Lantunan adzan bergema samar di telinga nya. Ia membuka matanya perlahan demi memastikan pendengarannya. Tubuhnya masih terasa lemah, lantaran belum mendapatkan asupan makanan apapun ke tubuhnya.De Jasmine merasa lapar untuk sekarang ini. Keluar dari kamar untuk mencari sesuatu yang bisa dimakannya sekarang. Ia melihat Justin sedang tidur terlentang di sofa ruang TV dengan tangan yang bersidekap di dada -nya seperti menahan hawa dingin yang masuk dari celah jendela dan ventilasi.Ia melirik ke jendela kaca yang sedikit terbuka di area dapur. Melangkah pelan ke sana dan menutup perlahan jendela tersebut. Lalu membuka kulkas demi mencari sesuatu yang bisa dimakan. Namun ia tak menemukan apapun kecuali sisa sayuran yang dipakai Justin untuk bahan SOPnya semalam.Memang ia melihat semangkuk SOP yang berada di atas kompor. Namun dia urung memakannya dikarenakan pertengkaran semalam. Lebih tepatnya dia tak butuh perhatian dari pria itu lagi. Mengingat pria itu memang tak pantas untuk bers
"Aku tadi nge test buat ini, kamu coba ya?" bujuk Justin saat menyodorkan bubur gurih dengan suwiran ayam di atasnya. Hanya saja bubur ini begitu terasa bumbu dan keharumannya sempurna.Entah resep dari mana Justin mempelajarinya untuk mendapatkan harumnya yang se khas ini. Midea Jasmine tau benar, jika bubur yang satu ini sangat gampang-gampang susah jika tak benar-benar di pelajari pembuatannya.Kali ini Ia tak menolak apa yang di sodorkan Justin padanya. Menghirup dalam aroma harum yang berasal dari bumbu tersebut."Hmm," gumamnya pelan saat merasakan lezat dan gurih dari makanan tersebut.Sedangkan Justin harap-harap cemas menantikan kabar dari Jasmine. Pria itu butuh pengakuan dari seseorang yang ahli dalam cicip-mencicip makanan. Siapa lagi kalau bukan istrinya. Demi De Jasmine, Ia rela turun ke dapur dan berkotor-kotor ria demi wanita itu."Gimana rasanya?" tanyanyaDe Jasmine menanggapi dengan anggukan"Enak?" tanya pria itu lagi memastikan."Ya," sahut Jasmine singkat.Justin
Tak ada yang bisa dilakukan oleh seorang Justin ketika menghadapi seorang Midea Jasmine yang sedang marah padanya, selain melakukan pekerjaan rumah tangga, seperti memasak atau membersihkan apartemen sang istri. Lalu membujuknya untuk keluar kamar dan makan. Walaupun dengan cara, ia harus menghindar dulu dari wanita itu.Tapi setidaknya, itu lebih baik ketimbang istrinya masih betah berlama-lama di dalam kamar.Sementara di kantornya, tengah di pusingkan dengan masalah dana yang di tarik secara tiba-tiba oleh seorang investor terbesar. Indra, yang telah berusaha membujuk investor tersebut agar tetap bertahan di perusahaan mereka, akhirnya hanya bisa pasrah saat pria paruh baya itu tetap menarik seluruh dana yang ada.Alhasil, segala proyek yang berkaitan dengan KBC tertunda. Ia mendatangi Justin ke ruangannya, begitu tau sahabatnya ada di sana."Tin, ini gimana? Kenapa bisa kayak gini, sih?" tanya Indra yang tiba-tiba datang dan menyerangnya dengan pertanyaan."Hmm, iya. Aku tau. Nant
Langkahnya berhenti di saat melihat seorang bocah laki-laki yang berusia lima tahun, sedang bermain dengan riang di sebuah rumah mewah. Ia berjalan pelan memasuki halaman rumah yang tampak asri, seraya menatap ke wajah yang amat dirindukannya."Dee, ini Bunda," ucapnya dengan netranya yang mengkristal."Dee," panggilnya lebih keras. Seketika itu juga bocah yang berusia lima tahun itu menoleh kepadanya dan tersenyum senang."Bundaaaaa," panggil bocah itu. Lalu bocah itu berlari ke arahnya dan menubruk tubuh wanita yang berusia 30 tahun itu.Midea, sang bunda langsung mengangkat tubuh gembul itu dan menggendongnya dengan gemas. Rasa rindu menyeruak hingga terasa sesak di dadanya. Wanita itu menangis sejadi-jadinya."Dee, ini Bunda. Bunda pulang, sayang. Bunda kangen sama kamu, nak," ucapnya di sela Isak tangisnya.Sementara Dean yang mendengar ucapan sang bunda. Akhirnya menangkup wajah bundanya dengan kedua tangan mungilnya dan bertanya ringan," Bunda, angen, ya?"."Iya, sayang. Bunda
Lelaki tak bercerita hanya cukup bertindak. Demi menyelamatkan perusahaan dan juga melindungi wanita yang dicintainya. Seorang Justin rela menaruhkan segala aset yang dimilikinya, tanpa terkecuali. Tak ada yang tersisa kecuali satu rumah yang kini di tempati oleh Jasmine dan Anak-anak.Habis sudah kekayaan pribadinya yang telah di kumpulkan cukup lama selama ia bekerja. Bahkan mobil yang dikendarainya sekarang ini pun milik Papanya. Syukurnya Perusahaan terselamatkan. Proyek berjalan sesuai yang diharapkan.Justin kembali ke rumah dalam keadaan penat namun berasa lega. Ia tersenyum bahagia saat melihat istri dan anak-anaknya tengah melakukan sesuatu di dapur. Meskipun raut wajah De Jasmine masih terlihat murung.Ia tau penyebabnya adalah; karena dirinya yang seorang pengecut. Karena dirinya lah Jasmine menderita. Ia menyesali semua perbuatannya dahulu. Berjanji di hati akan berusaha keras untuk membahagiakan wanita itu.Suara panggilan dari kedua anaknya, membuatnya tersadar dari lamu
"Arrrgh..., Argh..., panasss,!. Suara teriakan dari seorang wanita yang bernama asli Jasmine, tapi mengingat dirinya sebagai Midea membuat seluruh orang yang mendengar menangis pilu di hatinya, termasuk Justin. Bagaimana tidak, baru saja Midea merasakan kebahagiaan di hari ulang tahun putranya yang ke empat. Wanita itu harus menahan rasa sakit lantaran menahan hasrat birahinya yang bergejolak saat ini. Ia didapati oleh Justin dalam keadaan yang memprihatinkan setelah dijebak oleh tiga pria yang sengaja menyemprotkannya dengan parfum perangsang berdosis tinggi."Sentuh aku, Tolong aku, Justiiin!" teriak De Jasmine dari dalam kamar mandi yang sengaja dikunci. Teriakan itu kembali terdengar saat pria yang dipanggil namanya itu tak kunjung datang menghampirinya. Sementara pria yang bernama Justin itu belum bisa memenuhi keinginan hasrat birahi mantan istrinya yang sedang menggila. Pasalnya, sekarang ini, ia sedang berusaha membujuk Jason, papa kandung dari mantan istrinya itu, agar
Menit demi menit hingga beberapa jam terlewati begitu saja. Dua insan yang baru saja disatukan kembali dalam ikatan suci itu masih bergumul mesra di atas ranjang berukuran king size tersebut.Keduanya larut dalam peluh yang bercampur nikmat tersebut. Desahan demi desahan saling bersahutan di antara mereka yang saling menikmati permainan panas dengan berbagai macam gaya tersebut.Ruangan ber AC yang telah disetel paling dingin itu pun tak bisa menutupi hawa panas akibat terbakar gairah dari keduanya. Baik Midea, yang belum hilang efek dari parfum perangsang yang tanpa sengaja dihirupnya, maupun Justin, yang telah lama menahan hasrat lelakinya, dikarenakan terlalu lama tak menyalurkannya kepada seorang wanita.Karena faktor itu jugalah, makanya Justin dulunya amat membenci Midea yang seorang model dewasa serta diketahui mengencani banyak pria. Bahkan rasa benci Justin kian memuncak kala Midea telah dengan sengaja dan juga terang-terangan menjebak dirinya agar bisa menikahinya.Pernikaha
Adzan subuh berkumandang terdengar sebagian di telinganya para penghuni hotel mewah tersebut, termasuk Mona yang sangat sulit sekali untuk terlelap dalam tidurnya lantaran ia harus memikirkan banyak hal untuk acara sakral pagi ini. Pagi ini adalah puncak peresmian acara sakral untuk pernikahan putra mereka satu-satunya dengan mantan istrinya kembali. "Sudah bangun, Ma? kok cepat amat?" tanya Arfan saat melihat istrinya yang baru keluar dari kamar mandi. "Iya, pa," sahutnya singkat seraya mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. "Mau hubungi siapa, Ma?" tanya Arfan. "Justin, Pa. Biar dia juga harus bersiap-siap, untuk melakukan ijab Qabul ulang di depan Penghulu," jawab Mona. "Emang harus? Kan udah sah?"tanya Arfan. "Momennya, pa? Untuk dijadikan kenang-kenangan ntar waktu mereka tua nanti. Dulu kan Justin nikah pertama kali sama Dea ga ada foto, baju nikah, apa lagi acara resepsi. Berbeda saat kita nikahi Justin dengan almarhumah Namira dulunya," jawab Mona mengingatkan
Lelaki tak bercerita hanya cukup bertindak. Demi menyelamatkan perusahaan dan juga melindungi wanita yang dicintainya. Seorang Justin rela menaruhkan segala aset yang dimilikinya, tanpa terkecuali. Tak ada yang tersisa kecuali satu rumah yang kini di tempati oleh Jasmine dan Anak-anak.Habis sudah kekayaan pribadinya yang telah di kumpulkan cukup lama selama ia bekerja. Bahkan mobil yang dikendarainya sekarang ini pun milik Papanya. Syukurnya Perusahaan terselamatkan. Proyek berjalan sesuai yang diharapkan.Justin kembali ke rumah dalam keadaan penat namun berasa lega. Ia tersenyum bahagia saat melihat istri dan anak-anaknya tengah melakukan sesuatu di dapur. Meskipun raut wajah De Jasmine masih terlihat murung.Ia tau penyebabnya adalah; karena dirinya yang seorang pengecut. Karena dirinya lah Jasmine menderita. Ia menyesali semua perbuatannya dahulu. Berjanji di hati akan berusaha keras untuk membahagiakan wanita itu.Suara panggilan dari kedua anaknya, membuatnya tersadar dari lamu
Langkahnya berhenti di saat melihat seorang bocah laki-laki yang berusia lima tahun, sedang bermain dengan riang di sebuah rumah mewah. Ia berjalan pelan memasuki halaman rumah yang tampak asri, seraya menatap ke wajah yang amat dirindukannya."Dee, ini Bunda," ucapnya dengan netranya yang mengkristal."Dee," panggilnya lebih keras. Seketika itu juga bocah yang berusia lima tahun itu menoleh kepadanya dan tersenyum senang."Bundaaaaa," panggil bocah itu. Lalu bocah itu berlari ke arahnya dan menubruk tubuh wanita yang berusia 30 tahun itu.Midea, sang bunda langsung mengangkat tubuh gembul itu dan menggendongnya dengan gemas. Rasa rindu menyeruak hingga terasa sesak di dadanya. Wanita itu menangis sejadi-jadinya."Dee, ini Bunda. Bunda pulang, sayang. Bunda kangen sama kamu, nak," ucapnya di sela Isak tangisnya.Sementara Dean yang mendengar ucapan sang bunda. Akhirnya menangkup wajah bundanya dengan kedua tangan mungilnya dan bertanya ringan," Bunda, angen, ya?"."Iya, sayang. Bunda
Tak ada yang bisa dilakukan oleh seorang Justin ketika menghadapi seorang Midea Jasmine yang sedang marah padanya, selain melakukan pekerjaan rumah tangga, seperti memasak atau membersihkan apartemen sang istri. Lalu membujuknya untuk keluar kamar dan makan. Walaupun dengan cara, ia harus menghindar dulu dari wanita itu.Tapi setidaknya, itu lebih baik ketimbang istrinya masih betah berlama-lama di dalam kamar.Sementara di kantornya, tengah di pusingkan dengan masalah dana yang di tarik secara tiba-tiba oleh seorang investor terbesar. Indra, yang telah berusaha membujuk investor tersebut agar tetap bertahan di perusahaan mereka, akhirnya hanya bisa pasrah saat pria paruh baya itu tetap menarik seluruh dana yang ada.Alhasil, segala proyek yang berkaitan dengan KBC tertunda. Ia mendatangi Justin ke ruangannya, begitu tau sahabatnya ada di sana."Tin, ini gimana? Kenapa bisa kayak gini, sih?" tanya Indra yang tiba-tiba datang dan menyerangnya dengan pertanyaan."Hmm, iya. Aku tau. Nant
"Aku tadi nge test buat ini, kamu coba ya?" bujuk Justin saat menyodorkan bubur gurih dengan suwiran ayam di atasnya. Hanya saja bubur ini begitu terasa bumbu dan keharumannya sempurna.Entah resep dari mana Justin mempelajarinya untuk mendapatkan harumnya yang se khas ini. Midea Jasmine tau benar, jika bubur yang satu ini sangat gampang-gampang susah jika tak benar-benar di pelajari pembuatannya.Kali ini Ia tak menolak apa yang di sodorkan Justin padanya. Menghirup dalam aroma harum yang berasal dari bumbu tersebut."Hmm," gumamnya pelan saat merasakan lezat dan gurih dari makanan tersebut.Sedangkan Justin harap-harap cemas menantikan kabar dari Jasmine. Pria itu butuh pengakuan dari seseorang yang ahli dalam cicip-mencicip makanan. Siapa lagi kalau bukan istrinya. Demi De Jasmine, Ia rela turun ke dapur dan berkotor-kotor ria demi wanita itu."Gimana rasanya?" tanyanyaDe Jasmine menanggapi dengan anggukan"Enak?" tanya pria itu lagi memastikan."Ya," sahut Jasmine singkat.Justin
Lantunan adzan bergema samar di telinga nya. Ia membuka matanya perlahan demi memastikan pendengarannya. Tubuhnya masih terasa lemah, lantaran belum mendapatkan asupan makanan apapun ke tubuhnya.De Jasmine merasa lapar untuk sekarang ini. Keluar dari kamar untuk mencari sesuatu yang bisa dimakannya sekarang. Ia melihat Justin sedang tidur terlentang di sofa ruang TV dengan tangan yang bersidekap di dada -nya seperti menahan hawa dingin yang masuk dari celah jendela dan ventilasi.Ia melirik ke jendela kaca yang sedikit terbuka di area dapur. Melangkah pelan ke sana dan menutup perlahan jendela tersebut. Lalu membuka kulkas demi mencari sesuatu yang bisa dimakan. Namun ia tak menemukan apapun kecuali sisa sayuran yang dipakai Justin untuk bahan SOPnya semalam.Memang ia melihat semangkuk SOP yang berada di atas kompor. Namun dia urung memakannya dikarenakan pertengkaran semalam. Lebih tepatnya dia tak butuh perhatian dari pria itu lagi. Mengingat pria itu memang tak pantas untuk bers
Suara dentingan panci dan putaran blender terdengar samar di telinga wanita yang mulai mengingat segala hal yang berkaitan dengan masa lalunya.Kelopak matanya perlahan terbuka dengan dahinya sedikit mengerut. Ia bertanya di hatinya siapa dan apa yang tengah terjadi di malam buta. Apalagi suara itu berasal dari apartemen rahasianya. Rahasianya. Cukup dirinya yang tau akan keberadaan apartemen ini. Terutama letak unit yang ditempatinya. Ia sudah merancang sedemikian rupa unit ini. Agar tak terlihat dari luar. Bahkan untuk keamanannya saja ia meminta bantuan seorang ahli IT agar membuat kunci pengaman khusus di apartemennya ini. Tak ada satupun yang bisa membuka kecuali dirinya, dan juga tak ada satupun yang bisa menemukan unit ini kecuali dirinya sendiri yang membuka celah untuk diketahui oleh pihak luar. Akan tetapi, sekarang ini. benar-benar di luar expextasinya. unit rahasia ini terdengar berisik yang seharusnya tetap lengang. tapi sekarang, membuatnya tak habis pikir.Midea, san
Sebuah maskapai mendarat dengan selamat di kota Jakarta. Baik Justin dan Jason segera turun dan menyegerakan diri kembali ke rumah. Mereka membayangkan jika Jasmine sudah berada di kediamannya Ardiansyah saat ini.Namun kenyataannya, jauh seperti yang mereka bayangkan. Ternyata, Jasmine tak pernah kembali. Jasmine tak pernah muncul di hadapan mereka."Serius, Ma?"tanya Justin saat melihat Mama dan Papanya yang masih berada di Bandara."Mm, Iya. Udah tiga jam Mama nunggu di sini, tapi istri kamu ga nongol-nongol juga. Mama pikir Jasmine pulangnya sama kamu," sahut Mona rada kesal.Justin terdiam seraya memikirkan keberadaan Jasmine yang sebenarnya. Lalu seketika ia teringat akan apartemen rahasia milik Midea."Apakah dia ke situ?"pikirnya. Lalu ia mendekati Arfan dan meminta kunci mobil dari pria itu"Pa, pinjem mobil,". Arfan tanpa bertanya apapun, langsung saja memberikan kunci tersebut ke putranya itu.Justin menerimanya dan berniat segera pergi dari situ. Namun di cegah Mona yang b
Matahari menyeruak masuk melalui celah gorden jendela kamar hotel. Cahaya hangat itu menerpa wajah manis dari seorang wanita yang di panggil Jasmine. Pemilik netra hitam pekat itu membuka matanya secara perlahan demi mendapatkan rasa nyaman, saat cahaya itu langsung menerobos mengenai pupil netranya.Netranya menelisik ke segala ruangan, dan tersadar jika Justin telah membawanya ke sini. Apalagi sebuah tangan kekar melingkari perutnya. Ia menyadari jika Justin tengah memeluknya dari belakang. Ia membiarkan sejenak pelukan itu, sebelum rasa amarah membuatnya meradang kembali. Wanita itu memutuskan untuk meninggalkan Justin, lantaran rasa benci menyelimuti hatinya. Jasmine yang kini mengingat dirinya nya juga sebagai Midea. Ingatannya perlahan kembali. Ia mengingat semua hal yang berkaitan dengan Justin.Dadanya terasa sesak. Mengingat rasa sakit yang diberikan oleh suaminya itu. Jalan satu- satunya adalah pergi. Ia muak melihat wajah pria itu. Berbekal pakaian yang telah di siap kan
"Jasmine," pekiknya saat melihat kondisi istri nya yang begitu memprihatinkan. Betapa murkanya ia, saat melihat tubuh Jasmine hanya di tutupi oleh sehelai selimut saja. Ia menetap pria yang tak lain adalah koleganya sendiri."Mr, Aqio," desisnya geram. Ia mengepal tangannya dan mulai meninju wajah pria itu."Brengsek!" makinya."Kau, Sialan! Berani-beraninya kau merusak kesenanganku dan menyerangku!" hardik pria yang hampir seusia Jason.Keduanya saling beradu ketangkasan fisik. Baik Justin dan Mr. Aqio tak mau mengalah, dan merasa benar atas apa yang mereka lakukan. Mempertahankan yang menjadi miliknya.Justin yang masih memiliki stamina bagus berhasil mendorong dan mengunci pria itu di sudut dinding kamar."She is Mine! That is my wife! Kenapa kau menculiknya, Mister!"teriak Justin di depan wajah Aqio.Aqio tersenyum miring lalu tertawa remeh, dan berkata ketus," Dia milikku, jauh sebelum kamu, Justin!""Kau yang merenggutnya dariku, brengsek!" umpat Aqio, lalu dengan amarah yang me