Sudah tiga hari berlalu semenjak kejadian penyerangan yang tiba tiba itu, dan selama itu pula Saphire belum bertemu dengan Elgar. Baik dirinya ataupun Elgar tidak ada yang memberi pesan untuk bertemu. Sebenarnya, Saphire menunggu kemunculan Elgar, minimal nya saja memberi ia pesan. Tapi itu semua tidak ada sama sekali. Dan sesekali, ia melihat keberadaan Milya yang katanya satu kelas dengan Elgar. Juga melihat Miguel, kelas untuk pertukaran pelajar kebetulan hanya terjarak tiga kelas, dengan kelas Saphire.Hari ini akan menjadi hari tersial yang Saphire alami, karena dirinya sedang berbaris sedangkan yang lain sudah memulai pembelajaran. Ya, Saphire datang terlambat hari ini, karena kesulitan untuk tidur. "Siapa nama mu." ucap kaka kelas yang bertugas untuk mencatat dan menghukum bagi mereka yang terlambat."Saphire." Mendengar nama nya, Kakak kelas di depannya itu langsung berhenti di kegiatan menulis. Semula tatapan nya hanya terarah pada buku di tangan, sekarang beralih pada Sa
"Miguel." "Tidak ada, aku bisa membereskan nya sendiri." ucap Saphire kembali fokus pada kegiatan nya. Miguel seakan tidak mendengarkan, lelaki itu dengan santainya berjalan melewati rak rak berdebu dan mendekati dimana Saphire berada. Kebetulan saja ada kursi di sana, jadi ia menggunakan benda itu untuk duduk memperhatikan gadis yang akhir akhir ini mengganggu pikiran nya. "Ya ampun." tangan kanan Saphire menepuk dada, terkejut melihat ada Miguel di belakang nya. Ia kira, lelaki itu sudah pergi dari gudang. Sementara yang membuat terkejut hanya terkekeh kecil. Dalam hati Miguel, lihatlah wajah terkejutnya itu, sangat menggemaskan sekali. Apalagi pada saat sepasang matanya itu membesar. "Seterkejut itu?" ujar Miguel. "Aku kira kamu sudah pergi dari sini." balas Saphire. "Aku bantu tidak mau, jadi aku akan menemani saja di sini." "Kami tidak ada pembelajaran memangnya?" tanya Saphire, tidak berhenti dengan kegiatannya. "Sekarang pelajaran bahasa, itu sangat membuat bosan
Saphire tidak mengerti dengan situasi sekarang ini, dari apa yang di bilang Milya seperti menuduhnya karena telah membuat Maria di dalam kondisi buruk begini. "Aku tidak melakukan apapun pada Maria, Nona." balas Saphire."Lalu bagaimana bisa Maria di dalam kondisi seperti ini? sedangkan kamu selalu bersama Maria." "Aku pun tidak tahu, yang jelas daya tahan tubuh Maria sedang melemah sehingga terserang demam." "Hufh, aku tidak akan membiarkan nya Saphire.""Nona, aku tidak melakukan apapun. Hanya membawa Maria ke sini dengan maksud supaya Maria mendapatkan pengobatan tidak ada maksud buruk lain." "Aku tidak menuduh mu dengan adanya niatan buruk atau tidak, kamu sendiri yang bilang begitu apakah kamu memang sudah berniat sedari awal?" "Aku hanya mengatakan apa yang aku perbuat, Nona.""Wajar saja seorang saudara mengkhawatirkan saudaranya yang lain. Apa aku salah menanyakan nya pada mu?" Saphire semakin mengerutkan dahi, kenapa Milya selalu berbelat belit dalam berucap. Ia yakin k
"Jangan sampai." ucap Saphire."Sudah saja, hubungan ini selesai dengan aku dan kamu yang mengakhiri dan mengetahuinya." ucap Saphire lagi, ia harap ucapan dari Elgar hanyalah candaan saja. "Baiklah." ujar Elgar.Saphire dapat bernafas lega karena baru pertama kali setelah putus nya hubungan mereka, baru sekarang Elgar menerima baik baik setelah banyak menentang. "Tapi, kamu masih ingat aku bilang kalau jangan sampai menjauh dari diri ku kan?" "Iya benar, aku akan bersikap sewajarnya saja." "Aku akan menambahkan syarat jika kamu tidak ingin hubungan kita sekarang terungkap ke permukaan." ujar Elgar memasang wajah senyum yang terasa misterius bagi Saphire. "Apa lagi itu? apa yang sebelum nya tidak cukup?" "Tidak." "Lalu apa itu?" "Bila aku meminta, kamu harus senantiasa untuk menerima nya tanpa bisa menolak." "Kenapa bisa begitu? apa kamu tidak tau bagaimana Milya memperlakukan ku?" "Ia sangat tidak menyukai ku bila berdekatan dengan orang orang yang berhubungan dengan nya."
"Saphire dari mana saja kamu? aku sendirian di sini." ucap Maria. Setelah pertemuan nya dengan Elgar, Saphire memutuskan untuk kembali menemui Maria. Sedangkan Elgar sendiri memilih untuk kembali lagi ke kelasnya sendiri. Dalam hati Saphire, sebenarnya ia merasa bimbang untuk menceritakan pada Maria atau tidak, tapi ia merasa takut kalau Maria akan memarahi nya dan enggan untuk berteman dengan nya lagi. Mungkin akan lebih baik untuk menyimpan nya lebih dulu, dan akan ia beru tahu pada Maria di waktu yang tepat dan tanpa ada yang di tutupi. "Saphire, kenapa diam? Apa sebelum nya ada masalah?" tanya Maria, karena melihat kawan nya itu melamun. "Tidak ada yang terjadi Maria, dan aku baik baik saja." ucap Saphire dengan senyuman supaya memperlihat kan bahwa ia baik baik saja. "Kalau terjadi sesuatu, aku harap kamu menceritakan nya. Mau itu aku bisa membantu atau tidak, setidaknya kamu sudah berbagi bersama ku." ujar Maria menggenggam tangan Saphire. Tentunya, Saphire terdiam dan me
"Kau aku cari dari tadi ternyata ada di sini." Saphire mendekat pada Elgar yang tengah termenung sendirian di belakang Sekolah. Tempat itu sangat jarang di kunjungi oleh warga Sekolah sehingga sedikit kumuh dan tidak terawat. Dan Saphire merasakan lalu tahu betul kenapa kekasih nya itu berada di sini. Tangan lentik Saphire mengusap punggung tegap itu dengan kasih sayang "Kau, sudah melakukan semua usaha yang telah di persiapkan selama ini. Masih bisa latihan lagi ya, aku akan terus temani sampai kamu menjadi juara nya." Mendengar hal tersebut Elgar mengangkat pandangannya, menatap mata gadis yang di depannya itu begitu dalam "Aku janji bakal menang." ucap Elgar. Saphire menggeleng dan menangkup sepasang pipi Elgar "Engga apa apa, jangan di pikirkan hingga kamu terbebani kaya gini. Bangkit lagi, dan raih sama sama yaa." Elgar tidak dapat berkata-kata hanya gadis ini lah yang mamu membuatnya terdiam membuat kagum dengan setiap ucapan yang keluar dari bibir ranum nan tipis it
"Kamu pulang sama siapa?" tanya Maria. Maria Senja, teman Saphire yang selalu bersama dari mulai awal masuk di Sekolah Royal ini, mereka begitu akrab hingga bagaikan saudara. Sekarang sudah memasuki waktu pulang Sekolah, dan juga kegiatan hari ini tidak begitu banyak karena penyambutan itu. "Sama Elgar." jawab Saphire. "Iya ya, aku selalu lupa kalau kamu sudah memiliki kekasih." "Udah mau jalan tiga tahun, masa kawan ku ini masih pelupa." ucap Saphire sambil terkekeh. "Iya maaf, aku salah." sesal Maria. Tak lama, ada mobil berwarna hitam mewah berhenti di depan mereka berdua. Saphire sudah kenal pasti sosok yang menjalankan mobil ini, senyum nya merekah karena setiap hal yang berhubungan dengan kekasih nya itu memberikan efek kebahagiaan tersendiri. "Aku duluan ya, kalau gitu. Atau mau bareng aja??" tanya Saphire menawarkan pada Maria. Sontak membuat Maria menggeleng, ia tidak mau satu tempat dengan Elgar pangeran Royal itu, karena Maria sendiri tidak kuat dengan
Sekarang Saphire sedang mengepang rambutnya lalu ia sampirkan ke bahu, masih ada anak anak rambut yang Saphire biarkan supaya menjadi pemanis saja. Kini ia memakai rok bermotif bunga dengan kaos putih polos berlengan panjang. "Udah siap." ucap Saphire di depan cermin, lebih memastikan ia kembali bercermin dan meyakin kan kalau dirinya sudah siap. Tujuan Saphire sampai berdandan hari ini adalah akan menemani Elgar latihan Anggar. Saphire juga sudah menyiapkan bekal untuk istirahat Elgar nanti. Saphire pergi dengan menaiki kendaraan umum kereta kuda, sudah ada beberapa penumpang juga menaiki kereta kuda yang sama. Memang di zaman ini, orang orang masih rajin menggunakan kendaraan umum dari pada kendaraan pribadi, biasanya kebanyakan orang yang memiliki kendaraan pribadi seperti mobil berarti orang itu adalah orang kaya raya, yang harta nya melimpah. Sebenarnya Saphire juga memiliki mobil di rumah, tapi mobil itu di pakai dinas oleh sang ayah ke Desa. Dan juga, kalau Saphire