Share

Perubahan Sikap Naila

Author: Yani Artan
last update Last Updated: 2022-07-04 16:34:19

"Nak Vanya, cantik sekali ... gamisnya juga bagus," ucap Ibu Mertua.

"Terima kasih, Bu ...," jawab perempuan itu malu-malu.

Setelah itu Irda dan Mbak Ima bergabung bersama Vanya dan Ibu. Entah apa yang mereka obrolkan terlihat seru sekali hingga melupakan aku yang juga anggota keluarga ini.

Bapak Mertua datang menyerahkan Raka padaku. Bocah itu tersenyum sumringah kala melihatku. Saat ini dialah pelipur laraku.

"Naila, temani Vanya di sini saja ya karena sebentar lagi banyak tamu berdatangan di depan." ucap suamiku basa-basi.

"Kau tidak perlu khawatir, Mas. Dia sudah mendapatkan banyak teman," jawabku sambil menatap ke arah Vanya dan kedua iparku.

"Seharusnya kau bisa seperti dia agar bisa diterima keluargaku," imbuh Mas Ikhsan.

Aku mengernyit menatap Mas Ikhsan. Apa maksud dari perkataannya itu. Aku harus cantik? Atau aku harus berpenghasilan supaya bisa diterima keluarganya? Begitukah.

"Jika aku menjadi seperti dirinya, mungkin aku sudah tak ada di keluarga ini lagi, Mas." Kujawab sindiran Mas Ikhsan dengan menatap matanya tajam.

Pria itu pergi tanpa banyak kata. Ada apa dengan suamiku. Apakah dia mulai membandingkan diriku dengan perempuan lain.

Bukankah selama ini aku selalu menuruti setiap permintaannya. Dia minta aku tinggal di sini, aku menurut. Dia minta aku bersabar atas sikap Ibu dan saudaranya, itu juga aku turuti. Bahkan berbagi penghasilan dengan merekapun telah aku lakukan.

Tapi jika kali ini dia memintaku untuk bisa seperti wanita lain? Maaf ... aku menyerah karena aku tak mau dibandingkan.

****

"Naila, siapa perempuan berbaju pink tadi?" tanya Bulek Ida.

"Dia teman Mas Ikhsan, Bulek. Ibu yang mengundangnya untuk ikut pengajian ini," jawabku.

"Oh tadi dia datang bareng Iksan, Bulek sempat lihat waktu Ikhsan memboncengnya kesini," ucap Bulek Ida.

"Iya beberapa hari ini dia juga berangkat dan pulang kerja bareng suamiku," ucapku.

"Kamu harus ingatkan Ikhsan, Nay. Jangan terlalu dekat dengan perempuuan lain," jelas Bulek suamiku.

Aku menganggukkan kepala pelan. Dan Bulek Ida menepuk pundakku. Mungkin beliau tahu isi hatiku saat ini.

****

Acara pengajian berjalan dengan lancar sebagaimana mestinya. Aku telah masuk ke kamar sebelum acara selesei. Karena Raka meminta asi hingga tertidur.

Setelah kupastikan Raka tertidur nyenyak dan bisa ditinggalkan, aku keluar. Kulihat Mas Ikhsan makan berdua bersama Vanya di ruang tengah. Sementara yang lain sibuk mengemasi piring dan sisa makanan.

Mungkin karena terlalu asyik, mereka lupa akan keberadaanku di sini.

Aku tak mau mempermalukan diriku sendiri. Jika selama ini alasanku bertahan di sini karena suamiku, maka aku akan menyerah jika dia tak menginginkanku lagi.

Karena menurutku seseorang yang mencintai kita, dia akan mati-matian menjaga hati dan perasaan kita. Dan sekarang sudah sangat nyata bagaimana sikap suamiku padaku.

Dia sudah sibuk dengan temannya itu. Dia bahkan belum mendatangiku di kamar sedari tadi. Baiklah lakukan apa yang ingin kau lakukan, Mas.

Saat tak sengaja melihatku, dia datang menghampiri. "Dek, aku mau nganterin Vanya dulu ya. Sekalian dia mau belanja bulanan,"ucapnya.

"Silakan, Kau tak perlu ijin dariku Mas." jawabku dingin. Dia hanya sekilas melirik.

****

[ Assalammualaikum, Resti ... ] Aku mengirim pesan pada temanku yang suaminya juga bekerja di tempat suamiku.

[ W*'alaikumussalam, Naila. Gimana kabarnya?] Tanyanya padaku.

[ Kabarku sedang tak baik-baik saja, Res] balasku.

[ Apa ini berkaitan dengan suami kamu yang dekat dengan Vanya? ] tebaknya.

[ Iya benar sekali, berarti kamu sudah tahu tentang ini ya] balasku.

[ Suamiku yang telah menceritakannya, ingin memberitahumu di saat yang tepat, kamu sudah lebih dulu mengetahuinnya ] balasnya.

Berarti kabar kedekatan Mas Ikhsan dan Vanya sudah diketahui banyak orang. Mungkin puncaknya ketika Perempuan itu pindah kos dekat sini.

[ Vanya diusir oleh suaminya, tanpa membawa kedua anaknya, bukan sekali ini aja perempuan itu ada affair dengan teman kerjanya. Bahkan dia pernah dilabrak istri Rudi teman kerja suami kita]Resti

Sekarang aku tahu siapa Vanya sebenarnya. Dia bukan perempuan baik-baik. Aku harus menyelidiki ada apa diantara suamiku dan perempuan itu.

[ Terima kasih infonya ya, Res ... mungkin suatu saat aku butuh bantuanmu] pesanku.

[ Akan aku bantu sebisaku. Yang sabar ya, kamu harus kuat] Resti.

****

Pukul sebelas malam baru terdengar Mas Ikhsan pulang. Aku yang sebenarnya belum tidur, pura-pura memejamkan mata.

"Dek, kamu udah tidur?" Perlahan Mas Ikhsan menggoyangkan tubuhku. Tak kupedulikan panggilannya. Hatiku sudah terlanjur sakit tak dianggapnya.

Dia menghela nafas panjang, mungkin juga merasa sulit dengan keadaan ini. Perlahan dia membaringkan tubuhnya di sebelahku. Tak lama terdengar suara dengkuran darinya.

****

Setelah dia tidur kini giliranku yang tak bisa tidur. Kucoba mengambil ponsel Mas Ikhsan yang diletakkan di bawah bantalnya. Saat menyalakan ponselnya ternyata dikunci.

Kucoba beberapa kali membuat pola namun gagal. Sial ... aku tak bisa mencari informasi lewat ponselnya.

****

Aku menjalankan tugasku seperti hari-hari biasanya. Berbelanja, memasak, membersihkan rumah. Cuma satu bedanya sekarang aku cuek dengan keadaan sekitarku.

Tak kuanggap mereka yang tak menganggapku. Bukankah itu pembalasan yang terbaik? Ku tunggu hingga waktu yang tepat.

Menunggu hingga semuanya jelas. Sehingga aku bisa mengambil keputusan tanpa penyesalan.

****

"Mbak, aku lagi gak enak badan. Suamiku pingin makan pecel lele. Bisakah kau membantuku memasaknya?" oceh Irda.

Kutinggalkan begitu saja dia depan pintu dapur.

"Mbak, denger gak sih aku ngomong?" ocehnya lagi.

"Dasar ipar budeg, pantes Mas Ikhsan mengabaikanmu!" maki Irda.

Apa peduliku, mau ngomong sampai berbusapun aku gak peduli. Jika butuh saja mulutnya manis, jika sudah tak butuh mulutnya pahit.

****

"Naila, kenapa pakaian Ibu gak dicuci sekalian?" Protes Ibu saat aku memisahkan antara pakaianku dan miliknya.

Aku tak mempedulikan Ibu mertua yang terus mengoceh dan mengataiku. Terserah dia mau lapor ke suamiku juga. Selama ini dibelakangku aku selalu dijelekkan ke semua orang dan aku diam.

"Dasar menantu edan ... rugi aku punya menantu sepertimu. Sudah kucel, cuma bisa ngabisin duit suami!" makinya.

Meskipun seringkali diri ini dicaci maki tapi tetap saja masih terasa sakit.

"Kenapa kamu gak pergi aja dari sini, dasar menantu gak berguna," teriaknya makin menjadi.

"Tenang Bu ... aku akan pergi dari sini tanpa disuruh. Tinggal tunggu waktu yang tepat saja. Tak perlu kau teriak-teriak seperti itu karena aku tak akan bertanggungjawab jika darah tinggimu kumat," ucapku tenang.

****

"Naila, ada apa denganmu? Kenapa Ibu mengeluhkan kelakuanmu yang semakin menjadi," tanya suamiku

"Aku cuma ngelakuin yang seharusnya aku lakuin dari dulu, Mas." jawabku santai.

"Apa maksudmu, jelaskan dan jangan bertele-tele." Perintah Mas Ikhsan mulai sedikit emosi.

"Mas, selama ini aku bertahan di sini dengan semua kedzaliman ibu dan saudaramu cuma karena kamu ...," ucapku penuh penekanan.

"Dan kini satu-satunya alasanku bertahan, telah menyakitiku. Kau tidak bisa menghargai hatiku. Kau lebih memilih menyenangkan perempuan yang kau sebut teman tapi aku tak yakin jika kalian cuma berteman biasa," jelasku.

"Sekali lagi kau menunjukkan kepicikan hatimu, Nay," tuduh suamiku

"Tanpa bukti yang kuat kau telah menuduhku mengkhianatimu," imbuhnya.

"Cukup buktikan dengan menjauhinya jika kau tak ada sesuatu dengannya. Mudah, kan? Tapi aku yakin kau tak akan bisa,"tuturku.

"Aku bukan perempuan bodoh, Mas. Jangan playing victim seolah-olah kau yang menjadi korban,"ucapku dingin.

"Cepat atau lambat kebenaran pasti akan terungkap,"imbuhku.

.

Related chapters

  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Mencari Tahu

    Adzan subuh membangunkanku dari tidur nyenyakku. Kulirik bayi mungilku ternyata dia masih tertidur lelap. Lekas menuju ke kamar mandi mengguyur tubuh dengan air dingin dan mengambil wudhu. Dua raka'at aku tunaikan, setelah itu kumengangkat tangan di hadapan Penciptaku. Aku berdoa kepadanya agar diberikan petunjuk untuk keberlangsungan rumah tanggaku. Meminta kepadaNya agar dibukakan apa yang selama ini tertutup, dijelaskan apa yang selama ini masih samar. Aku yang lemah agar diberikan kekuatan dan keikhlasan. Puas telah mencurahkan isi hati kepada Yang Maha Pendengar, aku lanjutkan aktifitas pagiku.**** Entah energi darimana aku dapatkan, dengan semangat aku mengerjakan semua pekerjaan rumah tanpa merasa berat. Kumasak makanan kesukaan Ibu Mertua. Sayur lodeh, perkedel jagung, dan ikan goreng. Setelahnya kubersihkan bekas peralatan masak. Saluruh rumah kubersihkan dan lantai pun terlihat sudah berkilau. Anggap saja ini baktiku untuk

    Last Updated : 2022-07-05
  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Ikhsan Berkhianat

    Ya Allah ... kuatkan aku. Dengan mata kepalaku sendiri aku menyaksikan suamiku bermesraan dengan perempuan lain. Kuhirup udara sebanyak mungkin, tak mau kelihatan lemah di hadapan mereka. Vanya duduk diatas pangkuan suamiku, saling berpelukan dan mereka berci*man. Kubuka pintu semakin lebar dan tanpa ragu aku masuk ke dalam. Tak kupedulikan baju yang basah karena air hujan. Kuambil high heels yang ada di lantai lalu melemparnya ke arah mereka. Aarghh!! Dengan serta merta pasangan laknat itu melepaskan diri. Vanya berteriak kesakitan karena wajahnya kuhantam dengan sepatunya sendiri. Mas Ikhsan tak percaya aku ada di depannya. Matanya melotot seperti melihat setan. Tanpa banyak kata aku maju ke depan dan menamparnya dengat sekuat tenagaku. Plak! "Itu untuk pengkhianatanmu, Mas!" ucapku. "Dek--," belum sempat dia melanjutkan kata-katanya, aku menambahinya reward sekali lagi. Plak! "Dan ini untuk harga diriku,"

    Last Updated : 2022-07-05
  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Naila Keluar Dari Rumah Mertua

    Plak! Tanpa kuduga Ibu Mertua menamparku keras hingga ujung bibirku berdarah. Sakit sekali, namun lebih sakit lagi hati ini. Suamiku hanya diam tak berusaha melindungiku. Bapak mertua yang melihat tindakan istrinya, serta merta menjauhkannya dariku. Takut dia akan berbuat lebih. "Jangan main pukul anak orang, Bu," ucap Bapak. "Dasar mantu gak tahu diri! Beraninya kau memfitnah anakku, hah?!" teriak Ibu dengan pandangan nyalang. "Kenapa kau berani mengangkat tangan pada anak orang lain, Bu? Bahkan ibu kandungku sendiri tak pernah melakukan ini. Tanyakan pada anakmu yang bersih ini apa yang telah diperbuatnya," tanyaku dengan pandangan nanar. Percuma aku menjelaskan panjang lebar padanya. Hanya kebencian yang ada di mata Ibu Mertuaku. "Maaf Pak, sepertinya hanya Bapak yang menganggap aku manusia di rumah ini. Aku pamit membawa Raka bersamaku malam ini juga," jelasku. "Naila, aku mohon ... kita bisa bicara dulu," pinta

    Last Updated : 2022-07-05
  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Pulang Ke Rumah Orangtua

    Pagi-pagi sekali aku sudah terbangun, setelah sholat subuh beranjak ke dapur untuk membantu Mbak Nisa menyiapkan sarapan. Ternyata Mbak Nisa sudah di sana dan sedang asyik menyeduh teh. "Udah bangun, Nis? Ini Mbak buatin teh hangat buat kamu dan Mas Azam. "Ngrepotin aja, Mbak. Ini pisangnya apa mau digoreng, aku bantu ya?" tanyaku. "Eh iya ... gak apa-apa kalau kamu mau bantu gorengin. Biar Mbak Nisa bikin nasi goreng buat sarapan aja ya," ucapnya. Kami pun asyik dengan pekerjaan masing-masing. Tak butuh waktu lama semua makanan sudah tersaji di meja makan. Mas Azam sudah duduk menunggu kami. Sambil minum secangkir teh hangat, dia memintaku bercerita tentang apa yang terjadi pada rumah tanggaku. Kuceritakan semuanya mulai dari awal hingga akhir. Bahkan perlakuan Ibu Mertua dan Saudarinya pun tak ketinggalan. Mereka mendengarkan dengan seksama. Sesekali kakakku menghela nafas panjang dengan ceritaku itu. "Apa menu

    Last Updated : 2022-07-05
  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Merencanakan Usaha

    POV Vanya Akhir-akhir ini aku mengagumi teman kerjaku, Iksan. Di saat lelaki lain berlomba untuk mendekatiku, dia malah terlihat cuek terhadapku. Aku mulai sering mengajaknya bicara, meminta pertolongan darinya tapi tetap saja dia bersikap biasa saja denganku. Bahkan jika makan siang tiba, aku sering mengajaknya menemaniku untuk makan di luar. Awalnya dia selalu menolak, tapi aku terus memohon kepadanya hingga dia mengiyakan permintaanku. Meskipun begitu, tak ada tanda-tanda dia menaruh hati padaku. Benar-benar kesal aku dibuatnya. Hingga hari itu suamiku mengusirku dari rumah karena melihatku sedang bermain api dengan Rudi teman kerjaku. Jujur dengan Rudi aku hanya bermain-main karena aku perlu memuaskan diriku sendiri. Tak peduli dia suami orang. Dan Iksan pria yang membuatku penasaran. Akan aku lakukan apapun untuk bisa bersamanya. Dengan alasan yang tepat, aku mengutarakan padanya untuk membantuku mencari kos yang dekat dengan rumahnya. Tak perlu waktu lama aku mendapatka

    Last Updated : 2022-07-05
  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Usaha Baru Naila

    Hari ini aku mengajak Rani- saudara sepupuku yang masih gadis-berbelanja bahan crafter ke pasar induk. Selain harganya lebih murah, bahan yang tersedia juga lebih lengkap. Aku memilih semua bahan yang diperlukan. Mulai dari pita satin, pita organsa, bahan stoking, dan masih banyak perlengkapan lain yang diperlukan. Puas berbelanja banyak bahan yang diperlukan, aku mengajak Rani untuk mengisi perut di rumah makan dekat pasar. "Banyak banget belanjanya ini, mbak?" ucap Rani. "Sebenarnya ini masih kurang banyak, Ran. Tapi gak apa-apa sebagian nanti pesan lewat online aja,"jawabku. "Nanti begitu tiba di rumah, Mbak mau langsung bongkar dan rapikan. Besok bisa langsung eksekusi," ucapku. "Besok ke rumah pagi ya, biar Mbak bisa ajarin kamu," lanjutku. "Siap, bosku," jawab Rani sambil tertawa.**** "Raka rewel gak, bu? tanyaku pada Ibu yang menjaga Raka. "Alhamdulillah anakmu anteng, paling nangis kalo buang air atau min

    Last Updated : 2022-07-07
  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Merawat Diri

    Kesibukanku selama ini membuatku lupa merawat diri. Apalagi setelah melahirkan, Mas Ikhsan mengajakku pindah ke rumah orangtuanya. Jangankan untuk melakukan perawatan, bisa mandi dua kali sehari saja sudah bersyukur. Itu pun dilakukan secara kilat. Selama di rumah Mertua, aku seperti pembantu gratisan. Dimulai dari memasak, mencuci baju dan bekas peralatan masak, membersihkan rumah dan bahkan hal terkecil sekali pun. Alih-alih mendapat penghargaan, malah caci maki yang sering aku dapatkan jika melakukan kesalahan. Dan suamiku selalu memintaku bersabar akan semua itu. Badanku yang dulu padat berisi jadi kurus kering karena jarang makan tepat waktu, mungkin juga karena faktor meng-asi-hi. "Ran, salon yang bagus dimana ya? Pengen perawatan nih," tanyaku pada sepupuku. "Cie ... cie ... udah pengen cari ayah baru buat Raka ya," ledek Rani sambil tertawa. "Hust! Asal aja kalau ngomong. Pingin terlihat cantik biar gak dikatain sampah,"

    Last Updated : 2022-07-08
  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Bertemu Ikhsan

    Mobil kami telah sampai di depan rumah Bulek Ida yang sudah mulai ramai oleh orang. Rendi turun dan membukakan pintu untukku. Dia meminta Raka dariku. Aku berjalan beriringan dengannya. Bagi yang tak mengenal kami, pastilah mengira kami pasangan suami istri. Terlihat di depanku Mas Ikhsan duduk bersama Bapak. Aku menunduk menghindari pandangan matanya. Ternyata dia melihatku. "Naila ... ?" lirih Mas Ikhsan berkata. Untuk sesaat suamiku itu memandangku tak berkedip. Bibirnya bergetar seperti ingin bicara namun tak keluar satu patah kata pun. Kemudian dia melihat Rendi dengan tatapan bertanya. Melihat situasi ini, Rendi menyerahkan Raka dan memintaku masuk ke dalam. "Masuklah ke dalam, Nai. Ibu sudah menunggumu," ucap Rendi pandanganya tak lepas dari Mas Ikhsan. "Tunggu, Nai ...," Bapak Mertua memanggilku. "Bapak kangen sama Raka, biarkan bapak menggendongnya." pinta Bapak. Aku serahkan bayi mungilku itu kepada Bapak

    Last Updated : 2022-07-08

Latest chapter

  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Pernikahan Naila dan Arya

    Amanda diusir dari tempat kost di mana ia tinggal bersama Anton. Ia kedapatan bermain serong dengan suami pemilik kost itu. Bukan hanya diusir, tapi juga dipermalukan di tempat umum karena mereka kepergok bermesraan di dalam kamar. Sedangkan Anton memilih tak peduli lagi dengan nasib perempuan itu. Karena sebenarnya dia juga hanya main-main dengannya, apalagi perempuan itu ternyata mudah sekali menjual harga dirinya. Anton berusaha menemui Irda untuk minta maaf, tapi Irda tak mau menerima suaminya itu kembali. Irda berpikir lebih baik bercerai dari pada menghabiskan seumur hidupnya untuk lelaki pengkhianat. Akhirnya Anton memilih pulang kampung ke tempat asal orangtuanya. Meskipun di sana dia sudah tidak ada orangtua setidaknya dia masih punya saudara yang mau menampungnya. Irda untuk saat ini hanya memikirkan mencari nafkah untuk anak semata wayangnya. Ia ingin menghidupi anak dan Ibunya dengan jerih payahnya sendiri. Takdir kehidupan membua

  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Rencana yang Gagal

    Renata melihat kedua bocah itu bermain sendirian."Bim, ini waktu yang tepat. Cepat bawa paksa anak Naila sekarang juga!" Bimo, lelaki sewaan Renata menuruti perintah Bosnya. Dia berjalan santai ke arah dua bocah itu bermain. Sementara Naila merasa perasaannya tak tenang. Dia keluar mencoba melihat keadaan putranya. "Kamu mau kemana, Nai? tanya Arya yang sedang mencoba baju pengantinnya ketika melihat Naila keluar. "Bentar, Mas. Aku lihat anak-anak dulu." sahut Naila. Sekar masih asyik bermain dengan ponselnya. Dia tak menyadari bahaya mengintai buah hatinya. Bimo, lelaki sewaan Renata telah berada di hadapan Hazel dan Raka. Karena panik melihat Naila berjalan keluar, dia lantas menarik paksa salah satu bocah itu. Raka menangis dan Hazel berteriak meminta tolong, Naila yang mendengar teriakan minta tolong dan suara tangisan anaknya segera berlari. Dia melihat seorang lelaki menarik paksa Hazelia dan menggendongnya. Naila me

  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Rencana Pernikahan

    Pak Andre dan Bu Hera berbicara kepada Arya soal rencana pernikahannya yang akan dipercepat. "Gimana, Arya? Kamu setuju kan jika pernikahanmu segera dilaksanakan?" tanya Bu Hera kepada putranya. "Iya, Ma. Aku sih setuju saja. Tinggal nanti minta tanggapan Naila dan keluarganya bagaimana." jawab Arya. "Rencananya jika kalian sudah menikah nanti, maka butik akan Mama serahkan kepadamu dan Naila. Sekar sudah sibuk dengan pekerjaannya jadi dia menolak mengelolah butik itu." Bu Hera menjelaskan. "Apakah Mama akan ikut Papa ke luar negeri?" tanya Arya. "Iya, Sayang. Lagian kamu juga sudah ada Naila, 'kan? Biar Mama dan Papa bisa bulan madu lagi di sana," sahut Pak Andre sambil melirik istrinya. Arya tersenyum mendengar perkataan Sang Papa. Dia berharap kelak bisa mengikuti jejak kedua orangtuanya. Tetap mesra meskipun usia sudah menua.**** Sekar telah mengetahui rencana pernikahan adiknya akan dipercepat. Mamanya sendiri yang telah me

  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Perubahan Bu Sukma

    Sekar diam tak berani membantah lagi. Renata menatap Arya dengan wajah pias. Berharap sekali saja pria itu akan membelanya. Sedangkan Arya melengos ketika pandangan matanya tak sengaja bertabrakan dengannya. "Om, beri aku kesempatan sekali saja. Aku benar-benar tak bisa melupan Arya. Dia lelaki terbaik yang pernah hadir di hidupku." Renata memohon memasang wajah sedihnya. Pak Andre tidak lagi mengindahkan Renata. Dia teringat tujuan utamanya untuk makan malam kali ini. Dia lalu memandang Naila yang duduk di samping Arya. "Arya, diakah yang bernama Naila?" tanya Pak Andre. "Iya, Pa. Dia Naila, wanita yang aku cintai saat ini." ucap Arya dengan jantung berdebar. Pak Andre mengamati Naila lama. Tatapan matanya tajam memindai wanita itu. Naila mengangkat wajahnya ke arah pria yang memandangnya sedemikian rupa. Seketika timbul senyum di bibir manisnya. "Pak, Bapak yang di restoran waktu itu, 'kan? Terima kasih sudah membayar pesanan saya waktu itu," ucap Naila dengan senyum ramahnya.

  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Makan Malam di Rumah Arya

    "Gak apa-apa dong, Mas. Nanti kita temui ayah kamu. Trus kenapa itu muka jadi kusut begitu?" tanya Naila mengajak Arya becanda. "Aku takut, Nai. Ayahku orang yang perfeksionis. Dia tak mudah menerima orang lain dalam keluarga kami. Aku takut kamu mundur jika dia mengatakan sesuatu yang tidak kita harapkan." Arya menjelaskan. Naila memandang mata kekasihnya. Digenggamnya tangan lelaki yang ada dihapannya saat ini. Dia mencoba meyakinkan pria itu akan kesungguhan hatinya. "Mas, selama kamu bersamaku dan memperjuangkan cinta kita, maka aku akan berjuang bersamamu." ucap Naila yakin. Arya tersenyum lega mendengar penuturan kekasihnya itu. Setidaknya Naila akan selalu bersamanya dalam situasi sulit sekali pun. "Oh iya, Nai. Ini ada titipan gamis dari Mama. Gunakan nanti saat makan malam ya," ucap Arya. Naila menerima gamis pemberian Bu Hera dengan senang hati."Iya, Mas. Terima kasih."**** Malam itu Naila sudah berpamitan kepada kedua

  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Kekhawatiran Arya

    Rani tersenyum memandangi cincin pemberian Rendi yang terpasang di jari manisnya. Gadis itu masih tak percaya bisa sampai di tahap ini. "Eh, senyum-senyum sendiri. Ada kabar bahagia nih kayaknya," goda Naila pada sepupunya. "Mbak, liat ini cincin pemberian Mas Rendi." Rani menjawab seraya menunjukkan jari manisnya. "Cantik banget! Jadi dia sudah melamarmu?" tanya Naila turut bahagia. "Iya, Mbak. Mas Rendi gak mau lama-lama pacaran. Rencananya, minggu-minggu ini dia akan datang ke rumah bersama keluarganya untuk lamaran secara resmi," ujar Rani dengan mata berbinar. "Selamat ya, Ran. Semoga bisa sampai ke pelaminan," sahut Naila mendoakan. "Aamiin ... Semoga Mbak Naila bisa segera menyusul juga," sahut Rani balik mendoakan Naila. Kedua perempuan yang masih saudara sepupu itu saling berpelukan. Saling memberikan doa dan semangat untuk mencapai kebahagiaan.**** Rendi dan keluarganya datang ke rumah Rani untuk melamar secara

  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Bertemu Pria Asing

    Rendi mengajak Rani dinner di sebuah restoran. Malam itu Rendi ingin membicarakan tentang sesuatu hal kepada kekasihnya. "Tempatnya asyik ya, Mas." ucap Rani. "Iya aku sengaja memesan tempat ini untuk berbicara hal penting sama kamu, Ran." jawab Rendi memasang wajah dingin di hadapan Rani. "Emang ada hal penting apa, Mas?" tanya Rani yang melihat ada perubahan di mimik wajah kekasihnya. "Ran, maafkan aku." Rendi berkata dengan menunduk menghindari tatapan dari perempuan di hadapannya. Rani merasa ada hal buruk yang akan disampaikan oleh pria di depannya itu."Ada apa, Mas?" "Aku-aku gak bisa lagi berpacaran denganmu, Ran ...." lirih Rendi sedih. Mata Rani mulai berembun,"kenapa, Mas? Apa ada orang lain di hati kamu?" "Aku gak bisa lagi menjadikanmu pacar karena aku ingin menjadikanmu istriku, Ran," ucap Rendi dengan senyum manisnya. Rani menangis mendengar ucapan Rendi. Air mata meluncur dari mata sendunya. Rendi gel

  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Meminta Maaf

    Arya berjalan bolak-balik di depan teras rumah. Tangannya memegang ponsel untuk menelpon Naila berkali-kali namun tak tersambung. Dia telah bertanya pada tetangga sebelah rumah Naila. Katanya Naila bersama kedua orangtuanya pergi ke rumah Ikhsan, mantan suami Naila. Hal itu tentu saja membuat Arya khawatir. Dia takut pikiran Naila berubah dan akan kembali lagi ke suaminya. Tak lama mobil Naila memasuki halaman rumah. Arya tersenyum ramah pada Bu Rima dan Pak Ahmad. Dia juga menyempatkan diri menyapa Raka. Kedua orangtua Naila langsung masuk ke dalam membawa Raka cucunya. Mereka ingin membersihkan diri dulu. "Mas Arya, udah lama di sini?" tanya Naila. Arya dengan wajah dinginnya menyahut pertanyaan Naila," Iya sampai kering aku di sini," Naila menatap kekasihnya itu. Dia merasa sikap Arya tak seperti biasanya. "Masuk dulu, Mas. Kamu mau minum apa?" tanya Naila. "Air es aja biar dingin hatiku," sahut Arya cuek tanpa m

  • Mertuaku Selalu Pilih Kasih   Berita Duka

    Pak Jaka terlihat semakin pucat. Tangannya tak lepas memegang dadanya yang terasa sakit. Dia mencoba berbicara namun tak bisa. Tangannya mengisyaratkan minta tolong pada istrinya yang menangis sedih dengan kelakuan menantunya. "Bu ... Bu, to-" BUGH!! Pak Jaka jatuh terjerembab. Bu Sukma terlonjak kaget. Wanita itu menjerit histeris mendapati suaminya tak sadarkan diri. "Irda, tolongin Bapakmu, Nak!" seru Bu Sukma. Irda dan Anton menghambur ke arah Bu Sukma. Mereka menggoncang tubuh Pak Jaka. Namun, tak ada reaksi darinya. Ikhsan keluar karena suara ribut-ribut di depan kamarnya. Disusul Amanda di belakangnya. "Akhirnya keluar juga kamu, Mas," seru Irda dengan berurai air mata. "Ada apa ini, Bu? Irda? Kenapa sama Bapak?" tanya Ikhsan. "Ini semua karena ulah mereka, Mas," Irda menatap nyalang pada Amanda dan Anton. Anton menunduk takut di depan Ikhsan, sedangkan Amanda masih bingung dengan apa yang terjadi.

DMCA.com Protection Status