"Jilly, kamu bercanda, 'kan? Aku ini pacarmu, Elton!" Elton kembali menggenggam tanganku sambil tersenyum.Namun, ketika dia melihat ekspresi ketakutan di mataku, dia berpikir aku sedang berpura-pura. Suaranya mulai menunjukkan ketidaksabaran, "Aku salah karena mendorongmu ke laut, tapi kamu nggak perlu bersikap seperti ini, 'kan? Kamu baik-baik saja sekarang, bukan?""Pacar? Kamu ngomong apaan? Pacarku Shawn!" Aku buru-buru melepaskan tangannya dan memeluk bantal di dadaku. Kemudian, aku menatapnya dengan tatapan tajam dan waspada.Aku sama sekali tidak mengenalnya!"Apa?! Siapa yang kamu bilang pacarmu?!" Mata Elton langsung dipenuhi amarah. Dia meninju meja di samping tempat tidur dan berteriak marah. Shawn adalah musuh bebuyutannya.Sejak kecil, dia selalu kalah dari Shawn dan sangat membencinya. Nama Shawn bahkan tidak boleh disebut di depannya.Aku melihat sekeliling kamar rumah sakit yang kosong, lalu menatap Elton yang semakin mendekat dengan wajah marah. Aku berteriak dengan c
"Dia bilang dia pacarku? Tapi pacarku Shawn!" Aku menggenggam erat tangan ibuku, menatapnya dengan tegas.Mendengar itu, ekspresi kedua orang tuaku langsung berubah kaku. Mereka pun mulai menunjukkan foto-foto di ponsel satu per satu dan menanyakanku. Alhasil, aku hanya melupakan Elton dan tetap menganggap Shawn sebagai pacarku.Namun, Elton tidak terlalu peduli. Pada hari aku keluar dari rumah sakit, dia bahkan pergi untuk mengajak Rachel makan malam.Elton sudah beberapa kali mengajak Rachel dan akhirnya kali ini dia setuju. Tanpa ragu, Elton langsung menjemputnya dengan mobil sport mewahnya. Mobil Elton sangat mahal, sehingga menimbulkan banyak pembicaraan di kampus Rachel.Begitu duduk di dalam mobil, Rachel melirik Elton sekilas dengan tenang. Tetap dengan penampilan anggun dan sederhana seperti biasanya, dia bertanya dengan lembut, "Pacarmu nggak apa-apa, 'kan?""Dia baik-baik saja. Umurnya masih panjang," jawab Elton dengan nada menggampangkan.Sepanjang sore, Elton mengajak Rac
Aroma parfum pria yang lembut bercampur dengan aroma alkohol tercium jelas dari tubuh Shawn saat aku mendekat. Aku melingkarkan kedua lenganku dengan erat di pinggangnya yang ramping. Pandanganku melirik ke arah lehernya yang terlihat sedikit menonjol dan sensual, lalu menatap matanya yang dalam dan penuh misteri.Dengan senyum penuh kebahagiaan, aku memanggil, "Shawn." Suaraku terdengar sangat manis.Pria itu menunduk sedikit dan menatapku. Pupil matanya menyempit dengan sedikit keraguan yang tersirat dalam tatapannya yang kelam."Lepaskan!" Melihat kami berdua saling berpelukan, mata Elton memerah karena marah. Dia berlari mendekat dan menarikku dari pelukan Shawn sambil berteriak, "Jilly! Kamu ini nggak tahu malu? Punya pacar tapi masih menggoda pria lain!"Aku terkejut dengan sikap kasar Elton. Aku langsung menepis tangannya dan bersembunyi di belakang Shawn."Shawn, orang ini gila! Dia sudah lama mengikutiku, aku takut," ucapku dengan suara gemetar. Jemariku meremas ujung jasnya d
Prang!Elton mengambil sebuah botol anggur dan menghantamnya ke kepala Jonas. Seketika, darah mengucur deras dari kepalanya."Memangnya aku dan Jilly bisa disamakan? Dia perempuan, aku laki-laki!" teriak Elton dengan penuh keyakinan, seolah-olah itu membenarkan tindakannya.Jonas menutupi dahinya yang terluka dan menatap Elton dengan penuh kekecewaan. Dengan suara datar, dia berkata, "Aku nggak punya sahabat sepertimu." Setelah berkata demikian, Jonas pergi meninggalkan bar tanpa menoleh sama sekali.Elton tampak tidak peduli. Dia kembali minum-minum serta menikmati malam dengan teman-temannya yang lain dan berpesta pora. Kehilangan seorang sahabat tidak membuatnya merasa terganggu.Keesokan harinya, matahari tetap bersinar cerah.Begitu bangun, Elton langsung mencari Rachel sambil membawa barang-barang mewah yang dibelinya sebelumnya. Rachel masih terlihat dingin dengan tatapannya yang polos seperti biasanya.Matanya yang tenang melirik sekilas ke arah Elton. Salah satu tangan memegan
Namun, setelah mencari ke setiap sudut kamar, Elton tetap tidak menemukan jejak pria lain. Meski begitu, dia tetap tidak percaya. Dengan penuh amarah, dia berbalik dan menarik kerah bajuku sambil berteriak, "Di mana kamu sembunyikan si Shawn berengsek itu?!"Sikapnya membuatku ketakutan dan rasa sakit yang hebat langsung menyerang kepalaku.Melihat situasi itu, polisi segera menarik Elton menjauh dariku. Sementara itu, aku jatuh berlutut di lantai sambil memegang kepalaku dengan wajah pucat. "Sakit, kepalaku sakit sekali," gumamku sebelum akhirnya aku pingsan."Wanita ini datang sendirian tadi malam. Anda nggak boleh menuduhnya sembarangan!" Manajer lobi segera menelepon ambulans sambil memandangi Elton dengan tatapan tajam.Elton hanya bisa terpaku dengan tidak percaya. Melihatku tergeletak tak berdaya di lantai, dia mulai panik. Dia ingin pergi bersamaku ke rumah sakit dengan petugas medis, tapi malah ditahan oleh polisi."Jilly ...." Suaranya mulai melemah dan rasa bersalah pun meng
Aku memeluk leher Shawn, lalu mengambil ponselku dan mencium pipinya sambil memotret momen itu. Tepat saat bibirku menyentuh pipinya, mata Shawn langsung membelalak."Aku harus posting ini di media sosial. Kalau nggak, kamu bisa kabur nanti," ujarku dengan nada bercanda.Sebelum dia bisa bereaksi, aku langsung memposting foto itu di akun media sosialku. Kemudian, aku langsung membuka kotak makan yang dibawanya tanpa ragu-ragu.Aroma makanan yang harum itu menyebar di seluruh ruangan. Hidangannya juga tampak masih hangat. Aku menyadari bahwa semua makanan itu adalah masakan favoritku saat kuliah. Ikan bakar kecap, bakso saus asam manis, dan beberapa hidangan daging serta sayur yang disajikan dengan indah.Aku melirik kotak termos lainnya. Saat dibuka, ternyata isinya adalah sup iga. Melihat hidangan-hidangan ini, aku terdiam sejenak dan mataku berkaca-kaca. Namun hanya sesaat, ekspresiku berubah kembali normal.Melihat bagaimana aku menikmati makanan itu, ibuku menatap Shawn dengan penu
Aku menatapnya dengan dingin dan tetap memperlakukannya seperti orang asing."Pak Elton, sudah cukup. Jangan ganggu aku lagi. Pacarku cuma satu dan itu adalah Shawn. Aku sangat mencintainya. Aku nggak mau siapa pun selain dia," ucapku dengan tenang.Mata Elton memerah karena marah. Dia mengangkat tangannya seolah-olah hendak menamparku. Namun, mungkin karena merasa takut pada orang tuaku yang ada di sana, dia menurunkan tangannya kembali.Dengan tatapan penuh kebencian, dia melirik tajam ke arah Shawn. Kemudian, dia berbalik masuk ke dalam mobil dan melaju pergi ke rumah sakit.Begitu dia pergi, aku langsung berbalik ke arah Shawn dan menyentuh lehernya dengan penuh perhatian. "Orang gila tadi nggak menyakitimu, 'kan?"Sentuhan dingin dari tanganku membuat Shawn terdiam sejenak dan matanya berkilat lembut. Namun, kilatan itu hanya sesaat."Ada urusan di kantor, aku harus pergi sekarang." Setelah melontarkan ucapan itu, dia buru-buru berpamitan kepada orang tuaku dan pergi begitu saja.
Menurut Elton, Rachel memiliki aura yang elegan, lembut, dan berkelas. Berbeda dariku yang selalu perhitungan dan berhati sempit."Maaf, Pak Elton, kita nggak terlalu dekat. Jadi, siapa pun yang kamu bawa atau ajak ke sini, nggak ada hubungannya denganku," ucapku dengan nada dingin. Aku melirik Rachel sekilas sebelum melanjutkan, "Tapi, kalau kamu terus menggangguku lagi, aku nggak akan ragu untuk melaporkanmu ke polisi.""Jilly, aku ini pacarmu!" kata Elton dengan alis berkerut.Aku menatapnya dengan pandangan dingin, lalu beralih menatap Shawn yang sedang berjalan ke arahku. Aku segera mendorong Elton menjauh dan berkata, "Maaf, pacarku sudah datang."Aku berjalan ke arah Shawn dan menggandeng lengannya dengan santai."Shawn, kamu ke mana saja? Aku sudah lama menunggumu," kataku dengan senyuman manis sambil memandangi wajah tampannya.Shawn mengangkat pandangannya dan melihat ke arah Elton. Saat baru saja dia hendak menjawab pertanyaanku, sekelompok eksekutif tiba-tiba datang mengham