku bukan tidak mau cerita. Tapi—”“Calista, menunggu kita dewasa itu lama. Ayo beri tahu aku. Aku janji tidak akan membocorkan pada Daddy dan Mommy.” Jessica terus mendesak Calista untuk cerita padanya.Calista nampak berpikir sejenak. Gadis kecil cantik itu tidak langsung menjawab apa yang Jessica katakan padanya. Dia masih ragu, karena takut kakak sepupunya itu akan membocorkan rahasianya.Akan tetapi, jika Calista menyimpan sendiri rahasianya, dan tak memberi tahu Jessica, maka pasti kakak sepupunya itu akan terus mendatangi kamarnya, menanyakan siapa yang memberikan gelang padanya. Sungguh, ini menyebalkan. Calista pun kesal sendiri. Lihat saja, sekarang bibir Calista

  • Michael Obsession    Bab 79. Extra Part V

    Casandra mengusap perut buncitnya yang semakin besar. Wanita itu duduk di ranjang seraya bersandar di kepala ranjang. Dia baru saja selesai makan malam dengan Calista dan Jessica.Michael belum pulang ke kantor. Itu yang membuat Casandra hanya makan bersama dengan Calista dan Jessica. Malam ini, Michael pulang sedikit terlambat. Tentu, Casandra sempat kesal bahkan hampir menangis. Akan tetapi, Michael sudah melakukan video call guna menenangkan Casandra.Malam ini, Michael memiliki meeting penting yang tak bisa ditinggal. Meeting tersebut adalah meeting di mana Michael menggantikan Casandra. Sejak di mana kedua tangan Casandra mengalami cedera, memang perusahaan Casandra di bawah pimipinan Michael. Bahkan sekarang setiap kali membutuhkan tanda tangan, maka tanda tangan Michael berlaku.Dulu, Casandra tidak bisa tanda tangan akibat cedera di tangannya, tapi sekarang keadaan tangannya sudah mulai membaik. Dia sudah bisa tanda tangan, namun meski sudah bisa tanda tangan, tetap Michael ta

  • Michael Obsession    Bab 78. Extra Part IV

    “Na … na … na …” Calista berjalan sambil melompat-lompat kecil, menelusuri taman di mana gadis kecil itu berada. Dia senang tidak lagi diikuti oleh pengasuh dan pengawal. Para pengasuh dan pengawalnya hanya melihatnya dari kejauhan saja.Calista paling tidak suka jika diawasi oleh pengasuh dan pengawal. Gadis kecil cantik itu lebih menyukai berjalan-jalan sendiri. Akan tetapi, tentu dia tak bisa lepas dari pengawasan pengawal dan pengasuh, karena ayahnya begitu overprotective. Padahal Calista merasa bisa menjaga diri sendiri.“Bunga ini cantik sekali,” gumam Calista pelan sambil menyentuh bunga yang tumbuh di taman dengan sangat indah. Manik mata biru gadis kecil itu mengerjap beberapa kali, akibat kekagumannya pada bunga yang ada di hadapannya.“Bunga itu tidak secantik dirimu,” ucap seorang bocah laki-laki yang sangat tampan, menghampiri Calista.Calista mengalihkan pandangannya, menatap bocah laki-laki tampan yang ada di hadapannya. “Tadi kau bilang apa?” tanyanya polos.Bocah laki

  • Michael Obsession    Bab 77. Extra Part III

    Casandra melangkah perlahan masuk ke dalam kamar Calista. Tampak senyuman di wajah wanita itu terlukis melihat Calista tengah bermain dengan Jessica. Jessica memiliki kamar sendiri tepat di samping kamar Calista, namun terkadang memang Jessica tidur dengan Calista. Mereka berdua sepupu, tapi sudah seperti saudara kandung bahkan seperti sahabat.“Calista, Jessica,” panggil Casandra lembut.Calista dan Jessica mengalihkan pandangan mereka menatap Casandra dengan senyuman riang. “Mommy?”Casandra mendekat—dan Calista serta Jessica langsung memberikan pelukan ke tubuh Casandra. Tentu, Casandra membalas pelukan Calista dan Jessica. Kedua tangannya sudah membaik, membuatnya bisa memeluk kedua putrinya itu.“Mommy, jangan marah.” Calista dan Jessica mengucapkan kalimat kompak, sambil mengurai pelukan mereka.Casandra tersenyum. “Sayang, Mommy tidak marah. Maaf, tadi Mommy kesal karena perasaan Mommy sedang sensitive.”Calista membawa tangan mungilnya membelai pipi Casandra. “Mommy, maafkan a

  • Michael Obsession    Bab 76. Extra Part II

    Casandra masih diam dengan raut wajah yang menunjukkan jelas rasa kesal dan juga tak enak. Apa yang dikatakan oleh Michael memang fakta. Selama ini, Michael tidak pernah mengarahkan Calista untuk menyukai olahraga boxing.Hanya saja, memang Casandra kurang setuju jika Calista memilih olahraga boxing. Dia lebih menyukai olahraga yang dipilih Jessica yaitu balet dan sekolah modelling. Yang Casandra takutkan adalah saat besar Calista malah menjadi orang yang menyukai kekerasan.Michael menatap dalam manik mata cokelat gelap sang istri. Pria itu membawa tubuh istrinya itu duduk di pangkuannya, dan membelai pipi sang istri tercinta. “Casandra, aku tahu mana yang baik, dan tidak baik untuk putriku. Aku membiarkan Calista belajar bela diri sejak kecil, karena memang bela diri sangat penting. Kelak, Calista akan melindungi Jessica dan kau, jika kalian dalam keadaan bahaya dan aku sedang tidak ada. Calista juga bisa melindungi dirinya sendiri. Kemungkinan buruk mungkin saja terjadi, Sayang. It

DMCA.com Protection Status