Home / Pernikahan / Mertuaku Selalu Pilih Kasih / Pindah Ke Rumah Mertua

Share

Mertuaku Selalu Pilih Kasih
Mertuaku Selalu Pilih Kasih
Author: Yani Artan

Pindah Ke Rumah Mertua

Author: Yani Artan
last update Last Updated: 2022-07-04 16:12:22

"Belanja online lagi? Jangan boros-boros jadi istri, dong! Kasihan anakku kerja keras tapi duitnya kamu habisin!" bentak Ibu Mertua ketika melihatku menerima paket dari kurir.

"Ya ampun, Bu. Ngagetin aja, ini tuh bajunya Raka. Sengaja aku beli karena dari lahir sama sekali belum pernah beli baju buat dia," jelasku sambil berlalu darinya.

Aku memang belum pernah membelikan anakku baju dari dia lahir hingga sekarang berusia 3 bulan. Karena saat itu ada beberapa saudara dan tetangga yang memberikan kado berupa baju bayi.

Aku pikir uangnya untuk kebutuhan lain terlebih dahulu. Tapi sekarang bajunya banyak yang sudah kekecilan.

Kubuka paket dengan gunting dan mengeluarkan isinya. Alhamdulillah barangnya realpict, kainnya juga adem bisa jadi langganan lagi.

"Itu kayaknya kebesaran kalo buat Raka, cocoknya buat Bagas." Ternyata ibu mertua mengikutiku sampai ke kamar.

Bagas adalah anak dari Irda adik iparku yang juga tinggal disini. Sedangkan kakak suamiku Mbak Ima tinggal di kampung sebelah bersama suaminya. Mas Ikhsan suamiku anak kedua dari 3 bersaudara, satu-satunya anak lelaki di keluarga ini.

"Tapi bu, kasihan Raka bajunya udah pada kekecilan, sedikit pula. Aku sengaja beli agak besar karena bayi kan cepet banget pertumbuhannya," jelasku.

"Alah... gampang nanti tak cariin bajunya Bagas yang udah gak kepake." ucap ibu mertua seraya mengambil baju baru yang kutaruh diatas kasur.

Bagas berusia 5 bulan, hanya terpaut dua bulan dengan Raka, anakku.

Bukan sekali ini saja, waktu kakak lelakiku memberikan stroller bayi untuk Raka, ibu juga memintanya dengan alasan meminjam tapi sampai sekarang di pakai oleh Bagas. Setiap aku memakainya sebentar, tak berapa lama Irda adik iparku itu mengambilnya lagi.

Aku pun cuma bisa pasrah. Nyesek sekali rasanya, tak terasa air mata mengalir kala melihat putraku tertidur pulas dengan wajah malaikatnya.

"Maafkan ibu ya, Nak. Nanti kalo ada rejeki Ibu belikan baju lagi," Kubisikkan kata itu sambil mencium pipi gembulnya.

****

Setelah melahirkan 2 bulan yang lalu, Mas Ikhsan meminta untuk pindah ke rumah orang tuanya. Alasannya karena kurang nyaman berada di rumah orangtuaku.

"Mas, baju Raka yang baru tak beliin diminta sama ibu, katanya buat Bagas," ucapku dengan wajah cemberut pada Mas Ikhsan yang rebahan sepulang kerja sambil main handphone.

"Ya biarin aja, kan kata ibu emang bajunya kebesaran," jawab Mas Ikhsan.

"Ya ampun, Mas. Kamu itu emang gak pernah bisa belain aku, belain anak istri kamu. Selalu saja kamu mentingin keluarga kamu daripada anak istrimu." ucapku ketus.

"Eh anakku baru pulang kerja malah kamu ajak berantem, istri beg* kamu itu," hardik ibu mertua padaku. Rupanya dia menguping pembicaraan kami dari luar pintu kamar.

"Ibu ngapain tiba-tiba masuk, selalu saja nguping pembicaraan orang. Aku juga butuh privasi, Bu." cercaku sembari menahan sesak di dada.

"Terserah aku dong, ini rumahku jadi bebas mau ngapain aja," teriaknya.

Raka yang mendengar teriakan neneknya spontan menangis karena terganggu tidurnya.

"Dasar bayi cengeng dikit-dikit nangis, persis ibunya," makinya kepada Raka.

"Anakku juga cucumu, Bu. Jangan lupa itu!" tegasku. Dan Mas Ikhsan pun ikut bersuara,"Udah bu, jangan teriak-teriak disini, kasihan Raka." Lalu mertuaku pun melengos pergi.

Terdengar suara bapak yang menasehati ibu mertua di depan kamarku."Udah to, Bu. Gak usah mencampuri urusan anak2," ucapnya pada Ibu

****

"Mbak, kamu masak sayur apa? Aku minta ya, busui kan butuh makanan bergizi biar bayinya sehat selalu." jelasnya padaku

" Ada itu sayur bayam," ujarku sembari menunjuk meja makan.

Lalu dia mengambil mangkok besar dan piring yang ada di rak.

"Sisain buatku , soalnya aku belum sempat sarapan," pintaku pada Irda.

"Tinggal dikit nih, mbak. Nanggung, ntar kamu masak sayur lagi aja." ucapnya datar.

Ibu mertua yang duduk di depan televisi bersama Bapak ikut menyahut. "Yaudah habisin aja gak apa-apa, ntar biar dia masak lagi." ucapnya santai.

"kenapa gak kamu aja yang masak sendiri, aku juga busui bayiku juga butuh makanan bergizi." tanyaku dengan wajah datar pada Irda.

"Eh Bagas itu super aktif meskipun badannya kecil, mana sempat Irda masak. Kamu harusnya ngalah sebagai kakak ipar." bela ibu dan Irda pun melenggang pergi.

"Jangan kamu bela terus itu Irda, harusnya dia bisa bangun lebih pagi untuk masak. Dasar anaknya aja yang males, Bu." sela Bapak

Setiap hari aku memasak untuk diriku, suami dan mertua. Meskipun serumah tapi Irda punya dapur sendiri. Tetapi dia jarang sekali masak, dia lebih sering makan bersama kami disini bersama suaminya.

Bapak yang selalu membeli beras untuk kebutuhan kami sebulan, listrik dan air beliau juga yang menanggung. Sedangkan untuk sayur dan lauk pauk aku yang berbelanja.

Kadang bapak memberikan aku uang tanpa sepengetahuan Ibu. Sering aku menolak tapi beliau memaksa katanya untuk Raka.

Bapak berjualan ayam di pasar. Beliau berangkat sebelum subuh dan pulang sebelum siang. Penghasilannya tiap hari tak bisa ditentukan.

****

Aku berada di kamar mandi saat terdengar suara Arka menangis. Buru-buru kutuntaskan acara mandiku dan segera memakai baju. Tetnyata ada ibu mertua di depan televisi. Harusnya dia dengar tangisan Raka tapi kenapa dia gak mau menggendongnya.

Segera kuberikan asi pada bayi gembulku. Kugendong dia menuju ke depan agar bisa menghirup udara segar diluar. Tak lama terdengar suara Bagas menangis dari kamarnya dan ibu mertua pun buru-buru masuk ke kamar untuk menggendong Bagas.

Sungguh berbeda sekali perlakuan mertuaku pada cucu-cucunya. Dan akupun tersenyum miris.

****

Hari ini aku terserang demam, badan terasa panas dan meriang. Akhirnya cuma bisa memasak tumis kangkung dan tempe goreng. Tak kuat rasanya kepala ini buat berdiri lama-lama.

Kulihat depan jendela kamar, ibu menyapu halaman. Ada Bulek Ida, adik dari Ibu sedang duduk di depan teras rumahnya. Dia bertanya pada ibu,"Mana Naila koq gak keliatan dari pagi?"

"Punya mantu perempuan satu kerjaannya molor mulu,malesnya gak ketulungan," jawab Ibu Mertuaku.

"Lah yang biasanya masak, nyapu, ngepel juga dia. Jangan gitu lah sama menantu. Dia juga anak orang harus dihargai." bela Bulek Ida padaku dan mertuaku hanya mencebik setelah itu.

****

Terdengar pintu kamarku diketuk dan dibuka dari luar ternyata Bulek Ida. Tumben kamu gak keluar rumah? Lagi sakit ya, Nduk?" tanya bulek.

Melihatku yang berselimut rapat dan memakai masker, lalu mendekatiku dan memegang keningku."Panas banget ini, Nduk. Kamu harus minum obat. Takut Raka nanti ketularan," bebernya.

"Iya Bulek, tadi gak seberapa, habis buat nyuci dan masak makin menjadi. Belum sempat beli obat, Mas Ikhsan udah pergi kerja." sahutku.

"Yaudah kamu istirahat aja, Bulek mau beli obat dulu.Jangan lupa sarapan ya, biar nanti obatnya bisa langsung diminum," Perintahnya. Aku menganggukkan kepala menurut.

Alhamdulillah Raka tidak rewel hari ini. Saat terjaga dia bermain-main dengan menggigit teether di sampingku. Hingga dia tertidur mungkin karena kecapekan.

Related chapters

  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Pesan Teman

    "Raka dimana, dek? Kok kamu tidur sendirian," tanya Mas Ikhsan sepulang kerja. "Tadi dibawa Bulek Ida, Mas. Aku lagi gak enak badan," ucapku. "Udah minum obat? Aku beliin di warung sebelah ya?" tanya suamiku dengan raut wajah khawatir. " Udah, Mas. Tadi dibeliin sama Bulek Ida. Bulek juga yang bantu momong Raka seharian ini." jelasku. "Ibu malah ngomel mulu liat aku baringan seharian. Pegang Raka juga enggak." imbuhku lagi. "Sabar ya, Ibu mungkin capek makanya begitu. Kamu udah makan belum? Atau mau aku beliin sesuatu?" tanyanya. "Aku pingin bakso yang biasa mangkal di pertigaan, Mas. Udah lama gak makan bakso," pintaku pada lelaki yang baru dua tahun ini membersamaiku. "Siap, bos!" ucapnya sambil tersenyum lebar. Kami pun tertawa bersama. Tumben mas Ikhsan berbaik hati nawarin aku sesuatu. Biasanya juga dia gak peduli mau aku sakit juga. "Ah ... mungkin karena hari ini dia gajian jadi moodnya lagi baik," batinku.**** Mas Ikhsan masuk kamar sambil membawa 2 bungkus bakso,

    Last Updated : 2022-07-04
  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Raka Sakit

    Tak mau membuang banyak waktu, aku bergegas ke pasar dengan naik ojek yang mangkal di depan gang. Begitu sampai, kubayar ojek dengan uang pas. Tempat pertama yang kutuju adalah penjual bumbu. Kupesan apa yang sudah terdaftar di catatan belanja yang tadi diberikan ibu mertua. Bawang merah, bawang putih, lombok, tomat, berbagai macam bumbu, sayuran seperti kentang, wortel,buncis dan lain-lain. Alhamdulillah pasar sedikit sepi karena sudah agak siangan. Setelah dirasa semua bahan dan keperluan untuk masak besok sudah terbeli akupun pulang. **** Kurang beberapa meter dari rumah aku mendengar suara bayi menangis kencang. Dan aku mengenali suara itu. Iya itu suara Raka, anakku. "Gimana Raka bisa jatuh, Mbak?" Lihat ini kepalanya benjol," kata Bulek Ida. Hatiku juga sempat bertanya, seingatku sebelum pergi sudah aku beri guling disisi kiri kanan juga bawah anakku. Apa karena dia sekarang sudah bertambah aktif. Ah ... entahlah. Lekas aku berlari menghampiri Raka yang menangis kencan

    Last Updated : 2022-07-04
  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Pengajian Ibu

    Mas Ikhsan berjalan keluar dan mengangkat ponselnya. "Halo ... iya ada apa, Van? "Maaf sepertinya aku gak bisa keluar lagi. Anakku sakit." ucap Mas ikhsan dengan lawan bicaranya. Setidaknya aku bisa bernafas lega. Mas Ikhsan tidak lagi menuruti permintaan temannya itu.**** Tok! Tok! Tok! Kami yang sedang rebahan di ranjang saling menoleh. Kira-kira siapa yang bertamu di jam 9 malam. Saat Mas Ikhsan hendak beranjak, ternyata Irda sudah membukakan pintu terlebih dahulu. Rupanya adik iparku itu masih menonton televisi bareng Ibu Mertua. Ibu Mertua mengupas bawang merah dan bawang putih, mungkin akan dibuat masak untuk pengajiannya besok. Aku sengaja tak membantu karena Raka lebih membutuhkanku. Suami Irda memang jarang di rumah di jam-jam segini. Dia lebih suka nongkrong bersama temannya diluar. Hampir tengah malam dia baru pulang. "Maaf ganggu malam-malam, Mas Ikhsannya ada?" "Ada, Mbak. Silakan

    Last Updated : 2022-07-04
  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Perubahan Sikap Naila

    "Nak Vanya, cantik sekali ... gamisnya juga bagus," ucap Ibu Mertua. "Terima kasih, Bu ...," jawab perempuan itu malu-malu. Setelah itu Irda dan Mbak Ima bergabung bersama Vanya dan Ibu. Entah apa yang mereka obrolkan terlihat seru sekali hingga melupakan aku yang juga anggota keluarga ini. Bapak Mertua datang menyerahkan Raka padaku. Bocah itu tersenyum sumringah kala melihatku. Saat ini dialah pelipur laraku. "Naila, temani Vanya di sini saja ya karena sebentar lagi banyak tamu berdatangan di depan." ucap suamiku basa-basi. "Kau tidak perlu khawatir, Mas. Dia sudah mendapatkan banyak teman," jawabku sambil menatap ke arah Vanya dan kedua iparku. "Seharusnya kau bisa seperti dia agar bisa diterima keluargaku," imbuh Mas Ikhsan. Aku mengernyit menatap Mas Ikhsan. Apa maksud dari perkataannya itu. Aku harus cantik? Atau aku harus berpenghasilan supaya bisa diterima keluarganya? Begitukah. "Jika aku menjadi seperti dirinya,

    Last Updated : 2022-07-04
  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Mencari Tahu

    Adzan subuh membangunkanku dari tidur nyenyakku. Kulirik bayi mungilku ternyata dia masih tertidur lelap. Lekas menuju ke kamar mandi mengguyur tubuh dengan air dingin dan mengambil wudhu. Dua raka'at aku tunaikan, setelah itu kumengangkat tangan di hadapan Penciptaku. Aku berdoa kepadanya agar diberikan petunjuk untuk keberlangsungan rumah tanggaku. Meminta kepadaNya agar dibukakan apa yang selama ini tertutup, dijelaskan apa yang selama ini masih samar. Aku yang lemah agar diberikan kekuatan dan keikhlasan. Puas telah mencurahkan isi hati kepada Yang Maha Pendengar, aku lanjutkan aktifitas pagiku.**** Entah energi darimana aku dapatkan, dengan semangat aku mengerjakan semua pekerjaan rumah tanpa merasa berat. Kumasak makanan kesukaan Ibu Mertua. Sayur lodeh, perkedel jagung, dan ikan goreng. Setelahnya kubersihkan bekas peralatan masak. Saluruh rumah kubersihkan dan lantai pun terlihat sudah berkilau. Anggap saja ini baktiku untuk

    Last Updated : 2022-07-05
  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Ikhsan Berkhianat

    Ya Allah ... kuatkan aku. Dengan mata kepalaku sendiri aku menyaksikan suamiku bermesraan dengan perempuan lain. Kuhirup udara sebanyak mungkin, tak mau kelihatan lemah di hadapan mereka. Vanya duduk diatas pangkuan suamiku, saling berpelukan dan mereka berci*man. Kubuka pintu semakin lebar dan tanpa ragu aku masuk ke dalam. Tak kupedulikan baju yang basah karena air hujan. Kuambil high heels yang ada di lantai lalu melemparnya ke arah mereka. Aarghh!! Dengan serta merta pasangan laknat itu melepaskan diri. Vanya berteriak kesakitan karena wajahnya kuhantam dengan sepatunya sendiri. Mas Ikhsan tak percaya aku ada di depannya. Matanya melotot seperti melihat setan. Tanpa banyak kata aku maju ke depan dan menamparnya dengat sekuat tenagaku. Plak! "Itu untuk pengkhianatanmu, Mas!" ucapku. "Dek--," belum sempat dia melanjutkan kata-katanya, aku menambahinya reward sekali lagi. Plak! "Dan ini untuk harga diriku,"

    Last Updated : 2022-07-05
  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Naila Keluar Dari Rumah Mertua

    Plak! Tanpa kuduga Ibu Mertua menamparku keras hingga ujung bibirku berdarah. Sakit sekali, namun lebih sakit lagi hati ini. Suamiku hanya diam tak berusaha melindungiku. Bapak mertua yang melihat tindakan istrinya, serta merta menjauhkannya dariku. Takut dia akan berbuat lebih. "Jangan main pukul anak orang, Bu," ucap Bapak. "Dasar mantu gak tahu diri! Beraninya kau memfitnah anakku, hah?!" teriak Ibu dengan pandangan nyalang. "Kenapa kau berani mengangkat tangan pada anak orang lain, Bu? Bahkan ibu kandungku sendiri tak pernah melakukan ini. Tanyakan pada anakmu yang bersih ini apa yang telah diperbuatnya," tanyaku dengan pandangan nanar. Percuma aku menjelaskan panjang lebar padanya. Hanya kebencian yang ada di mata Ibu Mertuaku. "Maaf Pak, sepertinya hanya Bapak yang menganggap aku manusia di rumah ini. Aku pamit membawa Raka bersamaku malam ini juga," jelasku. "Naila, aku mohon ... kita bisa bicara dulu," pinta

    Last Updated : 2022-07-05
  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Pulang Ke Rumah Orangtua

    Pagi-pagi sekali aku sudah terbangun, setelah sholat subuh beranjak ke dapur untuk membantu Mbak Nisa menyiapkan sarapan. Ternyata Mbak Nisa sudah di sana dan sedang asyik menyeduh teh. "Udah bangun, Nis? Ini Mbak buatin teh hangat buat kamu dan Mas Azam. "Ngrepotin aja, Mbak. Ini pisangnya apa mau digoreng, aku bantu ya?" tanyaku. "Eh iya ... gak apa-apa kalau kamu mau bantu gorengin. Biar Mbak Nisa bikin nasi goreng buat sarapan aja ya," ucapnya. Kami pun asyik dengan pekerjaan masing-masing. Tak butuh waktu lama semua makanan sudah tersaji di meja makan. Mas Azam sudah duduk menunggu kami. Sambil minum secangkir teh hangat, dia memintaku bercerita tentang apa yang terjadi pada rumah tanggaku. Kuceritakan semuanya mulai dari awal hingga akhir. Bahkan perlakuan Ibu Mertua dan Saudarinya pun tak ketinggalan. Mereka mendengarkan dengan seksama. Sesekali kakakku menghela nafas panjang dengan ceritaku itu. "Apa menu

    Last Updated : 2022-07-05

Latest chapter

  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Pernikahan Naila dan Arya

    Amanda diusir dari tempat kost di mana ia tinggal bersama Anton. Ia kedapatan bermain serong dengan suami pemilik kost itu. Bukan hanya diusir, tapi juga dipermalukan di tempat umum karena mereka kepergok bermesraan di dalam kamar. Sedangkan Anton memilih tak peduli lagi dengan nasib perempuan itu. Karena sebenarnya dia juga hanya main-main dengannya, apalagi perempuan itu ternyata mudah sekali menjual harga dirinya. Anton berusaha menemui Irda untuk minta maaf, tapi Irda tak mau menerima suaminya itu kembali. Irda berpikir lebih baik bercerai dari pada menghabiskan seumur hidupnya untuk lelaki pengkhianat. Akhirnya Anton memilih pulang kampung ke tempat asal orangtuanya. Meskipun di sana dia sudah tidak ada orangtua setidaknya dia masih punya saudara yang mau menampungnya. Irda untuk saat ini hanya memikirkan mencari nafkah untuk anak semata wayangnya. Ia ingin menghidupi anak dan Ibunya dengan jerih payahnya sendiri. Takdir kehidupan membua

  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Rencana yang Gagal

    Renata melihat kedua bocah itu bermain sendirian."Bim, ini waktu yang tepat. Cepat bawa paksa anak Naila sekarang juga!" Bimo, lelaki sewaan Renata menuruti perintah Bosnya. Dia berjalan santai ke arah dua bocah itu bermain. Sementara Naila merasa perasaannya tak tenang. Dia keluar mencoba melihat keadaan putranya. "Kamu mau kemana, Nai? tanya Arya yang sedang mencoba baju pengantinnya ketika melihat Naila keluar. "Bentar, Mas. Aku lihat anak-anak dulu." sahut Naila. Sekar masih asyik bermain dengan ponselnya. Dia tak menyadari bahaya mengintai buah hatinya. Bimo, lelaki sewaan Renata telah berada di hadapan Hazel dan Raka. Karena panik melihat Naila berjalan keluar, dia lantas menarik paksa salah satu bocah itu. Raka menangis dan Hazel berteriak meminta tolong, Naila yang mendengar teriakan minta tolong dan suara tangisan anaknya segera berlari. Dia melihat seorang lelaki menarik paksa Hazelia dan menggendongnya. Naila me

  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Rencana Pernikahan

    Pak Andre dan Bu Hera berbicara kepada Arya soal rencana pernikahannya yang akan dipercepat. "Gimana, Arya? Kamu setuju kan jika pernikahanmu segera dilaksanakan?" tanya Bu Hera kepada putranya. "Iya, Ma. Aku sih setuju saja. Tinggal nanti minta tanggapan Naila dan keluarganya bagaimana." jawab Arya. "Rencananya jika kalian sudah menikah nanti, maka butik akan Mama serahkan kepadamu dan Naila. Sekar sudah sibuk dengan pekerjaannya jadi dia menolak mengelolah butik itu." Bu Hera menjelaskan. "Apakah Mama akan ikut Papa ke luar negeri?" tanya Arya. "Iya, Sayang. Lagian kamu juga sudah ada Naila, 'kan? Biar Mama dan Papa bisa bulan madu lagi di sana," sahut Pak Andre sambil melirik istrinya. Arya tersenyum mendengar perkataan Sang Papa. Dia berharap kelak bisa mengikuti jejak kedua orangtuanya. Tetap mesra meskipun usia sudah menua.**** Sekar telah mengetahui rencana pernikahan adiknya akan dipercepat. Mamanya sendiri yang telah me

  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Perubahan Bu Sukma

    Sekar diam tak berani membantah lagi. Renata menatap Arya dengan wajah pias. Berharap sekali saja pria itu akan membelanya. Sedangkan Arya melengos ketika pandangan matanya tak sengaja bertabrakan dengannya. "Om, beri aku kesempatan sekali saja. Aku benar-benar tak bisa melupan Arya. Dia lelaki terbaik yang pernah hadir di hidupku." Renata memohon memasang wajah sedihnya. Pak Andre tidak lagi mengindahkan Renata. Dia teringat tujuan utamanya untuk makan malam kali ini. Dia lalu memandang Naila yang duduk di samping Arya. "Arya, diakah yang bernama Naila?" tanya Pak Andre. "Iya, Pa. Dia Naila, wanita yang aku cintai saat ini." ucap Arya dengan jantung berdebar. Pak Andre mengamati Naila lama. Tatapan matanya tajam memindai wanita itu. Naila mengangkat wajahnya ke arah pria yang memandangnya sedemikian rupa. Seketika timbul senyum di bibir manisnya. "Pak, Bapak yang di restoran waktu itu, 'kan? Terima kasih sudah membayar pesanan saya waktu itu," ucap Naila dengan senyum ramahnya.

  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Makan Malam di Rumah Arya

    "Gak apa-apa dong, Mas. Nanti kita temui ayah kamu. Trus kenapa itu muka jadi kusut begitu?" tanya Naila mengajak Arya becanda. "Aku takut, Nai. Ayahku orang yang perfeksionis. Dia tak mudah menerima orang lain dalam keluarga kami. Aku takut kamu mundur jika dia mengatakan sesuatu yang tidak kita harapkan." Arya menjelaskan. Naila memandang mata kekasihnya. Digenggamnya tangan lelaki yang ada dihapannya saat ini. Dia mencoba meyakinkan pria itu akan kesungguhan hatinya. "Mas, selama kamu bersamaku dan memperjuangkan cinta kita, maka aku akan berjuang bersamamu." ucap Naila yakin. Arya tersenyum lega mendengar penuturan kekasihnya itu. Setidaknya Naila akan selalu bersamanya dalam situasi sulit sekali pun. "Oh iya, Nai. Ini ada titipan gamis dari Mama. Gunakan nanti saat makan malam ya," ucap Arya. Naila menerima gamis pemberian Bu Hera dengan senang hati."Iya, Mas. Terima kasih."**** Malam itu Naila sudah berpamitan kepada kedua

  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Kekhawatiran Arya

    Rani tersenyum memandangi cincin pemberian Rendi yang terpasang di jari manisnya. Gadis itu masih tak percaya bisa sampai di tahap ini. "Eh, senyum-senyum sendiri. Ada kabar bahagia nih kayaknya," goda Naila pada sepupunya. "Mbak, liat ini cincin pemberian Mas Rendi." Rani menjawab seraya menunjukkan jari manisnya. "Cantik banget! Jadi dia sudah melamarmu?" tanya Naila turut bahagia. "Iya, Mbak. Mas Rendi gak mau lama-lama pacaran. Rencananya, minggu-minggu ini dia akan datang ke rumah bersama keluarganya untuk lamaran secara resmi," ujar Rani dengan mata berbinar. "Selamat ya, Ran. Semoga bisa sampai ke pelaminan," sahut Naila mendoakan. "Aamiin ... Semoga Mbak Naila bisa segera menyusul juga," sahut Rani balik mendoakan Naila. Kedua perempuan yang masih saudara sepupu itu saling berpelukan. Saling memberikan doa dan semangat untuk mencapai kebahagiaan.**** Rendi dan keluarganya datang ke rumah Rani untuk melamar secara

  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Bertemu Pria Asing

    Rendi mengajak Rani dinner di sebuah restoran. Malam itu Rendi ingin membicarakan tentang sesuatu hal kepada kekasihnya. "Tempatnya asyik ya, Mas." ucap Rani. "Iya aku sengaja memesan tempat ini untuk berbicara hal penting sama kamu, Ran." jawab Rendi memasang wajah dingin di hadapan Rani. "Emang ada hal penting apa, Mas?" tanya Rani yang melihat ada perubahan di mimik wajah kekasihnya. "Ran, maafkan aku." Rendi berkata dengan menunduk menghindari tatapan dari perempuan di hadapannya. Rani merasa ada hal buruk yang akan disampaikan oleh pria di depannya itu."Ada apa, Mas?" "Aku-aku gak bisa lagi berpacaran denganmu, Ran ...." lirih Rendi sedih. Mata Rani mulai berembun,"kenapa, Mas? Apa ada orang lain di hati kamu?" "Aku gak bisa lagi menjadikanmu pacar karena aku ingin menjadikanmu istriku, Ran," ucap Rendi dengan senyum manisnya. Rani menangis mendengar ucapan Rendi. Air mata meluncur dari mata sendunya. Rendi gel

  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Meminta Maaf

    Arya berjalan bolak-balik di depan teras rumah. Tangannya memegang ponsel untuk menelpon Naila berkali-kali namun tak tersambung. Dia telah bertanya pada tetangga sebelah rumah Naila. Katanya Naila bersama kedua orangtuanya pergi ke rumah Ikhsan, mantan suami Naila. Hal itu tentu saja membuat Arya khawatir. Dia takut pikiran Naila berubah dan akan kembali lagi ke suaminya. Tak lama mobil Naila memasuki halaman rumah. Arya tersenyum ramah pada Bu Rima dan Pak Ahmad. Dia juga menyempatkan diri menyapa Raka. Kedua orangtua Naila langsung masuk ke dalam membawa Raka cucunya. Mereka ingin membersihkan diri dulu. "Mas Arya, udah lama di sini?" tanya Naila. Arya dengan wajah dinginnya menyahut pertanyaan Naila," Iya sampai kering aku di sini," Naila menatap kekasihnya itu. Dia merasa sikap Arya tak seperti biasanya. "Masuk dulu, Mas. Kamu mau minum apa?" tanya Naila. "Air es aja biar dingin hatiku," sahut Arya cuek tanpa m

  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Berita Duka

    Pak Jaka terlihat semakin pucat. Tangannya tak lepas memegang dadanya yang terasa sakit. Dia mencoba berbicara namun tak bisa. Tangannya mengisyaratkan minta tolong pada istrinya yang menangis sedih dengan kelakuan menantunya. "Bu ... Bu, to-" BUGH!! Pak Jaka jatuh terjerembab. Bu Sukma terlonjak kaget. Wanita itu menjerit histeris mendapati suaminya tak sadarkan diri. "Irda, tolongin Bapakmu, Nak!" seru Bu Sukma. Irda dan Anton menghambur ke arah Bu Sukma. Mereka menggoncang tubuh Pak Jaka. Namun, tak ada reaksi darinya. Ikhsan keluar karena suara ribut-ribut di depan kamarnya. Disusul Amanda di belakangnya. "Akhirnya keluar juga kamu, Mas," seru Irda dengan berurai air mata. "Ada apa ini, Bu? Irda? Kenapa sama Bapak?" tanya Ikhsan. "Ini semua karena ulah mereka, Mas," Irda menatap nyalang pada Amanda dan Anton. Anton menunduk takut di depan Ikhsan, sedangkan Amanda masih bingung dengan apa yang terjadi.

DMCA.com Protection Status