Justin terjaga dari tidurnya, Pikirannya masih terngiang akan mimpi yang menurutnya adalah sebuah Dejavu baginya. Ia menoleh ke arah Jasmine yang tengah terpejam. Pria itu menatap dalam dan memperhatikan garis wajah Jasmine. Netranya semakin terpana kala melihat senyum manis dari sang istri."Dia tersenyum, apakah dia bermimpi indah?" tanyanya di hati."Manis," gumamnya sembari terus menatap wajah sang istri.Justin mengangkat tangannya berniat membelai pipi itu dan mengecupnya lembut. Namun, keningnya berkerut tatkala teringat akan situasi yang pernah di alaminya dulu."Sepertinya aku pernah mengalami ini," pikirnya."Jasmine, apakah di waktu itu adalah kamu?" tanyanya di hati dengan netranya yang tak lepas dari wajah itu.Pikirannya mulai menerawang jauh bercampur aduk dengan mimpinya barusan. Ia mencoba menerka-nerka tentang maksud dari mimpinya dengan kejadian yang menurutnya pernah dialaminya. Namun hal itu terhenti saat ponsel di sakunya bergetar.Justin mengalihkan pandangannya
Jasmine mengernyitkan dahinya saat melihat sebuah spanduk yang terpasang rapi di sebuah papan baliho kampusnya.Tak ingin terpaku lama di sana. Jasmine meninggalkan baliho tersebut. Ia melangkah santai ke sebuah ruangan. Mengambil tempat duduk seperti biasa ia duduk. Tak lama kemudian beberapa mahasiswa masuk dan mengambil posisi duduknya masing-masing. disusul seorang dosen muda masuk dan mengucapkan salam di pagi itu.Dahi Jasmine berkerut saat melihat dosen muda tersebut. Namun ia kembali fokus pada mata kuliah yang di jelaskan oleh dosen tersebut.Kelas berakhir, Jasmine memperhatikan keadaan di sekelilingnya. Dahinya kembali berkerut saat menyadari ada yang ganjil di sekitarnya. Semuanya berbeda dari semenjak terakhir ia tinggalkan kampus ini dari beberapa minggu yang lalu. Ia menatap ponsel barunya. Kembali dahinya berkerut saat melihat tahun yang telah loncat ke tujuh tahun dari tahun terakhir yang ia jejaki. Ia melihat ke sekelilingnya, begitupun pada spanduk-spanduk yang terp
Langkah Jasmine terhenti kala melihat dua anak kecil yang sedang bermain di halaman rumah papanya. Ia menatap heran pada dua bocah yang sedang tertawa riang itu. Yang lebih mengherankan lagi adalah kedua bocah itu berlari riang ke arahnya seraya berteriak memanggil, "bundaaaaa,"Mereka langsung menubruk tubuhnya dan memeluk pinggangnya. Jasmine hanya bisa terdiam di tempat dengan tatapan bingung pada dua bocah ini."Unda, Dee, angen," ujar bocah laki-laki yang berusia 4 tahun."Iya, bunda. Keyra juga kangen sama bunda," timpal bocah yang berusia 5 tahun.Jasmine masih terpaku di tempat. Kedua tangannya masih menggantung terentang di atas kepala dua bocah itu. Ia masih bingung dengan situasi ini. Kepalanya di penuhi pertanyaan," Apa yang akan Ia lakukan pada dua bocah ini. Anak siapa ini? datang dari mana? Dan dengan siapa mereka ke sini"."Unda, keana aja, sih. Kok ga ngomong sama Dee, kalo unda nelpon Daddy?" tanya bocah laki-laki yang bernama Dean."Iya, bunda kok ga ngomong sama k
Suara ketukan pintu dan juga teriakan dari dua bocah membangunkan Jasmine dari tidurnya. Ia berasa enggan untuk bangun lantaran masih merasa nyaman di atas kasurnya. Bahkan netranya masih berasa ngantuk dikarenakan terlalu banyak membaca buku.Undaaaaa, angun, dong. Udah coye, ni Unda!""Bunda Jasmine, bangun dong,""Undaaaaa,".Suara ketukan pintu dan juga teriakan dari dua bocah membuat Jasmine terpaksa beranjak dari ranjangnya. Jasmine membuka pintu kamar untuk mencari tau suara bocah mana yang paling kencang teriakannya, dan menyuruhnya bangun.Netranya menyipit tatkala mendapati dua bocah yang tadi sedang berdiri di depan kamarnya. Mereka menampilkan senyum lebar dengan sederet gigi mungilnya yang rapi."Bunda, kata grandpa, udah bisa bangun. Udah sore. Bunda di suruh sholat," ucap Keyra."Ya," sahut Jasmine singkat. Lalu membalikkan tubuhnya dan menutup pintu kamarnya.Sementara dua bocah tadi saling pandang satu sama lain. Mereka heran dengan sikap bundanya yang berubah dari
Sepulang dari mengantar cucunya ke rumah Retha. Seperti biasa, ketiganya makan malam di satu meja. Kedua orang tua itu menatap Jasmine yang terus menyuapi makanan ke mulutnya sendiri tanpa memperdulikan mereka. Baik, Jason dan Astrid larut ke dalam pemikirannya masing-masing saat menatap wajah, yang kini selalu terlihat datar dan dingin itu. Bukan itu saja, bahkan sikapnya jauh berubah dingin ketimbang Midea jika bersama dengan anak-anak.Kedua orang tua itu bertanya di dalam hatinya masing-masing tentang sifat perempuan yang ada di hadapan mereka, "Apakah ini benar Jasmine yang di ceritakan Alma. Seorang gadis yang periang, yang ramah dan bersahabat terhadap siapa saja,".Keduanya tersentak dan berhenti menatap Jasmine ketika perempuan itu melihat ke arah mereka. Jason dan Astrid melanjutkan makan hingga selesai. Sedangkan Jasmine kembali menghabiskan sisa lauk di piringnya."Aku selesai," ujarnya sambil membawa piringnya ke kitchen sink. begitupun Jason dan Astrid selesai dengan sua
Jasmine mengunci dirinya di kamar. Hancur sudah. Baik Perasaannya, dan juga masa depannya. Tujuh tahun. Tujuh tahun tanpa ada yang memberikan jawaban atas apa yang menimpanya selama itu. Mengapa sampai tujuh tahun ia di biarkan tertidur lagi ketika ia sempat terjaga.Jasmine menangis sekuat-kuatnya sambil berteriak, "Enggak, enggak mungkin. Kenapa bisa separah itu sakit yang aku alami,"."Mama, Mama, aku harus bagaimana, Ma," isaknya.Sementara dua orang tua tadi hanya terpekur diam. Menunduk pilu mendengar suara tangis dan jeritan hati putrinya."Bunda salah, ya, Yah. Maafkan bunda, yah," ujar Astrid pelan dan menyesal.Baru beberapa menit yang lalu, mereka melihat Jasmine dengan pembawaannya yang tenang, mendengarkan apa yang di ceritakan oleh Astrid. Astrid menjelaskan bagaimana Jasmine menjalani hidup di rumah sakit selama tujuh tahun dengan menggunakan alat demi menopang hidupnya. Walaupun semua itu adalah kebohongan yang di ucapkan olehnya atas persetujuan Alma sebelumya."Jika
"Kamu mau bawa Jasmine ke sini?"tanya Justin dan Satria bersamaan."Yupz. Karena Jasmine, kan udah mengetahui keadaan dirinya. Jasmine maunya, supaya aku menceritakan kisah hidupku selama ini. Jadi, ga ada salahnya, kan kalau aku membawanya ke rumah ini. Sekaligus memperkenalkan keluargaku yang baru. Gimana? Oke, ga?" jelas Retha bersemangat."Apa ga masalah, dek? udah nanya pendapat dari orang tuanya Jasmine?" termasuk tante Alma juga," tanya Satria ragu."It's, ok. Aku setuju," timpal Justin."Hah? serius bang? apa ga terlalu cepat kalian memberitahukan semuanya ke Jasmine. Tunggu lah, sabar lah dulu. Takutnya, kalau dia dengar kesuksesan dari teman-temannya sekarang. Nanti dia jadi minder, karena kuliahnya belum selesai- selesai. Mending ga usahlah, dia kan lagi skripsi, dek," ujar Satria keberatan."Jadi, tunggu selesai skripsi?" tanya Retha."Ya, bagusnya begitu, biar otaknya tetap fokus pada satu tujuan, dan dia pun ga berpikiran macam-macam yang membuatnya jadi pesimis untuk su
Semenjak Jasmine mengetahui tentang dirinya. Baik Justin dan Jason selalu memperhatikan keadaan wanita itu setiap saat. Untungnya tak ada hal yang membuat semua orang cemas terhadapnya.Jasmine melakukan aktivitas kampusnya seperti biasa.Sedangkan Jasmine sendiri mulai menerima keadaan dirinya dan bersyukur. Terutama terhadap orang-orang yang berada di sekitarnya selama ini. Jasmine turut bahagia kala ia mengetahui kehidupan teman-teman perempuannya yang sudah berumah tangga. Khususnya kepada Retha yang bersuamikan Satria, seorang asisten dosen mereka dulu, yang pernah menyukai Retha secara diam-diam.Dari Retha lah semua kisah baik dari kehidupan teman-temannya di perdengarkan ke Jasmine. Jasmine ikut bahagia mendengar semua berita baik itu.Hingga akhirnya ia berkata, "Aku pingin ketemu sama mereka semua," ujar Jasmine setelah melihat seluruh album foto di rumahnya Retha.Senyum Retha melebar dan berjanji akan memenuhi keinginan karibnya itu. "Aku akan hubungi mereka semua, supaya
Justin tersentak saat kedua karib itu berada di hadapannya secara tiba-tiba."Kok bengong, bang?" tanya Arjun polos."Ni. Mau bantuin kita lagi, ga?" tanya lelaki itu polos. Ia menunjukkan satu panci yang berisi nasi yang di bumbui dari khas daerah tertentu."Eng, Iya. Boleh. Sini. Biar aku aja bawain ke sana," sahut Justin kikuk.Sontak saja Arjun langsung memberikan panci tersebut ke Justin. Lalu kembali melanjutkan tahap masak selanjutnya. Sedangkan Justin menerimanya begitu saja. Tanpa protes dan tanpa menggerutu. Dengan Ikhlas hati.Hal ini menimbulkan tanya dan juga perhatian dari orang-orang yang mengenal Justin sebelumnya, termasuk Gita, sepupunya yang baru saja tiba. Lalu melihat Justin dan memperhatikannya."Lagi bucin, apa karena mau cari simpatisan ni?" celetuknya yang sengaja menghampiri meja makan besar, dan meletakkan satu botol minuman beralkohol rendah di sana."Berisik," balas pria itu ketus.Gita tersenyum miring berencana menggoda nya. Namun Arjun dan Midea keburu
Dari sekian banyak kata "Maaf" yang telah ucapkan oleh Justin. Tak satupun yang melekat di hati seorang Jasmine. Wanita itu masih membungkam mulutnya, dan enggan mengajak Justin berbicara. Padahal Justin sering kali memancing perbincangan yang kira-kira diminati oleh istrinya itu.Akan tetapi, tetap saja Jasmine tak menunjuk kan minat untuk berbicara padanya. Lalu ia teringat tentang Satria, yang berniat mengadakan acara lepas hari untuk anak kembarnya."Retha mau bikin acara untuk anak mereka besok lusa. Kamu udah tau?" tanya Justin membuka suara"Udah," sahut wanita itu singkat."Kita pergi bareng, ya?" ajak Justin."Aku harus bantu-bantu sebelum hari jadinya," jawab De Jasmine datar. Lalu wanita itu pergi meninggalkan Justin sendiri. Pria itu akhirnya memilih ke ruang kerjanya.Sementara De Jasmine memilih masuk ke kamar anak dan menidurkan mereka hingga ia sendiri tertidur.Hambar dan datar. Itulah yang dirasakan oleh pasutri itu. Justin memakluminya, dan masih bersabar.Setelah m
"Ternyata Diamnya Midea selama ini sedang membuat sensasi baru""Model wanita dewasa Midea Hasxander sedang mencari mangsa Baru""Dunia entertainment sedang di hebohkan tentang seorang model dewasa, Midea Hasxander yang konon juga sebagai wanita penghibur bagi para konglomerat, yang sempat menghilang. Di kabarkan kini sedang mendekati seorang pengusaha muda dan tampan. Apalagi jika bukan demi kekayaan. Kabarnya lagi mereka kini tengah kumpul kebo alias hidup bersama tanpa pernikahan,"Simpang siur berita miring terus saja terdengar di segala infotainment televisi dan dunia. Bahkan berita bisnis juga ikut meramaikan berita buruk tentang Midea. Semua dunia memojokkan Midea. Merendahkan wanita itu. Namun hal ini justru Mendongkrak popularitas Justin dan KBC. Sehingga rating saham di perusahaan itu meningkat pesat dikarenakan berita ini.Midea Jasmine masih terpaku pada layar monitor yang ada di hadapannya. Darahnya mendidih. Namun berusaha menahan diri. Otaknya mulai berperang memikirka
Lelaki tak bercerita hanya cukup bertindak. Demi menyelamatkan perusahaan dan juga melindungi wanita yang dicintainya. Seorang Justin rela menaruhkan segala aset yang dimilikinya, tanpa terkecuali. Tak ada yang tersisa kecuali satu rumah yang kini di tempati oleh Jasmine dan Anak-anak.Habis sudah kekayaan pribadinya yang telah di kumpulkan cukup lama selama ia bekerja. Bahkan mobil yang dikendarainya sekarang ini pun milik Papanya. Syukurnya Perusahaan terselamatkan. Proyek berjalan sesuai yang diharapkan.Justin kembali ke rumah dalam keadaan penat namun berasa lega. Ia tersenyum bahagia saat melihat istri dan anak-anaknya tengah melakukan sesuatu di dapur. Meskipun raut wajah De Jasmine masih terlihat murung.Ia tau penyebabnya adalah; karena dirinya yang seorang pengecut. Karena dirinya lah Jasmine menderita. Ia menyesali semua perbuatannya dahulu. Berjanji di hati akan berusaha keras untuk membahagiakan wanita itu.Suara panggilan dari kedua anaknya, membuatnya tersadar dari lamu
Langkahnya berhenti di saat melihat seorang bocah laki-laki yang berusia lima tahun, sedang bermain dengan riang di sebuah rumah mewah. Ia berjalan pelan memasuki halaman rumah yang tampak asri, seraya menatap ke wajah yang amat dirindukannya."Dee, ini Bunda," ucapnya dengan netranya yang mengkristal."Dee," panggilnya lebih keras. Seketika itu juga bocah yang berusia lima tahun itu menoleh kepadanya dan tersenyum senang."Bundaaaaa," panggil bocah itu. Lalu bocah itu berlari ke arahnya dan menubruk tubuh wanita yang berusia 30 tahun itu.Midea, sang bunda langsung mengangkat tubuh gembul itu dan menggendongnya dengan gemas. Rasa rindu menyeruak hingga terasa sesak di dadanya. Wanita itu menangis sejadi-jadinya."Dee, ini Bunda. Bunda pulang, sayang. Bunda kangen sama kamu, nak," ucapnya di sela Isak tangisnya.Sementara Dean yang mendengar ucapan sang bunda. Akhirnya menangkup wajah bundanya dengan kedua tangan mungilnya dan bertanya ringan," Bunda, angen, ya?"."Iya, sayang. Bunda
Tak ada yang bisa dilakukan oleh seorang Justin ketika menghadapi seorang Midea Jasmine yang sedang marah padanya, selain melakukan pekerjaan rumah tangga, seperti memasak atau membersihkan apartemen sang istri. Lalu membujuknya untuk keluar kamar dan makan. Walaupun dengan cara, ia harus menghindar dulu dari wanita itu.Tapi setidaknya, itu lebih baik ketimbang istrinya masih betah berlama-lama di dalam kamar.Sementara di kantornya, tengah di pusingkan dengan masalah dana yang di tarik secara tiba-tiba oleh seorang investor terbesar. Indra, yang telah berusaha membujuk investor tersebut agar tetap bertahan di perusahaan mereka, akhirnya hanya bisa pasrah saat pria paruh baya itu tetap menarik seluruh dana yang ada.Alhasil, segala proyek yang berkaitan dengan KBC tertunda. Ia mendatangi Justin ke ruangannya, begitu tau sahabatnya ada di sana."Tin, ini gimana? Kenapa bisa kayak gini, sih?" tanya Indra yang tiba-tiba datang dan menyerangnya dengan pertanyaan."Hmm, iya. Aku tau. Nant
"Aku tadi nge test buat ini, kamu coba ya?" bujuk Justin saat menyodorkan bubur gurih dengan suwiran ayam di atasnya. Hanya saja bubur ini begitu terasa bumbu dan keharumannya sempurna.Entah resep dari mana Justin mempelajarinya untuk mendapatkan harumnya yang se khas ini. Midea Jasmine tau benar, jika bubur yang satu ini sangat gampang-gampang susah jika tak benar-benar di pelajari pembuatannya.Kali ini Ia tak menolak apa yang di sodorkan Justin padanya. Menghirup dalam aroma harum yang berasal dari bumbu tersebut."Hmm," gumamnya pelan saat merasakan lezat dan gurih dari makanan tersebut.Sedangkan Justin harap-harap cemas menantikan kabar dari Jasmine. Pria itu butuh pengakuan dari seseorang yang ahli dalam cicip-mencicip makanan. Siapa lagi kalau bukan istrinya. Demi De Jasmine, Ia rela turun ke dapur dan berkotor-kotor ria demi wanita itu."Gimana rasanya?" tanyanyaDe Jasmine menanggapi dengan anggukan"Enak?" tanya pria itu lagi memastikan."Ya," sahut Jasmine singkat.Justin
Lantunan adzan bergema samar di telinga nya. Ia membuka matanya perlahan demi memastikan pendengarannya. Tubuhnya masih terasa lemah, lantaran belum mendapatkan asupan makanan apapun ke tubuhnya.De Jasmine merasa lapar untuk sekarang ini. Keluar dari kamar untuk mencari sesuatu yang bisa dimakannya sekarang. Ia melihat Justin sedang tidur terlentang di sofa ruang TV dengan tangan yang bersidekap di dada -nya seperti menahan hawa dingin yang masuk dari celah jendela dan ventilasi.Ia melirik ke jendela kaca yang sedikit terbuka di area dapur. Melangkah pelan ke sana dan menutup perlahan jendela tersebut. Lalu membuka kulkas demi mencari sesuatu yang bisa dimakan. Namun ia tak menemukan apapun kecuali sisa sayuran yang dipakai Justin untuk bahan SOPnya semalam.Memang ia melihat semangkuk SOP yang berada di atas kompor. Namun dia urung memakannya dikarenakan pertengkaran semalam. Lebih tepatnya dia tak butuh perhatian dari pria itu lagi. Mengingat pria itu memang tak pantas untuk bers
Suara dentingan panci dan putaran blender terdengar samar di telinga wanita yang mulai mengingat segala hal yang berkaitan dengan masa lalunya.Kelopak matanya perlahan terbuka dengan dahinya sedikit mengerut. Ia bertanya di hatinya siapa dan apa yang tengah terjadi di malam buta. Apalagi suara itu berasal dari apartemen rahasianya. Rahasianya. Cukup dirinya yang tau akan keberadaan apartemen ini. Terutama letak unit yang ditempatinya. Ia sudah merancang sedemikian rupa unit ini. Agar tak terlihat dari luar. Bahkan untuk keamanannya saja ia meminta bantuan seorang ahli IT agar membuat kunci pengaman khusus di apartemennya ini. Tak ada satupun yang bisa membuka kecuali dirinya, dan juga tak ada satupun yang bisa menemukan unit ini kecuali dirinya sendiri yang membuka celah untuk diketahui oleh pihak luar. Akan tetapi, sekarang ini. benar-benar di luar expextasinya. unit rahasia ini terdengar berisik yang seharusnya tetap lengang. tapi sekarang, membuatnya tak habis pikir.Midea, san