Share

BAB 9 DIAM

last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-22 21:03:41

Senja menutup kasar pintu kamar hingga Asa tidak bisa memasukinya. Pria itu menggedor bilah kecokelatan tersebut dan membuat telinga siapa pun yang mendengarnya akan pengang. Sementara itu, Senja mendengkus. Dia tidak peduli pada apa pun yang terjadi di luar sana.

Asa menghela napas. Tangannya sakit juga lama-kelamaan. Dia menyandarkan diri di pintu, lalu duduk. Pikirannya merumit tentang segala hal yang belum bisa dilupakannya. Ingatannya pun menguar ketika dirinya pergi ke psikiater dan dokter kejiwaan itu mendiagnosa penyakitnya.

“Senja,” panggilnya. “Aku minta maaf.”

***

Pagi ini Senja telah bersiap untuk pergi pekerja. Dia tahu jika dirinya tidak bisa mencampuradukkan antara pekerjaan dengan urusan pribadi. Jadi, ketika alarm di ponselnya berdering, gadis itu segera bangkit dan langsung membersihkan diri.

Senja pelan-pelan membuka pintu kamar. Tidak ada Asa di depan sana. Tungkainya melangkah perlahan, nyaris tanpa suara. Dia berharap jika bisa berangkat terlebih dahulu dari pria tersebut. Namun, saat dirinya hendak menuju pintu utama rumah, suara dehaman sontak menghentikan gerakannya seketika.

Gadis itu berdiri tegap seraya membenahi tas di pundaknya. Sementara itu, Asa berjalan menghampiri.

“Aku sudah membuat sarapan,” ucap pria itu. “Makanlah dahulu.”

Entah kenapa hati Senja berdesir rasanya. Sebenarnya, dia tidak tega meninggalkan Asa, mengingat dia juga masih takut keluar rumah seorang diri. Namun, egonya memaksa untuk segera meninggalkan pria tersebut.

Senja berdiri dalam dilema. Bahkan, ketika Asa hanya berjarak satu langkah di belakangnya sekarang. Pria itu mengulurkan tangan hendak menyentuh pundak Senja, tetapi urung ketika gadis tersebut berbalik ke arahnya.

Senja tidak menimpali. Dia berjalan ke arah meja makan dan duduk di salah satu kursi. Asa yang melihatnya lantas menyusul duduk di kursi lain dan menyodorkan sepiring sandwich kepada gadis itu.

“Kamu … membuatnya—”

“Iya,” sela Asa.

Jawaban itu sudah merepresentasikan betapa kepribadian Asa berubah drastis. Senja hanya melirik pria itu sesekali sambil mulai melahap sandwich miliknya. Asa sendiri hanya diam dan memakan sarapannya dengan cepat seolah sedang diburu sesuatu.

Senja lantas menghentikan makannya. Dia terdiam dan sedikit mengerutkan kening saat melihat tangan pria di depannya itu. Tangan Asa tampak gemetar, bahkan menggenggam sandwich pun seperti orang yang ketakutan. Senja ingin mengulurkan tangannya menyentuh Asa, tetapi gagal karena pria itu telah menyudahi sarapannya.

“Aku tunggu di mobil,” ucap Asa. “Kita berangkat bersama.”

Pria itu mencuci piring miliknya, lalu bergegas menyambar jas serta tas yang sudah disiapkannya. Dia melangkah ke luar rumah.

Senja menghela napas. Tiba-tiba saja dia khawatir dengan kondisi Asa. Bagaimana caranya pria itu bekerja nanti? Apakah dia bisa menghadiri rapat dengan kondisi seperti itu?

Asa bahkan tidak banyak bicara selama di perjalanan menuju kantor. Dia hanya mengiyakan atau menjawab hal yang menurutnya penting—yang dipertanyakan oleh Senja. Sementara itu, Senja yang mengecek jadwal Asa sesekali memandangi pria tersebut. Asa terlihat mengatur ritme napasnya sambil meremas kedua tangan seolah tengah menahan sesuatu.

Sampai di ruangan kerja, pria itu masih terlihat membisu. Ketika dia hendak berjalan menuju meja kerjanya, Senja menahan lengannya. Asa menoleh hingga Senja bisa mendapati raut wajahnya yang tidak bisa dideskripsikan itu.

Are you okay?” tanyanya.

Asa terdiam. Dia menghela napas panjang sejenak, lalu mengangguk. “Aku cuma butuh waktu,” ucapnya.

“Untuk apa?”

Pria itu meneguk liur. Tidak mungkin dia memberitahukan kepada Senja perihal penyakitnya. Dia bahkan tidak siap untuk hal itu. Dia tidak ingin Senja mengkhawatirkan dirinya.

Nothing,” jawabnya seraya menggeleng.

Namun, Senja tidak kehabisan akal. Dia masih menahan lengan CEO Kanagara Group tersebut. Sorot matanya yang nampak berkilat itu begitu serius menatap Asa.

“Aku baik-baik saja,” lanjut pria itu. Dia melepaskan cekalan tangan Senja di lengannya, lalu berjalan ke meja kerja.

Senja hanya bisa terdiam. Dia segera duduk di meja kerjanya dan mulai mengerjakan setiap detail tugasnya sebagai asisten Asa. Hari ini tidak ada rapat di daftar pekerjaan, jadi dia bisa mengawasi gerak-gerik pria tersebut selama sehari penuh.

Beberapa menit kemudian, sebagai asisten yang baik dan rajin, Senja membuatkan kopi untuk Asa. Dia tahu karena sejak kemarin dia tinggal di rumah pria itu dan selalu mendapatkan cangkir bekas kopi di dapur. Siapa lagi kalau bukan Asa pelakunya?

Gadis itu memberikan secangkir kopi hangat di meja Asa dan berdiri seraya memperhatikan pria itu bekerja. Asa melirik dan mendapati Senja masih berdiri di tempatnya. Dia mengangkat pandangan.

“Kenapa?” tanyanya.

Senja menggeleng. “Aku membuatkanmu kopi,” ucapnya sambil menyodorkan cangkir kopi di atas piring kecil yang sudah diletakkannya di sisi gawai Asa.

Asa mengangguk. Namun, belum sempat Senja meninggalkan mejanya, tangannya yang hendak memegang pegangan cangkir justru meleset hingga menjatuhkan cangkir keramik tersebut. Bunyi cangkir yang pecah menghantam lantai membuat Senja otomatis menoleh.

“Pak!” Senja menyebut asal panggilan Asa karena dia buru-buru merunduk untuk membereskan noda dan pecahan cangkir.

Namun, Asa sontak menahan gerakan gadis itu. “Tidak, tidak usah. Biar aku saja,” ucapnya.

“No, no, Asa. Biar aku … ah ….”

Asa meringis ketika salah satu pecahan cangkir tidak sengaja menggores jarinya. Sial sekali dirinya hari ini. Sudah menahan panik dalam diri, lalu memecahkan cangkir, dan sekarang malah terluka karena ulahnya sendiri.

“Kamu duduk aja deh mendingan.” Senja menuntun pria itu untuk duduk di sofa, sementara dia membereskan sejenak noda kopi dan pecahan cangkir, lalu membuangnya di tempat sampah.

Senja mengambil kotak P3K yang memang disediakan di ruangan tersebut. Dia duduk di samping Asa dan langsung mencari sesuatu yang bisa menghentikan pendarahan di jari pria tersebut. Asa lantas menahan pergerakan gadis itu lagi.

“Apalagi?” tukas gadis itu dengan nada kesal. “Kamu gak akan bisa bekerja dengan tangan terluka kayak gini.”

Akhirnya, mau tidak mau Asa menurut. Dia menghela napas, lagi-lagi mengatur degup jantungnya yang tidak mau berhenti memburu sejak dirinya bangun tidur hari ini. Pria itu membiarkan gadis di sampingnya mengobati luka di jarinya.

“Senja,” panggilnya.

Senja menoleh dan berdeham. Dia sibuk menyelesaikan pekerjaan terakhirnya melilitkan perban di jari pria tersebut.

“Aku ingin mengatakan sesuatu padamu,” ucap Asa.

Gerakan gadis itu terhenti. Dia menatap pria berambut hitam di depannya. “Soal?” tanyanya.

Asa lantas menghela napas. Ritme napasnya dirasa sudah cukup rileks kali ini dan dia bisa memberitahukan perihal penyakitnya kepada Senja.

“Ini soal penyakitku.”

***

Bab terkait

  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 10 PENYAKIT ASA

    Senja tercenung. Kopi dicangkirnya sudah mulai dingin. Ingatannya menguar ke kejadian tadi siang yang membuat Asa menceritakan semuanya, soal dirinya dan penyakitnya. Pria itu terlihat baik-baik saja di luar. Namun, siapa yang menyangka jika dirinya mengidap gangguan kejiwaan.Gadis normies seperti Senja dihadapkan dengan peristiwa baru dalam hidupnya. Penyakit Asa tidak main-main. BPD atau Borderline Personality Disorder adalah salah satu dari jenis gangguan kejiwaan yang membuat penderitanya sangat sulit mengendalikan emosi. Penderitanya bisa saja kambuh karena mood yang tidak stabil, cemas yang berlebihan, sehingga menyebabkan kesulitan menjalani hubungan sosial.Senja baru saja akan bernapas lega jika saja yang diceritakan Asa adalah sebuah bualan. Namun, nyatanya itu semua benar.***“Kamu? Tidak mungkin, kan?” Senja masih ternganga menatap pria yang duduk di dekatnya itu.“Itu benar,” jawab Asa. Dia menatap lurus gadis itu. “Aku mengidapnya sudah sangat lama dan ini mengganggu p

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-01
  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 1 SESUATU YANG TIDAK DISENGAJA

    “Halo, dengan penanggung jawab event Kisah Cinta di Kantor, bisa tolong cek alasan kenapa naskah saya berjudul ‘Mampir di Hati Pak Ceo’ ditolak, ya? Bisa dijawab sekarang tidak? Soalnya saya butuh banget kontrak itu sekarang!”Asa mendengarkan suara lawan bicaranya yang ternyata perempuan itu. Dia tidak habis pikir, perusahaannya sedang dilanda krisis karena beberapa situs diretas oleh orang tidak bertanggung jawab, lalu tiba-tiba seorang perempuan dengan nomor baru menelepon dirinya detik ini. Pria itu menghela napas, lantas mengarahkan layar gawai pada pemuda berkacamata di dekatnya.“Tuan? Pak? Bu? Bisa tolong jawab saya?” Suara itu kembali terdengar.Pria bernama lengkap Asa Kanagara itu berdecak lirih. Dia membiarkan peneleponnya mengomel sampai sekitar beberapa menit. Hitung-hitung sebagai tambahan waktu dia melihat Wana—pemuda berkacamata—mengutak-atik komputer di depannya.Beberapa menit kemudian, perempuan itu tidak bersuara. Asa tersentak saat Wana menyenggol lengan, memberi

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-29
  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 2 PERJANJIAN

    Senja mengerjapkan mata, tidak percaya dengan ucapan pria di depannya yang barusan didengar. Keterkejutannya makin bertambah tatkala seorang karyawan kantor masuk ke ruangan dan meletakkan beberapa berkas di atas meja kerja pria tersebut. Karyawan perempuan itu menunduk sejenak.“Rapat dimulai satu jam lagi, Pak,” ucapnya. “Klien juga sudah datang dan menunggu di ruangan.”Asa mengangguk. “Berikan presentasi periklanan yang dibuat kemarin dahulu,” titahnya.“Baik, Pak.” Karyawan itu keluar ruangan sekian detik kemudian.Senja kembali menatap pria di depannya. Pria itu tersenyum dengan lesung pipit di pipinya yang membuat sisi lain diri Senja tidak memercayai jika yang ada di hadapannya saat ini adalah CEO dari salah satu perusahaan terbesar yang menaungi platform kepenulisan tempat naskahnya ditolak.Gadis itu menggaruk tengkuk, lalu menunduk. “Maaf atas kelancangan saya kemarin, Pak. Saya benar-benar tidak tahu kalau—”“Iya, tidak masalah,” potong Asa. “Jadi, apa yang membuat Anda me

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-29
  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 3 PEKERJAAN BARU

    Senja melihat pria di depannya tengah menandatangani dua buah kertas di dua map yang berbeda. Sekian detik kemudian, pria itu menyodorkan satu map padanya. Dia mengambil alih pena dan mulai mengarahkan ujungnya ke kertas.“Bapak janji, ‘kan?” tanya gadis itu dengan menatap pria di depannya.Pria itu mengangguk. “Saya adalah orang yang selalu menepati janji,” jawabnya. “Anda bisa memercayai saya.”Gadis itu tidak menimpali. Dia menggoreskan tinta di kertas dan kontrak antara dirinya dan CEO muda itu berhasil dibuat. Sisi lain Senja masih ragu dengan kelanjutan hubungan mereka setelah kontrak. Dia kembali menatap pria tersebut. “Saya harap Bapak bisa memegang janji,” katanya.Pria bernama Asa Kanagara itu tersenyum dan mengangguk. “Mulai hari ini, cukup panggil nama saya saja. Tidak perlu terlalu formal dan … panggilan aku-kamu mungkin harus kita lakukan mulai sekarang,” ucapnya dengan menaikkan sebelah alis. Dia menegapkan tubuh sejenak. “Berikan aku alamat indekosmu. Biar asistenku ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-29
  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 4 MALAM YANG SALAH

    Senja menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat. Tadi, sebelum pergi, Asa memintanya untuk memindahkan data mentah ke softfile yang sudah disediakan. Sebenarnya, pekerjaannya amat mudah. Senja harus memindahkan data saja dan mengecek ulang isinya. Namun, karena data yang terlalu banyak membuatnya bekerja sampai malam hari.Seorang pegawai memeriksa ruangan dan mendapati dirinya masih bekerja. “Ibu, masih ada di sini?” tanyanya.Senja mengangguk. “Iya. Apa Pak Asa belum kembali dari urusannya?”Pegawai itu masuk sempurna ke ruangan usai sebelumnya hanya menyembulkan kepala dari celah pintu yang sedikit terbuka. “Maaf, Bu. Pak Asa belum pulang. Tapi, biasanya Bapak langsung ke rumah kalau pekerjaannya sudah selesai,” jawabnya.“Oh, begitu.” Senja kembali menatap pegawai perempuan itu. “Mbak di sini sebagai apa, ya?”Perempuan berambut pendek itu tersenyum. “Saya admin di ruangan depan, Bu. Kalau ada dokumen masuk, biasanya ke saya dulu, baru nanti saya kasih ke Bapak,” jawabnya dan mendap

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-29
  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 5 KEBENCIAN

    Senja membuka kedua mata, mendapati sorot matahari menembus tirai putih yang sedikit menutupi jendela kamar. Dia tersentak usai menyadari sesuatu, lalu mengedarkan pandangan. Ruangan itu sedikit berbeda dengan yang disambanginya semalam. Ini bukan di hotel, bukan juga di kamar indekosnya. Gadis itu bangun perlahan, mendapati rasa sakit mencekam di antara dua selangkangan serta pinggulnya. Kesadarannya mulai terkumpul sempurna, teringat dengan kejadian miris semalam. Senja menggeleng. “Tidak, tidak mungkin,” lirihnya mulai terisak. Seseorang terdengar membuka pintu. Dia pria yang seharusnya bisa melindungi Senja tadi malam. Namun, dengan ketiadaannya di saat detik yang malang itu, kini Asa hanya bisa memberikan tatapan sendu. Dia menghampiri ranjang Senja dan meletakkan nampan berisi sarapan yang dibawanya di nakas. Pria itu duduk di tepi ranjang, lalu mengulurkan tangan, mengusap pelan kepala istri kontraknya tersebut. Senja yang semula merunduk memeluk kedua lutut yang tertutup s

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-09
  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 6 MEMANCING

    Senja tengah mengetik sesuatu di gawainya. Hal itu sudah dia lakukan sejak beberapa jam yang lalu setelah dirinya menangis sejadi-jadinya di dada Asa. Pria tersebut meninggalkannya untuk mengerjakan beberapa pekerjaan di ruang kerja pribadinya.“Bagaimana aku menuliskannya, ya?” gumamnya sembari menggigit bibir. Jujur saja, dia kebingungan kali ini. Menulis adegan dewasa bukanlah ranahnya, tetapi dia harus menuliskan hal itu di tulisannya kali ini.Gadis itu menghela napas. Maniknya menatap jam dinding yang menunjukkan pukul lima sore. Perutnya berbunyi, tanda jika lambungnya sudah minta diisi. Senja beranjak dari kasur, berniat untuk mengambil atau membuat beberapa makanan di dapur.Rumah Asa terlihat minimalis dengan desain arsitektur kayu yang membuatnya tampak estetik. Gadis itu menuju dapur dan mendapati sesuatu di dalam kulkas. Namun, gerakannya terhenti saat seseorang mengejutkannya. Senja terkejut dan tidak sengaja menyundul dagu pria di belakangnya.“Ops, sorry!” Senja meleta

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-13
  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 7 FRIENDS WITH BENEFIT (21+)

    Senja mengeratkan kedua lengannya pada leher Asa ketika pria itu meleburkan diri saat mendapati dirinya telah siap. Ini terlalu dini baginya, tetapi Senja yakin keputusannya tidak salah. Manik gadis itu terpejam. Dia menggigit bibir, menahan sesuatu yang terasa perih di bawah sana, sementara Asa mengetahuinya. Pria itu menghentikan diri dan menatap Senja yang berada di bawahnya. “Apa kamu baik-baik saja dengan ini?” tanyanya. Gadis itu mengangguk pelan. Napasnya masih tertahan dan dia tidak ingin melepaskannya sekarang. Kedua lengannya mengencangkan tautan, mengizinkan pria itu untuk melanjutkan gerakannya. “Aku tidak ingin membuat simbiosis Parasitisme di sini,” ucap Asa, membuat Senja membuka mata dan memandanginya. “Kalau sakit, lebih baik berhenti.” Senja menggeleng. “Kamu tahu aku yang menginginkannya,” lirihnya. “Jadi, lanjutkan saja.” Asa menghela napas. “Kamu yakin?” Keduanya saling bersitatap. Senja mengangguk menimpali. Asa tersenyum tipis. Lesung pipinya sedikit terlih

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-14

Bab terbaru

  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 10 PENYAKIT ASA

    Senja tercenung. Kopi dicangkirnya sudah mulai dingin. Ingatannya menguar ke kejadian tadi siang yang membuat Asa menceritakan semuanya, soal dirinya dan penyakitnya. Pria itu terlihat baik-baik saja di luar. Namun, siapa yang menyangka jika dirinya mengidap gangguan kejiwaan.Gadis normies seperti Senja dihadapkan dengan peristiwa baru dalam hidupnya. Penyakit Asa tidak main-main. BPD atau Borderline Personality Disorder adalah salah satu dari jenis gangguan kejiwaan yang membuat penderitanya sangat sulit mengendalikan emosi. Penderitanya bisa saja kambuh karena mood yang tidak stabil, cemas yang berlebihan, sehingga menyebabkan kesulitan menjalani hubungan sosial.Senja baru saja akan bernapas lega jika saja yang diceritakan Asa adalah sebuah bualan. Namun, nyatanya itu semua benar.***“Kamu? Tidak mungkin, kan?” Senja masih ternganga menatap pria yang duduk di dekatnya itu.“Itu benar,” jawab Asa. Dia menatap lurus gadis itu. “Aku mengidapnya sudah sangat lama dan ini mengganggu p

  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 9 DIAM

    Senja menutup kasar pintu kamar hingga Asa tidak bisa memasukinya. Pria itu menggedor bilah kecokelatan tersebut dan membuat telinga siapa pun yang mendengarnya akan pengang. Sementara itu, Senja mendengkus. Dia tidak peduli pada apa pun yang terjadi di luar sana.Asa menghela napas. Tangannya sakit juga lama-kelamaan. Dia menyandarkan diri di pintu, lalu duduk. Pikirannya merumit tentang segala hal yang belum bisa dilupakannya. Ingatannya pun menguar ketika dirinya pergi ke psikiater dan dokter kejiwaan itu mendiagnosa penyakitnya.“Senja,” panggilnya. “Aku minta maaf.”***Pagi ini Senja telah bersiap untuk pergi pekerja. Dia tahu jika dirinya tidak bisa mencampuradukkan antara pekerjaan dengan urusan pribadi. Jadi, ketika alarm di ponselnya berdering, gadis itu segera bangkit dan langsung membersihkan diri.Senja pelan-pelan membuka pintu kamar. Tidak ada Asa di depan sana. Tungkainya melangkah perlahan, nyaris tanpa suara. Dia berharap jika bisa berangkat terlebih dahulu dari pria

  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 8 PERDEBATAN YANG DIMULAI

    Senja itu, matahari belum juga tenggelam. Warna jingga kemerahan sudah menguasai langit dengan beberapa burung beterbangan kembali ke peraduannya. Suara sepatu dari luar rumah terdengar sangat keras, seperti sengaja dientakkan.Senja yang tengah mengupas apel di meja makan langsung menoleh kea rah pintu utama. Rumah Asa yang minimalis dengan kaca sebagai pembatas dominan setiap ruangan di sana membuatnya bisa memantau tamu dengan mudah. Seorang pria tampak memasuki rumah. Suara tas jinjing yang ditaruh asal didengar oleh Senja. Gadis itu segera berdiri ketika mendapati Asa menuju dapur.“Sudah selesai urusannya?” tanyanya.Asa terdiam. Dia lantas memijat kening, merasakan denyut emosi di sana. “Apa kamu sudah memastikan jika Neon pelakunya?” timpalnya balik bertanya,Senja terdiam. Keningnya sedikit berkerut. “Maksudmu?”“Aku sudah mendatangi Neon dan dia bilang dia belum bertemu denganmu sejak kemarin.” Mata cokelat Asa memandang lurus ke arah Senja. “Apa kamu yakin dia pelakunya?”H

  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 7 FRIENDS WITH BENEFIT (21+)

    Senja mengeratkan kedua lengannya pada leher Asa ketika pria itu meleburkan diri saat mendapati dirinya telah siap. Ini terlalu dini baginya, tetapi Senja yakin keputusannya tidak salah. Manik gadis itu terpejam. Dia menggigit bibir, menahan sesuatu yang terasa perih di bawah sana, sementara Asa mengetahuinya. Pria itu menghentikan diri dan menatap Senja yang berada di bawahnya. “Apa kamu baik-baik saja dengan ini?” tanyanya. Gadis itu mengangguk pelan. Napasnya masih tertahan dan dia tidak ingin melepaskannya sekarang. Kedua lengannya mengencangkan tautan, mengizinkan pria itu untuk melanjutkan gerakannya. “Aku tidak ingin membuat simbiosis Parasitisme di sini,” ucap Asa, membuat Senja membuka mata dan memandanginya. “Kalau sakit, lebih baik berhenti.” Senja menggeleng. “Kamu tahu aku yang menginginkannya,” lirihnya. “Jadi, lanjutkan saja.” Asa menghela napas. “Kamu yakin?” Keduanya saling bersitatap. Senja mengangguk menimpali. Asa tersenyum tipis. Lesung pipinya sedikit terlih

  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 6 MEMANCING

    Senja tengah mengetik sesuatu di gawainya. Hal itu sudah dia lakukan sejak beberapa jam yang lalu setelah dirinya menangis sejadi-jadinya di dada Asa. Pria tersebut meninggalkannya untuk mengerjakan beberapa pekerjaan di ruang kerja pribadinya.“Bagaimana aku menuliskannya, ya?” gumamnya sembari menggigit bibir. Jujur saja, dia kebingungan kali ini. Menulis adegan dewasa bukanlah ranahnya, tetapi dia harus menuliskan hal itu di tulisannya kali ini.Gadis itu menghela napas. Maniknya menatap jam dinding yang menunjukkan pukul lima sore. Perutnya berbunyi, tanda jika lambungnya sudah minta diisi. Senja beranjak dari kasur, berniat untuk mengambil atau membuat beberapa makanan di dapur.Rumah Asa terlihat minimalis dengan desain arsitektur kayu yang membuatnya tampak estetik. Gadis itu menuju dapur dan mendapati sesuatu di dalam kulkas. Namun, gerakannya terhenti saat seseorang mengejutkannya. Senja terkejut dan tidak sengaja menyundul dagu pria di belakangnya.“Ops, sorry!” Senja meleta

  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 5 KEBENCIAN

    Senja membuka kedua mata, mendapati sorot matahari menembus tirai putih yang sedikit menutupi jendela kamar. Dia tersentak usai menyadari sesuatu, lalu mengedarkan pandangan. Ruangan itu sedikit berbeda dengan yang disambanginya semalam. Ini bukan di hotel, bukan juga di kamar indekosnya. Gadis itu bangun perlahan, mendapati rasa sakit mencekam di antara dua selangkangan serta pinggulnya. Kesadarannya mulai terkumpul sempurna, teringat dengan kejadian miris semalam. Senja menggeleng. “Tidak, tidak mungkin,” lirihnya mulai terisak. Seseorang terdengar membuka pintu. Dia pria yang seharusnya bisa melindungi Senja tadi malam. Namun, dengan ketiadaannya di saat detik yang malang itu, kini Asa hanya bisa memberikan tatapan sendu. Dia menghampiri ranjang Senja dan meletakkan nampan berisi sarapan yang dibawanya di nakas. Pria itu duduk di tepi ranjang, lalu mengulurkan tangan, mengusap pelan kepala istri kontraknya tersebut. Senja yang semula merunduk memeluk kedua lutut yang tertutup s

  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 4 MALAM YANG SALAH

    Senja menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat. Tadi, sebelum pergi, Asa memintanya untuk memindahkan data mentah ke softfile yang sudah disediakan. Sebenarnya, pekerjaannya amat mudah. Senja harus memindahkan data saja dan mengecek ulang isinya. Namun, karena data yang terlalu banyak membuatnya bekerja sampai malam hari.Seorang pegawai memeriksa ruangan dan mendapati dirinya masih bekerja. “Ibu, masih ada di sini?” tanyanya.Senja mengangguk. “Iya. Apa Pak Asa belum kembali dari urusannya?”Pegawai itu masuk sempurna ke ruangan usai sebelumnya hanya menyembulkan kepala dari celah pintu yang sedikit terbuka. “Maaf, Bu. Pak Asa belum pulang. Tapi, biasanya Bapak langsung ke rumah kalau pekerjaannya sudah selesai,” jawabnya.“Oh, begitu.” Senja kembali menatap pegawai perempuan itu. “Mbak di sini sebagai apa, ya?”Perempuan berambut pendek itu tersenyum. “Saya admin di ruangan depan, Bu. Kalau ada dokumen masuk, biasanya ke saya dulu, baru nanti saya kasih ke Bapak,” jawabnya dan mendap

  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 3 PEKERJAAN BARU

    Senja melihat pria di depannya tengah menandatangani dua buah kertas di dua map yang berbeda. Sekian detik kemudian, pria itu menyodorkan satu map padanya. Dia mengambil alih pena dan mulai mengarahkan ujungnya ke kertas.“Bapak janji, ‘kan?” tanya gadis itu dengan menatap pria di depannya.Pria itu mengangguk. “Saya adalah orang yang selalu menepati janji,” jawabnya. “Anda bisa memercayai saya.”Gadis itu tidak menimpali. Dia menggoreskan tinta di kertas dan kontrak antara dirinya dan CEO muda itu berhasil dibuat. Sisi lain Senja masih ragu dengan kelanjutan hubungan mereka setelah kontrak. Dia kembali menatap pria tersebut. “Saya harap Bapak bisa memegang janji,” katanya.Pria bernama Asa Kanagara itu tersenyum dan mengangguk. “Mulai hari ini, cukup panggil nama saya saja. Tidak perlu terlalu formal dan … panggilan aku-kamu mungkin harus kita lakukan mulai sekarang,” ucapnya dengan menaikkan sebelah alis. Dia menegapkan tubuh sejenak. “Berikan aku alamat indekosmu. Biar asistenku ke

  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 2 PERJANJIAN

    Senja mengerjapkan mata, tidak percaya dengan ucapan pria di depannya yang barusan didengar. Keterkejutannya makin bertambah tatkala seorang karyawan kantor masuk ke ruangan dan meletakkan beberapa berkas di atas meja kerja pria tersebut. Karyawan perempuan itu menunduk sejenak.“Rapat dimulai satu jam lagi, Pak,” ucapnya. “Klien juga sudah datang dan menunggu di ruangan.”Asa mengangguk. “Berikan presentasi periklanan yang dibuat kemarin dahulu,” titahnya.“Baik, Pak.” Karyawan itu keluar ruangan sekian detik kemudian.Senja kembali menatap pria di depannya. Pria itu tersenyum dengan lesung pipit di pipinya yang membuat sisi lain diri Senja tidak memercayai jika yang ada di hadapannya saat ini adalah CEO dari salah satu perusahaan terbesar yang menaungi platform kepenulisan tempat naskahnya ditolak.Gadis itu menggaruk tengkuk, lalu menunduk. “Maaf atas kelancangan saya kemarin, Pak. Saya benar-benar tidak tahu kalau—”“Iya, tidak masalah,” potong Asa. “Jadi, apa yang membuat Anda me

DMCA.com Protection Status