Share

Bab 208

Author: Arizah Karimah
Ketika Eleanor melangkah keluar dari mobil, kakinya tiba-tiba melemas dan hampir saja terjatuh.

Melihat hal itu, Charlie segera keluar dari mobil dan berjalan cepat ke sisi Eleanor untuk menopangnya. "Dengan kondisi seperti ini, kamu yakin bisa?"

"Aku bisa," jawab Eleanor dengan suara pelan dan mencoba berdiri tegak. "Aku pulang dulu."

Eleanor berjalan dengan susah payah menuju apartemennya, sementara Charlie memandangnya dengan alis yang sedikit berkerut, tetapi tidak berkata apa-apa. Namun, sebelum Eleanor sampai ke pintu gedung, sebuah suara yang rendah dan dingin memanggilnya.

"Eleanor!"

Eleanor mengerutkan dahi, lalu menoleh perlahan.

Di kejauhan, Charlie melirik seorang pria yang melangkah dengan aura dingin dan penuh amarah. Dia segera mengenali pria itu ... Jeremy. Dengan tatapan tajam, Jeremy mendekat dengan langkah besar.

Tanpa memberikan waktu bagi Eleanor untuk menjelaskan, Jeremy melayangkan pukulan keras ke arah Charlie. Pukulan itu begitu cepat dan penuh amarah, bahkan a
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 209

    Jeremy dengan tenang membuka kancing mantel Eleanor, memperlihatkan kemeja yang dia kenakan di dalam. "Periksa dia," katanya sambil bangkit."Baik, baik." Dokter itu mengangguk, mengenakan stetoskop, lalu memulai pemeriksaan. Namun, ketika melihat hanya sebagian kecil kemeja yang terbuka, dia sedikit tertegun tetapi tetap melanjutkan.Saat pemeriksaan sedang berlangsung, ponsel Jeremy berdering. Dia melihat sekilas dan menjawab panggilan itu."Kak Jeremy, di mana kamu? Keluar sebentar ....""Di rumah sakit, nggak ada waktu," Jeremy memotong ucapan Bastian tanpa ragu."Rumah sakit?" Nada Bastian berubah serius. "Kamu sakit?""Bukan aku.""Lalu siapa? Daniel?""Eleanor.""Hah? Bukannya kalian lagi ...." Bastian hampir menyebutkan "perang dingin" dalam hubungan mereka, tetapi kalimat itu terpotong karena ponselnya direbut oleh Danuar.Danuar menutup mulut Bastian dan bertanya dengan wajah tersenyum, "Kak Jeremy, penyakit Kakak Ipar parah nggak? Dia di rumah sakit mana? Perlu kami datang?"

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 210

    "Kak Jeremy, mau ke mana?" tanya Bastian."Kantor polisi."Melihat punggung Jeremy yang pergi dengan langkah besar, Danuar dan Bastian saling menatap sejenak. Mereka bertanya-tanya, apakah Jeremy pergi untuk menghabisi orang yang mencelakakan Eleanor?Saat Eleanor membuka mata, di sekitarnya tercium bau antiseptik yang pekat."Sudah bangun?""Danuar? Bastian? Di mana aku sekarang?" Eleanor memutar matanya sejenak. Dia baru saja tersadar, sehingga reaksinya lebih lambat. Setelah beradaptasi dengan cahaya di dalam ruangan, dia mulai bertanya pada kedua orang itu.Danuar menjawab, "Rumah sakit. Kamu pingsan karena demam."Ingatan Eleanor mulai kembali perlahan-lahan. Dia teringat bahwa Charlie yang mengantarkannya pulang. Mereka bertemu dengan Jeremy, lalu kepalanya terasa pusing dan akhirnya jatuh pingsan.Tidak heran jika tubuhnya terasa tidak nyaman. Ternyata dia sedang demam tinggi. Berhubung Danuar dan Bastian ada di sini, berarti orang yang mengantarkannya ke rumah sakit adalah Jere

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 211

    "Aku belum nanya kenapa kamu ada di sini," ujar Jeremy dengan nada datar.Yoana memaksakan senyuman dan berkata, "Tiara mengalami sedikit masalah, tentang insiden di hotel itu .... Dia temanku, jadi aku khawatir dia ketakutan sendirian, makanya aku ikut ke sini. Bagaimana denganmu, Jeremy? Kenapa kamu di sini?""Sama sepertimu, tentang masalah di hotel," jawab Jeremy dengan suara tenang.Nada bicaranya terdengar seperti biasanya, tetapi Yoana dapat merasakan adanya aura berbahaya di balik kata-kata itu.Yoana mencengkeram jemarinya erat-erat, bahkan hingga kulitnya terluka tanpa dia sadari. Dia mencurigai bahwa Jeremy telah mengetahui sesuatu. Kalau tidak, mengapa dia sampai datang langsung ke sini?Tidak lama kemudian, Robert dan Felicia datang dengan tergesa-gesa. Setelah mendengar tentang kejadian itu, Felicia tampak sangat panik. Begitu melihat Yoana, dia langsung bertanya, "Yoana, apa yang terjadi? Apa yang sebenarnya terjadi?""Paman, Bibi, jangan panik dulu. Aku juga lagi cari t

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 212

    Suara yang dingin dan penuh bahaya tiba-tiba terdengar, membuat punggung Tiara menegang seketika. Ketika dia berbalik, matanya membelalak melihat Jeremy yang entah sejak kapan sudah duduk di sana dan menatapnya dengan tatapan tajam.Wajah Yoana seketika berubah, ekspresinya semakin gelap. Dia memandang Tiara dengan tatapan seperti sedang melihat seorang idiot.Tiara yang awalnya penuh emosi, sekarang menjadi pucat pasi. "Pak Jeremy?"Dia berusaha keras untuk mengendalikan ketakutannya dan mencengkeram telapak tangannya sendiri hingga meninggalkan bekas merah."Ceritakan dengan jelas kejadian malam ini dari awal sampai akhir," pungkas Jeremy.Tiara menggigil ketakutan. Aura agresifnya yang tadi digunakan untuk mengadu kepada Robert dan Felicia kini menghilang sepenuhnya.Kenapa Jeremy ada di sini? Kemudian, dia melirik ke arah Yoana untuk mencari jawaban.Meskipun hatinya ikut berdebar, Yoana berusaha keras menjaga ekspresi tenangnya. Dengan senyuman tipis, dia berbicara kepada Tiara, "

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 213

    "Tiara, kamu benar-benar gegabah. Kenapa kamu berbuat begini?" Yoana berpura-pura marah.Namun, Jeremy bahkan tidak mendengarkan kata-kata Yoana hingga selesai. Dia berdiri, memberi tatapan singkat kepada polisi di sampingnya dan berkata, "Orang seperti ini ... perlakukan sesuai prosedur."Setelah berkata demikian, dia langsung berbalik dan pergi. Kebenaran dari situasi ini sudah jelas di benaknya dan dia tidak punya waktu atau minat untuk terus mendengarkan kebohongan mereka.Mendengar keputusan Jeremy, wajah keluarga Robert langsung menjadi muram.Tiara yang ketakutan buru-buru melangkah maju dan mencengkeram tangan Yoana dengan erat. Dengan suara rendah yang penuh kebencian, dia berkata, "Kamu harus bantu aku. Ini semua idemu. Kalau aku kena masalah, aku juga nggak akan biarkan kamu lolos."Namun, Yoana menatap Tiara dengan wajah dingin dan melepaskan tangannya dengan kasar. Dengan nada dingin, dia hanya berkata, "Aku mengerti."Setelah itu, Yoana bergegas mengejar Jeremy keluar dar

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 214

    "Kalau nggak?" Jeremy menjawab dengan ekspresi wajar, membuat Danuar hampir mati kesal."Kak Jeremy, ini nggak adil," Bastian juga menunjukkan ketidakpuasannya.Jeremy tetap tenang dan berkata singkat, "Pilih saja apa pun dari rak anggur di rumahku."Danuar langsung berhenti sejenak, memikirkannya, lalu mengangguk. "Baiklah, kalau begitu." Dia mengambil barang-barangnya, lalu menarik Bastian keluar. "Kak Jeremy, Kak Eleanor, sampai jumpa."Swush!Keduanya langsung menghilang tanpa jejak. Eleanor hanya bisa terdiam.Dengan santai, Jeremy duduk di kursi di sebelah tempat tidurnya. Pandangannya tenang ketika dia menatap Eleanor. Ruangan itu dipenuhi keheningan. Keduanya saling menatap tanpa ada yang bicara terlebih dahulu.Di sisi lain, Eleanor merasa tidak nyaman setiap melihat Jeremy. Dia langsung teringat insiden malam ketika Jeremy mabuk. Bahkan sampai sekarang, bekas merah di lehernya belum sepenuhnya hilang. Dia refleks menyentuh lehernya dan merasa seluruh tubuhnya menegang.Jerem

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 215

    Jeremy melempar pisau buah kembali ke dalam keranjang, lalu menyodorkan apel yang sudah dia kupas dengan rapi kepada Eleanor. Eleanor menatap apel itu dengan terkejut. Dia sama sekali tidak menyangka Jeremy akan melakukan sesuatu seperti ini.Melihat Eleanor tidak segera mengambilnya, Jeremy menggerakkan tangannya sedikit, membuat apel itu bergoyang di depannya. Awalnya dia ingin mengatakan bahwa mengonsumsi buah bagus untuk kesehatan, tapi yang keluar dari mulutnya malah menjadi perintah, "Makan."Eleanor terdiam.Baiklah, dia memutuskan untuk tidak melawan pria ini.Eleanor mengulurkan tangan, jari-jarinya bersentuhan singkat dengan tangan Jeremy yang dingin. "Terima kasih," katanya sambil menundukkan kepala dan menggigit apel itu.Jeremy meliriknya sekilas, lalu mengambil dua lembar tisu untuk mengelap tangannya dengan teliti. Tingkat kehati-hatiannya menunjukkan bahwa dia hampir tidak pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya.Tak lama kemudian, seorang dokter masuk untuk memerik

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 216

    Setelah hening selama dua detik, Patrick menahan amarahnya dan mencoba mengganti nada bicaranya menjadi lebih tenang. "Kenapa? Apa Grup Pratama melakukan kesalahan?""Nggak," jawab Jeremy dengan suara dalam dan dingin.Mendengar jawaban Jeremy yang dingin, Patrick hampir bisa menebak bahwa Jeremy mungkin marah karena suatu hal tertentu. Namun, dia berusaha menahan emosinya."Kalau begitu, kenapa?" tanya Patrick."Karena aku nggak suka kalian," jawab Jeremy singkat dan langsung membuat Patrick kehilangan kata-kata. Jeremy langsung menutup telepon tanpa basa-basi.Di sisi lain, Patrick begitu marah hingga membanting ponselnya ke meja. "Kurang ajar!""Astaga, pagi-pagi begini kenapa kamu sudah marah-marah?" Saat turun dari lantai atas, Alicia kebingungan melihat Patrick marah besar.Dengan wajah yang masih muram, Patrick menunjuk ke atas. "Pergi, panggilkan Yoana sekarang!"Melihat bahwa Patrick bahkan memanggil Yoana dengan nama lengkapnya, Alicia menyadari bahwa ini adalah masalah seriu

Latest chapter

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 412

    Bella menggigit bibirnya dengan agak getir. "Hmm.""Semua ini ditulis oleh Jeremy. Awalnya, dia nggak percaya pada hal-hal seperti ini. Tapi karena kamu, setiap malam saat dia nggak bisa tidur, dia berlutut di depan altar dan berdoa. Totalnya ada 248 halaman, dia melakukannya selama 62 hari berturut-turut."Eleanor menatap buku tebal itu. Setiap halaman ditulis dengan rapi, semuanya adalah tulisan tangan Jeremy. Hatinya sedikit bergetar.Eleanor tidak tahu apakah Jeremy benar-benar percaya pada dewa, tetapi yang jelas, dia menulis ini sambil berdoa, sambil menyesali perbuatannya, sambil menyalahkan diri sendiri, sambil merasakan sakit.Melihat tulisan-tulisan itu, Eleanor bisa membayangkan sosok seorang pria yang menunduk sambil mencatat setiap tulisan dengan penuh ketulusan."Jeremy memang pernah menyakitimu. Selama kamu menghilang, dia hidup dalam penderitaan setiap hari, bahkan gangguan tidurnya semakin parah sampai nggak ada obat yang berkhasiat.""Dia sama sekali nggak bisa tidur.

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 411

    Eleanor mengernyitkan alisnya. "Nggak ada."Semua barang milik Eleanor sudah disimpan oleh Jovita, tidak ada yang tersisa lagi.Jovita menatap mata Eleanor, seolah-olah ingin memastikan yang dikatakan Eleanor memang benar. "Eleanor, coba pikirkan lagi baik-baik, benaran nggak ada benda lain?""Nggak ada," jawab Eleanor dengan tegas sambil menggelengkan kepala. Semua barang peninggalan ibunya untuknya berada di Keluarga Haningrat karena saat itu dia masih berusia puluhan tahun. Dia yang tidak memiliki persiapan apa pun tidak mungkin bisa melawan kelicikan dari Robert dan Felicia, sehingga semua barang itu tidak pernah sampai ke tangannya.Ekspresi Jovita berubah dan menganggukkan kepalanya, seolah-olah merasa lega."Nenek, kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti ini? Apa ada sesuatu yang penting?" tanya Eleanor.Jovita langsung menggelengkan kepalanya. "Nggak ada apa-apa. Hanya saja tiba-tiba teringat, jadi aku coba bertanya padamu."Eleanor yang cemberut pun menganggukkan kepala dengan

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 410

    "Di mana Nenek?" Eleanor tidak ingin membuang waktu berbicara dengan Tiara.Meskipun Eleanor tahu Tiara hanyalah alat yang dimanfaatkan oleh Yoana untuk menanggung kesalahannya, Tiara tetap memiliki niat buruk terhadap anak-anaknya dan bersedia dimanfaatkan secara sukarela.Saat ini, Eleanor tidak punya waktu untuk berurusan dengannya. Selama Tiara tidak menimbulkan masalah lagi, Eleanor akan menganggapnya tidak ada.Tiara tertegun sejenak sebelum menunjuk ke lantai atas. "Nenek ada di atas."Eleanor langsung menaiki tangga. Begitu dia pergi, Tiara buru-buru menelepon ayah dan ibunya. "Ayah, Eleanor masih hidup ...!"Eleanor tiba di depan kamar Jovita dan mengetuk pintu dengan pelan. Sesaat kemudian, terdengar suara dari dalam. "Masuk."Eleanor membuka pintu dan melangkah masuk. Jovita yang memakai kacamata rabun tua sedang duduk di kursi malas dekat jendela besar sambil merajut sesuatu. Cahaya matahari menyelimuti tubuhnya, memberikan kesan hangat dan damai.Ketika dia mengangkat kepa

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 409

    "Kukembalikan kepadamu," ujar Jeremy.Charlie mengangkat alis. "Kamu menyelidikiku?"Jeremy menatapnya dengan tenang. "Aku cuma menebak."Selama dua bulan terakhir, kecurigaan Jeremy terhadap Charlie tidak pernah surut. Dia terus mengawasi Charlie dan akhirnya menemukan sejumlah besar uang yang keluar dari rekeningnya.Empat triliun. Bukan jumlah kecil, cukup untuk membeli sebuah kediaman mewah atau barang berharga lainnya. Anehnya, Charlie hanya mengeluarkan uang tanpa membeli aset apa pun.Lebih mencurigakan lagi, transaksi itu terjadi tepat tiga hari setelah Eleanor menghilang. Ditambah dengan pengakuan Eleanor bahwa dia terkena racun yang sangat langka, Jeremy menyimpulkan bahwa uang itu kemungkinan besar telah digunakan untuk menyelamatkan Eleanor.Jika itu memang untuk Eleanor, Jeremy merasa sudah seharusnya dia kembalikan.Charlie tertawa kecil, meletakkan cek itu di atas meja dengan santai. "Kamu ini siapa? Berani sekali kamu menggantikan dia membayar utangnya?"Jeremy menyahut

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 408

    Langkah kaki Eleanor terhenti sejenak. Masa dia tidak berani duduk di sofa rumah sendiri?Dengan tenang, dia mendekat dan duduk. Jarak di antara dia dan Jeremy tidak terlalu dekat, tetapi juga tidak jauh, cukup untuk satu orang duduk di antara mereka.Tidak ada yang berbicara. Seolah-olah mereka memang hanya tidak bisa tidur dan duduk untuk menonton film. Namun, nyatanya tidak ada yang benar-benar menonton.Saat film diputar hingga setengah, Jeremy tiba-tiba merasakan beban lembut di bahunya. Hatinya bergetar. Dia menoleh sedikit, dagunya tanpa sengaja menyentuh dahi Eleanor yang tertidur lelap.Perlahan-lahan, dia mengangkat tangannya, setengah merangkul wanita itu. Bibirnya membentuk senyuman tipis.Dia menggendong Eleanor dengan hati-hati, seolah-olah mengangkat barang paling berharga di dunia. Kemudian, dia berbaring di samping Eleanor.Aroma wangi yang samar dari tubuh Eleanor terasa menenangkan, perlahan meredam kegelisahan dalam hati Jeremy. Jeremy menunduk untuk mengecup dahiny

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 407

    Eleanor memberikan satu set pakaian untuk Vivi, sementara Jeremy sudah membawa anak-anak ke ruang tamu.Lima menit kemudian, mereka semua duduk di ruang tamu, saling bertukar pandang. Vivi melihat Jeremy, lalu Eleanor, kemudian menatap mereka berempat. Di tengah keluarga ini, keberadaannya benar-benar terasa berlebihan.Saat berikutnya, dia teringat kejadian di restoran tadi. Mereka berdua ... mau balikan? Vivi berpikir, merasa lebih baik tidak ikut campur urusan asmara orang lain. Jadi, dia mengambil tasnya dan berdiri. "Aku paham, aku paham."Karena tidak ingin merusak momen, dia langsung bersiap untuk pergi. "Aku datang lagi lain kali."Dalam sekejap, Vivi melesat keluar. Eleanor melihat kepergiannya yang secepat kilat, merasa Vivi sudah sangat mahir dalam seni melarikan diri.Eleanor menatap Jeremy. "Kamu benar-benar mau menginap di sini?""Kalau tidur di luar, aku bisa mati kedinginan. Jadi ...." Jeremy menarik sudut bibirnya. "Kasihanilah aku."Eleanor mengangguk. Dia tidak sekej

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 406

    Jeremy terdiam sejenak, lalu menghela napas. Akhirnya, dia berkata, "Mobilku rusak."Mobil rusak, artinya dia tidak bisa pulang.Eleanor menatapnya. Pria ini ingin menginap? Jangan mimpi!Berpura-pura tidak mengerti, Eleanor berujar, "Tunggu sebentar."Jeremy tidak tahu maksudnya, sampai dia melihat Eleanor mengambil kunci mobil dan menjelaskan di mana mobilnya diparkir dengan sabar. "Pakai saja, besok suruh orang antar kembali."Jeremy menatap kunci mobil di telapak tangannya, lalu tiba-tiba tersenyum. Wanita ini sengaja!"Tebak gimana aku bisa membawa mereka ke sini?" tanyanya."Hm?" Eleanor berkedip bingung."Aku bilang kalau aku nggak melihatmu, aku akan mati. Kalau aku pulang, apakah orang tua keras kepala itu akan memindahkan rumahnya ke sini malam ini juga?"Eleanor melihat kedua anak yang dipegangnya. Dia tahu betapa keras kepala dan semena-menanya Simon. Pria tua itu memang akan melakukan hal seperti itu.Jadi, maksud Jeremy adalah kalau dia di sini, anak-anak di sini. Kalau d

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 405

    Simon perlahan-lahan menuruni tangga. "Sudah tengah malam, kalian mau ke mana?""Nggak bisa tidur, jadi mau jalan-jalan sebentar," balas Jeremy dengan tenang sambil menoleh, tanpa tanda-tanda berbohong."Nggak bisa tidur, jadi jalan-jalan?" Simon mengulangi kata-katanya, lalu mendengus dingin. "Jalan-jalan sebentar, lalu ujung-ujungnya pergi menemui Eleanor, 'kan?"Ekspresi Simon penuh dengan ketegasan. Kedua anak itu tinggal di rumah Keluarga Adrian. Selama Eleanor masih hidup, cepat atau lambat dia pasti akan kembali.Melihat perubahan sikap kedua anak itu terhadap Jeremy, Simon pun bisa menebak bahwa Eleanor pasti masih hidup dan sudah kembali. Hal ini membuat tatapan Simon dipenuhi kekhawatiran.Jeremy menggigit bibirnya erat-erat, lalu tiba-tiba berkata dengan nada ringan, "Aku hampir mati.""Apa?" Simon mengernyit tajam."Gangguan tidur. Bastian bilang kalau aku nggak segera mendapat perawatan, aku akan mati." Nada suara Jeremy begitu datar, seolah-olah dia hanya sedang membicara

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 404

    Jeremy mengusap keningnya, berjalan ke sisi tempat tidur. Dia melihat dua bagian pada selimutnya sedikit menggembung dan terus bergerak seperti ulat.Dia menarik selimut itu. Di bawahnya, terlihat dua bocah kecil yang sedang berbaring di atas tempat tidurnya. Mereka menatapnya dengan senyuman penuh harapan."Papa, akhirnya kamu datang! Malam ini kami tidur bersamamu ya. Cepat naik!"Harry menepuk tempat di sebelahnya, sementara Daniel bergeser ke samping, memberikan ruang yang lebih luas untuk Jeremy.Alis Jeremy berkedut keras. "Kalian sedang merencanakan apa?""Papa 'kan susah tidur malam-malam. Nih, buatmu."Jeremy menatap buku pelajaran yang tiba-tiba diselipkan ke tangannya. Alisnya semakin berkedut. "Buat apa ini?""Baca buku! Aku selalu mengantuk kalau baca buku. Sangat efektif. Coba saja!"Jeremy sungguh kehabisan kata-kata melihat tingkah mereka.Harry masuk ke dalam selimut, lalu menatap Jeremy. "Cepat baca."Jeremy mengusap keningnya dengan pasrah. "Kalau ada sesuatu yang in

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status