Share

Menjalin Cinta Dengan Musuh Pacarku
Menjalin Cinta Dengan Musuh Pacarku
Author: Haura Naila

Bab 1

Pacarku adalah anak orang kaya di ibu kota yang bernama Elton. Sifatnya sangat liar dan tak terkendali. Dia selalu menghambur-hamburkan uang sesuka hati dan senantiasa dikelilingi wanita. Aku sudah bersamanya selama tiga tahun dan selama tiga tahun itu, dia selalu bersikap baik. Bahkan, dia pernah melamarku.

Namun belakangan ini, dia menemukan mangsa baru.

Seorang mahasiswi muda yang cantik, berkulit putih, dan memiliki aura yang anggun. Elton tampaknya tidak kuasa menahan pesona terhadap gadis yang polos dan baik hati.

Demi menyenangkan gadis itu, Elton mendorongku ke laut tanpa ragu-ragu di hari ulang tahunku.

Hari ini langit sangat cerah tanpa awan sama sekali. Permukaan air yang tenang tiba-tiba menimbulkan percikan dahsyat ketika aku jatuh ke dalamnya. Aku terus berjuang untuk meronta-ronta di dalam air sambil menatap sekelompok orang di atas kapal pesiar.

Gadis yang berdiri di tepi kapal mengenakan gaun putih. Tatapannya tampak polos dan cerah. Melihat aku terjatuh dengan begitu menyedihkan, dia menutupi bibirnya dengan tangannya dan tersenyum manis.

Senyumnya begitu indah.

Elton pun ikut tersenyum. Dia tertawa dengan sangat lepas, bahkan kerutan di dahinya sedikit menghilang. Ketika dia mendengar teriakanku meminta tolong, aku sudah mulai tenggelam. Napasku mulai sesak karena menelan air.

Aku pernah tenggelam saat masih kecil dan sejak saat itu aku sangat takut pada air. Awalnya, aku tidak setuju mengadakan pesta ulang tahun di atas kapal pesiar. Namun, karena tidak bisa menolak bujuk rayu Elton yang tiada habisnya, pada akhirnya aku pun menyetujuinya.

Namun, begitu tiba di kapal pesiar, aku menyadari bahwa ada seorang gadis asing di sana selain teman-teman kami yang biasanya. Gadis itu benar-benar sangat cantik.

Elton sangat perhatian padanya. Dia adalah orang pertama yang diberikan minuman, potongan buah, dan bahkan potongan pertama kue ulang tahun. Elton merawatnya dengan sangat cermat. Dia bahkan sudah lama tidak pernah memperhatikanku seperti itu.

Saat itu, aku langsung merasa ada yang tidak beres. Namun, aku tetap tidak menaruh curiga padanya. Hingga saat dia mendorongku ke laut, saat itulah aku menyadarinya.

Perasaan Elton sudah berubah.

Melihatku tenggelam perlahan-lahan, Elton mengangkat kacamata hitamnya dengan santai dan meletakkannya di atas kepala.

Sambil menyipitkan matanya, dia menatapku yang terus berjuang di air dan mengejek, "Jilly! Kamu serius nggak bisa berenang? Jangan pura-pura lagi, cepat naik ke sini. Rachel sudah tertawa melihat tingkahmu, kamu nggak perlu berpura-pura lagi."

Nada ejekannya sangat menyakitkan.

"Elton, pacarmu kayaknya benaran nggak bisa berenang!" teriak seseorang yang mulai menyadari keanehan. Dia buru-buru melemparkan pelampung padaku, tapi tubuhku sudah mulai terjatuh ke dasar lautan.

"Tolong!"

"Jilly!"

Keadaan di atas kapal menjadi kacau. Beberapa orang bekerja sama menarikku keluar dari air dan membawaku kembali ke kapal. Hanya saja, meskipun sudah beberapa kali melakukan CPR, aku masih tetap tidak sadarkan diri.

Tubuhku menjadi dingin perlahan-lahan.

Saat itulah Elton mulai panik. Dia segera membawaku ke rumah sakit. Aku langsung dibawa ke ruang gawat darurat dan dokter-dokter bekerja keras selama lebih dari dua jam untuk menyelamatkanku.

Ketika akhirnya dokter mengatakan bahwa aku sudah melewati masa kritis dan tidak dalam bahaya lagi, Elton menghela napas panjang dengan lega.

Kalau sampai terjadi sesuatu padaku, dia bisa menjadi pembunuh. Elton memang suka bermain-main, tapi dia jelas tidak ingin masuk penjara.

Keesokan harinya, aku sadar di atas ranjang rumah sakit. Aku menatap langit-langit dan mencium aroma antiseptik yang menyengat dari selang oksigen di hidungku. Mataku tampak bingung. Saat aku mencoba bergerak sedikit, rasa sakit yang berdenyut langsung menusuk di kepalaku.

Aku mengangkat tangan dan menekan dahiku sambil mengerang pelan.

Elton yang baru saja masuk ke ruangan, langsung berjalan cepat ke arahku setelah melihatku sadar. Dia menggenggam tanganku dengan penuh semangat dan berkata, "Jilly, akhirnya kamu sadar juga! Kamu nggak sadar semalaman, aku takut sekali kamu nggak bisa bangun lagi!"

Aku buru-buru menarik tanganku dari genggamannya, lalu menatapnya dengan penuh kebingungan dan kecurigaan. Dengan alis berkerut, aku bertanya, "Siapa kamu?!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status