Share

BAB 5 KEBENCIAN

last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-09 15:21:09

Senja membuka kedua mata, mendapati sorot matahari menembus tirai putih yang sedikit menutupi jendela kamar. Dia tersentak usai menyadari sesuatu, lalu mengedarkan pandangan. Ruangan itu sedikit berbeda dengan yang disambanginya semalam. Ini bukan di hotel, bukan juga di kamar indekosnya.

Gadis itu bangun perlahan, mendapati rasa sakit mencekam di antara dua selangkangan serta pinggulnya. Kesadarannya mulai terkumpul sempurna, teringat dengan kejadian miris semalam. Senja menggeleng.

“Tidak, tidak mungkin,” lirihnya mulai terisak.

Seseorang terdengar membuka pintu. Dia pria yang seharusnya bisa melindungi Senja tadi malam. Namun, dengan ketiadaannya di saat detik yang malang itu, kini Asa hanya bisa memberikan tatapan sendu. Dia menghampiri ranjang Senja dan meletakkan nampan berisi sarapan yang dibawanya di nakas. Pria itu duduk di tepi ranjang, lalu mengulurkan tangan, mengusap pelan kepala istri kontraknya tersebut.

Senja yang semula merunduk memeluk kedua lutut yang tertutup selimut, kini mendongak. Mendapati pria yang berada dalam pikirannya semalam dan sekarang telah duduk di dekatnya. Butiran air mata mengalir membasahi pipi, sebelum akhirnya diseka oleh Asa.

“Aku minta maaf,” ucap pria itu. Tidak ada senyum di sana, apalagi raut wajah semringah. Pria itu memeluk Senja dan mencoba mengalirkan energi positif pada gadis tersebut.

Bagaimanapun, meski Asa adalah seorang pria, tetapi dia tahu bagaimana rasanya jika melihat perempuan yang kehilangan keperawanannya dengan cara terpaksa. Pasti menyakitkan, bahkan memberikannya kepada orang yang tidak dicintai. Dalam benaknya, Asa bersumpah akan menghancurkan siapa pun yang sudah merusak wanitanya. Walaupun Senja adalah istri kontrak, bukan berarti gadis itu bukan siapa-siapa baginya. Senja Anindita adalah milik Asa Kanagara sekarang.

***

“Kamu pikir aku akan diam saja?” Asa membentak Wana yang tengah menjadi lawan bicara pada panggilan di ponselnya kini. “Aku belum menyentuh istriku, Wan!”

Wana terdengar tertawa. “Dia istrimu?” ledeknya. “Oh, ayolah, Sa. Kalian cuma terikat kontrak, tidak lebih dari itu.”

Asa mendengkus. Temannya itu benar-benar tidak bisa diajak serius. Dia melirik Senja yang tengah melahap pelan sarapan di kamar, lalu kembali fokus pada lawan bicaranya.

“Kenapa diam?” tanya Wana dengan nada meledek. “Aku benar, ‘kan?”

Pria berahang tegas itu meneguk saliva. “Iya, terserahmu!”

Wana tergelak. “Oke, jadi bagaimana? Apa yang harus aku lakukan?” tanyanya lagi. “Kamu, kan, tahu kalau aku ini sahabatmu. Aku tidak mungkin membiarkanmu terluka seperti ini, Bruh.”

“Iya, iya.” Asa tampak sudah malas menimpali teman dekatnya itu. Tentu saja, dia kesal setelah Wana mengetahui jika Asa menjalin kontrak dan menjadikan Senja sebagai istrinya, lalu tertawa saat dia memberi pria itu kabar jika Senja telah kehilangan keperawanannya karena ulah pria bejat semalam.

Asa tidak habis pikir, wajar saja Wana menjomlo hingga detik ini. Pria itu sama sekali tidak punya empati pada seorang perempuan. Sialnya, kenapa pula Wana menjadi sahabat Asa? Asa pikir, dia tidak terlalu bodoh ketika menjadikan Wana teman terbaiknya. Namun, kali ini dia mungkin akan berpikir jika dirinya benar-benar bodoh.

“Sa?” Wana memanggil, menyadarkan Asa dari lamunannya. “Bagaimana?”

“Cek CCTV hotel dan jangan lupa pada tugasmu kemarin,” titah CEO Kanagara Group tersebut. “Aku tidak bisa ke kantor sekarang. Jadi, kumohon, tolong awasi beberapa proyek yang sedang berjalan di sana.”

“Oke, Bruh!”

Panggil ditutup sekian detik kemudian. Asa kembali masuk ke kamar, mendapati Senja yang belum menghabiskan sarapannya. Pria itu duduk di depan Senja dan menatap lekat perempuan tersebut.

Sementara itu, Senja membalas tatapan Asa. Raut sendu pria itu tidak bisa menipu dirinya. Entah sedih karena ada orang lain yang merebut keperawanan istri kontraknya atau apa yang jelas Senja tidak mengerti.

“Kenapa?” tanya perempuan itu sedikit lirih.

Asa hanya terdiam. Helaan napasnya jelas terlihat oleh Senja. “Kamu tidak perlu khawatir,” ucapnya. “Aku akan mengantarkanmu pergi ke dokter—”

“Untuk?” sela Senja. Maniknya menatap lurus ke arah Asa, lalu meredup. “Kamu tidak perlu melakukan itu. Kalau aku ham—”

“Kamu tidak hamil,” potong pria tersebut. “Kalau kamu hamil, kamu bisa menggugurkannya.”

Senja sontak melebarkan netranya. “Mudah sekali,” ucapnya. “Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?”

Saliva Asa tertelan. Rahangnya menegang. Dia tahu, mungkin saja perkataannya barusan salah dan menyakiti Senja. “Aku minta ma—”

“Kenapa kamu bisa berkata begitu?” Senja membentak. “Apa karena kamu pria dan kamu bisa seenaknya mengotori perempuan yang kamu temui!”

“Sen—”

“Apa! Kenapa!” Senja makin geram. Perempuan itu hampir menyentak nampan di atas lututnya, sebelum akhirnya Asa meletakkan nampan itu di nakas. Asa memposisikan diri mendekatinya sejenak. “Jangan dekat-dekat!”

Gerakan pria itu terhenti. Dia lalu mengambil jarak yang tidak begitu jauh dari Senja, tetapi masih sanggup menjangkau perempuan itu dengan uluran tangannya. “Aku yang salah,” ucapnya kemudian. Sorot matanya tidak berubah sejak tadi. “Harusnya aku menjemputmu semalam.”

Tidak. Kepribadian Asa yang selembut itu tidak bisa ditolak begitu saja oleh seorang Senja Anindita. Hati perempuan itu seperti habis disiram air dingin seketika. Tatapan Asa juga benar-benar tulus dan pria itu tidak berbohong padanya kini.

Rasa menyakitkan itu kembali menyambangi diri Senja. Kali ini, dirinya salah. Semalam pun juga karena kesalahannya. Andai saja dia menuruti perkataan Asa untuk segera pulang, maka kejadian itu tidak akan menimpanya. Andaikan dia tidak keras kepala. Andai saja ….

“Maaf,” isak Senja yang langsung merunduk memeluk kedua lututnya. “Maaf.”

Asa benar-benar tidak kuasa melihat Senja seperti ini. Senja memang baru ditemuinya, tetapi bukan berarti perempuan itu bukan apa-apa. Senja memiliki rupa Monica, kekasihnya dulu, dan Asa tidak ingin mengukir kesedihan yang sama pada rupa perempuan di depannya sekarang.

Pria itu mendekatkan diri, merengkuh penuh tubuh Senja. Tangannya mengusap lembut punggung dan kepalanya. Senja tidak memberontak. Dia membiarkan Asa mengalirkan energi positif sambil merutuki kesalahan yang dilakukannya semalam. Sementara itu, manik Asa terarah pada jendela yang terbuka. Tirai berembus lembut diterpa angin pagi ini. Geram masih dirasakan pria tersebut hingga mungkin saja dia bisa memecahkan kaca dan merobek tirai sutra itu sekarang.

Siapa pun kamu … jangan berharap bisa hidup lagi setelah ini,” gertaknya dalam batin.

***

Bab terkait

  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 6 MEMANCING

    Senja tengah mengetik sesuatu di gawainya. Hal itu sudah dia lakukan sejak beberapa jam yang lalu setelah dirinya menangis sejadi-jadinya di dada Asa. Pria tersebut meninggalkannya untuk mengerjakan beberapa pekerjaan di ruang kerja pribadinya.“Bagaimana aku menuliskannya, ya?” gumamnya sembari menggigit bibir. Jujur saja, dia kebingungan kali ini. Menulis adegan dewasa bukanlah ranahnya, tetapi dia harus menuliskan hal itu di tulisannya kali ini.Gadis itu menghela napas. Maniknya menatap jam dinding yang menunjukkan pukul lima sore. Perutnya berbunyi, tanda jika lambungnya sudah minta diisi. Senja beranjak dari kasur, berniat untuk mengambil atau membuat beberapa makanan di dapur.Rumah Asa terlihat minimalis dengan desain arsitektur kayu yang membuatnya tampak estetik. Gadis itu menuju dapur dan mendapati sesuatu di dalam kulkas. Namun, gerakannya terhenti saat seseorang mengejutkannya. Senja terkejut dan tidak sengaja menyundul dagu pria di belakangnya.“Ops, sorry!” Senja meleta

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-13
  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 7 FRIENDS WITH BENEFIT (21+)

    Senja mengeratkan kedua lengannya pada leher Asa ketika pria itu meleburkan diri saat mendapati dirinya telah siap. Ini terlalu dini baginya, tetapi Senja yakin keputusannya tidak salah. Manik gadis itu terpejam. Dia menggigit bibir, menahan sesuatu yang terasa perih di bawah sana, sementara Asa mengetahuinya. Pria itu menghentikan diri dan menatap Senja yang berada di bawahnya. “Apa kamu baik-baik saja dengan ini?” tanyanya. Gadis itu mengangguk pelan. Napasnya masih tertahan dan dia tidak ingin melepaskannya sekarang. Kedua lengannya mengencangkan tautan, mengizinkan pria itu untuk melanjutkan gerakannya. “Aku tidak ingin membuat simbiosis Parasitisme di sini,” ucap Asa, membuat Senja membuka mata dan memandanginya. “Kalau sakit, lebih baik berhenti.” Senja menggeleng. “Kamu tahu aku yang menginginkannya,” lirihnya. “Jadi, lanjutkan saja.” Asa menghela napas. “Kamu yakin?” Keduanya saling bersitatap. Senja mengangguk menimpali. Asa tersenyum tipis. Lesung pipinya sedikit terlih

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-14
  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 8 PERDEBATAN YANG DIMULAI

    Senja itu, matahari belum juga tenggelam. Warna jingga kemerahan sudah menguasai langit dengan beberapa burung beterbangan kembali ke peraduannya. Suara sepatu dari luar rumah terdengar sangat keras, seperti sengaja dientakkan.Senja yang tengah mengupas apel di meja makan langsung menoleh kea rah pintu utama. Rumah Asa yang minimalis dengan kaca sebagai pembatas dominan setiap ruangan di sana membuatnya bisa memantau tamu dengan mudah. Seorang pria tampak memasuki rumah. Suara tas jinjing yang ditaruh asal didengar oleh Senja. Gadis itu segera berdiri ketika mendapati Asa menuju dapur.“Sudah selesai urusannya?” tanyanya.Asa terdiam. Dia lantas memijat kening, merasakan denyut emosi di sana. “Apa kamu sudah memastikan jika Neon pelakunya?” timpalnya balik bertanya,Senja terdiam. Keningnya sedikit berkerut. “Maksudmu?”“Aku sudah mendatangi Neon dan dia bilang dia belum bertemu denganmu sejak kemarin.” Mata cokelat Asa memandang lurus ke arah Senja. “Apa kamu yakin dia pelakunya?”H

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-20
  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 9 DIAM

    Senja menutup kasar pintu kamar hingga Asa tidak bisa memasukinya. Pria itu menggedor bilah kecokelatan tersebut dan membuat telinga siapa pun yang mendengarnya akan pengang. Sementara itu, Senja mendengkus. Dia tidak peduli pada apa pun yang terjadi di luar sana.Asa menghela napas. Tangannya sakit juga lama-kelamaan. Dia menyandarkan diri di pintu, lalu duduk. Pikirannya merumit tentang segala hal yang belum bisa dilupakannya. Ingatannya pun menguar ketika dirinya pergi ke psikiater dan dokter kejiwaan itu mendiagnosa penyakitnya.“Senja,” panggilnya. “Aku minta maaf.”***Pagi ini Senja telah bersiap untuk pergi pekerja. Dia tahu jika dirinya tidak bisa mencampuradukkan antara pekerjaan dengan urusan pribadi. Jadi, ketika alarm di ponselnya berdering, gadis itu segera bangkit dan langsung membersihkan diri.Senja pelan-pelan membuka pintu kamar. Tidak ada Asa di depan sana. Tungkainya melangkah perlahan, nyaris tanpa suara. Dia berharap jika bisa berangkat terlebih dahulu dari pria

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-22
  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 10 PENYAKIT ASA

    Senja tercenung. Kopi dicangkirnya sudah mulai dingin. Ingatannya menguar ke kejadian tadi siang yang membuat Asa menceritakan semuanya, soal dirinya dan penyakitnya. Pria itu terlihat baik-baik saja di luar. Namun, siapa yang menyangka jika dirinya mengidap gangguan kejiwaan.Gadis normies seperti Senja dihadapkan dengan peristiwa baru dalam hidupnya. Penyakit Asa tidak main-main. BPD atau Borderline Personality Disorder adalah salah satu dari jenis gangguan kejiwaan yang membuat penderitanya sangat sulit mengendalikan emosi. Penderitanya bisa saja kambuh karena mood yang tidak stabil, cemas yang berlebihan, sehingga menyebabkan kesulitan menjalani hubungan sosial.Senja baru saja akan bernapas lega jika saja yang diceritakan Asa adalah sebuah bualan. Namun, nyatanya itu semua benar.***“Kamu? Tidak mungkin, kan?” Senja masih ternganga menatap pria yang duduk di dekatnya itu.“Itu benar,” jawab Asa. Dia menatap lurus gadis itu. “Aku mengidapnya sudah sangat lama dan ini mengganggu p

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-01
  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 1 SESUATU YANG TIDAK DISENGAJA

    “Halo, dengan penanggung jawab event Kisah Cinta di Kantor, bisa tolong cek alasan kenapa naskah saya berjudul ‘Mampir di Hati Pak Ceo’ ditolak, ya? Bisa dijawab sekarang tidak? Soalnya saya butuh banget kontrak itu sekarang!”Asa mendengarkan suara lawan bicaranya yang ternyata perempuan itu. Dia tidak habis pikir, perusahaannya sedang dilanda krisis karena beberapa situs diretas oleh orang tidak bertanggung jawab, lalu tiba-tiba seorang perempuan dengan nomor baru menelepon dirinya detik ini. Pria itu menghela napas, lantas mengarahkan layar gawai pada pemuda berkacamata di dekatnya.“Tuan? Pak? Bu? Bisa tolong jawab saya?” Suara itu kembali terdengar.Pria bernama lengkap Asa Kanagara itu berdecak lirih. Dia membiarkan peneleponnya mengomel sampai sekitar beberapa menit. Hitung-hitung sebagai tambahan waktu dia melihat Wana—pemuda berkacamata—mengutak-atik komputer di depannya.Beberapa menit kemudian, perempuan itu tidak bersuara. Asa tersentak saat Wana menyenggol lengan, memberi

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-29
  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 2 PERJANJIAN

    Senja mengerjapkan mata, tidak percaya dengan ucapan pria di depannya yang barusan didengar. Keterkejutannya makin bertambah tatkala seorang karyawan kantor masuk ke ruangan dan meletakkan beberapa berkas di atas meja kerja pria tersebut. Karyawan perempuan itu menunduk sejenak.“Rapat dimulai satu jam lagi, Pak,” ucapnya. “Klien juga sudah datang dan menunggu di ruangan.”Asa mengangguk. “Berikan presentasi periklanan yang dibuat kemarin dahulu,” titahnya.“Baik, Pak.” Karyawan itu keluar ruangan sekian detik kemudian.Senja kembali menatap pria di depannya. Pria itu tersenyum dengan lesung pipit di pipinya yang membuat sisi lain diri Senja tidak memercayai jika yang ada di hadapannya saat ini adalah CEO dari salah satu perusahaan terbesar yang menaungi platform kepenulisan tempat naskahnya ditolak.Gadis itu menggaruk tengkuk, lalu menunduk. “Maaf atas kelancangan saya kemarin, Pak. Saya benar-benar tidak tahu kalau—”“Iya, tidak masalah,” potong Asa. “Jadi, apa yang membuat Anda me

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-29
  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 3 PEKERJAAN BARU

    Senja melihat pria di depannya tengah menandatangani dua buah kertas di dua map yang berbeda. Sekian detik kemudian, pria itu menyodorkan satu map padanya. Dia mengambil alih pena dan mulai mengarahkan ujungnya ke kertas.“Bapak janji, ‘kan?” tanya gadis itu dengan menatap pria di depannya.Pria itu mengangguk. “Saya adalah orang yang selalu menepati janji,” jawabnya. “Anda bisa memercayai saya.”Gadis itu tidak menimpali. Dia menggoreskan tinta di kertas dan kontrak antara dirinya dan CEO muda itu berhasil dibuat. Sisi lain Senja masih ragu dengan kelanjutan hubungan mereka setelah kontrak. Dia kembali menatap pria tersebut. “Saya harap Bapak bisa memegang janji,” katanya.Pria bernama Asa Kanagara itu tersenyum dan mengangguk. “Mulai hari ini, cukup panggil nama saya saja. Tidak perlu terlalu formal dan … panggilan aku-kamu mungkin harus kita lakukan mulai sekarang,” ucapnya dengan menaikkan sebelah alis. Dia menegapkan tubuh sejenak. “Berikan aku alamat indekosmu. Biar asistenku ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-29

Bab terbaru

  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 10 PENYAKIT ASA

    Senja tercenung. Kopi dicangkirnya sudah mulai dingin. Ingatannya menguar ke kejadian tadi siang yang membuat Asa menceritakan semuanya, soal dirinya dan penyakitnya. Pria itu terlihat baik-baik saja di luar. Namun, siapa yang menyangka jika dirinya mengidap gangguan kejiwaan.Gadis normies seperti Senja dihadapkan dengan peristiwa baru dalam hidupnya. Penyakit Asa tidak main-main. BPD atau Borderline Personality Disorder adalah salah satu dari jenis gangguan kejiwaan yang membuat penderitanya sangat sulit mengendalikan emosi. Penderitanya bisa saja kambuh karena mood yang tidak stabil, cemas yang berlebihan, sehingga menyebabkan kesulitan menjalani hubungan sosial.Senja baru saja akan bernapas lega jika saja yang diceritakan Asa adalah sebuah bualan. Namun, nyatanya itu semua benar.***“Kamu? Tidak mungkin, kan?” Senja masih ternganga menatap pria yang duduk di dekatnya itu.“Itu benar,” jawab Asa. Dia menatap lurus gadis itu. “Aku mengidapnya sudah sangat lama dan ini mengganggu p

  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 9 DIAM

    Senja menutup kasar pintu kamar hingga Asa tidak bisa memasukinya. Pria itu menggedor bilah kecokelatan tersebut dan membuat telinga siapa pun yang mendengarnya akan pengang. Sementara itu, Senja mendengkus. Dia tidak peduli pada apa pun yang terjadi di luar sana.Asa menghela napas. Tangannya sakit juga lama-kelamaan. Dia menyandarkan diri di pintu, lalu duduk. Pikirannya merumit tentang segala hal yang belum bisa dilupakannya. Ingatannya pun menguar ketika dirinya pergi ke psikiater dan dokter kejiwaan itu mendiagnosa penyakitnya.“Senja,” panggilnya. “Aku minta maaf.”***Pagi ini Senja telah bersiap untuk pergi pekerja. Dia tahu jika dirinya tidak bisa mencampuradukkan antara pekerjaan dengan urusan pribadi. Jadi, ketika alarm di ponselnya berdering, gadis itu segera bangkit dan langsung membersihkan diri.Senja pelan-pelan membuka pintu kamar. Tidak ada Asa di depan sana. Tungkainya melangkah perlahan, nyaris tanpa suara. Dia berharap jika bisa berangkat terlebih dahulu dari pria

  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 8 PERDEBATAN YANG DIMULAI

    Senja itu, matahari belum juga tenggelam. Warna jingga kemerahan sudah menguasai langit dengan beberapa burung beterbangan kembali ke peraduannya. Suara sepatu dari luar rumah terdengar sangat keras, seperti sengaja dientakkan.Senja yang tengah mengupas apel di meja makan langsung menoleh kea rah pintu utama. Rumah Asa yang minimalis dengan kaca sebagai pembatas dominan setiap ruangan di sana membuatnya bisa memantau tamu dengan mudah. Seorang pria tampak memasuki rumah. Suara tas jinjing yang ditaruh asal didengar oleh Senja. Gadis itu segera berdiri ketika mendapati Asa menuju dapur.“Sudah selesai urusannya?” tanyanya.Asa terdiam. Dia lantas memijat kening, merasakan denyut emosi di sana. “Apa kamu sudah memastikan jika Neon pelakunya?” timpalnya balik bertanya,Senja terdiam. Keningnya sedikit berkerut. “Maksudmu?”“Aku sudah mendatangi Neon dan dia bilang dia belum bertemu denganmu sejak kemarin.” Mata cokelat Asa memandang lurus ke arah Senja. “Apa kamu yakin dia pelakunya?”H

  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 7 FRIENDS WITH BENEFIT (21+)

    Senja mengeratkan kedua lengannya pada leher Asa ketika pria itu meleburkan diri saat mendapati dirinya telah siap. Ini terlalu dini baginya, tetapi Senja yakin keputusannya tidak salah. Manik gadis itu terpejam. Dia menggigit bibir, menahan sesuatu yang terasa perih di bawah sana, sementara Asa mengetahuinya. Pria itu menghentikan diri dan menatap Senja yang berada di bawahnya. “Apa kamu baik-baik saja dengan ini?” tanyanya. Gadis itu mengangguk pelan. Napasnya masih tertahan dan dia tidak ingin melepaskannya sekarang. Kedua lengannya mengencangkan tautan, mengizinkan pria itu untuk melanjutkan gerakannya. “Aku tidak ingin membuat simbiosis Parasitisme di sini,” ucap Asa, membuat Senja membuka mata dan memandanginya. “Kalau sakit, lebih baik berhenti.” Senja menggeleng. “Kamu tahu aku yang menginginkannya,” lirihnya. “Jadi, lanjutkan saja.” Asa menghela napas. “Kamu yakin?” Keduanya saling bersitatap. Senja mengangguk menimpali. Asa tersenyum tipis. Lesung pipinya sedikit terlih

  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 6 MEMANCING

    Senja tengah mengetik sesuatu di gawainya. Hal itu sudah dia lakukan sejak beberapa jam yang lalu setelah dirinya menangis sejadi-jadinya di dada Asa. Pria tersebut meninggalkannya untuk mengerjakan beberapa pekerjaan di ruang kerja pribadinya.“Bagaimana aku menuliskannya, ya?” gumamnya sembari menggigit bibir. Jujur saja, dia kebingungan kali ini. Menulis adegan dewasa bukanlah ranahnya, tetapi dia harus menuliskan hal itu di tulisannya kali ini.Gadis itu menghela napas. Maniknya menatap jam dinding yang menunjukkan pukul lima sore. Perutnya berbunyi, tanda jika lambungnya sudah minta diisi. Senja beranjak dari kasur, berniat untuk mengambil atau membuat beberapa makanan di dapur.Rumah Asa terlihat minimalis dengan desain arsitektur kayu yang membuatnya tampak estetik. Gadis itu menuju dapur dan mendapati sesuatu di dalam kulkas. Namun, gerakannya terhenti saat seseorang mengejutkannya. Senja terkejut dan tidak sengaja menyundul dagu pria di belakangnya.“Ops, sorry!” Senja meleta

  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 5 KEBENCIAN

    Senja membuka kedua mata, mendapati sorot matahari menembus tirai putih yang sedikit menutupi jendela kamar. Dia tersentak usai menyadari sesuatu, lalu mengedarkan pandangan. Ruangan itu sedikit berbeda dengan yang disambanginya semalam. Ini bukan di hotel, bukan juga di kamar indekosnya. Gadis itu bangun perlahan, mendapati rasa sakit mencekam di antara dua selangkangan serta pinggulnya. Kesadarannya mulai terkumpul sempurna, teringat dengan kejadian miris semalam. Senja menggeleng. “Tidak, tidak mungkin,” lirihnya mulai terisak. Seseorang terdengar membuka pintu. Dia pria yang seharusnya bisa melindungi Senja tadi malam. Namun, dengan ketiadaannya di saat detik yang malang itu, kini Asa hanya bisa memberikan tatapan sendu. Dia menghampiri ranjang Senja dan meletakkan nampan berisi sarapan yang dibawanya di nakas. Pria itu duduk di tepi ranjang, lalu mengulurkan tangan, mengusap pelan kepala istri kontraknya tersebut. Senja yang semula merunduk memeluk kedua lutut yang tertutup s

  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 4 MALAM YANG SALAH

    Senja menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat. Tadi, sebelum pergi, Asa memintanya untuk memindahkan data mentah ke softfile yang sudah disediakan. Sebenarnya, pekerjaannya amat mudah. Senja harus memindahkan data saja dan mengecek ulang isinya. Namun, karena data yang terlalu banyak membuatnya bekerja sampai malam hari.Seorang pegawai memeriksa ruangan dan mendapati dirinya masih bekerja. “Ibu, masih ada di sini?” tanyanya.Senja mengangguk. “Iya. Apa Pak Asa belum kembali dari urusannya?”Pegawai itu masuk sempurna ke ruangan usai sebelumnya hanya menyembulkan kepala dari celah pintu yang sedikit terbuka. “Maaf, Bu. Pak Asa belum pulang. Tapi, biasanya Bapak langsung ke rumah kalau pekerjaannya sudah selesai,” jawabnya.“Oh, begitu.” Senja kembali menatap pegawai perempuan itu. “Mbak di sini sebagai apa, ya?”Perempuan berambut pendek itu tersenyum. “Saya admin di ruangan depan, Bu. Kalau ada dokumen masuk, biasanya ke saya dulu, baru nanti saya kasih ke Bapak,” jawabnya dan mendap

  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 3 PEKERJAAN BARU

    Senja melihat pria di depannya tengah menandatangani dua buah kertas di dua map yang berbeda. Sekian detik kemudian, pria itu menyodorkan satu map padanya. Dia mengambil alih pena dan mulai mengarahkan ujungnya ke kertas.“Bapak janji, ‘kan?” tanya gadis itu dengan menatap pria di depannya.Pria itu mengangguk. “Saya adalah orang yang selalu menepati janji,” jawabnya. “Anda bisa memercayai saya.”Gadis itu tidak menimpali. Dia menggoreskan tinta di kertas dan kontrak antara dirinya dan CEO muda itu berhasil dibuat. Sisi lain Senja masih ragu dengan kelanjutan hubungan mereka setelah kontrak. Dia kembali menatap pria tersebut. “Saya harap Bapak bisa memegang janji,” katanya.Pria bernama Asa Kanagara itu tersenyum dan mengangguk. “Mulai hari ini, cukup panggil nama saya saja. Tidak perlu terlalu formal dan … panggilan aku-kamu mungkin harus kita lakukan mulai sekarang,” ucapnya dengan menaikkan sebelah alis. Dia menegapkan tubuh sejenak. “Berikan aku alamat indekosmu. Biar asistenku ke

  • Menulis Kisah Cinta Untuk Pak CEO   BAB 2 PERJANJIAN

    Senja mengerjapkan mata, tidak percaya dengan ucapan pria di depannya yang barusan didengar. Keterkejutannya makin bertambah tatkala seorang karyawan kantor masuk ke ruangan dan meletakkan beberapa berkas di atas meja kerja pria tersebut. Karyawan perempuan itu menunduk sejenak.“Rapat dimulai satu jam lagi, Pak,” ucapnya. “Klien juga sudah datang dan menunggu di ruangan.”Asa mengangguk. “Berikan presentasi periklanan yang dibuat kemarin dahulu,” titahnya.“Baik, Pak.” Karyawan itu keluar ruangan sekian detik kemudian.Senja kembali menatap pria di depannya. Pria itu tersenyum dengan lesung pipit di pipinya yang membuat sisi lain diri Senja tidak memercayai jika yang ada di hadapannya saat ini adalah CEO dari salah satu perusahaan terbesar yang menaungi platform kepenulisan tempat naskahnya ditolak.Gadis itu menggaruk tengkuk, lalu menunduk. “Maaf atas kelancangan saya kemarin, Pak. Saya benar-benar tidak tahu kalau—”“Iya, tidak masalah,” potong Asa. “Jadi, apa yang membuat Anda me

DMCA.com Protection Status