Home / Rumah Tangga / Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan / Bab 1. Melahirkan Anak Perempuan

Share

Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan
Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan
Author: Author RD

Bab 1. Melahirkan Anak Perempuan

Author: Author RD
last update Last Updated: 2022-10-19 16:14:25

"Mas ..." Suara Hana lirih terdengar di jam dua belas tengah malam.

Hana memegangi perutnya yang mulas. Saat ini usia kandungan Hana sudah cukup bulan. Adam yang saat itu baru hendak tidur, hanya bisa menghibur istrinya.

"Mas, sakit! Aku gak kuat, Mas! Ayo kita ke bidan yang dekat dari sini saja," ucap Hana sembari terus meringis kesakitan.

"Kamu tunggu di rumah aja dulu. Biar Mas ke sana dulu dan lihat ada enggaknya ibu bidannya, ya."

Hana mengangguk karena sungguh rasa sakit itu kini semakin sering dia rasakan. Sehingga untuk membuka mulut pun tidak sanggup.

Adam mengeluarkan motor dari rumah yang sudah mereka tempati kurang lebih satu tahun itu. Walaupun kecil, tapi rumah itu sudah rumah sendiri dan hanya ditinggali oleh mereka berdua. 

Tak sampai lima menit, Adam kembali lagi ke rumah. "Gak ada orangnya. Kamu sabar aja, nanti kalau sudah pagi, kita ke sana," ucap Adam dengan entengnya.

"Mas ... Aku mau minum." Hana merasakan haus yang teramat seperti orang yang habis berlari maraton. 

Dengan lemah, Hana meminta air kepada suaminya. Adam dengan sigap langsung mengambilkan air minum, walaupun dia sudah sangat mengantuk karena baru selesai menyelesaikan pekerjaan yang sempat tertunda.

Kontraksi yang Hana rasakan semakin menjadi-jadi. Setiap lima menit sekali, rasa sakit itu datang lagi.

"Mas ... Aku gak kuat! Antar aku ke bidan sekarang, Mas!" rengek Hana kepada Adam yang tertidur di sampingnya.

Jarum jam sudah berada di angka empat pagi. Dan sepanjang malam itu, Hana merasakan kontraksi seorang diri karena suaminya tertidur. Hana tak ingin membangunkan suaminya karena tahu kalau Adam juga capek.

Tapi saat menjelang subuh, rasa sakitnya sudah tidak tertahankan dan terpaksa Hana membangunkan Adam, suaminya. 

Kali ini Adam menuruti permintaan Hana karena tak tega juga melihat istrinya kesakitan. Hanya membawa buku KMS dan sebuah dompet, berangkatlah mereka berdua ke bidan yang hanya berjarak satu gang dari rumahnya yang sekarang.

Saat sampai di sana, terlihat satu perempuan berjilbab tengah menyapu tempat yang biasa digunakan oleh bidan praktek. Melihat kedatangan Adam dan Hana, perempuan itu mempersilahkan keduanya untuk masuk.

"Keluhannya apa, Bu?" tanya perempuan yang bisa dipastikan perawat di klinik bidan itu.

"Perut saya mulas dan sakit sejak tadi, Mbak. Aduh ... sakit!" Saat menjawab pertanyaan perawat, Hana merasakan kontraksi lagi.

"Baik, Bu. Silahkan berbaring di sana, ya, biar saya periksa terlebih dahulu."

Dituntun oleh Adam, Hana berjalan menuju kasur. Perlahan, dia berbaring di sana. Perawat yang Hana tidak tahu namanya itu lalu menyuruh Hana untuk mengangkat kedua kakinya.

"Ini sudah pembukaan delapan, Ibu!" seru perawat itu.

"Apa?" Hana sedikit terkejut karena sebelumnya tidak menyangka akan melahirkan hari itu.

Dua hari yang lalu, Hana baru saja periksa di dokter tempat biasa dia periksa. Dan dokter juga menyarankan untuk tidak dilahirkan dalam waktu dekat. Manusia hanya bisa memprediksi, tapi Allah-lah yang menentukan semuanya.

Sejak awal kehamilan, Adam dan Hana sepakat untuk tidak ingin tahu jenis kelamin anak mereka. Biarkan itu menjadi kejutan di hari kelahiran anaknya nanti.

"Nanti kalau sakitnya datang lagi, coba ambil nafas yang dalam, ya, Ibu. Dan jangan mengejan kalau belum pembukaan sepuluh karena nanti bisa berakibat robeknya jalan lahir," terang perawat berkacamata itu. Hana hanya mengangguk saja karena banyak teman-temannya yang juga menyarankan hal seperti itu, jadi Hana sudah tahu. 

Adam saat itu pulang kembali untuk mengambil baju yang sudah disiapkan di tas sejak jauh-jauh hari. Karena jaraknya dekat, Adam tidak begitu khawatir meninggalkan Hana sebentar.

Selang sepuluh menit kemudian, Hana berteriak. "Mbak, aku gak kuat, Mbak! Gimana ini? Kok aku pengen ngeden, ya?" rintihnya.

"Sabar, Bu, jangan dulu! Tarik nafas dan buang secara perlahan, Ibu." 

Hana mengikuti arahan dari perawat itu walaupun sebenarnya sangat sulit. Adam masih senantiasa mendampinginya di ruangan itu.

Perawat perempuan tadi segera memanggil bidan dan menyiapkan persiapan untuk persalinan. Dua kali Hana mengejan, dia hampir menyerah.

"Lagi, Bu! Kepala adiknya sudah keluar," seru Ibu bidan. 

"Ayo, Sayang! Anak kita sudah kelihatan kepalanya. Semangat, Sayang!" Adam meremas kencang tangan Hana dan juga mengelus rambut Hana sebagai penyemangat untuk istrinya itu.

"Owek! Owek! Owek!" Tangis suara bayi terdengar memenuhi ruang bersalin yang ukurannya tidak terlalu besar itu.

"Alhamdulillah, Ya Allah," batin Hana lega.

"Alhamdulillah ... terima kasih, Sayang!" Cup! Sebuah ciuman di kening diberikan oleh Adam untuk Hana.

"Anak kita cantik sepertimu," sambung Adam lagi.

"Anak kita perempuan, Mas?" tanya Hana yang dijawab anggukan oleh Adam.

"Alhamdulillah. Tapi —" 

"Sstttt! Gak usah membahas hal yang bisa membuat kebahagiaan kita rusak, ya, Sayang." Adam memotong perkataan Hana. Hana pun mengangguk pelan sambil menahan air matanya.

Adam dipanggil oleh bidan untuk mengadzani anaknya yang baru lahir. Sementara Hana, dia tengah dilakukan tindakan mengeluarkan ari-ari dalam perutnya. 

Setelah ari-ari dalam perutnya keluar, Hana langsung dijahit jalan lahirnya. Beruntung tidak ada robekan yang lebar pada Hana, jadi dia cukup dijahit dua saja. 

"Ini, Bu, bayinya! Silahkan disusui, ya," ujar perawat sambil membawa bayi perempuan mungil itu pada Hana. 

Perawat dan bidan membantu Hana saat baru pertama kali menyusui. ASI Hana saat itu belum keluar, tapi dia tidak berkecil hati karena support suami, bidan dan perawat di sana sangatlah baik.

"Mas mau telepon Ayah dan Ibu dulu, ya, Sayang. Kamu di sini dulu," kata Adam.

"Iya, Mas."

Adam keluar dari ruangan yang digunakan Hana setelah persalinan. Dia menekan nomer ibunya.

"Assalamu'alaikum, Bu."

"Waalaikumsalam, Dam. Ada apa, Dam?" tanya Ibu Laila.

"Alhamdulillah Hana sudah melahirkan, Bu. Anak kami sehat dan Hana juga sehat," sahut Adam dengan nada yang gembira.

"Alhamdulillah, Ya Allah! Yah ... Ayah ... Hana sudah melahirkan, Yah!" teriak Ibu Laila memberitahukan berita baik itu pada Ayah Adam yang bernama Guntur. 

Ibu Laila tentu saja sangat antusias dan gembira menyambut kelahiran cucu yang sudah dinantikannya. Pasalnya, Adam adalah anak tunggal. 

"Apa, sih, Bu, teriak-teriak?!" cebik Pak Guntur dari dalam kamar. 

"Hana sudah melahirkan, Yah. Keduanya sehat semua," jawab Ibu Hana yang bisa jelas terdengar oleh Adam.

"Pak! Pak! Istri Anda pendarahan hebat. Ayo kita bawa ke rumah sakit!" seru perawat yang lari keluar menyusul Adam.

Adam yang saat itu masih menelepon kelihatan panik. 

"Ada apa, Dam?" tanya Ibu Laila yang juga mendengar teriakan dari perawat itu.

"Dam! Adam ... Kamu dengar Ibu, kan, Nak?" 

Ibu Laila tidak tahu jika saat itu Adam lari membopong Hana masuk ke dalam mobil pribadi bidan untuk segera dibawa ke rumah sakit. 

Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Related chapters

  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 2. Operasi

    Adam sudah tak ingat lagi jika ia masih tersambung di telepon dengan ibunya. Saat ini dia fokus pada Hana. Sementara bayinya masih dia titipkan di klinik sang bidan."Bu, titip anak saya selama saya masih mengurus istri saya. Nanti saya telepon Ibu saya biar mengambil anak saya," ucap Adam pada Ibu Bidan."Tenang saja, Pak. Anak Bapak akan aman bersama kami. Semoga istri Bapak tidak ada masalah yang serius," jawab Ibu Bidan. Tak lupa pula Beliau mendoakan yang terbaik untuk pasiennya itu."Kalau begitu saya tinggal gak apa-apa, ya, Pak." Bidan itu pun pamit untuk kembali ke kliniknya karena juga punya tanggung jawab pada bayi yang masih merah itu.Sebelum Bidan pulang, Adam meminta nomor telepon Ibu Bidan agar lebih mudah dalam berkomunikasi. Hana masih ditangani oleh dokter di dalam. Adam pun berencana menelepon kembali ibunya karena tadi terputus.Baru saja Adam hendak menelpon ibunya, seorang dokter laki-laki keluar dari ruangan yang digunakan untuk menindak Hana."Suami dari pasi

    Last Updated : 2022-10-19
  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 3. Pulang ke Rumah Mertua

    Adam mendekap istrinya dalam pelukan. Tentu saja dia tahu isi hati Hana setelah dia mengatakan uang sebenarnya. "Mas akan tetap mencintaimu apa adanya, Sayang. Kita akan besarkan anak kita satu-satunya bersama, ya? Kamu harus semangat agar cepat sembuh dan bisa pulang dari sini. Kamu sudah kangen, kan, sama malaikat kecil kita?" kata Adam pelan. Hana mengangguk pelan.Air matanya mengalir begitu saja ketika berada di pelukan Adam. Jika bukan karena Adam, Hana mungkin tidak akan sekuat itu. Cinta Adam mampu membuatnya menjadi kuat.Setiap hari, Adam mengajak video call Ibu Laila. Tak sehari pun dia lewatkan karena rasa kangen pada anak yang belum sempat dia gendong itu."Anak Ayah lagi apa? Doakan Ibu, ya, semoga cepat pulang dan gendong kamu," ucap Adam sambil mengarahkan kameranya kepada Hana.Hana tak sanggup berkata-kata. Air matanya mengalir begitu deras ketika melihat anak perempuannya itu. Lima hari berlalu. Hana sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Tentu saja hal itu disam

    Last Updated : 2022-10-19
  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 4. Perintah Ayah

    Bukan tanpa alasan Hana mengatakan hal itu. Jauh sebelum mereka menikah, Pak Guntur selalu mengatakan jika Hana harus memiliki anak laki-laki dari Adam. Jika tidak, Adam akan dipaksa untuk menikah lagi.Ibu Laila yang mendengar percakapan anak dan menantunya itu terkejut. Minuman yang sejatinya untuk Adam dan Hana terjatuh dari tangannya. Gelas itu pecah berserakan di lantai. Selain gelas, ada piring yang berisi buah-buahan ikut pecah. "Astaghfirullah al'adzim!" ucap Ibu Laila lirih. Adam dan Hana bergegas keluar karena mendengar suara sesuatu yang pecah. "Ya Allah, Ibu! Ibu gak apa-apa, kan?" seru Adam yang melihat ibunya menutup mulut dengan kedua tangan. "Apa Ibu mendengar percakapan kami?" batin Hana. "Biar Adam bereskan dulu pecahannya, Bu." Adam dengan cekatan mengambil sapu dan mengumpulkan satu per satu pecahan piring dan gelas yang besar-besar. "Masuk dulu, Bu! Hana ... ajak Ibu ke kamar dulu," ujar Adam pada istrinya."Iya, Mas." Dengan mata yang sembab, Hana menuntun

    Last Updated : 2022-10-19
  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 5. Keras Kepala

    "Ayah ... Adam mau bicara," kata Adam masih dengan nada sopan. Selama hidup, Adam belum pernah bicara kasar pada kedua orang tuanya dan itu sangat dihindari oleh Adam. Adam tahu karakter ayahnya seperti apa. Jika batu dilawan dengan batu, yang ada akan terjadi perpecahan. Pak Guntur duduk di ruang tamu dengan masih menahan amarah. Sedangkan Ibu Laila, Beliau ikut duduk bersama anak dan suaminya di sana. Ketakutan yang dirasakan Ibu Laila akhirnya terjadi juga. Awalnya Pak Guntur antusias saat diajak Ibu Laila mengambil cucunya di klinik bidan. Tapi, semuanya berubah ketika Beliau tahu jika cucunya perempuan bukan laki-laki."Ayah, kenapa Ayah bicara seperti itu? Tidakkah ada rasa kasihan melihat menantu Ayah yang baru saja melahirkan dan operasi? Belum cukupkah cobaan Hana dengan kehilangan rahim? Bagaimana hati Hana jika Adam menikah lagi hanya untuk memuaskan keinginan Ayah memiliki cucu laki-laki, Yah?" Panjang lebar Adam berkata-kata. "Iya, Yah. Laki-laki atau perempuan itu sa

    Last Updated : 2022-10-19
  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 6. Babyblues

    Pak Guntur mendengar percakapan Adam dan juga Ibu Laila. "Kesempatan untukku bisa membuat mantu tak tahu diri itu mengerti posisinya di sini!" gumam Pak Guntur. Setelah Adam pergi, Pak Guntur lantas menunggu istrinya keluar dari kamar Hana. Benar saja, tak lama kemudian, Ibu Laila keluar dari kamar Hana dan pergi ke kamar mandi.Sudah menjadi kebiasaan jika Ibu Laila ke kamar mandi, Beliau bisa menghabiskan waktu setengah jam atau bahkan lebih. "Bagus! Waktu yang tepat untukku beraksi. Kamu kira Ayah akan menyerah begitu saja, Hana? Ayah akan tetap memaksa Adam menikah lagi, walaupun harus mengancamku," tekad Pak Guntur.Sebelum masuk ke kamar Hana, Pak Guntur memastikan jika istrinya sudah benar-benar masuk ke kamar mandi. Setelah itu, Beliau dengan langkah mantap berjalan ke arah kamar Hana."Oek! Oek! Oek!" Suara tangisan cucunya terdengar dari luar kamar. Kebetulan pintu kamar Hana tidak tertutup. Pak Guntur langsung masuk begitu saja dan mendapati Hana tengah menenangkan bayi

    Last Updated : 2022-11-04
  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 7. Tak Punya Perasaan

    "Yah ... kenapa, sih, Ayah nekat seperti ini? Apa mau, Ayah? Istighfar, Yah!" kata Ibu Laila mengingatkan."Tahu apa kamu, Bu? Sudah, kamu diam saja!" seru Pak Guntur."Tunggu di sini sebentar, Pak! Saya mau panggil anak saya terlebih dahulu," kata Pak Guntur kepada dua orang laki-laki itu. Tak lupa, Pak Guntur mempersilahkan ketiganya untuk duduk.Senyum kedua laki-laki itu terasa sangat aneh bagi Ibu Laila. Berbanding terbalik dengan kedua laki-laki itu, perempuan yang disebut akan dinikahkan dengan Adam itu hanya menunduk. Tak sedikitpun dia berani menatap ke depan.Sementara ketiganya menunggu, Ibu Laila mengekor dibelakang suaminya. Ternyata Adam dan Hana sudah bangun dan keduanya tengah berada di kamar Ibu Laila mengambil Kanaya."Ada apa, Yah?" tanya Adam yang melihat ayahnya menghampirinya dengan senyum tak biasa."Ayo ikut Ayah sebentar! Ada yang ingin Ayah kenalkan sama kamu," ucap Pak Guntur. "Ikut kemana, Yah?""Jangan, Dam! Kamu di sini saja gak usah ikut ayahmu," seru I

    Last Updated : 2022-11-04
  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 8. Pergi dari Rumah

    "Tunggu!" Suara menggelegar Pak Guntur terdengar dari arah dalam.Adam dan Hana menghentikan langkahnya dan membalikkan badan mereka. Terlihat Pak Guntur keluar dari dalam rumah dengan muka merah penuh amarah."Kalau kamu keluar dari rumah ini, Ayah tidak akan menganggap kamu anak Ayah lagi! Ingat itu, Adam!" ancam Pak Guntur.Bak disambar petir di siang bolong, Adam dan Ibu Laila terkejut. Mereka tak bisa mengatakan apapun selain istighfar. Tega sekali laki-laki yang seharusnya menjadi panutan Adam, malah berbuat seperti itu."Ingat itu! Dan Ibu, masuk ke dalam!" perintah Pak Guntur. Matanya tajam menatap Ibu Laila."Kalau Ayah mengusir Adam, Ibu akan ikut Adam! Ayah benar-benar tak punya perasaan!" Kali ini ada perlawanan dari Ibu Laila.Ibu mana yang tidak sakit hati jika sang anak diperlakukan tidak layaknya seorang anak. Hanya karena menantunya melahirkan cucu perempuan, Pak Guntur tega meminta anaknya menikah lagi dan sekarang bahkan mengusir Adam karena tidak mau menuruti perin

    Last Updated : 2022-11-04
  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 9. Ibu Hana Datang

    Adam baru teringat jika dia sama sekali belum mengabari ibu mertuanya soal Hana yang sudah melahirkan. Sembari menunggu makanan yang dibungkus, Adam mencoba menghubungi mertuanya di kampung. Tut ... tut ... tut ....Terdengar suara khas jika telepon tersambung. Tak lama kemudian, ibu mertuanya yang bernama Ibu Nur mengangkatnya."Assalamu'alaikum, Le. Apa kabar kamu?" sapa Ibu Nur terlebih dahulu.Sudah lama Beliau menanti telepon dari anaknya. Beliau di kampung bersama dengan adik Hana yang masih sekolah di sekolah menengah pertama. Ayah Hana sudah meninggal sejak lama. Dan kini, Ibu Nur mengandalkan hasil dari berkebun untuk hidup sehari-hari."Waalaikumsalam. Alhamdulillah baik, Bu. Maaf, ya, Bu, Adam baru telepon Ibu sekarang. Adam hanya mau mengabarkan kalau Hana sudah melahirkan, Bu. Anak kami perempuan dan sehat, Bu."Ada binar kebahagiaan yang terpancar dari wajah Ibu Nur. Cucu yang dia nantikan ternyata sudah lahir."Alhamdulillah, Ya Allah! Ibu bahagia dengarnya. Anak laki

    Last Updated : 2022-11-04

Latest chapter

  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 17. Pesan Adam

    Adam menggerutu karena tidak menemukan keberadaan Alya. Bahkan, Kanaya juga tidak sedang tidur bersama dengan Hana. "Kemana, sih, anak ini? Heran, deh!" gerutu Adam sambil terus mencari keberadaan babysitter barunya itu. Seluruh rumah sudah ditelusuri. Namun Adam tak kunjung menemukan keberadaan Alya. Hingga sampai dia merasa lelah dan istirahat di ruang tamu. "Assalamu'alaikum!" Suara Alya terdengar tak lama setelah itu. "Waalaikumsalam. Habis darimana kamu, Al? Keluyuran?" tanya Adam setengah emosi."Ma—af, Pak. Bukan, Pak. Tadi Alya keluar sebentar buat beli popoknya Kanaya karena habis. Sekali lagi maaf, Pak," jawab Alya seraya menunduk. "Ya sudah lah. Saya mau bicara sama kamu. Duduk!" ucap Adam masih dengan hati yang emosi. Alya menuruti ucapan Adam dan hatinya berdebar kencang karena takut majikannya itu marah dan memecatnya. Bahkan Alya tidak berani menegakkan kepalanya. Sementara itu, Adam tengah meredam emosinya. Karena masalah Hana dan Riko, Adam jadi gampang emosi.

  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 16. Hasutan

    Mobil Adam melaju tak tentu arah. Dia bingung mencari jawaban. Hingga akhirnya mobilnya menepi di sebuah tempat yang dia baru pertama kali melintas.Tempat yang sepi dan enak untuk menyendiri. Tempat tersembunyi yang terdapat cafenya. Adam masuk ke dalam cafe dan memesan segelas kopi. "Apa benar Riko melakukan itu? Tapi mana mungkin?" tanya Adam dalam hati.Jika diingat masa lalu, Riko ini anak dari adik ayah Adam. Sejak kecil, Riko sudah ditinggal ayahnya ke surga. Ibunya terpaksa bekerja di luar negeri untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selama ini, Riko tinggal bersama dengan nenek mereka. Tak heran jika Riko dan Adam dekat seperti kakak dan adik kandung. Satu jam sudah Adam berada di sana. Setelah membayar minumannya, Adam bergegas melajukan motornya untuk meminta kejelasan dari Riko."Ya, aku harus mendengarkan juga dari sisi Riko." Begitu kata Adam pada dirinya sendiri. Adam meraih ponselnya dan langsung memencet nomor Riko. Tak butuh waktu lama untuk Riko mengangkatnya. Sebelum

  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 15. Emosi

    Hati Hana sudah tenang dan dia juga bersyukur ada Alya di rumahnya kini. Paling tidak selama Adam bekerja, dia tidak takut lagi jika sewaktu-waktu Riko datang kembali. Dua hari berlalu setelah kedatangan Riko kemarin. Hana belum juga menceritakan hal itu kepada Adam walaupun Alya sudah mendesaknya untuk bercerita. "Pak, boleh Alya bicara?" kata Alya dengan suara pelan ketika tak sengaja berpapasan dengan Adam di dapur. Hana saat itu tengah memberi ASI pada bayi Kanaya. "Ada apa, Al? Semua baik-baik saja, kan?" Hari itu kebetulan hari Adam libur dan ingin menghabiskan waktu bersama Hana dan juga Kanaya. "Ini soal Ibu, Pak. Sepertinya Ibu tidak berani cerita sama Bapak," kata Alya sangat pelan. "Memangnya ada apa, Al? Istri saya baik-baik saja, kan, selama saya kerja? Dia gak aneh-aneh?" "Tidak, Pak, tapi ..." Alya tak melanjutkan ucapannya. Dia melihat terlebih dahulu ke arah kamar Hana guna memastikan majikan perempuannya itu tidak keluar. "Ada apa, sih, Al?" tanya Adam gemas.

  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 14. Riko Datang Lagi

    Belum sempat Hana menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba Riko muncul dan langsung masuk ke dalam rumah karena memang pintu rumah Hana belum ditutup. "Sayang a—" Riko terkejut karena ternyata Hana di dalam tidak sedang sendirian. Kedua perempuan itu langsung menoleh ke arah Riko. Hana langsung tampak ketakutan dan Alya sendiri bingung karena tidak tahu apa-apa."PERGI! PERGI KATAKU!" teriak Hana sambil memekikkan telinga. Karena teriakan Hana begitu keras, Kanaya sampai terbangun dan menangis. Alya langsung sigap menggendong Kanaya yang kebetulan di tempatkan di ruang tengah. Jiwa pengasuhnya sudah mulai merasuki hatinya. Tanpa disuruh pun, Alya masuk ke ruang tengah. Merasa tidak aman karena ada orang lain, Riko memilih pergi dari rumah Alya dengan perasaan marah. Misinya kali ini gagal total."S*al! Siapa perempuan yang bersama dengan Hana tadi? Gagal sudah rencanaku untuk memiliki Hana. B*doh! B*doh!" rutuk Riko pada dirinya sendiri dengan memukul kepalanya berulang kali. Hana mena

  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 13. Cerita

    "Nah ini rumah kami, Mbak Alya. Mari masuk, Mbak!" ucap Hana.Adam sejak tadi diam saja. Dia tidak berkomentar apapun kecuali ditanya oleh Hana. "Oh iya, Mas, kamu sudah bilang Pak RT soal kamar kos buat Mbak Alya belum?" Tatapan mata Hana beralih pada Adam. "Oh iya, kalau begitu ke sana aja sekalian, Sayang. Gimana?" usul Adam. Hana terlihat berpikir sejenak. Jujur saja dia sangat lelah karena semalaman begadang. Kanaya semalam maunya hanya digendong saja. Kalau bukan karena ajakan Adam, Hana sebenarnya memilih untuk tidur sejak pagi."Hana capek, Mas. Lagian Kanaya juga lagi tidur, Mas. Kalau Mas Adam sama Mbak Alya saja yang ke sana gimana? Gak apa-apa, kan?" tolak Hana."Panggil Alya saja, Bu. Saya lebih muda dari pada Ibu dan Bapak," sahut Alya. "Tapi, Sayang —""Gak apa-apa, Mas. Gak akan ada yang berpikiran aneh-aneh sama kalian. Itu, kan, yang Mas pikirkan?" terka Hana seperti tahu isi pikiran Adam. Karena memang wajah Hana terlihat lelah, Adam menuruti usulan Hana. Dia d

  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 12. Babysitter Baru

    Adam benar-benar tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Alya yang dulu pernah datang bersama dengan pamannya, sekarang menjadi babysitter. "Assalamu'alaikum!" ucap Adam saat baru sampai di rumah tepat pukul tujuh malam."Waalaikumsalam." Hana menghampiri Adam dan mencium punggung tangan suaminya serta membawa tas Adam untuk diletakkan di dalam kamar. "Hana siapkan air hangat dulu, ya, Mas," kata Hana lagi. Adam mengangguk pelan. Mandi dengan air hangat akan bisa sedikit mengobati rasa lelah hari ini. Adam sebenarnya tidak suka jadi pegawai negeri. Tapi saat itu, desakan Pak Gunawan sangatlah kuat. Adam tak kuasa menolak dan dia pun mencoba ikut tes. Hingga akhirnya keberuntungan berpihak padanya. Satu kali ikut tes, Adam dinyatakan lolos.Setelah Hana selesai menyiapkan air hangat, Adam mandi kemudian mereka makan bersama. Hana merasa jauh lebih tenang karena Riko tidak ke sana lagi setelah kejadian kemarin. Dia sudah mengantisipasi semuanya saat nanti jika sewaktu-waktu Riko data

  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 11. Tragedi

    Hana lupa jika perumahan tempatnya tinggal kini, rata-rata penghuninya adalah para pekerja, baik itu laki-laki ataupun yang perempuan. Teriakan demi teriakan seperti tidak ada artinya saat ini. "Ya Allah, aku harus apa? Mas Adam ... tolong Hana, Mas!" gumam Hana sambil memeluk Kanaya yang sudah mulai menangis. Riko tidak putus asa. Dia mencoba mencongkel pintu kamar mandi dengan peralatan yang ada. Dan setelah sepuluh menit berlalu, Riko berhasil membuka paksa pintu itu. "Kamu mau apa, Riko? Lepaskan!" Hana kembali berontak ketika Riko menarik tubuhnya keluar dari kamar mandi. "Diam! Ikuti perintahku atau anakmu akan m*ti ditanganku!" ancam Riko sambil mengambil Kanaya dari gendongan Hana."Jangan, Riko! Aku mohon jangan!" Hana semakin menangis karena melihat anaknya terlepas dari gendongan dan berpindah tangan ke Riko. Demi keselamatan Kanaya, Hana terpaksa mengikuti perintah Riko. Keselamatan Kanaya adalah yang utama saat ini. Kanaya masih saya terus menangis di gendongan Riko

  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 10. Tamu Tak Diundang

    "Ibu apa kabar? Sehat?" Hana mencium tangan ibunya setelah meminta Ibu Nur duduk."Alhamdulillah Ibu sehat. Kamu juga baik-baik saja, kan? Mana cucu Ibu?" tanya Ibu Nur sambil matanya mencari bayi mungil Kanaya."Ada di kamar lagi tidur, Bu. Ibu diberitahu Mas Adam?" Hana sendiri lupa untuk memberi kabar pada sang Ibu."Iya. Kok kalian bisa lupa sama Ibu, sih? Sengaja, ya?" sindir Ibu Nur."Bukan begitu, Bu. Setelah melahirkan, Hana sempat pendarahan, Bu. Mungkin Mas Adam panik dan gak mau buat Ibu kepikiran. Tapi sekarang Hana sudah gak apa-apa." Hana sedikit menjelaskan kronologi kejadian saat dia melahirkan. "Astaghfirullah al'adzim! Maaf, Nduk, Ibu gak tau. Tapi sekarang kamu beneran gak apa-apa, kan, Nduk?" tanya Ibu Nur memastikan. Hana mengangguk pelan."Alhamdulillah. Nduk, Ibu mungkin tidak bisa lama di sini, kasihan adikmu di kampung sendirian. Ibu cuma dua hari di sini gak apa-apa, ya?"Menjadi single parent memang tidaklah mudah bagi Ibu Nur. Tapi, selama ini Beliau kuat

  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 9. Ibu Hana Datang

    Adam baru teringat jika dia sama sekali belum mengabari ibu mertuanya soal Hana yang sudah melahirkan. Sembari menunggu makanan yang dibungkus, Adam mencoba menghubungi mertuanya di kampung. Tut ... tut ... tut ....Terdengar suara khas jika telepon tersambung. Tak lama kemudian, ibu mertuanya yang bernama Ibu Nur mengangkatnya."Assalamu'alaikum, Le. Apa kabar kamu?" sapa Ibu Nur terlebih dahulu.Sudah lama Beliau menanti telepon dari anaknya. Beliau di kampung bersama dengan adik Hana yang masih sekolah di sekolah menengah pertama. Ayah Hana sudah meninggal sejak lama. Dan kini, Ibu Nur mengandalkan hasil dari berkebun untuk hidup sehari-hari."Waalaikumsalam. Alhamdulillah baik, Bu. Maaf, ya, Bu, Adam baru telepon Ibu sekarang. Adam hanya mau mengabarkan kalau Hana sudah melahirkan, Bu. Anak kami perempuan dan sehat, Bu."Ada binar kebahagiaan yang terpancar dari wajah Ibu Nur. Cucu yang dia nantikan ternyata sudah lahir."Alhamdulillah, Ya Allah! Ibu bahagia dengarnya. Anak laki

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status