Share

BAB 4 MALAM YANG SALAH

last update Last Updated: 2022-08-29 12:49:39

Senja menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat. Tadi, sebelum pergi, Asa memintanya untuk memindahkan data mentah ke softfile yang sudah disediakan. Sebenarnya, pekerjaannya amat mudah. Senja harus memindahkan data saja dan mengecek ulang isinya. Namun, karena data yang terlalu banyak membuatnya bekerja sampai malam hari.

Seorang pegawai memeriksa ruangan dan mendapati dirinya masih bekerja. “Ibu, masih ada di sini?” tanyanya.

Senja mengangguk. “Iya. Apa Pak Asa belum kembali dari urusannya?”

Pegawai itu masuk sempurna ke ruangan usai sebelumnya hanya menyembulkan kepala dari celah pintu yang sedikit terbuka. “Maaf, Bu. Pak Asa belum pulang. Tapi, biasanya Bapak langsung ke rumah kalau pekerjaannya sudah selesai,” jawabnya.

“Oh, begitu.” Senja kembali menatap pegawai perempuan itu. “Mbak di sini sebagai apa, ya?”

Perempuan berambut pendek itu tersenyum. “Saya admin di ruangan depan, Bu. Kalau ada dokumen masuk, biasanya ke saya dulu, baru nanti saya kasih ke Bapak,” jawabnya dan mendapati anggukan dari wanita yang masih duduk di kursi tersebut. “Ya sudah, Bu, kalau sudah selesai, segera pulang. Soalnya, tadi Bapak minta saya buat ingatin Ibu kalau Ibu masih di sini malam-malam.”

Senja terdiam. Asa meminta pegawai ini untuk mengingatkannya sebelum pria itu pergi? Gadis itu menggeleng seraya tersenyum, menyadari Asa terlalu peduli padanya di pertemuan pertama mereka. “Iya, terima kasih, ya,” ucapnya kemudian, sebelum pegawai itu ke luar ruangan.

Gadis itu bangkit dan merenggangkan tubuh sejenak. Dia berjalan ke arah jendela kaca yang menguasai hampir seluruh sisi di belakang meja kerja Asa. Langit malam kota tampak indah dengan kerlip bintang yang tampak malu-malu meski tertutupi sedikit polusi udara. Senja berbalik, mendapati sebuah memo di meja Asa. Dia mengambil dan membaca tulisannya.

Jalan Magnolia 22A No. 11

“Alamat rumahnya?” gumamnya. “Baguslah kalau begitu.”

Tidak perlu waktu lama untuk berpikir, gadis itu segera membereskan barang-barangnya. Namun, sebuah notifikasi pesan mengurai fokusnya. Senja mengambil ponsel di meja, lantas membuka pesan dari ‘suami kontraknya’.

Asa : Sudah pulang?

Gadis itu tersenyum. Dia hampir lupa jika mereka sudah saling mengetahui nomor ponsel masing-masing. Semua ini berkat penolakan naskah Senja beberapa hari yang lalu.

Senja : Hampir. Kenapa?

Asa : Segeralah pulang. Langsung ke rumah. Barang-barangmu sudah kuantar ke sana semua.

“Wow.” Gadis itu bergumam. Dia kembali mengetikkan sesuatu, tetapi urung ketika sebuah panggilan menghalangi layar pesan. Telepon dari seorang teman yang Senja kenal. Gadis itu mengerutkan kening, sebelum akhirnya mengangkat panggilan.

“Neon?” Senja mendekatkan layar gawai ke telinga, berharap mendapat jawaban dari lawan bicaranya. “Neon, kenapa?” ulangnya.

Suara gemerisik terdengar sejenak, sebelum akhirnya terganti dengan suara seorang pria. “Senja, kamu di mana?”

Senja menghela napas. “Aku masih di kantor dan mau pulang. Why?”

Neon terdiam. “Aku … butuh bantuanmu,” lirihnya.

“Kirimkan lokasimu, aku akan ke sana sekarang.”

Pria itu mematikan panggilan dan mulai membagi lokasi dirinya saat ini. Maniknya mengedarkan pandangan ke sekitar di mana beberapa orang keluar dari sebuah kamar hotel. Dia memberikan sebuah amplop cokelat kepada salah satunya.

“Kami akan mengecek keadaan di luar,” ucap sang penerima.

Neon mengangguk dan memastikan sejenak lima orang itu telah menjauh dari unit apartemennya. Dia masuk ke kamar dengan raut wajah semringah.

Sementara itu, Senja segera menuju lokasi yang dibagikan oleh Neon. Dia mengenal Neon sejak lama, sekitar lima tahun melalui sebuah komunitas penyintas. Neon adalah salah satu aktivis di sana dan pernah bertemu dengannya beberapa kali.

Gadis itu tidak punya pikiran aneh tentang Neon Denara. Sebelum akhirnya dia mendapati sebuah unit apartemen bernomor 22 di depannya. Senja kembali melihat ponsel dan mengecek alamat yang dikirimkan Neon, lalu menghubungi pria itu.

Neon tidak mengangkat panggilan. Namun, pria itu membalas melalui pesan singkat.

Neon : Masuk saja dan tunggu aku. Aku sedang sibuk.

Senja menghela napas. Dia tahu jika pria itu memang disibukkan dengan agenda acara yang akan dilaksanakan beberapa hari lagi. Menginap di apartemen mungkin menjadi salah satu alasan supaya pria itu bisa mengakses dengan mudah ke lokasi manapun.

Gadis itu bergegas membuka kenop pintu yang sama sekali tidak dikunci. Dia masuk ke ruangan dan mendapati kegelapan di sana. Sebuah keanehan terasa dalam benak. Senja memutuskan berbalik dan menyadari jika ada yang tidak beres di tempat ini.

Namun, sesuatu membekap mulutnya sekejap. Tidak ada aroma wewangian yang memabukkan di sana, tetapi Senja bisa merasakan jika sosok pembekapnya adalah pria. Dalam kegelapan, gadis itu mencoba memberontak. Namun, usahanya sia-sia. Kekangan pria itu amat kuat dan seorang gadis sepertinya tidak mungkin bisa melawan.

“Tolong!” pekiknya.

Namun, pintu ruangan tertutup kembali. Senja melebarkan pandangan dan mulai menggerakkan kakinya ke segala arah ketika seorang pria mencengkeram kedua lengannya. Wajah pria itu terlalu mendekati wajahnya dan berusaha makin kekeuh mengunci setiap pergerakan Senja.

“Tolong aku!” Senja kembali memekik, kini dengan suara yang mulai terisak.

Ini bukanlah yang diinginkannya. Senja tidak memimpikan hal buruk seperti ini terjadi pada dirinya. Dia merantau hanya ingin bekerja dan mencari uang, bukan untuk menjadi pemuas nafsu bejat pria.

Gadis itu memberontak, tetapi sia-sia. Terlebih saat kedua tangannya telah terikat di ujung ranjang dan pria dengan pakaiannya yang serba gelap itu mulai membuka kedua tungkai mulus gadis tersebut.

“J-jangan!”

Senja lagi-lagi berusaha keras melepaskan diri. Air matanya mulai mengalir, sementara pria itu mulai menggerayangi tubuh yang selama ini dijaganya. Gadis itu menangis dalam gerakan berontaknya yang sia-sia. Dia hanya ingin pulang saat ini. Dia menyesal tidak mengindahkan teguran Asa tadi dan justru menuruti keinginan Neon yang butuh bantuannya.

Kegelapan seolah merenggut asa. Gadis itu tersentak tatkala sesuatu membuat dirinya hanyut dalam perasaan remuk bercampur aduk dengan keputusasaan. Tubuhnya sakit dan lemas dengan pergerakan bertubi-tubi yang didapat olehnya malam ini. Batinnya menangis tanpa suara, terpendam dalam relung yang tadinya kokoh, kini hancur dalam sekali hentakan. Di pikirannya saat ini hanya satu, sosok yang mungkin bisa menyelamatkan hidupnya.

Asa Kanagara.

***

Related chapters

  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 5 KEBENCIAN

    Senja membuka kedua mata, mendapati sorot matahari menembus tirai putih yang sedikit menutupi jendela kamar. Dia tersentak usai menyadari sesuatu, lalu mengedarkan pandangan. Ruangan itu sedikit berbeda dengan yang disambanginya semalam. Ini bukan di hotel, bukan juga di kamar indekosnya. Gadis itu bangun perlahan, mendapati rasa sakit mencekam di antara dua selangkangan serta pinggulnya. Kesadarannya mulai terkumpul sempurna, teringat dengan kejadian miris semalam. Senja menggeleng. “Tidak, tidak mungkin,” lirihnya mulai terisak. Seseorang terdengar membuka pintu. Dia pria yang seharusnya bisa melindungi Senja tadi malam. Namun, dengan ketiadaannya di saat detik yang malang itu, kini Asa hanya bisa memberikan tatapan sendu. Dia menghampiri ranjang Senja dan meletakkan nampan berisi sarapan yang dibawanya di nakas. Pria itu duduk di tepi ranjang, lalu mengulurkan tangan, mengusap pelan kepala istri kontraknya tersebut. Senja yang semula merunduk memeluk kedua lutut yang tertutup s

    Last Updated : 2022-09-09
  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 6 MEMANCING

    Senja tengah mengetik sesuatu di gawainya. Hal itu sudah dia lakukan sejak beberapa jam yang lalu setelah dirinya menangis sejadi-jadinya di dada Asa. Pria tersebut meninggalkannya untuk mengerjakan beberapa pekerjaan di ruang kerja pribadinya.“Bagaimana aku menuliskannya, ya?” gumamnya sembari menggigit bibir. Jujur saja, dia kebingungan kali ini. Menulis adegan dewasa bukanlah ranahnya, tetapi dia harus menuliskan hal itu di tulisannya kali ini.Gadis itu menghela napas. Maniknya menatap jam dinding yang menunjukkan pukul lima sore. Perutnya berbunyi, tanda jika lambungnya sudah minta diisi. Senja beranjak dari kasur, berniat untuk mengambil atau membuat beberapa makanan di dapur.Rumah Asa terlihat minimalis dengan desain arsitektur kayu yang membuatnya tampak estetik. Gadis itu menuju dapur dan mendapati sesuatu di dalam kulkas. Namun, gerakannya terhenti saat seseorang mengejutkannya. Senja terkejut dan tidak sengaja menyundul dagu pria di belakangnya.“Ops, sorry!” Senja meleta

    Last Updated : 2022-09-13
  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 7 FRIENDS WITH BENEFIT (21+)

    Senja mengeratkan kedua lengannya pada leher Asa ketika pria itu meleburkan diri saat mendapati dirinya telah siap. Ini terlalu dini baginya, tetapi Senja yakin keputusannya tidak salah. Manik gadis itu terpejam. Dia menggigit bibir, menahan sesuatu yang terasa perih di bawah sana, sementara Asa mengetahuinya. Pria itu menghentikan diri dan menatap Senja yang berada di bawahnya. “Apa kamu baik-baik saja dengan ini?” tanyanya. Gadis itu mengangguk pelan. Napasnya masih tertahan dan dia tidak ingin melepaskannya sekarang. Kedua lengannya mengencangkan tautan, mengizinkan pria itu untuk melanjutkan gerakannya. “Aku tidak ingin membuat simbiosis Parasitisme di sini,” ucap Asa, membuat Senja membuka mata dan memandanginya. “Kalau sakit, lebih baik berhenti.” Senja menggeleng. “Kamu tahu aku yang menginginkannya,” lirihnya. “Jadi, lanjutkan saja.” Asa menghela napas. “Kamu yakin?” Keduanya saling bersitatap. Senja mengangguk menimpali. Asa tersenyum tipis. Lesung pipinya sedikit terlih

    Last Updated : 2022-09-14
  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 8 PERDEBATAN YANG DIMULAI

    Senja itu, matahari belum juga tenggelam. Warna jingga kemerahan sudah menguasai langit dengan beberapa burung beterbangan kembali ke peraduannya. Suara sepatu dari luar rumah terdengar sangat keras, seperti sengaja dientakkan.Senja yang tengah mengupas apel di meja makan langsung menoleh kea rah pintu utama. Rumah Asa yang minimalis dengan kaca sebagai pembatas dominan setiap ruangan di sana membuatnya bisa memantau tamu dengan mudah. Seorang pria tampak memasuki rumah. Suara tas jinjing yang ditaruh asal didengar oleh Senja. Gadis itu segera berdiri ketika mendapati Asa menuju dapur.“Sudah selesai urusannya?” tanyanya.Asa terdiam. Dia lantas memijat kening, merasakan denyut emosi di sana. “Apa kamu sudah memastikan jika Neon pelakunya?” timpalnya balik bertanya,Senja terdiam. Keningnya sedikit berkerut. “Maksudmu?”“Aku sudah mendatangi Neon dan dia bilang dia belum bertemu denganmu sejak kemarin.” Mata cokelat Asa memandang lurus ke arah Senja. “Apa kamu yakin dia pelakunya?”H

    Last Updated : 2022-09-20
  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 9 DIAM

    Senja menutup kasar pintu kamar hingga Asa tidak bisa memasukinya. Pria itu menggedor bilah kecokelatan tersebut dan membuat telinga siapa pun yang mendengarnya akan pengang. Sementara itu, Senja mendengkus. Dia tidak peduli pada apa pun yang terjadi di luar sana.Asa menghela napas. Tangannya sakit juga lama-kelamaan. Dia menyandarkan diri di pintu, lalu duduk. Pikirannya merumit tentang segala hal yang belum bisa dilupakannya. Ingatannya pun menguar ketika dirinya pergi ke psikiater dan dokter kejiwaan itu mendiagnosa penyakitnya.“Senja,” panggilnya. “Aku minta maaf.”***Pagi ini Senja telah bersiap untuk pergi pekerja. Dia tahu jika dirinya tidak bisa mencampuradukkan antara pekerjaan dengan urusan pribadi. Jadi, ketika alarm di ponselnya berdering, gadis itu segera bangkit dan langsung membersihkan diri.Senja pelan-pelan membuka pintu kamar. Tidak ada Asa di depan sana. Tungkainya melangkah perlahan, nyaris tanpa suara. Dia berharap jika bisa berangkat terlebih dahulu dari pria

    Last Updated : 2022-09-22
  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 10 PENYAKIT ASA

    Senja tercenung. Kopi dicangkirnya sudah mulai dingin. Ingatannya menguar ke kejadian tadi siang yang membuat Asa menceritakan semuanya, soal dirinya dan penyakitnya. Pria itu terlihat baik-baik saja di luar. Namun, siapa yang menyangka jika dirinya mengidap gangguan kejiwaan.Gadis normies seperti Senja dihadapkan dengan peristiwa baru dalam hidupnya. Penyakit Asa tidak main-main. BPD atau Borderline Personality Disorder adalah salah satu dari jenis gangguan kejiwaan yang membuat penderitanya sangat sulit mengendalikan emosi. Penderitanya bisa saja kambuh karena mood yang tidak stabil, cemas yang berlebihan, sehingga menyebabkan kesulitan menjalani hubungan sosial.Senja baru saja akan bernapas lega jika saja yang diceritakan Asa adalah sebuah bualan. Namun, nyatanya itu semua benar.***“Kamu? Tidak mungkin, kan?” Senja masih ternganga menatap pria yang duduk di dekatnya itu.“Itu benar,” jawab Asa. Dia menatap lurus gadis itu. “Aku mengidapnya sudah sangat lama dan ini mengganggu p

    Last Updated : 2023-03-01
  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 1 SESUATU YANG TIDAK DISENGAJA

    “Halo, dengan penanggung jawab event Kisah Cinta di Kantor, bisa tolong cek alasan kenapa naskah saya berjudul ‘Mampir di Hati Pak Ceo’ ditolak, ya? Bisa dijawab sekarang tidak? Soalnya saya butuh banget kontrak itu sekarang!”Asa mendengarkan suara lawan bicaranya yang ternyata perempuan itu. Dia tidak habis pikir, perusahaannya sedang dilanda krisis karena beberapa situs diretas oleh orang tidak bertanggung jawab, lalu tiba-tiba seorang perempuan dengan nomor baru menelepon dirinya detik ini. Pria itu menghela napas, lantas mengarahkan layar gawai pada pemuda berkacamata di dekatnya.“Tuan? Pak? Bu? Bisa tolong jawab saya?” Suara itu kembali terdengar.Pria bernama lengkap Asa Kanagara itu berdecak lirih. Dia membiarkan peneleponnya mengomel sampai sekitar beberapa menit. Hitung-hitung sebagai tambahan waktu dia melihat Wana—pemuda berkacamata—mengutak-atik komputer di depannya.Beberapa menit kemudian, perempuan itu tidak bersuara. Asa tersentak saat Wana menyenggol lengan, memberi

    Last Updated : 2022-08-29
  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 2 PERJANJIAN

    Senja mengerjapkan mata, tidak percaya dengan ucapan pria di depannya yang barusan didengar. Keterkejutannya makin bertambah tatkala seorang karyawan kantor masuk ke ruangan dan meletakkan beberapa berkas di atas meja kerja pria tersebut. Karyawan perempuan itu menunduk sejenak.“Rapat dimulai satu jam lagi, Pak,” ucapnya. “Klien juga sudah datang dan menunggu di ruangan.”Asa mengangguk. “Berikan presentasi periklanan yang dibuat kemarin dahulu,” titahnya.“Baik, Pak.” Karyawan itu keluar ruangan sekian detik kemudian.Senja kembali menatap pria di depannya. Pria itu tersenyum dengan lesung pipit di pipinya yang membuat sisi lain diri Senja tidak memercayai jika yang ada di hadapannya saat ini adalah CEO dari salah satu perusahaan terbesar yang menaungi platform kepenulisan tempat naskahnya ditolak.Gadis itu menggaruk tengkuk, lalu menunduk. “Maaf atas kelancangan saya kemarin, Pak. Saya benar-benar tidak tahu kalau—”“Iya, tidak masalah,” potong Asa. “Jadi, apa yang membuat Anda me

    Last Updated : 2022-08-29

Latest chapter

  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 10 PENYAKIT ASA

    Senja tercenung. Kopi dicangkirnya sudah mulai dingin. Ingatannya menguar ke kejadian tadi siang yang membuat Asa menceritakan semuanya, soal dirinya dan penyakitnya. Pria itu terlihat baik-baik saja di luar. Namun, siapa yang menyangka jika dirinya mengidap gangguan kejiwaan.Gadis normies seperti Senja dihadapkan dengan peristiwa baru dalam hidupnya. Penyakit Asa tidak main-main. BPD atau Borderline Personality Disorder adalah salah satu dari jenis gangguan kejiwaan yang membuat penderitanya sangat sulit mengendalikan emosi. Penderitanya bisa saja kambuh karena mood yang tidak stabil, cemas yang berlebihan, sehingga menyebabkan kesulitan menjalani hubungan sosial.Senja baru saja akan bernapas lega jika saja yang diceritakan Asa adalah sebuah bualan. Namun, nyatanya itu semua benar.***“Kamu? Tidak mungkin, kan?” Senja masih ternganga menatap pria yang duduk di dekatnya itu.“Itu benar,” jawab Asa. Dia menatap lurus gadis itu. “Aku mengidapnya sudah sangat lama dan ini mengganggu p

  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 9 DIAM

    Senja menutup kasar pintu kamar hingga Asa tidak bisa memasukinya. Pria itu menggedor bilah kecokelatan tersebut dan membuat telinga siapa pun yang mendengarnya akan pengang. Sementara itu, Senja mendengkus. Dia tidak peduli pada apa pun yang terjadi di luar sana.Asa menghela napas. Tangannya sakit juga lama-kelamaan. Dia menyandarkan diri di pintu, lalu duduk. Pikirannya merumit tentang segala hal yang belum bisa dilupakannya. Ingatannya pun menguar ketika dirinya pergi ke psikiater dan dokter kejiwaan itu mendiagnosa penyakitnya.“Senja,” panggilnya. “Aku minta maaf.”***Pagi ini Senja telah bersiap untuk pergi pekerja. Dia tahu jika dirinya tidak bisa mencampuradukkan antara pekerjaan dengan urusan pribadi. Jadi, ketika alarm di ponselnya berdering, gadis itu segera bangkit dan langsung membersihkan diri.Senja pelan-pelan membuka pintu kamar. Tidak ada Asa di depan sana. Tungkainya melangkah perlahan, nyaris tanpa suara. Dia berharap jika bisa berangkat terlebih dahulu dari pria

  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 8 PERDEBATAN YANG DIMULAI

    Senja itu, matahari belum juga tenggelam. Warna jingga kemerahan sudah menguasai langit dengan beberapa burung beterbangan kembali ke peraduannya. Suara sepatu dari luar rumah terdengar sangat keras, seperti sengaja dientakkan.Senja yang tengah mengupas apel di meja makan langsung menoleh kea rah pintu utama. Rumah Asa yang minimalis dengan kaca sebagai pembatas dominan setiap ruangan di sana membuatnya bisa memantau tamu dengan mudah. Seorang pria tampak memasuki rumah. Suara tas jinjing yang ditaruh asal didengar oleh Senja. Gadis itu segera berdiri ketika mendapati Asa menuju dapur.“Sudah selesai urusannya?” tanyanya.Asa terdiam. Dia lantas memijat kening, merasakan denyut emosi di sana. “Apa kamu sudah memastikan jika Neon pelakunya?” timpalnya balik bertanya,Senja terdiam. Keningnya sedikit berkerut. “Maksudmu?”“Aku sudah mendatangi Neon dan dia bilang dia belum bertemu denganmu sejak kemarin.” Mata cokelat Asa memandang lurus ke arah Senja. “Apa kamu yakin dia pelakunya?”H

  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 7 FRIENDS WITH BENEFIT (21+)

    Senja mengeratkan kedua lengannya pada leher Asa ketika pria itu meleburkan diri saat mendapati dirinya telah siap. Ini terlalu dini baginya, tetapi Senja yakin keputusannya tidak salah. Manik gadis itu terpejam. Dia menggigit bibir, menahan sesuatu yang terasa perih di bawah sana, sementara Asa mengetahuinya. Pria itu menghentikan diri dan menatap Senja yang berada di bawahnya. “Apa kamu baik-baik saja dengan ini?” tanyanya. Gadis itu mengangguk pelan. Napasnya masih tertahan dan dia tidak ingin melepaskannya sekarang. Kedua lengannya mengencangkan tautan, mengizinkan pria itu untuk melanjutkan gerakannya. “Aku tidak ingin membuat simbiosis Parasitisme di sini,” ucap Asa, membuat Senja membuka mata dan memandanginya. “Kalau sakit, lebih baik berhenti.” Senja menggeleng. “Kamu tahu aku yang menginginkannya,” lirihnya. “Jadi, lanjutkan saja.” Asa menghela napas. “Kamu yakin?” Keduanya saling bersitatap. Senja mengangguk menimpali. Asa tersenyum tipis. Lesung pipinya sedikit terlih

  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 6 MEMANCING

    Senja tengah mengetik sesuatu di gawainya. Hal itu sudah dia lakukan sejak beberapa jam yang lalu setelah dirinya menangis sejadi-jadinya di dada Asa. Pria tersebut meninggalkannya untuk mengerjakan beberapa pekerjaan di ruang kerja pribadinya.“Bagaimana aku menuliskannya, ya?” gumamnya sembari menggigit bibir. Jujur saja, dia kebingungan kali ini. Menulis adegan dewasa bukanlah ranahnya, tetapi dia harus menuliskan hal itu di tulisannya kali ini.Gadis itu menghela napas. Maniknya menatap jam dinding yang menunjukkan pukul lima sore. Perutnya berbunyi, tanda jika lambungnya sudah minta diisi. Senja beranjak dari kasur, berniat untuk mengambil atau membuat beberapa makanan di dapur.Rumah Asa terlihat minimalis dengan desain arsitektur kayu yang membuatnya tampak estetik. Gadis itu menuju dapur dan mendapati sesuatu di dalam kulkas. Namun, gerakannya terhenti saat seseorang mengejutkannya. Senja terkejut dan tidak sengaja menyundul dagu pria di belakangnya.“Ops, sorry!” Senja meleta

  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 5 KEBENCIAN

    Senja membuka kedua mata, mendapati sorot matahari menembus tirai putih yang sedikit menutupi jendela kamar. Dia tersentak usai menyadari sesuatu, lalu mengedarkan pandangan. Ruangan itu sedikit berbeda dengan yang disambanginya semalam. Ini bukan di hotel, bukan juga di kamar indekosnya. Gadis itu bangun perlahan, mendapati rasa sakit mencekam di antara dua selangkangan serta pinggulnya. Kesadarannya mulai terkumpul sempurna, teringat dengan kejadian miris semalam. Senja menggeleng. “Tidak, tidak mungkin,” lirihnya mulai terisak. Seseorang terdengar membuka pintu. Dia pria yang seharusnya bisa melindungi Senja tadi malam. Namun, dengan ketiadaannya di saat detik yang malang itu, kini Asa hanya bisa memberikan tatapan sendu. Dia menghampiri ranjang Senja dan meletakkan nampan berisi sarapan yang dibawanya di nakas. Pria itu duduk di tepi ranjang, lalu mengulurkan tangan, mengusap pelan kepala istri kontraknya tersebut. Senja yang semula merunduk memeluk kedua lutut yang tertutup s

  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 4 MALAM YANG SALAH

    Senja menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat. Tadi, sebelum pergi, Asa memintanya untuk memindahkan data mentah ke softfile yang sudah disediakan. Sebenarnya, pekerjaannya amat mudah. Senja harus memindahkan data saja dan mengecek ulang isinya. Namun, karena data yang terlalu banyak membuatnya bekerja sampai malam hari.Seorang pegawai memeriksa ruangan dan mendapati dirinya masih bekerja. “Ibu, masih ada di sini?” tanyanya.Senja mengangguk. “Iya. Apa Pak Asa belum kembali dari urusannya?”Pegawai itu masuk sempurna ke ruangan usai sebelumnya hanya menyembulkan kepala dari celah pintu yang sedikit terbuka. “Maaf, Bu. Pak Asa belum pulang. Tapi, biasanya Bapak langsung ke rumah kalau pekerjaannya sudah selesai,” jawabnya.“Oh, begitu.” Senja kembali menatap pegawai perempuan itu. “Mbak di sini sebagai apa, ya?”Perempuan berambut pendek itu tersenyum. “Saya admin di ruangan depan, Bu. Kalau ada dokumen masuk, biasanya ke saya dulu, baru nanti saya kasih ke Bapak,” jawabnya dan mendap

  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 3 PEKERJAAN BARU

    Senja melihat pria di depannya tengah menandatangani dua buah kertas di dua map yang berbeda. Sekian detik kemudian, pria itu menyodorkan satu map padanya. Dia mengambil alih pena dan mulai mengarahkan ujungnya ke kertas.“Bapak janji, ‘kan?” tanya gadis itu dengan menatap pria di depannya.Pria itu mengangguk. “Saya adalah orang yang selalu menepati janji,” jawabnya. “Anda bisa memercayai saya.”Gadis itu tidak menimpali. Dia menggoreskan tinta di kertas dan kontrak antara dirinya dan CEO muda itu berhasil dibuat. Sisi lain Senja masih ragu dengan kelanjutan hubungan mereka setelah kontrak. Dia kembali menatap pria tersebut. “Saya harap Bapak bisa memegang janji,” katanya.Pria bernama Asa Kanagara itu tersenyum dan mengangguk. “Mulai hari ini, cukup panggil nama saya saja. Tidak perlu terlalu formal dan … panggilan aku-kamu mungkin harus kita lakukan mulai sekarang,” ucapnya dengan menaikkan sebelah alis. Dia menegapkan tubuh sejenak. “Berikan aku alamat indekosmu. Biar asistenku ke

  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 2 PERJANJIAN

    Senja mengerjapkan mata, tidak percaya dengan ucapan pria di depannya yang barusan didengar. Keterkejutannya makin bertambah tatkala seorang karyawan kantor masuk ke ruangan dan meletakkan beberapa berkas di atas meja kerja pria tersebut. Karyawan perempuan itu menunduk sejenak.“Rapat dimulai satu jam lagi, Pak,” ucapnya. “Klien juga sudah datang dan menunggu di ruangan.”Asa mengangguk. “Berikan presentasi periklanan yang dibuat kemarin dahulu,” titahnya.“Baik, Pak.” Karyawan itu keluar ruangan sekian detik kemudian.Senja kembali menatap pria di depannya. Pria itu tersenyum dengan lesung pipit di pipinya yang membuat sisi lain diri Senja tidak memercayai jika yang ada di hadapannya saat ini adalah CEO dari salah satu perusahaan terbesar yang menaungi platform kepenulisan tempat naskahnya ditolak.Gadis itu menggaruk tengkuk, lalu menunduk. “Maaf atas kelancangan saya kemarin, Pak. Saya benar-benar tidak tahu kalau—”“Iya, tidak masalah,” potong Asa. “Jadi, apa yang membuat Anda me

DMCA.com Protection Status