Share

Bab 5. Keras Kepala

Penulis: Author RD
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-19 16:16:02

"Ayah ... Adam mau bicara," kata Adam masih dengan nada sopan. 

Selama hidup, Adam belum pernah bicara kasar pada kedua orang tuanya dan itu sangat dihindari oleh Adam. Adam tahu karakter ayahnya seperti apa. Jika batu dilawan dengan batu, yang ada akan terjadi perpecahan. 

Pak Guntur duduk di ruang tamu dengan masih menahan amarah. Sedangkan Ibu Laila, Beliau ikut duduk bersama anak dan suaminya di sana. 

Ketakutan yang dirasakan Ibu Laila akhirnya terjadi juga. Awalnya Pak Guntur antusias saat diajak Ibu Laila mengambil cucunya di klinik bidan. Tapi, semuanya berubah ketika Beliau tahu jika cucunya perempuan bukan laki-laki.

"Ayah, kenapa Ayah bicara seperti itu? Tidakkah ada rasa kasihan melihat menantu Ayah yang baru saja melahirkan dan operasi? Belum cukupkah cobaan Hana dengan kehilangan rahim? Bagaimana hati Hana jika Adam menikah lagi hanya untuk memuaskan keinginan Ayah memiliki cucu laki-laki, Yah?" Panjang lebar Adam berkata-kata. 

"Iya, Yah. Laki-laki atau perempuan itu sama saja, Yah. Kasihan menantu kita, Yah," timpal Ibu Laila yang setuju dengan ucapan anaknya.

"Diam, Bu!" bentak Pak Guntur. 

Mulut Ibu Laila seketika menutup dan kepalanya menunduk. Sekuat-kuatnya hati seorang perempuan menghadapi cobaan, dia tidak akan kuat jika sang suami sudah membentaknya. Ibu Laila meneteskan air mata. 

"Ayah!" Adam ikut berteriak karena ibunya dibentak. Dan itu pertama kalinya Adam berteriak di depan ayahnya. 

"Berani kamu berteriak di depan ayahmu, hah? Hanya karena istrimu yang tidak bisa diandalkan itu?" Dada Pak Guntur kembang kempis karena emosi.

"Buat apa mempertahankan istri yang tidak bisa memilik anak laki-laki? Apa gunanya anak perempuan? Lihat saja istrimu itu! Dia hanya bisanya menyusahkan suami dan tidak bisa diandalkan apalagi dibanggakan! Pokoknya Ayah tidak mau tahu, kamu harus menikah lagi walaupun itu nikah siri, TITIK!"

Suara Pak Guntur menggelegar sampai di telinga Hana. Hana yang masih rapuh tentu saja hancur hatinya. Ucapan yang dikatakan ayah mertuanya sangat melukai hatinya.

"Anak perempuan itu nantinya tidak akan bisa sukses dan menjadi orang. Lihat saja ibunya yang tidak bekerja dan malas-malasan di rumah menghabiskan uang suami! Gak guna, Dam, punya anak perempuan," sambung Pak Guntur. 

"Astaghfirullah al'adzim, Yah! Tega Ayah bicara seperti itu?" Adam tak habis pikir dengan pemikiran ayahnya yang masih kuno itu. Ibu Laila juga beristighfar. 

Bukan pertama kalinya Ibu Laila mendengarkan ucapan suaminya itu. Sejak cucunya pertama berada di rumah mereka, tak sekalipun Pak Guntur mau menggendong ataupun hanya sekedar melihat wajah cucunya itu. 

"Bukannya Hana tidak mau bekerja, tapi Adam lah yang meminta Hana untuk menjadi ibu rumah tangga, Yah," bela Adam. 

"Halah, itu cuma alasanmu untuk membela istrimu, kan? Ayah sudah hafal itu. Coba kalau dulu kamu mau sama Rahma anaknya Pak Janu yang dokter itu, pasti keturunanmu jelas bibit, bebet dan bobotnya. Lihat saja sekarang, anaknya Rahma laki-laki dan ganteng sekali," kata Pak Guntur tanpa rasa berdosa. 

"Susah memang bicara sama Ayah. Yang jelas, Adam tekankan sekali sama Ayah kalau sampai kapanpun, istri Adam hanya Hana dan tidak akan ada yang lain."Adam lalu pergi dan masuk kembali ke dalam kamar tanpa mempedulikan ucapan ayahnya lagi.

***

Sementara di dalam kamar, Hana menangis tanpa bersuara. Air matanya terus saja keluar karena percakapan suami dan ayah mertuanya dapat ia dengar.

"Sebegitu bencinya, kah, Ayah padaku, Ya Allah? Aku tidak meminta semua ini terjadi padaku. Kenapa harus aku, Ya Allah?" teriak Hana dalam hati.

"Aku memang bukanlah dari keluarga kaya. Apa itu aib?"

Hana terus saja mempertanyakan hal yang aneh-aneh pada dirinya sendiri. Bahkan Hana sendiri belum menikmati rasanya menjadi ibu karena masalah ini.

Tak lama suaminya datang. Dia berusaha tegar tapi tetap tidak bisa. Tangisannya pecah ketika Adam masuk ke dalam kamar.

"Kamu kenapa, Han? Ada apa?" Adam panik karena saat masuk kamar istrinya langsung histeris.

"Apakah aku tidak pantas untukmu hanya karena melahirkan anak perempuan, Mas? Jika aku bisa mengubah keadaan, aku juga ingin mengantikan anak itu menjadi anak laki-laki agar Ayah senang, Mas," ucap Hana sesenggukan.

"Astaghfirullah al'adzim, Hana! Kamu gak boleh bicara seperti itu. Bukankah Mas sudah katakan, anak laki-laki atau perempuan sama saja untuk, Mas. Jika kamu berkata seperti itu, sangat berdosa lah kamu karena semua yang terjadi dengan kondisi kita itu sudah ketetapan Allah. Kamu mendengar ucapan Ayah?" Hana mengangguk pelan. 

Adam merengkuh Hana ke dalam pelukannya. Pelukan yang dari awal menikah tidak berubah sama sekali. Rasa kasih dan cintanya pada Hana tak berkurang sedikitpun.

"Sudah, ya, Sayang. Mas berjanji padaku kalau hanya kamu yang akan menjadi istriku saat ini dan untuk seterusnya sampai maut memisahkan." Cup! Sebuah kecupan hangat mendarat di kening Hana. 

"Jangan sedih lagi, ya! Bukankah seharusnya kita berbahagia karena lahirnya malaikat kecil ini?" kata Adam sambil melepas pelukannya. Matanya menatap hangat mata Hana. 

"Lihatlah wajah anak kita, Sayang! Tak pantas jika kita tidak mensyukuri anugerah Allah ini. Paham, kan, Sayang?" 

"Terima kasih, Mas. Terima kasih sudah mau menerima semua kekuranganku. Maafkan jika aku belum bisa menjadi yang terbaik untukmu," balas Hana. Dia kembali memeluk erat suaminya.

Pelan, Adam mengusap kepala Hana dengan penuh kasih sayang. "Kamu yang terbaik untukku, Han."

"Sudah, ah, jangan sedih terus! Anak kita belum diberi nama. Kamu mau kasih nama anak kita apa, Sayang?" kata Adam mengalihkan pembicaraan. 

"Terserah Mas saja," jawab Hana singkat. Hana bahkan tak sempat memikirkan nama anaknya. 

"Gimana kalau Kanaya? Kanaya Putri," usul Adam.

"Bagus, Mas, Hana suka."

"Alhamdulillah. Inshaa Allah lusa kita adakan aqiqah, ya, Sayang. Nanti Mas bilang sama Ibu." Hana pun mengangguk.

Begitulah Hana menjalani hari pertamanya di rumah mertua. Walaupun ada perkataan ayah mertua yang tidak mengenakkan, dia tetap bertahan karena ibu mertua dan juga suaminya.

Keesokan harinya, Adam memberitahu pada Ibu Laila kalau akan mengadakan acara aqiqah anaknya.

"Bu, besok Adam dan Hana mau mengadakan acara aqiqah. Adam sudah pesan makanan untuk acaranya. Kita tinggal siapkan tempat dan hari ini Adam akan di rumah Ustadz Deri untuk meminta bantuan agar memimpin doa besok. Ibu tidak keberatan, kan?" kata Adam saat mereka tengah berada di kamar Adam.

Hana terlihat tengah belajar menggantikan popok dan pakaian Kanaya dibantu oleh ibu mertuanya.

"Alhamdulillah jika kalian ada niatan seperti itu. Ibu tidak masalah, Nak."

"Alhamdulillah. Kalau begitu, Adam titip Hana, ya, Bu. Adam mau ke rumah Pak Ustadz dulu," ucap Adam.

"Iya, Nak."

"Assalamu'alaikum!"

"Waalaikumsalam!" jawab Ibu Laila dan Hana serentak.

Saat Adam pergi, tiba-tiba Ibu Laila merasa mulas dan dia pergi ke kamar mandi. Namun, saat Beliau kembali ke kamar Adam, betapa terkejutnya Ibu Laila melihat pemandangan yang tidak biasa.

"Astaghfirullah, Hana?!

Bab terkait

  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 6. Babyblues

    Pak Guntur mendengar percakapan Adam dan juga Ibu Laila. "Kesempatan untukku bisa membuat mantu tak tahu diri itu mengerti posisinya di sini!" gumam Pak Guntur. Setelah Adam pergi, Pak Guntur lantas menunggu istrinya keluar dari kamar Hana. Benar saja, tak lama kemudian, Ibu Laila keluar dari kamar Hana dan pergi ke kamar mandi.Sudah menjadi kebiasaan jika Ibu Laila ke kamar mandi, Beliau bisa menghabiskan waktu setengah jam atau bahkan lebih. "Bagus! Waktu yang tepat untukku beraksi. Kamu kira Ayah akan menyerah begitu saja, Hana? Ayah akan tetap memaksa Adam menikah lagi, walaupun harus mengancamku," tekad Pak Guntur.Sebelum masuk ke kamar Hana, Pak Guntur memastikan jika istrinya sudah benar-benar masuk ke kamar mandi. Setelah itu, Beliau dengan langkah mantap berjalan ke arah kamar Hana."Oek! Oek! Oek!" Suara tangisan cucunya terdengar dari luar kamar. Kebetulan pintu kamar Hana tidak tertutup. Pak Guntur langsung masuk begitu saja dan mendapati Hana tengah menenangkan bayi

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 7. Tak Punya Perasaan

    "Yah ... kenapa, sih, Ayah nekat seperti ini? Apa mau, Ayah? Istighfar, Yah!" kata Ibu Laila mengingatkan."Tahu apa kamu, Bu? Sudah, kamu diam saja!" seru Pak Guntur."Tunggu di sini sebentar, Pak! Saya mau panggil anak saya terlebih dahulu," kata Pak Guntur kepada dua orang laki-laki itu. Tak lupa, Pak Guntur mempersilahkan ketiganya untuk duduk.Senyum kedua laki-laki itu terasa sangat aneh bagi Ibu Laila. Berbanding terbalik dengan kedua laki-laki itu, perempuan yang disebut akan dinikahkan dengan Adam itu hanya menunduk. Tak sedikitpun dia berani menatap ke depan.Sementara ketiganya menunggu, Ibu Laila mengekor dibelakang suaminya. Ternyata Adam dan Hana sudah bangun dan keduanya tengah berada di kamar Ibu Laila mengambil Kanaya."Ada apa, Yah?" tanya Adam yang melihat ayahnya menghampirinya dengan senyum tak biasa."Ayo ikut Ayah sebentar! Ada yang ingin Ayah kenalkan sama kamu," ucap Pak Guntur. "Ikut kemana, Yah?""Jangan, Dam! Kamu di sini saja gak usah ikut ayahmu," seru I

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 8. Pergi dari Rumah

    "Tunggu!" Suara menggelegar Pak Guntur terdengar dari arah dalam.Adam dan Hana menghentikan langkahnya dan membalikkan badan mereka. Terlihat Pak Guntur keluar dari dalam rumah dengan muka merah penuh amarah."Kalau kamu keluar dari rumah ini, Ayah tidak akan menganggap kamu anak Ayah lagi! Ingat itu, Adam!" ancam Pak Guntur.Bak disambar petir di siang bolong, Adam dan Ibu Laila terkejut. Mereka tak bisa mengatakan apapun selain istighfar. Tega sekali laki-laki yang seharusnya menjadi panutan Adam, malah berbuat seperti itu."Ingat itu! Dan Ibu, masuk ke dalam!" perintah Pak Guntur. Matanya tajam menatap Ibu Laila."Kalau Ayah mengusir Adam, Ibu akan ikut Adam! Ayah benar-benar tak punya perasaan!" Kali ini ada perlawanan dari Ibu Laila.Ibu mana yang tidak sakit hati jika sang anak diperlakukan tidak layaknya seorang anak. Hanya karena menantunya melahirkan cucu perempuan, Pak Guntur tega meminta anaknya menikah lagi dan sekarang bahkan mengusir Adam karena tidak mau menuruti perin

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 9. Ibu Hana Datang

    Adam baru teringat jika dia sama sekali belum mengabari ibu mertuanya soal Hana yang sudah melahirkan. Sembari menunggu makanan yang dibungkus, Adam mencoba menghubungi mertuanya di kampung. Tut ... tut ... tut ....Terdengar suara khas jika telepon tersambung. Tak lama kemudian, ibu mertuanya yang bernama Ibu Nur mengangkatnya."Assalamu'alaikum, Le. Apa kabar kamu?" sapa Ibu Nur terlebih dahulu.Sudah lama Beliau menanti telepon dari anaknya. Beliau di kampung bersama dengan adik Hana yang masih sekolah di sekolah menengah pertama. Ayah Hana sudah meninggal sejak lama. Dan kini, Ibu Nur mengandalkan hasil dari berkebun untuk hidup sehari-hari."Waalaikumsalam. Alhamdulillah baik, Bu. Maaf, ya, Bu, Adam baru telepon Ibu sekarang. Adam hanya mau mengabarkan kalau Hana sudah melahirkan, Bu. Anak kami perempuan dan sehat, Bu."Ada binar kebahagiaan yang terpancar dari wajah Ibu Nur. Cucu yang dia nantikan ternyata sudah lahir."Alhamdulillah, Ya Allah! Ibu bahagia dengarnya. Anak laki

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 10. Tamu Tak Diundang

    "Ibu apa kabar? Sehat?" Hana mencium tangan ibunya setelah meminta Ibu Nur duduk."Alhamdulillah Ibu sehat. Kamu juga baik-baik saja, kan? Mana cucu Ibu?" tanya Ibu Nur sambil matanya mencari bayi mungil Kanaya."Ada di kamar lagi tidur, Bu. Ibu diberitahu Mas Adam?" Hana sendiri lupa untuk memberi kabar pada sang Ibu."Iya. Kok kalian bisa lupa sama Ibu, sih? Sengaja, ya?" sindir Ibu Nur."Bukan begitu, Bu. Setelah melahirkan, Hana sempat pendarahan, Bu. Mungkin Mas Adam panik dan gak mau buat Ibu kepikiran. Tapi sekarang Hana sudah gak apa-apa." Hana sedikit menjelaskan kronologi kejadian saat dia melahirkan. "Astaghfirullah al'adzim! Maaf, Nduk, Ibu gak tau. Tapi sekarang kamu beneran gak apa-apa, kan, Nduk?" tanya Ibu Nur memastikan. Hana mengangguk pelan."Alhamdulillah. Nduk, Ibu mungkin tidak bisa lama di sini, kasihan adikmu di kampung sendirian. Ibu cuma dua hari di sini gak apa-apa, ya?"Menjadi single parent memang tidaklah mudah bagi Ibu Nur. Tapi, selama ini Beliau kuat

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 11. Tragedi

    Hana lupa jika perumahan tempatnya tinggal kini, rata-rata penghuninya adalah para pekerja, baik itu laki-laki ataupun yang perempuan. Teriakan demi teriakan seperti tidak ada artinya saat ini. "Ya Allah, aku harus apa? Mas Adam ... tolong Hana, Mas!" gumam Hana sambil memeluk Kanaya yang sudah mulai menangis. Riko tidak putus asa. Dia mencoba mencongkel pintu kamar mandi dengan peralatan yang ada. Dan setelah sepuluh menit berlalu, Riko berhasil membuka paksa pintu itu. "Kamu mau apa, Riko? Lepaskan!" Hana kembali berontak ketika Riko menarik tubuhnya keluar dari kamar mandi. "Diam! Ikuti perintahku atau anakmu akan m*ti ditanganku!" ancam Riko sambil mengambil Kanaya dari gendongan Hana."Jangan, Riko! Aku mohon jangan!" Hana semakin menangis karena melihat anaknya terlepas dari gendongan dan berpindah tangan ke Riko. Demi keselamatan Kanaya, Hana terpaksa mengikuti perintah Riko. Keselamatan Kanaya adalah yang utama saat ini. Kanaya masih saya terus menangis di gendongan Riko

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-05
  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 12. Babysitter Baru

    Adam benar-benar tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Alya yang dulu pernah datang bersama dengan pamannya, sekarang menjadi babysitter. "Assalamu'alaikum!" ucap Adam saat baru sampai di rumah tepat pukul tujuh malam."Waalaikumsalam." Hana menghampiri Adam dan mencium punggung tangan suaminya serta membawa tas Adam untuk diletakkan di dalam kamar. "Hana siapkan air hangat dulu, ya, Mas," kata Hana lagi. Adam mengangguk pelan. Mandi dengan air hangat akan bisa sedikit mengobati rasa lelah hari ini. Adam sebenarnya tidak suka jadi pegawai negeri. Tapi saat itu, desakan Pak Gunawan sangatlah kuat. Adam tak kuasa menolak dan dia pun mencoba ikut tes. Hingga akhirnya keberuntungan berpihak padanya. Satu kali ikut tes, Adam dinyatakan lolos.Setelah Hana selesai menyiapkan air hangat, Adam mandi kemudian mereka makan bersama. Hana merasa jauh lebih tenang karena Riko tidak ke sana lagi setelah kejadian kemarin. Dia sudah mengantisipasi semuanya saat nanti jika sewaktu-waktu Riko data

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-07
  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 13. Cerita

    "Nah ini rumah kami, Mbak Alya. Mari masuk, Mbak!" ucap Hana.Adam sejak tadi diam saja. Dia tidak berkomentar apapun kecuali ditanya oleh Hana. "Oh iya, Mas, kamu sudah bilang Pak RT soal kamar kos buat Mbak Alya belum?" Tatapan mata Hana beralih pada Adam. "Oh iya, kalau begitu ke sana aja sekalian, Sayang. Gimana?" usul Adam. Hana terlihat berpikir sejenak. Jujur saja dia sangat lelah karena semalaman begadang. Kanaya semalam maunya hanya digendong saja. Kalau bukan karena ajakan Adam, Hana sebenarnya memilih untuk tidur sejak pagi."Hana capek, Mas. Lagian Kanaya juga lagi tidur, Mas. Kalau Mas Adam sama Mbak Alya saja yang ke sana gimana? Gak apa-apa, kan?" tolak Hana."Panggil Alya saja, Bu. Saya lebih muda dari pada Ibu dan Bapak," sahut Alya. "Tapi, Sayang —""Gak apa-apa, Mas. Gak akan ada yang berpikiran aneh-aneh sama kalian. Itu, kan, yang Mas pikirkan?" terka Hana seperti tahu isi pikiran Adam. Karena memang wajah Hana terlihat lelah, Adam menuruti usulan Hana. Dia d

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-09

Bab terbaru

  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 17. Pesan Adam

    Adam menggerutu karena tidak menemukan keberadaan Alya. Bahkan, Kanaya juga tidak sedang tidur bersama dengan Hana. "Kemana, sih, anak ini? Heran, deh!" gerutu Adam sambil terus mencari keberadaan babysitter barunya itu. Seluruh rumah sudah ditelusuri. Namun Adam tak kunjung menemukan keberadaan Alya. Hingga sampai dia merasa lelah dan istirahat di ruang tamu. "Assalamu'alaikum!" Suara Alya terdengar tak lama setelah itu. "Waalaikumsalam. Habis darimana kamu, Al? Keluyuran?" tanya Adam setengah emosi."Ma—af, Pak. Bukan, Pak. Tadi Alya keluar sebentar buat beli popoknya Kanaya karena habis. Sekali lagi maaf, Pak," jawab Alya seraya menunduk. "Ya sudah lah. Saya mau bicara sama kamu. Duduk!" ucap Adam masih dengan hati yang emosi. Alya menuruti ucapan Adam dan hatinya berdebar kencang karena takut majikannya itu marah dan memecatnya. Bahkan Alya tidak berani menegakkan kepalanya. Sementara itu, Adam tengah meredam emosinya. Karena masalah Hana dan Riko, Adam jadi gampang emosi.

  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 16. Hasutan

    Mobil Adam melaju tak tentu arah. Dia bingung mencari jawaban. Hingga akhirnya mobilnya menepi di sebuah tempat yang dia baru pertama kali melintas.Tempat yang sepi dan enak untuk menyendiri. Tempat tersembunyi yang terdapat cafenya. Adam masuk ke dalam cafe dan memesan segelas kopi. "Apa benar Riko melakukan itu? Tapi mana mungkin?" tanya Adam dalam hati.Jika diingat masa lalu, Riko ini anak dari adik ayah Adam. Sejak kecil, Riko sudah ditinggal ayahnya ke surga. Ibunya terpaksa bekerja di luar negeri untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selama ini, Riko tinggal bersama dengan nenek mereka. Tak heran jika Riko dan Adam dekat seperti kakak dan adik kandung. Satu jam sudah Adam berada di sana. Setelah membayar minumannya, Adam bergegas melajukan motornya untuk meminta kejelasan dari Riko."Ya, aku harus mendengarkan juga dari sisi Riko." Begitu kata Adam pada dirinya sendiri. Adam meraih ponselnya dan langsung memencet nomor Riko. Tak butuh waktu lama untuk Riko mengangkatnya. Sebelum

  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 15. Emosi

    Hati Hana sudah tenang dan dia juga bersyukur ada Alya di rumahnya kini. Paling tidak selama Adam bekerja, dia tidak takut lagi jika sewaktu-waktu Riko datang kembali. Dua hari berlalu setelah kedatangan Riko kemarin. Hana belum juga menceritakan hal itu kepada Adam walaupun Alya sudah mendesaknya untuk bercerita. "Pak, boleh Alya bicara?" kata Alya dengan suara pelan ketika tak sengaja berpapasan dengan Adam di dapur. Hana saat itu tengah memberi ASI pada bayi Kanaya. "Ada apa, Al? Semua baik-baik saja, kan?" Hari itu kebetulan hari Adam libur dan ingin menghabiskan waktu bersama Hana dan juga Kanaya. "Ini soal Ibu, Pak. Sepertinya Ibu tidak berani cerita sama Bapak," kata Alya sangat pelan. "Memangnya ada apa, Al? Istri saya baik-baik saja, kan, selama saya kerja? Dia gak aneh-aneh?" "Tidak, Pak, tapi ..." Alya tak melanjutkan ucapannya. Dia melihat terlebih dahulu ke arah kamar Hana guna memastikan majikan perempuannya itu tidak keluar. "Ada apa, sih, Al?" tanya Adam gemas.

  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 14. Riko Datang Lagi

    Belum sempat Hana menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba Riko muncul dan langsung masuk ke dalam rumah karena memang pintu rumah Hana belum ditutup. "Sayang a—" Riko terkejut karena ternyata Hana di dalam tidak sedang sendirian. Kedua perempuan itu langsung menoleh ke arah Riko. Hana langsung tampak ketakutan dan Alya sendiri bingung karena tidak tahu apa-apa."PERGI! PERGI KATAKU!" teriak Hana sambil memekikkan telinga. Karena teriakan Hana begitu keras, Kanaya sampai terbangun dan menangis. Alya langsung sigap menggendong Kanaya yang kebetulan di tempatkan di ruang tengah. Jiwa pengasuhnya sudah mulai merasuki hatinya. Tanpa disuruh pun, Alya masuk ke ruang tengah. Merasa tidak aman karena ada orang lain, Riko memilih pergi dari rumah Alya dengan perasaan marah. Misinya kali ini gagal total."S*al! Siapa perempuan yang bersama dengan Hana tadi? Gagal sudah rencanaku untuk memiliki Hana. B*doh! B*doh!" rutuk Riko pada dirinya sendiri dengan memukul kepalanya berulang kali. Hana mena

  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 13. Cerita

    "Nah ini rumah kami, Mbak Alya. Mari masuk, Mbak!" ucap Hana.Adam sejak tadi diam saja. Dia tidak berkomentar apapun kecuali ditanya oleh Hana. "Oh iya, Mas, kamu sudah bilang Pak RT soal kamar kos buat Mbak Alya belum?" Tatapan mata Hana beralih pada Adam. "Oh iya, kalau begitu ke sana aja sekalian, Sayang. Gimana?" usul Adam. Hana terlihat berpikir sejenak. Jujur saja dia sangat lelah karena semalaman begadang. Kanaya semalam maunya hanya digendong saja. Kalau bukan karena ajakan Adam, Hana sebenarnya memilih untuk tidur sejak pagi."Hana capek, Mas. Lagian Kanaya juga lagi tidur, Mas. Kalau Mas Adam sama Mbak Alya saja yang ke sana gimana? Gak apa-apa, kan?" tolak Hana."Panggil Alya saja, Bu. Saya lebih muda dari pada Ibu dan Bapak," sahut Alya. "Tapi, Sayang —""Gak apa-apa, Mas. Gak akan ada yang berpikiran aneh-aneh sama kalian. Itu, kan, yang Mas pikirkan?" terka Hana seperti tahu isi pikiran Adam. Karena memang wajah Hana terlihat lelah, Adam menuruti usulan Hana. Dia d

  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 12. Babysitter Baru

    Adam benar-benar tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Alya yang dulu pernah datang bersama dengan pamannya, sekarang menjadi babysitter. "Assalamu'alaikum!" ucap Adam saat baru sampai di rumah tepat pukul tujuh malam."Waalaikumsalam." Hana menghampiri Adam dan mencium punggung tangan suaminya serta membawa tas Adam untuk diletakkan di dalam kamar. "Hana siapkan air hangat dulu, ya, Mas," kata Hana lagi. Adam mengangguk pelan. Mandi dengan air hangat akan bisa sedikit mengobati rasa lelah hari ini. Adam sebenarnya tidak suka jadi pegawai negeri. Tapi saat itu, desakan Pak Gunawan sangatlah kuat. Adam tak kuasa menolak dan dia pun mencoba ikut tes. Hingga akhirnya keberuntungan berpihak padanya. Satu kali ikut tes, Adam dinyatakan lolos.Setelah Hana selesai menyiapkan air hangat, Adam mandi kemudian mereka makan bersama. Hana merasa jauh lebih tenang karena Riko tidak ke sana lagi setelah kejadian kemarin. Dia sudah mengantisipasi semuanya saat nanti jika sewaktu-waktu Riko data

  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 11. Tragedi

    Hana lupa jika perumahan tempatnya tinggal kini, rata-rata penghuninya adalah para pekerja, baik itu laki-laki ataupun yang perempuan. Teriakan demi teriakan seperti tidak ada artinya saat ini. "Ya Allah, aku harus apa? Mas Adam ... tolong Hana, Mas!" gumam Hana sambil memeluk Kanaya yang sudah mulai menangis. Riko tidak putus asa. Dia mencoba mencongkel pintu kamar mandi dengan peralatan yang ada. Dan setelah sepuluh menit berlalu, Riko berhasil membuka paksa pintu itu. "Kamu mau apa, Riko? Lepaskan!" Hana kembali berontak ketika Riko menarik tubuhnya keluar dari kamar mandi. "Diam! Ikuti perintahku atau anakmu akan m*ti ditanganku!" ancam Riko sambil mengambil Kanaya dari gendongan Hana."Jangan, Riko! Aku mohon jangan!" Hana semakin menangis karena melihat anaknya terlepas dari gendongan dan berpindah tangan ke Riko. Demi keselamatan Kanaya, Hana terpaksa mengikuti perintah Riko. Keselamatan Kanaya adalah yang utama saat ini. Kanaya masih saya terus menangis di gendongan Riko

  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 10. Tamu Tak Diundang

    "Ibu apa kabar? Sehat?" Hana mencium tangan ibunya setelah meminta Ibu Nur duduk."Alhamdulillah Ibu sehat. Kamu juga baik-baik saja, kan? Mana cucu Ibu?" tanya Ibu Nur sambil matanya mencari bayi mungil Kanaya."Ada di kamar lagi tidur, Bu. Ibu diberitahu Mas Adam?" Hana sendiri lupa untuk memberi kabar pada sang Ibu."Iya. Kok kalian bisa lupa sama Ibu, sih? Sengaja, ya?" sindir Ibu Nur."Bukan begitu, Bu. Setelah melahirkan, Hana sempat pendarahan, Bu. Mungkin Mas Adam panik dan gak mau buat Ibu kepikiran. Tapi sekarang Hana sudah gak apa-apa." Hana sedikit menjelaskan kronologi kejadian saat dia melahirkan. "Astaghfirullah al'adzim! Maaf, Nduk, Ibu gak tau. Tapi sekarang kamu beneran gak apa-apa, kan, Nduk?" tanya Ibu Nur memastikan. Hana mengangguk pelan."Alhamdulillah. Nduk, Ibu mungkin tidak bisa lama di sini, kasihan adikmu di kampung sendirian. Ibu cuma dua hari di sini gak apa-apa, ya?"Menjadi single parent memang tidaklah mudah bagi Ibu Nur. Tapi, selama ini Beliau kuat

  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 9. Ibu Hana Datang

    Adam baru teringat jika dia sama sekali belum mengabari ibu mertuanya soal Hana yang sudah melahirkan. Sembari menunggu makanan yang dibungkus, Adam mencoba menghubungi mertuanya di kampung. Tut ... tut ... tut ....Terdengar suara khas jika telepon tersambung. Tak lama kemudian, ibu mertuanya yang bernama Ibu Nur mengangkatnya."Assalamu'alaikum, Le. Apa kabar kamu?" sapa Ibu Nur terlebih dahulu.Sudah lama Beliau menanti telepon dari anaknya. Beliau di kampung bersama dengan adik Hana yang masih sekolah di sekolah menengah pertama. Ayah Hana sudah meninggal sejak lama. Dan kini, Ibu Nur mengandalkan hasil dari berkebun untuk hidup sehari-hari."Waalaikumsalam. Alhamdulillah baik, Bu. Maaf, ya, Bu, Adam baru telepon Ibu sekarang. Adam hanya mau mengabarkan kalau Hana sudah melahirkan, Bu. Anak kami perempuan dan sehat, Bu."Ada binar kebahagiaan yang terpancar dari wajah Ibu Nur. Cucu yang dia nantikan ternyata sudah lahir."Alhamdulillah, Ya Allah! Ibu bahagia dengarnya. Anak laki

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status