공유

Ikhsan Berkhianat

작가: Yani Artan
last update 최신 업데이트: 2022-07-05 21:18:11

Ya Allah ... kuatkan aku. Dengan mata kepalaku sendiri aku menyaksikan suamiku bermesraan dengan perempuan lain. Kuhirup udara sebanyak mungkin, tak mau kelihatan lemah di hadapan mereka.

Vanya duduk diatas pangkuan suamiku, saling berpelukan dan mereka berci*man.

Kubuka pintu semakin lebar dan tanpa ragu aku masuk ke dalam. Tak kupedulikan baju yang basah karena air hujan. Kuambil high heels yang ada di lantai lalu melemparnya ke arah mereka.

Aarghh!!

Dengan serta merta pasangan laknat itu melepaskan diri. Vanya berteriak kesakitan karena wajahnya kuhantam dengan sepatunya sendiri.

Mas Ikhsan tak percaya aku ada di depannya. Matanya melotot seperti melihat setan. Tanpa banyak kata aku maju ke depan dan menamparnya dengat sekuat tenagaku.

Plak!

"Itu untuk pengkhianatanmu, Mas!" ucapku.

"Dek--," belum sempat dia melanjutkan kata-katanya, aku menambahinya reward sekali lagi.

Plak!

"Dan ini untuk harga diriku," imbuhku. Nafasku terengah-engah menahan emosi.

"Mbak, gak sopan kamu masuk rumah orang tanpa permisi," teriak Vanya.

Brak!

Kulemparkan kotak sampah yang ada di dekat pintu hingga isinya berhamburan mengotori wajahnya.

"Diam kau j*lang, kau bahkan tak berhak bicara padaku," teriakku.

Setelah itu kurapikan rambutku, seolah tidak terjadi apa-apa, aku berlalu dari hadapan mereka.

Melihat ada secangkir kopi dan minyak goreng yang sudah dibuka diatas nakas, aku menyambarnya dan kembali masuk ke dalam. Kutuang secara berhamburan diatas kasur milik Vanya.

"Sialan! Set*n kau!" teriak Vanya.

"Maaf mengganggu, silakan dilanjutkan lagi," kataku sambil berlalu. Tak lupa kututup pintu dengan kencang hingga menimbulkan getaran suara yang keras.

Baru keluar dari kamar kos itu, kulihat ada beberapa orang yang berkumpul di depan pintu. Mungkin mereka terganggu mendengar suara berisik.

"Ada apa, mbak? Kok sepertinya ada keributan?" tanya Seseibu penasaran.

"Ada ulat bulu dan buaya darat di dalam, Bu," ucapku sesopan mungkin.

Mereka semua hanya saling tatap bingung. Biarlah yang penting aku sudah melampiaskan emosiku hari ini.

****

Kususuri setiap jalan dengan deraian air mata, biarlah hari ini aku menangis sepuasnya. Besok aku harus bangkit, tak boleh lagi ada air mata untuk pengkhianat itu.

Kupanjatkan doa KepadaNya agar memberikanku kekuatan dan keikhlasan. Aku juga memohon agar dimampukan dan diangkat derajatku agar bisa mengangkat kepala kepada mereka yang sudah menyakitiku. Bukankah doa orang yang teraniaya akan diijabah?

Ingatanku kembali pada dua tahun yang lalu. Dimana Mas Ikhsan berjuang memenangkan hatiku. Segala macam cara dia lakukan untuk bisa membuatku jatuh hati kepadanya.

Awal mula kami bertemu karena dikenalkan oleh seorang teman. Di pertemuan pertama dia sudah menyukaiku, itu yang pernah dia katakan. Kegigihan Mas Ikhsan yang akhirnya membuatku luluh.

Masih kuingat betul bagaimana dia berjanji kepadaku. Saat aku menerima cintanya, dia bersumpah akan selalu setia dan membahagiakanku, bahkan dia mengatakan itu di depan orangtuaku.

Dan kini dia telah menghancurkan kepercayaanku. Dia tidak bisa melihat pengorbananku.

Bagaimana perjuanganku agar keluarganya bisa menerimaku, aku rela diperlakukan seperti babu, aku diam meskipun mereka sering mencaciku, dan aku juga rela berbagi penghasilan dengan Ibunya.

Tidak, aku tidak mau berjuang lagi. Sudah cukup selama ini aku berjuang mempertahankan rumah tanggaku sendirian.

****

Kudengar suara tangisan Raka saat memasuki rumah. Ternyata Bapak berusaha menenangkan bayiku. Sedangkan ibu mertua merengut, mulutnya juga tak berhenti mengomel.

"Dasar menantu edan! Pergi ke mana saja kamu?!" teriaknya padaku.

"Berisik, bayi cengeng!!" pekiknya pada bayiku.

"Cukup, Bu. Jangan mengumpat cucumu sendiri!" ucapku.

"Dari mana kamu? Lihat bajumu basah, lantai jadi kotor semua," cerocosnya tak berhenti.

"Naila, kamu dari mana? Ini Raka dari tadi tak berhenti menangis" tanya Bapak khawatir.

"Kamu ganti baju dulu, setelah itu baru gendong anakmu," kata Bapak.

Gegas aku mengambil baju lalu masuk kamar mandi. Secepat kilat kubersihkan tubuhku tak mau bayiku menangis terlalu lama. Terdengar suara motor Mas Ikhsan saat aku telah selesai.

"Udah, Pak. Raka biar saya gendong," pintaku.

Bapak lalu menyerahkan Raka padaku. Kubawa anakku ke dalam kamar untuk kuberi asi. Mas Ikhsan masuk, menatapku kikuk.

"Nai-," ucap Mas Iksan.

"Biarkan aku memberikan asi ke anakku dulu, Mas," selaku.

Mas Ikhsan lalu menyugar rambutnya kasar. Entah karena hasratnya terputus ataukah karena menyesali perbuatannya. Namun, aku yakin dia menikmatinya.

Raka telah tertidur, aku tak mau membuatnya terbangun dari tidurnya karena itu aku meminta bicara suamiku di luar kamar.

Aku menatap Mas Ikhsan tajam, dia terlihat salah tingkah. Tak mau menunggu terlalu lama, aku pun bersuara," Aku menunggumu, Mas. Cepatlah bicara,"ucapku.

"Nai ... aku khilaf, tapi kami baru melakukannya kali ini," jelasnya.

"Maksudku ... cuma sebatas itu, tidak lebih," Mas Ikhsan kesulitan menjelaskan.

"Itu karena aku mengganggumu. Jika tidak, kalian pasti sudah melakukan lebih," ucapku tegas.

"Kalian telah berkhianat di belakangku. Dan untuk sebuah pengkhianatan aku tidak bisa memaafkan," lanjutku.

"Naila, kamu jangan gegabah. Aku sudah minta maaf, tidakkah kamu ingin mempertahankan rumah tangga ini?" kata Mas Ikhsan mulai meninggi.

"Selama ini itu yang aku lakuin, Mas. Mempertahankan rumah tangga. Tak peduli bagaimana buruknya sikap Ibu dan ipar padaku. Meskipun kamu lebih sering membela mereka dari pada aku." Menahan sesak di dada kuungkapkan semua.

"Dan sekarang aku tak mau lagi berjuang sendiri karena pengkhianatanmu itu," lanjutku.

"Apa maksudmu, Nai? Kamu mau kita berakhir begitu saja?" tanya Mas Ikhsan tak percaya.

"Yang pasti aku akan pergi dari sini." ucapku tegas.

"Tidak, aku tidak mengijinkan!" ucap suamiku lantang.

"Egois sekali kamu, Mas! Kuminta menjauhi Vanya tak kamu hiraukan. Tapi kamu juga memintaku bertahan," ucapku.

"Setuju atau tidak aku akan tetap pergi, aku akan kembali ke rumah orangtuaku," lanjutku.

"Aku bilang tidak!" teriak Mas Ikhsan lantang.

Mendengar suara kami bertengkar, akhirnya Bapak keluar dari kamar diikuti Ibu di belakangnya.

"Ada apa ini, Ikhsan? Kenapa kalian saling berteriak?" tanya Bapak.

"Tadi Naila kembali ke rumah dalam keadaan basah. Aku yakin ada masalah diantara kalian." imbuh Bapak.

"Rumah ini kehilangan ketenangannya sejak kedatangan mantu tak tahu diri ini, Pak." Kembali ibu memprovokasi.

"Cukup,Bu. Jangan menambah keruh suasana,"ucap Bapak dan Ibu hanya mencebik.

"Katakan, Ikhsan. Kenapa kalian bertengkar?

"Naila ingin keluar dari rumah ini, Pak?" ucap Mas Ikhsan.

"Kenapa?" tanya Bapak.

"Mas Ikhsan berselingkuh di belakangku, Pak," kataku tertunduk.

"Bohong, Pak. Aku khilaf. Aku dan Vanya hanya--" Mas Ikhsan tak dapat melanjutkan kalimatnya.

"Mereka hanya saling berpelukan dan berciuman, Pak. Aku memergoki mereka berdua di dalam kamar kost," jelasku dengan menahan rasa sesak di dada.

Plak!!

관련 챕터

  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Naila Keluar Dari Rumah Mertua

    Plak! Tanpa kuduga Ibu Mertua menamparku keras hingga ujung bibirku berdarah. Sakit sekali, namun lebih sakit lagi hati ini. Suamiku hanya diam tak berusaha melindungiku. Bapak mertua yang melihat tindakan istrinya, serta merta menjauhkannya dariku. Takut dia akan berbuat lebih. "Jangan main pukul anak orang, Bu," ucap Bapak. "Dasar mantu gak tahu diri! Beraninya kau memfitnah anakku, hah?!" teriak Ibu dengan pandangan nyalang. "Kenapa kau berani mengangkat tangan pada anak orang lain, Bu? Bahkan ibu kandungku sendiri tak pernah melakukan ini. Tanyakan pada anakmu yang bersih ini apa yang telah diperbuatnya," tanyaku dengan pandangan nanar. Percuma aku menjelaskan panjang lebar padanya. Hanya kebencian yang ada di mata Ibu Mertuaku. "Maaf Pak, sepertinya hanya Bapak yang menganggap aku manusia di rumah ini. Aku pamit membawa Raka bersamaku malam ini juga," jelasku. "Naila, aku mohon ... kita bisa bicara dulu," pinta

    최신 업데이트 : 2022-07-05
  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Pulang Ke Rumah Orangtua

    Pagi-pagi sekali aku sudah terbangun, setelah sholat subuh beranjak ke dapur untuk membantu Mbak Nisa menyiapkan sarapan. Ternyata Mbak Nisa sudah di sana dan sedang asyik menyeduh teh. "Udah bangun, Nis? Ini Mbak buatin teh hangat buat kamu dan Mas Azam. "Ngrepotin aja, Mbak. Ini pisangnya apa mau digoreng, aku bantu ya?" tanyaku. "Eh iya ... gak apa-apa kalau kamu mau bantu gorengin. Biar Mbak Nisa bikin nasi goreng buat sarapan aja ya," ucapnya. Kami pun asyik dengan pekerjaan masing-masing. Tak butuh waktu lama semua makanan sudah tersaji di meja makan. Mas Azam sudah duduk menunggu kami. Sambil minum secangkir teh hangat, dia memintaku bercerita tentang apa yang terjadi pada rumah tanggaku. Kuceritakan semuanya mulai dari awal hingga akhir. Bahkan perlakuan Ibu Mertua dan Saudarinya pun tak ketinggalan. Mereka mendengarkan dengan seksama. Sesekali kakakku menghela nafas panjang dengan ceritaku itu. "Apa menu

    최신 업데이트 : 2022-07-05
  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Merencanakan Usaha

    POV Vanya Akhir-akhir ini aku mengagumi teman kerjaku, Iksan. Di saat lelaki lain berlomba untuk mendekatiku, dia malah terlihat cuek terhadapku. Aku mulai sering mengajaknya bicara, meminta pertolongan darinya tapi tetap saja dia bersikap biasa saja denganku. Bahkan jika makan siang tiba, aku sering mengajaknya menemaniku untuk makan di luar. Awalnya dia selalu menolak, tapi aku terus memohon kepadanya hingga dia mengiyakan permintaanku. Meskipun begitu, tak ada tanda-tanda dia menaruh hati padaku. Benar-benar kesal aku dibuatnya. Hingga hari itu suamiku mengusirku dari rumah karena melihatku sedang bermain api dengan Rudi teman kerjaku. Jujur dengan Rudi aku hanya bermain-main karena aku perlu memuaskan diriku sendiri. Tak peduli dia suami orang. Dan Iksan pria yang membuatku penasaran. Akan aku lakukan apapun untuk bisa bersamanya. Dengan alasan yang tepat, aku mengutarakan padanya untuk membantuku mencari kos yang dekat dengan rumahnya. Tak perlu waktu lama aku mendapatka

    최신 업데이트 : 2022-07-05
  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Usaha Baru Naila

    Hari ini aku mengajak Rani- saudara sepupuku yang masih gadis-berbelanja bahan crafter ke pasar induk. Selain harganya lebih murah, bahan yang tersedia juga lebih lengkap. Aku memilih semua bahan yang diperlukan. Mulai dari pita satin, pita organsa, bahan stoking, dan masih banyak perlengkapan lain yang diperlukan. Puas berbelanja banyak bahan yang diperlukan, aku mengajak Rani untuk mengisi perut di rumah makan dekat pasar. "Banyak banget belanjanya ini, mbak?" ucap Rani. "Sebenarnya ini masih kurang banyak, Ran. Tapi gak apa-apa sebagian nanti pesan lewat online aja,"jawabku. "Nanti begitu tiba di rumah, Mbak mau langsung bongkar dan rapikan. Besok bisa langsung eksekusi," ucapku. "Besok ke rumah pagi ya, biar Mbak bisa ajarin kamu," lanjutku. "Siap, bosku," jawab Rani sambil tertawa.**** "Raka rewel gak, bu? tanyaku pada Ibu yang menjaga Raka. "Alhamdulillah anakmu anteng, paling nangis kalo buang air atau min

    최신 업데이트 : 2022-07-07
  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Merawat Diri

    Kesibukanku selama ini membuatku lupa merawat diri. Apalagi setelah melahirkan, Mas Ikhsan mengajakku pindah ke rumah orangtuanya. Jangankan untuk melakukan perawatan, bisa mandi dua kali sehari saja sudah bersyukur. Itu pun dilakukan secara kilat. Selama di rumah Mertua, aku seperti pembantu gratisan. Dimulai dari memasak, mencuci baju dan bekas peralatan masak, membersihkan rumah dan bahkan hal terkecil sekali pun. Alih-alih mendapat penghargaan, malah caci maki yang sering aku dapatkan jika melakukan kesalahan. Dan suamiku selalu memintaku bersabar akan semua itu. Badanku yang dulu padat berisi jadi kurus kering karena jarang makan tepat waktu, mungkin juga karena faktor meng-asi-hi. "Ran, salon yang bagus dimana ya? Pengen perawatan nih," tanyaku pada sepupuku. "Cie ... cie ... udah pengen cari ayah baru buat Raka ya," ledek Rani sambil tertawa. "Hust! Asal aja kalau ngomong. Pingin terlihat cantik biar gak dikatain sampah,"

    최신 업데이트 : 2022-07-08
  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Bertemu Ikhsan

    Mobil kami telah sampai di depan rumah Bulek Ida yang sudah mulai ramai oleh orang. Rendi turun dan membukakan pintu untukku. Dia meminta Raka dariku. Aku berjalan beriringan dengannya. Bagi yang tak mengenal kami, pastilah mengira kami pasangan suami istri. Terlihat di depanku Mas Ikhsan duduk bersama Bapak. Aku menunduk menghindari pandangan matanya. Ternyata dia melihatku. "Naila ... ?" lirih Mas Ikhsan berkata. Untuk sesaat suamiku itu memandangku tak berkedip. Bibirnya bergetar seperti ingin bicara namun tak keluar satu patah kata pun. Kemudian dia melihat Rendi dengan tatapan bertanya. Melihat situasi ini, Rendi menyerahkan Raka dan memintaku masuk ke dalam. "Masuklah ke dalam, Nai. Ibu sudah menunggumu," ucap Rendi pandanganya tak lepas dari Mas Ikhsan. "Tunggu, Nai ...," Bapak Mertua memanggilku. "Bapak kangen sama Raka, biarkan bapak menggendongnya." pinta Bapak. Aku serahkan bayi mungilku itu kepada Bapak

    최신 업데이트 : 2022-07-08
  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Vanya Sakit

    Vanya datang bersama dengan Irda. Wajah gadis itu terlihat pucat. Tubuhnya terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Sepertinya dia sakit. "Mas Ikhsan, tolong anterin aku ke dokter," ucap Vanya dengan wajah pucat. "Iya, Mas. Kasihan Vanya kesakitan," jelas Irda khawatir. Saat Irda melihatku, dia melengos tak menyapaku sama sekali. Bahkan dia hanya menyindirku dengan mulut pedasnya. "Udah dibuang masih aja datang," sindirnya. Aku memilih tak menanggapi ucapannya itu. "Ada yang kurang kerjaan nih, hobinya ngurusin hidup orang," sindirku balik "Ayo, Mas. Aku udah gak tahan," ucap Vanya meringis kesakitan. "Aku sedang bicara sama istriku, Van. Pergilah!" ucap Mas Ikhsan geram. AARGH!! Vanya berteriak kesakitan, keluar banyak darah dari bawah roknya. Apakah Vanya pendarahan, apa dia hamil ataukah dia keguguran. Begitu banyak pertanyaan yang melintas di dalam pikiran. Namun aku mencoba menutupi rasa penasaranku dengan bersik

    최신 업데이트 : 2022-07-09
  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Ikhsan Berkunjung

    Masih teringat di benakku bagaimana Mas Ikhsan begitu peduli pada Vanya. Ia tak dapat menyembunyikan wajah paniknya saat menggendong perempuan itu ke rumah sakit. Hingga tak sadar bahwa sikapnya itu kembali melukai hatiku. Kuambil ponselku dari dalam tas barangkali ada pesan penting yang masuk. Kuperiksa satu persatu dan memang ada banyak pesan dari para customerku. [Mbak, kapan orderanku bisa dikirim?] [Sis, mau pesan headpiece buat acara nikahan, minta yang cantik dan terlihat mewah] [ Mbak, kiriman bunga stoking yang kemarin sudah ludes terjual. Bisakah aku pesan 1000 pieces lagi untuk pameran bulan depan] Dan masih banyak lagi pesan-pesan lainnya yang masuk. Kubalas pesan itu satu persatu. Aku harus profesional agar tidak mengecewakan pelangganku. Bagiku kepuasan pelanggan adalah yang utama. Setelah merasa lelah dan kantuk menyerang aku pun tertidur di samping putraku.**** "Ran, pastikan orderan yang telah selesai dicek lagi lalu dikirim. Jangan biarkan mereka menunggu terl

    최신 업데이트 : 2022-07-10

최신 챕터

  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Pernikahan Naila dan Arya

    Amanda diusir dari tempat kost di mana ia tinggal bersama Anton. Ia kedapatan bermain serong dengan suami pemilik kost itu. Bukan hanya diusir, tapi juga dipermalukan di tempat umum karena mereka kepergok bermesraan di dalam kamar. Sedangkan Anton memilih tak peduli lagi dengan nasib perempuan itu. Karena sebenarnya dia juga hanya main-main dengannya, apalagi perempuan itu ternyata mudah sekali menjual harga dirinya. Anton berusaha menemui Irda untuk minta maaf, tapi Irda tak mau menerima suaminya itu kembali. Irda berpikir lebih baik bercerai dari pada menghabiskan seumur hidupnya untuk lelaki pengkhianat. Akhirnya Anton memilih pulang kampung ke tempat asal orangtuanya. Meskipun di sana dia sudah tidak ada orangtua setidaknya dia masih punya saudara yang mau menampungnya. Irda untuk saat ini hanya memikirkan mencari nafkah untuk anak semata wayangnya. Ia ingin menghidupi anak dan Ibunya dengan jerih payahnya sendiri. Takdir kehidupan membua

  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Rencana yang Gagal

    Renata melihat kedua bocah itu bermain sendirian."Bim, ini waktu yang tepat. Cepat bawa paksa anak Naila sekarang juga!" Bimo, lelaki sewaan Renata menuruti perintah Bosnya. Dia berjalan santai ke arah dua bocah itu bermain. Sementara Naila merasa perasaannya tak tenang. Dia keluar mencoba melihat keadaan putranya. "Kamu mau kemana, Nai? tanya Arya yang sedang mencoba baju pengantinnya ketika melihat Naila keluar. "Bentar, Mas. Aku lihat anak-anak dulu." sahut Naila. Sekar masih asyik bermain dengan ponselnya. Dia tak menyadari bahaya mengintai buah hatinya. Bimo, lelaki sewaan Renata telah berada di hadapan Hazel dan Raka. Karena panik melihat Naila berjalan keluar, dia lantas menarik paksa salah satu bocah itu. Raka menangis dan Hazel berteriak meminta tolong, Naila yang mendengar teriakan minta tolong dan suara tangisan anaknya segera berlari. Dia melihat seorang lelaki menarik paksa Hazelia dan menggendongnya. Naila me

  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Rencana Pernikahan

    Pak Andre dan Bu Hera berbicara kepada Arya soal rencana pernikahannya yang akan dipercepat. "Gimana, Arya? Kamu setuju kan jika pernikahanmu segera dilaksanakan?" tanya Bu Hera kepada putranya. "Iya, Ma. Aku sih setuju saja. Tinggal nanti minta tanggapan Naila dan keluarganya bagaimana." jawab Arya. "Rencananya jika kalian sudah menikah nanti, maka butik akan Mama serahkan kepadamu dan Naila. Sekar sudah sibuk dengan pekerjaannya jadi dia menolak mengelolah butik itu." Bu Hera menjelaskan. "Apakah Mama akan ikut Papa ke luar negeri?" tanya Arya. "Iya, Sayang. Lagian kamu juga sudah ada Naila, 'kan? Biar Mama dan Papa bisa bulan madu lagi di sana," sahut Pak Andre sambil melirik istrinya. Arya tersenyum mendengar perkataan Sang Papa. Dia berharap kelak bisa mengikuti jejak kedua orangtuanya. Tetap mesra meskipun usia sudah menua.**** Sekar telah mengetahui rencana pernikahan adiknya akan dipercepat. Mamanya sendiri yang telah me

  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Perubahan Bu Sukma

    Sekar diam tak berani membantah lagi. Renata menatap Arya dengan wajah pias. Berharap sekali saja pria itu akan membelanya. Sedangkan Arya melengos ketika pandangan matanya tak sengaja bertabrakan dengannya. "Om, beri aku kesempatan sekali saja. Aku benar-benar tak bisa melupan Arya. Dia lelaki terbaik yang pernah hadir di hidupku." Renata memohon memasang wajah sedihnya. Pak Andre tidak lagi mengindahkan Renata. Dia teringat tujuan utamanya untuk makan malam kali ini. Dia lalu memandang Naila yang duduk di samping Arya. "Arya, diakah yang bernama Naila?" tanya Pak Andre. "Iya, Pa. Dia Naila, wanita yang aku cintai saat ini." ucap Arya dengan jantung berdebar. Pak Andre mengamati Naila lama. Tatapan matanya tajam memindai wanita itu. Naila mengangkat wajahnya ke arah pria yang memandangnya sedemikian rupa. Seketika timbul senyum di bibir manisnya. "Pak, Bapak yang di restoran waktu itu, 'kan? Terima kasih sudah membayar pesanan saya waktu itu," ucap Naila dengan senyum ramahnya.

  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Makan Malam di Rumah Arya

    "Gak apa-apa dong, Mas. Nanti kita temui ayah kamu. Trus kenapa itu muka jadi kusut begitu?" tanya Naila mengajak Arya becanda. "Aku takut, Nai. Ayahku orang yang perfeksionis. Dia tak mudah menerima orang lain dalam keluarga kami. Aku takut kamu mundur jika dia mengatakan sesuatu yang tidak kita harapkan." Arya menjelaskan. Naila memandang mata kekasihnya. Digenggamnya tangan lelaki yang ada dihapannya saat ini. Dia mencoba meyakinkan pria itu akan kesungguhan hatinya. "Mas, selama kamu bersamaku dan memperjuangkan cinta kita, maka aku akan berjuang bersamamu." ucap Naila yakin. Arya tersenyum lega mendengar penuturan kekasihnya itu. Setidaknya Naila akan selalu bersamanya dalam situasi sulit sekali pun. "Oh iya, Nai. Ini ada titipan gamis dari Mama. Gunakan nanti saat makan malam ya," ucap Arya. Naila menerima gamis pemberian Bu Hera dengan senang hati."Iya, Mas. Terima kasih."**** Malam itu Naila sudah berpamitan kepada kedua

  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Kekhawatiran Arya

    Rani tersenyum memandangi cincin pemberian Rendi yang terpasang di jari manisnya. Gadis itu masih tak percaya bisa sampai di tahap ini. "Eh, senyum-senyum sendiri. Ada kabar bahagia nih kayaknya," goda Naila pada sepupunya. "Mbak, liat ini cincin pemberian Mas Rendi." Rani menjawab seraya menunjukkan jari manisnya. "Cantik banget! Jadi dia sudah melamarmu?" tanya Naila turut bahagia. "Iya, Mbak. Mas Rendi gak mau lama-lama pacaran. Rencananya, minggu-minggu ini dia akan datang ke rumah bersama keluarganya untuk lamaran secara resmi," ujar Rani dengan mata berbinar. "Selamat ya, Ran. Semoga bisa sampai ke pelaminan," sahut Naila mendoakan. "Aamiin ... Semoga Mbak Naila bisa segera menyusul juga," sahut Rani balik mendoakan Naila. Kedua perempuan yang masih saudara sepupu itu saling berpelukan. Saling memberikan doa dan semangat untuk mencapai kebahagiaan.**** Rendi dan keluarganya datang ke rumah Rani untuk melamar secara

  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Bertemu Pria Asing

    Rendi mengajak Rani dinner di sebuah restoran. Malam itu Rendi ingin membicarakan tentang sesuatu hal kepada kekasihnya. "Tempatnya asyik ya, Mas." ucap Rani. "Iya aku sengaja memesan tempat ini untuk berbicara hal penting sama kamu, Ran." jawab Rendi memasang wajah dingin di hadapan Rani. "Emang ada hal penting apa, Mas?" tanya Rani yang melihat ada perubahan di mimik wajah kekasihnya. "Ran, maafkan aku." Rendi berkata dengan menunduk menghindari tatapan dari perempuan di hadapannya. Rani merasa ada hal buruk yang akan disampaikan oleh pria di depannya itu."Ada apa, Mas?" "Aku-aku gak bisa lagi berpacaran denganmu, Ran ...." lirih Rendi sedih. Mata Rani mulai berembun,"kenapa, Mas? Apa ada orang lain di hati kamu?" "Aku gak bisa lagi menjadikanmu pacar karena aku ingin menjadikanmu istriku, Ran," ucap Rendi dengan senyum manisnya. Rani menangis mendengar ucapan Rendi. Air mata meluncur dari mata sendunya. Rendi gel

  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Meminta Maaf

    Arya berjalan bolak-balik di depan teras rumah. Tangannya memegang ponsel untuk menelpon Naila berkali-kali namun tak tersambung. Dia telah bertanya pada tetangga sebelah rumah Naila. Katanya Naila bersama kedua orangtuanya pergi ke rumah Ikhsan, mantan suami Naila. Hal itu tentu saja membuat Arya khawatir. Dia takut pikiran Naila berubah dan akan kembali lagi ke suaminya. Tak lama mobil Naila memasuki halaman rumah. Arya tersenyum ramah pada Bu Rima dan Pak Ahmad. Dia juga menyempatkan diri menyapa Raka. Kedua orangtua Naila langsung masuk ke dalam membawa Raka cucunya. Mereka ingin membersihkan diri dulu. "Mas Arya, udah lama di sini?" tanya Naila. Arya dengan wajah dinginnya menyahut pertanyaan Naila," Iya sampai kering aku di sini," Naila menatap kekasihnya itu. Dia merasa sikap Arya tak seperti biasanya. "Masuk dulu, Mas. Kamu mau minum apa?" tanya Naila. "Air es aja biar dingin hatiku," sahut Arya cuek tanpa m

  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Berita Duka

    Pak Jaka terlihat semakin pucat. Tangannya tak lepas memegang dadanya yang terasa sakit. Dia mencoba berbicara namun tak bisa. Tangannya mengisyaratkan minta tolong pada istrinya yang menangis sedih dengan kelakuan menantunya. "Bu ... Bu, to-" BUGH!! Pak Jaka jatuh terjerembab. Bu Sukma terlonjak kaget. Wanita itu menjerit histeris mendapati suaminya tak sadarkan diri. "Irda, tolongin Bapakmu, Nak!" seru Bu Sukma. Irda dan Anton menghambur ke arah Bu Sukma. Mereka menggoncang tubuh Pak Jaka. Namun, tak ada reaksi darinya. Ikhsan keluar karena suara ribut-ribut di depan kamarnya. Disusul Amanda di belakangnya. "Akhirnya keluar juga kamu, Mas," seru Irda dengan berurai air mata. "Ada apa ini, Bu? Irda? Kenapa sama Bapak?" tanya Ikhsan. "Ini semua karena ulah mereka, Mas," Irda menatap nyalang pada Amanda dan Anton. Anton menunduk takut di depan Ikhsan, sedangkan Amanda masih bingung dengan apa yang terjadi.

DMCA.com Protection Status