Share

Bab 2. Operasi

Author: Author RD
last update Last Updated: 2022-10-19 16:14:46

Adam sudah tak ingat lagi jika ia masih tersambung di telepon dengan ibunya. Saat ini dia fokus pada Hana. Sementara bayinya masih dia titipkan di klinik sang bidan.

"Bu, titip anak saya selama saya masih mengurus istri saya. Nanti saya telepon Ibu saya biar mengambil anak saya," ucap Adam pada Ibu Bidan.

"Tenang saja, Pak. Anak Bapak akan aman bersama kami. Semoga istri Bapak tidak ada masalah yang serius," jawab Ibu Bidan. Tak lupa pula Beliau mendoakan yang terbaik untuk pasiennya itu.

"Kalau begitu saya tinggal gak apa-apa, ya, Pak." Bidan itu pun pamit untuk kembali ke kliniknya karena juga punya tanggung jawab pada bayi yang masih merah itu.

Sebelum Bidan pulang, Adam meminta nomor telepon Ibu Bidan agar lebih mudah dalam berkomunikasi. 

Hana masih ditangani oleh dokter di dalam. Adam pun berencana menelepon kembali ibunya karena tadi terputus.

Baru saja Adam hendak menelpon ibunya, seorang dokter laki-laki keluar dari ruangan yang digunakan untuk menindak Hana.

"Suami dari pasien bernama Ibu Hana?" tanya Dokter itu pada Adam.

"Benar, Pak. Bagaimana kondisi istri saya di dalam, Pak?" Rasa cemas dan khawatir tak dapat dia sembunyikan.

"Mari ikut saya sebentar, Pak!" ajak Dokter yang bernama Dokter Dwi itu.

Dokter Dwi mengajak Adam ke ruangannya untuk membicarakan hal yang sangat penting dan itu menyangkut masalah Hana.

"Silahkan duduk!" Tangan Dokter Dwi menunjuk ke kursi di depannya.

Adam mengikut perintah Dokter Dwi. Dia duduk dengan tatapan penuh tanya pada dokter yang menangani istrinya itu.

"Begini, Pak, kondisi istri Bapak harus segera di operasi karena terjadi masalah di dalam rahimnya. Jika Bapak setuju, Bapak bisa mengurus segala sesuatunya di bagian administrasi dan kami akan menyiapkan ruang operasinya," ujar Dokter Dwi.

"Memangnya istri saya kenapa, Dok? Padahal tadi setelah melahirkan dia masih baik-baik saja." Adam seakan tak percaya jika ada masalah pada Hana.

"Iya, benar Pak. Tapi faktanya, istri Anda mengalami pendarahan pasca melahirkan dan itu sangat berbahaya jika tidak segera dilakukan tindakan. Dan setelah saya cek tadi, ada jaringan yang masih tertinggal di dalam rahim istri Anda."

Dokter Dwi juga membawa hasil yang bisa dipakai untuk menjelaskan kepada Adam. Terlihat juga ada pengumpulan darah di sana.

"Untuk saat ini, istri Anda masih dalam keadaan tidak sadarkan diri. Saya hanya takut jika kita terlambat melakukan tindakan, maaf, nyawa taruhannya, Pak," sambung Dokter Dwi.

"Operasi ini juga salah satu cara mengetahui penyebab pendarahan lebih detail, Pak. Kasus paling berat yaitu bisa sampai rahimnya diangkat." Ucapan Dokter Dwi membuat Adam syok dan dia juga harus segera memutuskan karena hal itu menyangkut nyawa Hana.

Tak butuh waktu lama untuk Adam berpikir. Nyawa Hana lebih berharga dari apapun itu. 

"Baiklah, Dok. Silahkan lakukan tindakan yang sekiranya menurut Dokter yang terbaik. Saya akan segera mengurus semuanya." Dengan mantap, Adam memutuskan hal itu.

"Baiklah kalau begitu, saya akan minta perawat untuk segera persiapan ruang operasi."

Setelah itu, Adam ke ruang administrasi untuk menyelesaikan semua persyaratan operasi Hana. Dalam hatinya selalu berdoa yang terbaik untuk istrinya itu.

"Ya Allah, selamatkan lah istriku. Anakku dan aku masih membutuhkannya, Ya Allah!" doa Adam dalam hati. 

***

Saat Hana sudah masuk ruang operasi, Adam berniat menghubungi ibunya lagi karena tadi sempat tertunda. Ternyata di ponselnya ada banyak sekali panggilan dari ibunya. 

Adam pun menelepon balik ibunya dan mengabarkan kondisi Hana saat ini. Tak butuh waktu lama untuk Ibu Laila mengangkat telepon karena itu yang Beliau tunggu sejak tadi.

"Kamu kemana saja, Dam? Ibu sejak tadi menghubungimu tapi tidak kamu jawab," cerocos Ibu Laila memarahi anaknya itu.

"Maaf, Bu, tadi buru-buru melarikan Hana ke rumah sakit, Bu." Adam tak kuasa menutupi kesedihannya. Suaranya parau menahan air mata. 

"Astaghfirullah al'adzim! Hana kenapa, Dam? Dimana kalian? Dan anakmu dimana?" tanya Ibu Laila.

Adam menjelaskan secara singkat kondisi Hana dan posisinya saat ini. Tak henti-hentinya Ibu Laila beristighfar dan menangis mendengar cerita Adam.

"Bu, Adam minta Ibu jemput anak Adam di klinik bidan dekat rumah Adam. Bawa anak Adam dulu ke rumah, ya, Bu," pinta Adam.

"Pasti, Dam! Pasti Ibu akan rawat anakmu dengan baik. Semoga Hana tidak kenapa-napa, ya, Le. Doa Ibu selalu bersama kalian."

"Terima kasih, ya, Bu. Kalau begitu, Adam tutup dulu teleponnya, Bu. Nanti untuk administrasi di bidan tolong Ibu bayarkan dulu, ya. Nanti setelah Adam pulang, Adam ganti."

"Iya, Dam. Kamu tenang saja. Jangan lupa kamu makan biar tidak sakit, Le," pesan Ibu Laila sebelum mengakhiri percakapan itu.

Rasa-rasanya perut tidak lapar. Jangankan untuk makan, minum saja Adam tidak sanggup karena masih memikirkan nasib Hana di dalam.

Satu setengah jam operasi Hana sudah berjalan. Operasi itu berhasil dilakukan dan nyawa Hana terselamatkan. Tapi, ada satu hal yang membuat Adam tak sanggup mengatakannya pada Hana.

Dipandanginya wajah sang istri yang matanya masih terpejam itu dengan kesedihan. "Setelah kamu sadar, aku harus katakan apa padamu, Hana? Sanggupkah kamu menerima kenyataan ini?" gumam Adam di dekat Hana berbaring.

Hana sudah dipindahkan ke ruang rawat inap karena kondisinya sudah stabil. Hanya saja tinggal menunggu reaksi obat biusnya habis.

Karena pendarahan yang hebat hingga merusak rahim Hana, membuat tim dokter terpaksa harus mengangkat rahim Hana karena demi keselamatan Hana.

Itu artinya Hana tidak akan bisa hamil lagi karena sudah tidak ada rahim. Tentu saja hal itu pukulan berat bagi setiap perempuan.

Tiap jam, Ibu Laila juga mengabarkan kepada Adam soal kondisi bayi mungilnya itu. Beberapa kali Ibu Laila menelepon Adam untuk tahu perkembangan kondisi Hana. 

Adam belum menceritakan masalah Hana ini kepada orang tuanya. Untuk sekarang ini, Adam fokus pada kesembuhan Hana agar cepat bisa berkumpul kembali dengan anak mereka.

"Mas ... Aku dimana?" Mata Hana terbuka setelah dua jam dalam pengaruh obat bius.

"Kamu sudah sadar, Sayang? Alhamdulillah, Ya Allah!" ucap Adam penuh syukur.

"Aku dimana, Mas? Anak kita dimana?" tanya Hana. Matanya mengawasi sekeliling ruangan yang serba putih.

"Kamu di rumah sakit, Sayang. Tak lama setelah kamu melahirkan, kamu pendarahan hebat. Tak usah khawatir dengan anak kita. Dia sehat dan sekarang sudah dibawa pulang oleh Ibu," jawab Adam sambil mengusap lembut kepala Hana.

Hana tiba-tiba teringat rasa sakit yang teramat sangat saat Adam keluar izin menelepon Ibu Laila. Bahkan Hana sampai tidak bisa berteriak karena sakit yang teramat sangat itu. Dia pun tidak ingat apa-apa lagi karena dia pingsan.

"Kenapa aku dibawa ke rumah sakit, Mas?"

"Kamu baru saja selesai di operasi, Sayang." Adam menjawab pertanyaan Hana dengan jujur tanpa menjelaskan detail terlebih dahulu.

"Operasi? Operasi apa, Mas?" 

Adam terdiam cukup lama. Dia berpikir antara mengatakan yang sebenarnya atau tidak.

"Ada apa, Mas? Katakan saja sejujurnya dan jangan ada yang disembunyikan dari aku, Mas." Hana bisa menebak isi pikiran Adam dari raut muka suaminya itu.

"Begini, Sayang ... rahimmu terpaksa diangkat, Sayang. Karena pendarahan itu, rahimmu jadi rusak dan mengancam nyawamu. Maka dari itu, tim dokter terpaksa mengangkatnya," kata Adam pelan.

Glegar! Bak tersambar petir, ucapan Adam membuat Hana terdiam cukup lama. 

"Lalu bagaimana nasibku selanjutnya kalau aku tidak bisa hamil lagi? Mana mungkin aku bisa hamil kalau rahimku saja sudah diangkat" batin Hana.

Apa yang dimaksud Hana nasibnya? Apa hubungannya dengan operasi yang baru saja dia jalani?

Related chapters

  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 3. Pulang ke Rumah Mertua

    Adam mendekap istrinya dalam pelukan. Tentu saja dia tahu isi hati Hana setelah dia mengatakan uang sebenarnya. "Mas akan tetap mencintaimu apa adanya, Sayang. Kita akan besarkan anak kita satu-satunya bersama, ya? Kamu harus semangat agar cepat sembuh dan bisa pulang dari sini. Kamu sudah kangen, kan, sama malaikat kecil kita?" kata Adam pelan. Hana mengangguk pelan.Air matanya mengalir begitu saja ketika berada di pelukan Adam. Jika bukan karena Adam, Hana mungkin tidak akan sekuat itu. Cinta Adam mampu membuatnya menjadi kuat.Setiap hari, Adam mengajak video call Ibu Laila. Tak sehari pun dia lewatkan karena rasa kangen pada anak yang belum sempat dia gendong itu."Anak Ayah lagi apa? Doakan Ibu, ya, semoga cepat pulang dan gendong kamu," ucap Adam sambil mengarahkan kameranya kepada Hana.Hana tak sanggup berkata-kata. Air matanya mengalir begitu deras ketika melihat anak perempuannya itu. Lima hari berlalu. Hana sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Tentu saja hal itu disam

    Last Updated : 2022-10-19
  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 4. Perintah Ayah

    Bukan tanpa alasan Hana mengatakan hal itu. Jauh sebelum mereka menikah, Pak Guntur selalu mengatakan jika Hana harus memiliki anak laki-laki dari Adam. Jika tidak, Adam akan dipaksa untuk menikah lagi.Ibu Laila yang mendengar percakapan anak dan menantunya itu terkejut. Minuman yang sejatinya untuk Adam dan Hana terjatuh dari tangannya. Gelas itu pecah berserakan di lantai. Selain gelas, ada piring yang berisi buah-buahan ikut pecah. "Astaghfirullah al'adzim!" ucap Ibu Laila lirih. Adam dan Hana bergegas keluar karena mendengar suara sesuatu yang pecah. "Ya Allah, Ibu! Ibu gak apa-apa, kan?" seru Adam yang melihat ibunya menutup mulut dengan kedua tangan. "Apa Ibu mendengar percakapan kami?" batin Hana. "Biar Adam bereskan dulu pecahannya, Bu." Adam dengan cekatan mengambil sapu dan mengumpulkan satu per satu pecahan piring dan gelas yang besar-besar. "Masuk dulu, Bu! Hana ... ajak Ibu ke kamar dulu," ujar Adam pada istrinya."Iya, Mas." Dengan mata yang sembab, Hana menuntun

    Last Updated : 2022-10-19
  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 5. Keras Kepala

    "Ayah ... Adam mau bicara," kata Adam masih dengan nada sopan. Selama hidup, Adam belum pernah bicara kasar pada kedua orang tuanya dan itu sangat dihindari oleh Adam. Adam tahu karakter ayahnya seperti apa. Jika batu dilawan dengan batu, yang ada akan terjadi perpecahan. Pak Guntur duduk di ruang tamu dengan masih menahan amarah. Sedangkan Ibu Laila, Beliau ikut duduk bersama anak dan suaminya di sana. Ketakutan yang dirasakan Ibu Laila akhirnya terjadi juga. Awalnya Pak Guntur antusias saat diajak Ibu Laila mengambil cucunya di klinik bidan. Tapi, semuanya berubah ketika Beliau tahu jika cucunya perempuan bukan laki-laki."Ayah, kenapa Ayah bicara seperti itu? Tidakkah ada rasa kasihan melihat menantu Ayah yang baru saja melahirkan dan operasi? Belum cukupkah cobaan Hana dengan kehilangan rahim? Bagaimana hati Hana jika Adam menikah lagi hanya untuk memuaskan keinginan Ayah memiliki cucu laki-laki, Yah?" Panjang lebar Adam berkata-kata. "Iya, Yah. Laki-laki atau perempuan itu sa

    Last Updated : 2022-10-19
  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 6. Babyblues

    Pak Guntur mendengar percakapan Adam dan juga Ibu Laila. "Kesempatan untukku bisa membuat mantu tak tahu diri itu mengerti posisinya di sini!" gumam Pak Guntur. Setelah Adam pergi, Pak Guntur lantas menunggu istrinya keluar dari kamar Hana. Benar saja, tak lama kemudian, Ibu Laila keluar dari kamar Hana dan pergi ke kamar mandi.Sudah menjadi kebiasaan jika Ibu Laila ke kamar mandi, Beliau bisa menghabiskan waktu setengah jam atau bahkan lebih. "Bagus! Waktu yang tepat untukku beraksi. Kamu kira Ayah akan menyerah begitu saja, Hana? Ayah akan tetap memaksa Adam menikah lagi, walaupun harus mengancamku," tekad Pak Guntur.Sebelum masuk ke kamar Hana, Pak Guntur memastikan jika istrinya sudah benar-benar masuk ke kamar mandi. Setelah itu, Beliau dengan langkah mantap berjalan ke arah kamar Hana."Oek! Oek! Oek!" Suara tangisan cucunya terdengar dari luar kamar. Kebetulan pintu kamar Hana tidak tertutup. Pak Guntur langsung masuk begitu saja dan mendapati Hana tengah menenangkan bayi

    Last Updated : 2022-11-04
  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 7. Tak Punya Perasaan

    "Yah ... kenapa, sih, Ayah nekat seperti ini? Apa mau, Ayah? Istighfar, Yah!" kata Ibu Laila mengingatkan."Tahu apa kamu, Bu? Sudah, kamu diam saja!" seru Pak Guntur."Tunggu di sini sebentar, Pak! Saya mau panggil anak saya terlebih dahulu," kata Pak Guntur kepada dua orang laki-laki itu. Tak lupa, Pak Guntur mempersilahkan ketiganya untuk duduk.Senyum kedua laki-laki itu terasa sangat aneh bagi Ibu Laila. Berbanding terbalik dengan kedua laki-laki itu, perempuan yang disebut akan dinikahkan dengan Adam itu hanya menunduk. Tak sedikitpun dia berani menatap ke depan.Sementara ketiganya menunggu, Ibu Laila mengekor dibelakang suaminya. Ternyata Adam dan Hana sudah bangun dan keduanya tengah berada di kamar Ibu Laila mengambil Kanaya."Ada apa, Yah?" tanya Adam yang melihat ayahnya menghampirinya dengan senyum tak biasa."Ayo ikut Ayah sebentar! Ada yang ingin Ayah kenalkan sama kamu," ucap Pak Guntur. "Ikut kemana, Yah?""Jangan, Dam! Kamu di sini saja gak usah ikut ayahmu," seru I

    Last Updated : 2022-11-04
  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 8. Pergi dari Rumah

    "Tunggu!" Suara menggelegar Pak Guntur terdengar dari arah dalam.Adam dan Hana menghentikan langkahnya dan membalikkan badan mereka. Terlihat Pak Guntur keluar dari dalam rumah dengan muka merah penuh amarah."Kalau kamu keluar dari rumah ini, Ayah tidak akan menganggap kamu anak Ayah lagi! Ingat itu, Adam!" ancam Pak Guntur.Bak disambar petir di siang bolong, Adam dan Ibu Laila terkejut. Mereka tak bisa mengatakan apapun selain istighfar. Tega sekali laki-laki yang seharusnya menjadi panutan Adam, malah berbuat seperti itu."Ingat itu! Dan Ibu, masuk ke dalam!" perintah Pak Guntur. Matanya tajam menatap Ibu Laila."Kalau Ayah mengusir Adam, Ibu akan ikut Adam! Ayah benar-benar tak punya perasaan!" Kali ini ada perlawanan dari Ibu Laila.Ibu mana yang tidak sakit hati jika sang anak diperlakukan tidak layaknya seorang anak. Hanya karena menantunya melahirkan cucu perempuan, Pak Guntur tega meminta anaknya menikah lagi dan sekarang bahkan mengusir Adam karena tidak mau menuruti perin

    Last Updated : 2022-11-04
  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 9. Ibu Hana Datang

    Adam baru teringat jika dia sama sekali belum mengabari ibu mertuanya soal Hana yang sudah melahirkan. Sembari menunggu makanan yang dibungkus, Adam mencoba menghubungi mertuanya di kampung. Tut ... tut ... tut ....Terdengar suara khas jika telepon tersambung. Tak lama kemudian, ibu mertuanya yang bernama Ibu Nur mengangkatnya."Assalamu'alaikum, Le. Apa kabar kamu?" sapa Ibu Nur terlebih dahulu.Sudah lama Beliau menanti telepon dari anaknya. Beliau di kampung bersama dengan adik Hana yang masih sekolah di sekolah menengah pertama. Ayah Hana sudah meninggal sejak lama. Dan kini, Ibu Nur mengandalkan hasil dari berkebun untuk hidup sehari-hari."Waalaikumsalam. Alhamdulillah baik, Bu. Maaf, ya, Bu, Adam baru telepon Ibu sekarang. Adam hanya mau mengabarkan kalau Hana sudah melahirkan, Bu. Anak kami perempuan dan sehat, Bu."Ada binar kebahagiaan yang terpancar dari wajah Ibu Nur. Cucu yang dia nantikan ternyata sudah lahir."Alhamdulillah, Ya Allah! Ibu bahagia dengarnya. Anak laki

    Last Updated : 2022-11-04
  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 10. Tamu Tak Diundang

    "Ibu apa kabar? Sehat?" Hana mencium tangan ibunya setelah meminta Ibu Nur duduk."Alhamdulillah Ibu sehat. Kamu juga baik-baik saja, kan? Mana cucu Ibu?" tanya Ibu Nur sambil matanya mencari bayi mungil Kanaya."Ada di kamar lagi tidur, Bu. Ibu diberitahu Mas Adam?" Hana sendiri lupa untuk memberi kabar pada sang Ibu."Iya. Kok kalian bisa lupa sama Ibu, sih? Sengaja, ya?" sindir Ibu Nur."Bukan begitu, Bu. Setelah melahirkan, Hana sempat pendarahan, Bu. Mungkin Mas Adam panik dan gak mau buat Ibu kepikiran. Tapi sekarang Hana sudah gak apa-apa." Hana sedikit menjelaskan kronologi kejadian saat dia melahirkan. "Astaghfirullah al'adzim! Maaf, Nduk, Ibu gak tau. Tapi sekarang kamu beneran gak apa-apa, kan, Nduk?" tanya Ibu Nur memastikan. Hana mengangguk pelan."Alhamdulillah. Nduk, Ibu mungkin tidak bisa lama di sini, kasihan adikmu di kampung sendirian. Ibu cuma dua hari di sini gak apa-apa, ya?"Menjadi single parent memang tidaklah mudah bagi Ibu Nur. Tapi, selama ini Beliau kuat

    Last Updated : 2022-11-04

Latest chapter

  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 17. Pesan Adam

    Adam menggerutu karena tidak menemukan keberadaan Alya. Bahkan, Kanaya juga tidak sedang tidur bersama dengan Hana. "Kemana, sih, anak ini? Heran, deh!" gerutu Adam sambil terus mencari keberadaan babysitter barunya itu. Seluruh rumah sudah ditelusuri. Namun Adam tak kunjung menemukan keberadaan Alya. Hingga sampai dia merasa lelah dan istirahat di ruang tamu. "Assalamu'alaikum!" Suara Alya terdengar tak lama setelah itu. "Waalaikumsalam. Habis darimana kamu, Al? Keluyuran?" tanya Adam setengah emosi."Ma—af, Pak. Bukan, Pak. Tadi Alya keluar sebentar buat beli popoknya Kanaya karena habis. Sekali lagi maaf, Pak," jawab Alya seraya menunduk. "Ya sudah lah. Saya mau bicara sama kamu. Duduk!" ucap Adam masih dengan hati yang emosi. Alya menuruti ucapan Adam dan hatinya berdebar kencang karena takut majikannya itu marah dan memecatnya. Bahkan Alya tidak berani menegakkan kepalanya. Sementara itu, Adam tengah meredam emosinya. Karena masalah Hana dan Riko, Adam jadi gampang emosi.

  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 16. Hasutan

    Mobil Adam melaju tak tentu arah. Dia bingung mencari jawaban. Hingga akhirnya mobilnya menepi di sebuah tempat yang dia baru pertama kali melintas.Tempat yang sepi dan enak untuk menyendiri. Tempat tersembunyi yang terdapat cafenya. Adam masuk ke dalam cafe dan memesan segelas kopi. "Apa benar Riko melakukan itu? Tapi mana mungkin?" tanya Adam dalam hati.Jika diingat masa lalu, Riko ini anak dari adik ayah Adam. Sejak kecil, Riko sudah ditinggal ayahnya ke surga. Ibunya terpaksa bekerja di luar negeri untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selama ini, Riko tinggal bersama dengan nenek mereka. Tak heran jika Riko dan Adam dekat seperti kakak dan adik kandung. Satu jam sudah Adam berada di sana. Setelah membayar minumannya, Adam bergegas melajukan motornya untuk meminta kejelasan dari Riko."Ya, aku harus mendengarkan juga dari sisi Riko." Begitu kata Adam pada dirinya sendiri. Adam meraih ponselnya dan langsung memencet nomor Riko. Tak butuh waktu lama untuk Riko mengangkatnya. Sebelum

  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 15. Emosi

    Hati Hana sudah tenang dan dia juga bersyukur ada Alya di rumahnya kini. Paling tidak selama Adam bekerja, dia tidak takut lagi jika sewaktu-waktu Riko datang kembali. Dua hari berlalu setelah kedatangan Riko kemarin. Hana belum juga menceritakan hal itu kepada Adam walaupun Alya sudah mendesaknya untuk bercerita. "Pak, boleh Alya bicara?" kata Alya dengan suara pelan ketika tak sengaja berpapasan dengan Adam di dapur. Hana saat itu tengah memberi ASI pada bayi Kanaya. "Ada apa, Al? Semua baik-baik saja, kan?" Hari itu kebetulan hari Adam libur dan ingin menghabiskan waktu bersama Hana dan juga Kanaya. "Ini soal Ibu, Pak. Sepertinya Ibu tidak berani cerita sama Bapak," kata Alya sangat pelan. "Memangnya ada apa, Al? Istri saya baik-baik saja, kan, selama saya kerja? Dia gak aneh-aneh?" "Tidak, Pak, tapi ..." Alya tak melanjutkan ucapannya. Dia melihat terlebih dahulu ke arah kamar Hana guna memastikan majikan perempuannya itu tidak keluar. "Ada apa, sih, Al?" tanya Adam gemas.

  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 14. Riko Datang Lagi

    Belum sempat Hana menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba Riko muncul dan langsung masuk ke dalam rumah karena memang pintu rumah Hana belum ditutup. "Sayang a—" Riko terkejut karena ternyata Hana di dalam tidak sedang sendirian. Kedua perempuan itu langsung menoleh ke arah Riko. Hana langsung tampak ketakutan dan Alya sendiri bingung karena tidak tahu apa-apa."PERGI! PERGI KATAKU!" teriak Hana sambil memekikkan telinga. Karena teriakan Hana begitu keras, Kanaya sampai terbangun dan menangis. Alya langsung sigap menggendong Kanaya yang kebetulan di tempatkan di ruang tengah. Jiwa pengasuhnya sudah mulai merasuki hatinya. Tanpa disuruh pun, Alya masuk ke ruang tengah. Merasa tidak aman karena ada orang lain, Riko memilih pergi dari rumah Alya dengan perasaan marah. Misinya kali ini gagal total."S*al! Siapa perempuan yang bersama dengan Hana tadi? Gagal sudah rencanaku untuk memiliki Hana. B*doh! B*doh!" rutuk Riko pada dirinya sendiri dengan memukul kepalanya berulang kali. Hana mena

  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 13. Cerita

    "Nah ini rumah kami, Mbak Alya. Mari masuk, Mbak!" ucap Hana.Adam sejak tadi diam saja. Dia tidak berkomentar apapun kecuali ditanya oleh Hana. "Oh iya, Mas, kamu sudah bilang Pak RT soal kamar kos buat Mbak Alya belum?" Tatapan mata Hana beralih pada Adam. "Oh iya, kalau begitu ke sana aja sekalian, Sayang. Gimana?" usul Adam. Hana terlihat berpikir sejenak. Jujur saja dia sangat lelah karena semalaman begadang. Kanaya semalam maunya hanya digendong saja. Kalau bukan karena ajakan Adam, Hana sebenarnya memilih untuk tidur sejak pagi."Hana capek, Mas. Lagian Kanaya juga lagi tidur, Mas. Kalau Mas Adam sama Mbak Alya saja yang ke sana gimana? Gak apa-apa, kan?" tolak Hana."Panggil Alya saja, Bu. Saya lebih muda dari pada Ibu dan Bapak," sahut Alya. "Tapi, Sayang —""Gak apa-apa, Mas. Gak akan ada yang berpikiran aneh-aneh sama kalian. Itu, kan, yang Mas pikirkan?" terka Hana seperti tahu isi pikiran Adam. Karena memang wajah Hana terlihat lelah, Adam menuruti usulan Hana. Dia d

  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 12. Babysitter Baru

    Adam benar-benar tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Alya yang dulu pernah datang bersama dengan pamannya, sekarang menjadi babysitter. "Assalamu'alaikum!" ucap Adam saat baru sampai di rumah tepat pukul tujuh malam."Waalaikumsalam." Hana menghampiri Adam dan mencium punggung tangan suaminya serta membawa tas Adam untuk diletakkan di dalam kamar. "Hana siapkan air hangat dulu, ya, Mas," kata Hana lagi. Adam mengangguk pelan. Mandi dengan air hangat akan bisa sedikit mengobati rasa lelah hari ini. Adam sebenarnya tidak suka jadi pegawai negeri. Tapi saat itu, desakan Pak Gunawan sangatlah kuat. Adam tak kuasa menolak dan dia pun mencoba ikut tes. Hingga akhirnya keberuntungan berpihak padanya. Satu kali ikut tes, Adam dinyatakan lolos.Setelah Hana selesai menyiapkan air hangat, Adam mandi kemudian mereka makan bersama. Hana merasa jauh lebih tenang karena Riko tidak ke sana lagi setelah kejadian kemarin. Dia sudah mengantisipasi semuanya saat nanti jika sewaktu-waktu Riko data

  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 11. Tragedi

    Hana lupa jika perumahan tempatnya tinggal kini, rata-rata penghuninya adalah para pekerja, baik itu laki-laki ataupun yang perempuan. Teriakan demi teriakan seperti tidak ada artinya saat ini. "Ya Allah, aku harus apa? Mas Adam ... tolong Hana, Mas!" gumam Hana sambil memeluk Kanaya yang sudah mulai menangis. Riko tidak putus asa. Dia mencoba mencongkel pintu kamar mandi dengan peralatan yang ada. Dan setelah sepuluh menit berlalu, Riko berhasil membuka paksa pintu itu. "Kamu mau apa, Riko? Lepaskan!" Hana kembali berontak ketika Riko menarik tubuhnya keluar dari kamar mandi. "Diam! Ikuti perintahku atau anakmu akan m*ti ditanganku!" ancam Riko sambil mengambil Kanaya dari gendongan Hana."Jangan, Riko! Aku mohon jangan!" Hana semakin menangis karena melihat anaknya terlepas dari gendongan dan berpindah tangan ke Riko. Demi keselamatan Kanaya, Hana terpaksa mengikuti perintah Riko. Keselamatan Kanaya adalah yang utama saat ini. Kanaya masih saya terus menangis di gendongan Riko

  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 10. Tamu Tak Diundang

    "Ibu apa kabar? Sehat?" Hana mencium tangan ibunya setelah meminta Ibu Nur duduk."Alhamdulillah Ibu sehat. Kamu juga baik-baik saja, kan? Mana cucu Ibu?" tanya Ibu Nur sambil matanya mencari bayi mungil Kanaya."Ada di kamar lagi tidur, Bu. Ibu diberitahu Mas Adam?" Hana sendiri lupa untuk memberi kabar pada sang Ibu."Iya. Kok kalian bisa lupa sama Ibu, sih? Sengaja, ya?" sindir Ibu Nur."Bukan begitu, Bu. Setelah melahirkan, Hana sempat pendarahan, Bu. Mungkin Mas Adam panik dan gak mau buat Ibu kepikiran. Tapi sekarang Hana sudah gak apa-apa." Hana sedikit menjelaskan kronologi kejadian saat dia melahirkan. "Astaghfirullah al'adzim! Maaf, Nduk, Ibu gak tau. Tapi sekarang kamu beneran gak apa-apa, kan, Nduk?" tanya Ibu Nur memastikan. Hana mengangguk pelan."Alhamdulillah. Nduk, Ibu mungkin tidak bisa lama di sini, kasihan adikmu di kampung sendirian. Ibu cuma dua hari di sini gak apa-apa, ya?"Menjadi single parent memang tidaklah mudah bagi Ibu Nur. Tapi, selama ini Beliau kuat

  • Mertuaku Tak Ingin Cucu Perempuan   Bab 9. Ibu Hana Datang

    Adam baru teringat jika dia sama sekali belum mengabari ibu mertuanya soal Hana yang sudah melahirkan. Sembari menunggu makanan yang dibungkus, Adam mencoba menghubungi mertuanya di kampung. Tut ... tut ... tut ....Terdengar suara khas jika telepon tersambung. Tak lama kemudian, ibu mertuanya yang bernama Ibu Nur mengangkatnya."Assalamu'alaikum, Le. Apa kabar kamu?" sapa Ibu Nur terlebih dahulu.Sudah lama Beliau menanti telepon dari anaknya. Beliau di kampung bersama dengan adik Hana yang masih sekolah di sekolah menengah pertama. Ayah Hana sudah meninggal sejak lama. Dan kini, Ibu Nur mengandalkan hasil dari berkebun untuk hidup sehari-hari."Waalaikumsalam. Alhamdulillah baik, Bu. Maaf, ya, Bu, Adam baru telepon Ibu sekarang. Adam hanya mau mengabarkan kalau Hana sudah melahirkan, Bu. Anak kami perempuan dan sehat, Bu."Ada binar kebahagiaan yang terpancar dari wajah Ibu Nur. Cucu yang dia nantikan ternyata sudah lahir."Alhamdulillah, Ya Allah! Ibu bahagia dengarnya. Anak laki

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status