Sudah ada dua buah kue dengan cream keju di atasnya, berada di tangan Saphire. Tentunya, satu milik nya dan yang satu lagi milik Miguel. "Miguel, apa kita harus mencari tempat duduk lebih dulu?" tanya Saphire, kepalanya sedari tadi sibuk bergerak ke sana kemari mencari tempat. "Kita duduk di sebelah sana saja Saphire, padang rumput itu." tunjuk Miguel. "Kamu benar juga, ayo kita ke sana." dengan perasaan riang gembira, Saphire berjalan menuju padang rumput di sana, memang tidak terlalu besar tetapi masih terasa nyaman. "Miguel, hati hati dengan barang mu." ucap Saphire sambil memberikan kue cream keju milik Miguel. Melihat Miguel menyimpan barang barang nya begitu sana membuat Saphire khawatir akan ada yang berani mengambil nya, mengingat kalau harga nya juga tidak main main, bila Saphire saksikan. "Tidak akan ada yang berani mencurinya." balas Miguel, begitu santai. "Apa semua orang mengenal mu?" tanya Saphire penasaran, saking penasaran nya Saphire tidak sadar kalau ia s
Mobil mewah itu semakin menjauh dari pekarangan istana, Maria bersama dengan Miguel masih melambaikan tangan pada Saphire yang berada di dalam nya, mobil dari istana mengantarkan mereka, dan yang terakhir Saphire menuju kediaman nya. Hingga mereka berdua hanya dapat menatap jalan memanjang dari tempat, mobil itu pun sudah tidak terlihat lagi. "Ada niatan apa sebenarnya kamu ini?" tanya Maria serius, pandangan nya masih memandang ke depan. "Aku tidak memiliki niat jahat apapun, itu hanya dirimu saja yang selalu berfikiran buruk pada ku ini." ungkap Miguel.Maria mendengus malas, ia akan sedikit sensitif bila ada seseorang yang tiba tiba mendekati Saphire. Bukan bermaksud mengatai Saphire tidak memiliki teman lagi selain dirinya tapi itu benar juga. Tapi karena hal itu, Maria seperti langsung tahu kenapa banyak orang yang mendekati Saphire secara tiba tiba, sudah di pastikan kalau itu terdapat alasan kuat di baliknya. "Aku tanya, kenapa?" "Walau kita tidak dekat, tetapi aku tahu b
"Terima kasih banyak yaa, sudah mengantar." ujar Saphire dengan ramah nya. "Sama sama." setelah itu pengawal yang merangkap sebagai supir pergi meninggalkan Saphire, kembali menuju Istana. Saphire melihat ke arah langit yang berwarna jingga bergradasi ungu, itu tanda nya hari akan menyambut malam hari tiba. Raut murung Saphire langsung terbentuk karena mengingat perjalanan nya menuju rumah. Pada saat memasuki kawasan Desa, orang orang memandang terkejut dan juga heran kenapa ada mobil istana yang memasuki Desa. Apa kedatangan pejabat istana? atau orang kaya raya? mereka begitu penasaran.Dan puncak nya, pada saat Saphire keluar dari mobil itu, semua mata tertuju padanya, seakan menerka nerka apa yang telah di lakukan Saphire hingga dapat di antar pulang oleh mobil mewah itu. Dan, yang lebih membuat parah nya lagi. Saphire sempat mendengar bisikan dari beberapa gadis tetangga nya mengatakan bahwa ia telah menggoda para pria di istana sehingga dapat menumpangi mobil itu. Tentunya S
Walau terdengar samar samar Saphire yang mendengar hal itu tentu merasa terkejut, apa serendah itu kah? atau memang sejauh itukah jarak status sosial masyarakat Desa dengan masyarakat penghuni istana?Karena ingin mendengar lebih jelas lagi, Saphire perlahan lahan membuka pintu kamar nya. Bisa di lihat dengan jelas kedua orang tuanya berhadapan dengan perwakilan warga yang hanya tiga orang. Dari tempatnya mengintip, Saphire dapat memastikan kalau dari postur duduk sang ayah tengah menahan amarah, karena memang terlihat kaku. Sementara untuk sang ibu, terlihat lemas, sudah pasrah dengan semua omongan yang di sampaikan, tentu hati seorang ibu itu merasa sakit mendengar hal negatif dari orang lain mengenai putri nya. "Di sini saya ingin meluruskan saja, mengingat anak kami memang menuntut ilmu di Royal. Hingga tak heran apabila ia memiliki teman yang tinggal di istana. Dan kami pastikan bahwa setiap harinya mobil yang selalu mengantar Saphire pulang adalah mobil teman nya yang bernama
Keesokan harinya, di dalam Kelas Maria menunggu kedatangan dari kawan nya, siapa lagi kalau bukan Saphire. Jam dinding menunjukan tepat tujuh dan Saphire belum juga memperlihatkan batang hidung nya di kelas ini. Dan juga tidak ada pesan yang di terima Maria kalau semisal nya Saphire sedang berhalangan hadir untuk hari ini. Sampai bel masuk berbunyi, Saphire belum tampak juga. Tentu membuat Maria merasa aneh sekaligus khawatir takut terjadi hal yang tidak di ingin kan menimpa kawan nya itu. "Dimana sebenarnya Saphire sekarang?" gumam Maria."Baik, sudah masuk semua?" tanya guru di depan kelas. "Saphire belum hadir bu." ucap Maria. "Apakah kamu tau kemana dia, Maria?" "Aku tida-""Selamat pagi, mohon maaf aku terlambat hari ini guru." ucap Saphire dengan nafas tersenggal, gadis itu seperti sudah berlari dari gerbang Royal menuju kelas. "Akhirnya, karena kamu baru kali ini terlambat. Maka akan saya biarkan, tapi tidak untuk yang kedua kalinya." ucap sang guru. "Baiklah guru, aku
Pergi Maria, datang Elgar. Lelaki itu masih berada di ambang pintu, memperhatikan sosok anggun yang sangat ia kagumi. Sementara Saphire melihat Elgar di sana ada satu titik merasa bahagia karena melihat kembali keberadaan lelaki itu. Elgar lebih mendekat pada Rembulan nya itu, lalu duduk di tempat Maria. Tentunya Saphire tidak dapat melarang, apa kuasanya hingga dapat melakukan hal tersebut? "Tidak ke kantin?" tanya Elgar, menyandarkan punggung ke kursi lalu mengusap surai lembut Saphire. "Aku bekal, Elgar." sebut Saphire. "Apa yang kamu bekal?" tanya Elgar."Hanya biasa saja." balas Saphire, mulai menyuapi makanan yang di bekal ke dalam mulut. "Kamu tidak istirahat?" tanya Saphire pada Elgar."Tidak." Mendengar nya Saphire melihat ke samping, tepat pada Elgar yang memandangnya juga. "Kenapa tidak? bagaimana jika nanti kamu kelaparan?" tanya Saphire bertubi tubi. "Karena waktu menemui Rembulan ku lebih berharga dari rasa lapar." balas Elgar, membuat Saphire terdiam. Usapan pada
"Kenapa Elgar tiba tiba berada di sini?" tanya Maria. "Aku pun tidak tahu, kenapa memang nya?" tanya Saphire balik. Maria hanya ber oh ria, ingin menanyakan lebih lanjut tetapi melihat respond Saphire sebelum sebelum nya terlihat tidak begitu baik, kenapa ia bisa menyimpulkan seperti itu karena pertemanan nya yang tidak bisa di hitung dengan jari membuat Maria tahu bagaimana sifat keseharian Saphire. Dan sekarang, ia merasakan perbedaan itu. Maria masih memperhatikan dari samping wajah Saphire yang memperhatikan penjelasan guru yang sudah datang sedari tadi. Maria yakin kalau dari keterdiaman nya itu, di dalam otak Saphire sangat berisik, sehingga tidak membagikan keberisikan nya itu pada dirinya. "Maria?" "A-ah iya guru?" saking lama nya Maria fokus pada hal lain, membuat nya menjadi perhatian guru. "Coba jelaskan apa yang selama tadi saya jelaskan." "Tadi, guru.... menjelaskan mengenai-"Saphire melihat kawan nya itu seperti biasanya, menyemangati lewat batin kalau pun sampa
Sepulang sekolah, seperti biasa Maria berjalan beriringan ke tempat penjemputan mereka. Di sana sudah ramai anak anak Royal yang menunggu jemputan sama seperti mereka. "Maria, hallo." "Oh ya, Hallo." "Kamu sama seperti kita sedang menunggu jemputan?" "Ya, begitu lah." balas Maria. Saphire masih berada di sana tetapi tidak bersuara sama sekali. Dan juga ia di anggap tidak ada sepertinya, dan hanya di anggap benalu yang selalu menempel pada Maria. Mereka berdua berbincang tampak akrab, Saphire tidak tahu Maria memiliki teman lain selain dirinya, atau dirinya nya yang tidak menampakan diri? lalu, atau Maria sengaja tidak mengenalkan Saphire pada kawan kawan nya? "Maria, jemputan ku sudah datang." "Kalau begitu aku pulang lebih dulu, Maria sampai jumpa besok." ucap teman Maria tadi. "Ya sampai jumpa." balas Maria. "Itu teman mu, Maria?" tanya Saphire yang cukup penasaran juga. "Iya, aku belum memberi tahu mu ya? kalau sebenarnya dari hari kemarin aku ikut kegiatan padua
"Eh.""Kamu baik baik saja?" Segera Saphire berdiri dan merapikan penampilan nya walau tidak membuahkan hasil sama sekali. "Ya, sejauh ini baik baik saja." "Jangan bohong seperti itu, anak kecil saja tau kalau kamu sedang tidak baik baik saja." "Mungkin tadi iya, tapi sekarang sudah tidak apa apa, terima kasih atas perhatiannya Guru."Tatapan prihatin sekaligus kasihan itu di peruntukan untuk Saphire, tidak sekali dua kali sang Guru melihat sesuatu hal yang terjadi pada anak didiknya itu. Kadang kala penampilan nya tidak begitu rapi dengan perundungan yang sebelum nya di alami. Dan entah mengapa tetapi pihak Royal tidak juga untuk membuka mata tentan masalah ini, seakan selalu tertutupi oleh berita yang lebih besar. "Pakai sapu tangan ini, setidak nya untuk menyeka air air yang menetes." "Terima kasih lagi, aku akan menggunakan nya dan di kembalikan secepatnya Guru." "Tidak perlu terburu buru, tidak apa. Itu untuk mu saja, aku memberikan nya." "Baiklah." "Aku tidak bisa berl
Saphire berbalik, cukup terkejut karena bagaimana Elgar mengetahui keberadaan nya di hari kemarin. Apa Elgar juga mengirim seseorang untuk memata matai diri nya? "Kenapa kamu bisa tahu?" tanya Saphire. "Tidak peduli dari mana aku mengetahui nya, yang jelas, jawab pertanyaan ku Saphire." ujar Elgar. Saphire menimang nimang apakah ia harus berbohong atau tidak, kalau ia berbohong pasti Elgar sudah mengetahui kebenaran nya, bila sebalik nya Elgar pasti tidak suka karena Saphire telah berbohong. "Kemarin aku menemani Miguel berlatih." cicit Saphire. Elgar mengeraskan rahang nya. "Dan boleh aku tahu kenapa kamu melakukan nya?" tanya Elgar masih menahan dirinya. "Apa kamu di paksa?" tanya Elgar dengan Saphire yang masih terdiam karena merasa takut. "Ah sudah ku kira, kamu telah di paksa untuk ikut bersama dengan nya." ucap Elgar. "Tidak." "Lalu apa, Saphire." "Aku menemani Miguel karena atas keinginan ku sendiri, tidak ada paksaan dari Miguel ataupun dari orang lain." "Ken
"Saphire." "Ya? kenapa?" "Bisa bantu aku untuk membawa buku di perpustakaan? karena permintaan dari guru selanjutnya.""Baiklah, ayo." Bisa di hitung jari Saphire berinteraksi dengan teman teman se ruangan nya, karena ia yang selalu bersama Maria dan ia merasa cukup dengan Maria saja tidak peduli dengan yang lain, oh atau mungkin bisa di tambah dengan dua teman nya di kegiatan seni tanah liat, dan juga Miguel. Bila mengenai Elgar, itu akan menjadi hal lain yang bagi Saphire. Entah akan menganggapnya sebagai apa yang pasti ada nya Elgar di kehidupan Saphire menjadi pengaruh begitu besar pada saat saat itu. "Ini buku nya Saphire, aku sudah membagi dua nya. Jadi tidak akan berat membawa." "Kemari kan." pinta Saphire untuk bagiannya. Saphire kira perjalanan nya menuku ruangan kembali akan lancar tanpa hambatan apapun, tetapi ternyata di depan ruangan yang Saphire dan teman teman nya tempati ada sekitar tiga orang yang menunggu di sana, entah siapa yang di tunggu. "Oh, ini dia manu
"Apa kamu menunggu lama?" tanya Miguel.Posisi Saphire yang sebelumnya membelakangi Miguel, kini mereka berdua tengah berhadapan. Saphire memperhatikan penampilan yang berbeda dari Miguel, tentunya dengan memakai pakaian Olahraga klub polo nya. "Tidak, mungkin karena aku bersama teman di sini." balas Saphire."Teman?" Miguel tidak salah mendengar bukan? tidak ada siapapun di sekitar Saphire sedari tadi."Kuda mu, Miguel." "Ah, kalian sudah berteman rupanya.""Benar, tadi pun aku sempat untuk memberikan nya rumput." "Rumput? dari mana?" "Ada yang memberikan nya tadi, tidak masalah kan?" "Ya tidak apa apa." Tangan Miguel bergerak membuka pintu kandang kuda milik nya, di raih nya tali pada kuda dan menuntun ke lapangan. "Saphire, kamu bisa menunggu di sana bersama gadis lain. Buat nyaman diri mu, dan duduk di mana saja sesuai dengan keinginan mu." ujar Miguel tadi sebelum terjun ke lapangan. Mendengar penuturan dari Miguel tadi, Saphire menuruti nya. Ia menempati tempat duduk yan
"Ngomong ngomong Miguel." panggil Saphire masih terdengar sopan di telinga Miguel."Kenapa?" "Apakah orang yang tadi mengajak berbicara adalah teman mu?" "Ya, dan mungkin hanya satu satunya teman ku." Jawaban dari Miguel mengundang rada penasaran Saphire. "Apa aku tidak di anggap sebagai teman mu?" "Haha, itu persoalan yang berbeda untuk ku." "Kenapa begitu" "Apa ada sesuatu yang bisa kamu berikan pada ku?" tanya Miguel mengalihkan pembicaraan.Saphire yang mengerti kalau Miguel tidak ingin membahasnya lebih lanjut memilih untuk diam, dan kembali merasa bingung dengan pertanyaan dari Miguel. "Sesuatu yang di berikan?" "Ya.""Untuk apa?" "Kami di klub Polo meyakini jika mendapatkan barang dari gadis terkasih nya, akan di anggap sebagai berkat yang selalu menyertai terutama ketika turun ke lapangan." balas Miguel."Tetapi, bukan nya sekarang hanya latihan saja? maksudku apa memang harus?" "Sama saja, mau latihan ataupun perlombaan, itu akan kami hargai dan menjaga nya sepenuh h
Benar saja, Saphire di bawa oleh Miguel ke tempat latihan Polo nya. Mata Saphire tengah di suguhi dengan banyak nya kuda di dalam kandang, kepala mereka menyembul keluar dan ada juga yang sedang di beri rumput.Mengingat Miguel akan latihan, Saphire merasa lingkungan sekitarnya sudah mulai ramai dengan banyak orang, mungkin teman teman satu klub Miguel. Beberapa di antara mereka juga ada yang membawa seorang gadis yang bisa di lihat status mereka sepasang kekasih ataupun sepasang tunangan. Sedangkan Saphire di sini sebagai apa? hanya menemani Miguel yang ia harap akan berjalan lancar tanpa ada yang menghambat. "Ayo, aku akan menunjukan kuda milik ku." ajak Miguel, yang melihat Saphire sangat sibuk dengan melihat lihat sekitar."Maaf aku tidak fokus, aku sangat tertarik dengan lingkungan di sini, sangat indah." balas Saphire menatap wajah Miguel. "Kamu menyukai nya?" "Tentu saja." "Maka aku akan selalu mengajak mu." "Memang aku sudah meng iya kan?" "Aku tidak butuh persetujuan i
"Istirahat tadi, kamu kemana saja Saphire?" tanya Maria."Aku bertemu dengan seseorang, kenapa bertanya? urusan mu dengan dengan klub paduan suara hanya sebentar saja?" "Benar, pada saat aku kembali ke dalam kelas aku tidak menemukan mu, dan sengaja aku mencari ke kantin juga tidak ada." "Aku akan ikut klub kerajinan tanah liat." putus Saphire. Tentunya mendapatkan dukungan dari Maria, bagaimana tidak? Maria melihat Saphire yang sudah dapat berinteraksi dengan lebih banyak orang. "Aku senang mendengarnya, lalu di mana itu? dan kapan mulai untuk mu?" "Ruangan nya tepat di ujung, tidak begitu banyak yang menjangkau. Dan untuk ku pertama memulai di hari jumat nanti." "Buat kan aku cangkir pertama mu ya." pinta Maria. "Tentu, akan aku usahakan." Saphire dan Maria melanjutkan perjalanan mereka menuju tempat menunggu jemputan, tentunya seperti biasa Saphire hanya mengantar saja anggapan nya sekalian saja menuju gerbang pulang. "Jarang sekali supir mu sudah datang Maria." ucap Saphir
Saat ini Saphire tengah berjalan mengikuti kedua teman baru nya itu menuju tempat kegiatan kerajinan tanah liat berada.Ia kira kegiatan itu tidak langsung hari ini ia ikuti, tapi ternyata boleh di ikuti dengan segera. Karena Saphire yang tidak ada kegiatan dan juga sedang mengalihkan pikiran nya, jadilah dia sekarang ikut kegiatan.Dan lagi, mengingat apa yang di lakukan oleh Roblyn dan Becca membuat Saphire terharu. Mereka masih memakan makanan kecil yang ia bawa tadi padahal sudah menyentuh tanah. Dengan anggapan kata mereka kalau makanan itu di kemas dengan rapat jadi tidak kotor sama sekali. Saphire terharu dengan perbuatan mereka berdua yang dapat menghargai sesuatu yang tidak penting tetapi menjadi penting untuk orang lain. "Saphire, kamu mau pergi ke mana?" tanya Becca yang menyadarkan Saphire karena terus berjalan. "Ah aku kira kita masih berjalan." dengan rasa malu Saphire berjalan kembali mendekati sepasang kekasih itu. "Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Becca."Tid
Tidak ada yang berbeda dengan Royal setiap harinya, mungkin akan berbeda jika adanya acara acara yang di adakan. Mengingat saat ini hanya akan ada hari hari biasa dan juga untuk kedepan nya, jadi hari itu akan sama saja tidak ada yang spesial, terkecuali bila ada kejadian yang tidak di duga duga, kejadian yang sama sekali tidak tertera di kalender sekalipun.Saphire bersama Maria tengah berjalan jalan di sekitar koridor Royal, mereka hanya menghabiskan waktu sebelum masuk nanti. Maria yang melihat lihat sekitar dan sesekali menyapa, sementara Saphire berjalan di selingi dengan membaca buku yang ada di tangan nya. "Saphire bagaimana menurut mu tentang orang ketiga di dalam hubungan orang lain?" tanya Maria masih berjalan. Tentunya mendengar apa yang di tanyakan oleh Maria membuat Saphire seperti terkena petir di pagi bolong ini, apa Maria sedang membahas tentang dirinya? apa Maria merasa jijik dengan teman nya yang berhubungan dengan Elgar di belakang status pertunangan dengan Milya